I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

I. PENDAHULUAN. cukup luas sangat menunjang untuk kegiatan pertanian. Sebagai negara agraris yang

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan.

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

Efektivitas dan Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Besar di Desa Baturiti Kecamatan Baturiti Tabanan

PENDAHULUAN. salah satu negara berkembang yang mayoritas. penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015)

HALAMAN PENGESAHAN...

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian meliputi subsektor

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. secara finansial maupun didalam menjaga keharmonisan alam. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Abstrak. Kata kunci: Evaluasi, Pemberdayaan, Efektivitas, Kesejahteraan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali tahun 2014 dan merupakan yang terbesar kedua setelah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Sektor pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian terbesar kedua bagi penduduk Bali setelah sektor Pariwisata. Hasil Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2014 menunjukkan bahwa dari total 2.272.632 jiwa penduduk Bali berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, sebanyak 23,25% diantaranya bekerja di sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peran penting bagi pembangunan di Bali (BPS Provinsi Bali, 2014). Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam menunjang sektor pertanian di Bali. Subsektor ini memiliki potensi yang tinggi bila dilihat dari segi Nilai Tukar Petani (NTP) yang dimiliki. Menurut Berita Resmi Statistik Provinsi Bali, tercatat bahwa NTP subsektor hortikultura mengungguli NTP gabungan pada akhir tahun 2014. NTP subsektor ini pada bulan Desamber 2014 adalah sebesar 104,89 sedangkan NTP gabungan adalah 104,19. NTP subsektor ini juga mengungguli beberapa subsektor lain, diantaranya subsektor tanaman pangan dengan NTP sebesar 94,76, subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan NTP sebesar 102,76, serta subsektor perikanan dengan NTP sebesar 102,10 (BPS Provinsi Bali, 2015). Komoditi hortikultura khususnya buah-buahan dan sayur-sayuran menjadi kebutuhan bukan hanya bagi masyarakat biasa tetapi juga para pelaku pariwisata 1

2 seperti hotel dan restoran. Hotel dan restoran memerlukan buah dan sayur untuk diolah setiap hari sebagai bahan baku makanan. Implikasinya adalah komoditi buah dan sayuran memiliki peluang strategis untuk dikembangkan di Bali (BPS Provinsi Bali, 2014). Komoditi cabai besar merupakan salah satu produk sayuran yang potensial untuk dikembangkan. Cabai besar merupakan komoditi hortikultura yang cukup strategis karena banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Pada tahun 2013, konsumsi terhadap cabai besar di Bali adalah sekitar 58.545 ton, sedangkan produksi cabai besar di Bali tahun 2013 adalah sebanyak 15.431 ton. Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan akan cabai besar lebih tinggi dibandingkan penawarannya sehingga potensi pengembangan usahatani cabai besar masih sangat menjanjikan di Bali. Produksi cabai besar di Bali tahun 2013 disajikan dalam Tabel berikut. Tabel 1.1 Produksi Cabai Besar di Bali Tahun 2013 Kebupaten/Kota Produksi (ton) Jembrana 15 Tabanan 2.496 Badung 995 Gianyar 60 Bangli 7.760 Klungkung - Karangasem 3.880 Buleleng 225 Denpasar - Total 15.431 Sumber : BPS Provinsi Bali, 2014 Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa Kabupaten Tabanan merupakan salah satu penghasil cabai besar di Bali. Produksi cabai besar Kabupaten Tabanan tahun 2013 merupakan yang terbesar ketiga setelah Kabupaten Bangli dan

3 Kabupaten Karangasem. Kabupaten Tabanan mengungguli kabupaten lain seperti Badung, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Klungkung, dan Denpasar. Kabupaten Tabanan memiliki potensi wilayah yang cukup baik untuk pengembangan usahatani cabai besar. Tahun 2013 tercatat luas tanam komoditi cabai besar di Kabupaten Tabanan adalah seluas 110,35 ha. Wilayah penghasil cabai besar di Kabupaten Tabanan tahun 2013 adalah sebagai berikut. Tabel 1.2 Luas Tanam Cabai Besar Kabupaten Tabanan Tahun 2013 Kecamatan Luas Tanam (ha) Baturiti 81,85 Marga 9,35 Pupuan 6,86 Penebel 6,70 Tabanan 4,41 Kerambitan 0,77 Kediri 0,21 Selemadeg 0,10 Selemadeg Barat 0,10 Selemadeg Timur - Total 110,35 Sumber : BPS Kabupaten Tabanan, 2014 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa sentra penghasil cabai besar di Kabupaten Tabanan berada di Kecamatan Baturiti. Luas tanam cabai besar di Kecamatan Baturiti tahun 2013 adalah 81,85 ha dan merupakan yang terluas di Kabupaten Tabanan. Luas tersebut mengungguli kecamatan lain seperti Kecamatan Marga, Pupuan, Penebel, Tabanan, Kerambitan, Kediri, Selemadeg, Selemadeg Barat, dan Selemadeg Timur. Sentra usahatani cabai besar di Kecamatan Baturiti berada di Desa Baturiti. Pada bulan Desember 2014, penggunaan lahan untuk penanaman cabai besar di Desa Baturiti merupakan yang terluas di Kecamatan Baturiti. Sekitar

4 64,2% dari 84 ha luas tanam cabai besar di Kecamatan Baturiti berada di Desa Baturiti, sedangkan sekitar 35,8% sisanya tersebar di beberapa desa yang ada di Kecamatan Baturiti. Usahatani cabai besar di Desa Baturiti dilakukan oleh sekitar 125 petani dengan rata-rata luas garapan adalah 40 are. Berdasarkan luas garapan tersebut diharapkan akan memberikan produksi cabai besar yang lebih tinggi (UPTD Pertanian Kecamatan Baturiti, 2014). Produksi cabai besar di Desa Baturiti terpusat pada dua subak, yakni Subak Bangah dan Subak Bengkaling. Subak Bangah memiliki sekitar 32 anggota dengan luas wilayah sekitar 17 ha, sedangkan Subak Bengkaling memiliki sekitar 93 anggota dengan luas wilayah sekitar 54 ha. Kedua subak tersebut meggunakan air irigasi dari sumber air yang sama serta memiliki pola tanam yang sama. Mayoritas anggota subak memilih untuk menanam cabai besar karena dirasa memberikan keuntungan yang lebih besar. Selain itu, ketersediaan sarana pemasaran hasil panen juga membantu petani dalam memasarkan hasil produksi cabai besar di Desa Baturiti (UPTD Kecamatan Baturiti, 2014). Permasalahan yang sering dihadapi oleh petani cabai besar di Desa Baturiti adalah hasil usahatani yang tidak menentu. Kondisi tersebut terjadi karena pengaruh cuaca, fluktuasi harga input maupun output, serta kurangnya pemahaman petani terhadap manajemen usahatani sehingga kurang tepat dalam mengalokasikan input. Pengaruh alam dan fluktuasi harga memang sulit dikendalikan karena merupakan kendala eksternal, sedangkan upaya yang dapat dilakukan oleh petani untuk meningkatkan dan menjaga jumlah produksi cabai besar agar tidak terlalu besar fluktuasinya adalah dengan mengoptimalkan jumlah penggunaan faktor produksi dalam usahatani.

5 Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan produksi cabai besar adalah dengan mengalokasikan faktor produksi usahatani secara efektif dan efisien. Anthony (2005 dalam Suwarthiani, 2014), mengemukakan bahwa efektivitas adalah tingkat keberhasilan suatu input dalam menghasilkan output sesuai yang direncanakan, sedangkan efisiensi menggambarkan besarnya nilai output yang diperoleh dengan korbanan biaya input paling minimum. Penggunaan faktor produksi usahatani yang efektif dan efisien akan memberikan hasil produksi yang optimal dan meminimalkan biaya sehingga menambah keuntungan yang diterima oleh petani. Sejalan dengan hal tersebut, efektivitas dan efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani cabai besar di Desa Baturiti harus diprioritaskan oleh petani. Penggunaan faktor produksi usahatani cabai besar seperti lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja harus efektif dan efisien untuk mengatasi permasalahan kegiatan usahatani yang belum optimal. Efektivitas dan efisiensi usahatani akan mampu mengoptimalkan produksi cabai besar di Desa Baturiti sehingga memberikan manfaat bagi petani cabai besar. Penggunaan faktor produksi secara efektif dan efisien akan meminimalkan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam berusahatani sehingga pendapatan petani akan semakin meningkat. Peningkatan pendapatan petani akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani cabai besar di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

6 1.2 Rumusan Masalah Adapun beberapa masalah yang dapat dirumuskan berdasarkan uraian latar belakang di atas adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pengaruh faktor produksi usahatani seperti lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja terhadap jumlah produksi cabai besar di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan? 2. Bagaimana efektivitas penggunaan faktor produksi seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja pada usahatani cabai besar di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan? 3. Bagaimana efisiensi penggunaan faktor produksi seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja pada usahatani cabai besar di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Mengetahui pengaruh faktor produksi usahatani seperti lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja terhadap jumlah produksi cabai besar di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. 2. Mengetahui efektivitas penggunaan faktor produksi seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja pada usahatani cabai besar di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. 3. Mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja pada usahatani cabai besar di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

7 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari adanya penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi langkah awal dalam penerapan ilmu pengetahuan yang didapat selama kuliah sehingga membantu memecahkan permasalahan pertanian yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini juga bermanfaat dalam pengembangan kompetensi peneliti dalam menganalisis persoalan ekonomi usahatani sehingga dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam menunjang kegiatan usahatani cabai besar yang lebih lebih efektif dan efisien. Selain itu, penelitian ini merupakan salah satu syarat yang dibutuhkan peneliti agar layak menyandang gelar sarjana pertanian. 2. Bagi petani, membantu petani cabai besar di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan dalam mengoptimalkan penggunaan faktor produksi usahatani cabai besar seperti lahan, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida agar lebih efektif dan efisien sehingga dapat memaksimumkan keuntungan yang diterima oleh petani. 3. Bagi instansi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar acuan atau kajian teoritis dalam menetapkan kebijakan yang dapat membantu meningkatkan taraf kesejahteraan petani khususnya para petani yang mengembangkan usahatani cabai besar. 4. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan pedoman sesuai dengan keperluan masing-masing.

8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif untuk data yang diperoleh dari responden kemudian hasil analisisnya diinterpretasikan secara deskriptif kualitatif. Penelitian ini menitikberatkan pada analisis efektivitas dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani cabai besar di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Efektivitas penggunaan faktor produksi usahatani dilihat dari kemampuan faktor produksi menghasilkan produksi optimum dengan mengukur persentase nilai perbandingan produksi marjinal terhadap produksi rata-rata. Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani dilihat dari perbandingan antara nilai produksi marjinal terhadap harga satuan faktor produksi bersangkutan. Pendugaan produksi dilakukan dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas berdasarkan beberapa variabel bebas seperti luas lahan, benih, pupuk urea, ZA, KCL, TSP, NPK, pestisida, dan tenaga kerja.