PENELITIAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN PADA WILAYAH PERTAMBANGAN DI KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
PENELITIAN SEBARAN MERKURI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT, KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA S A R I

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN PASIR BESI DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN. PROVINSI SULAWESI UTARA

PROVINSI SULAWESI UTARA

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

PENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN CIBALIUNG, KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

EVALUASI SUMBER DAYA/CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DAERAH S. DAUN, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SARI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB II TINJAUAN UMUM

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

Penyelidikan Endapan Mangan di Pulau Doi, Kecamatan Loloda Kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan.

BAB III Perolehan dan Analisis Data

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT. Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S. , P.Total, S.Total, H 2. , Al 2.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

PENELITIAN MINERAL IKUTAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH DIENG, KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan

BAB II TINJAUAN UMUM

GAMBARAN UMUM WILAYAH

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

REKAMAN DATA LAPANGAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Rudy Gunradi. Kelompok Program Penelitian Konservasi S A R I

JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

Transkripsi:

PENELITIAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN PADA WILAYAH PERTAMBANGAN DI KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA Ridwan Arief, Suhandi, Candra Putra Kelompok Penyelidikan Konservasi dan Unsur Tanah Jarang S A R I Lokasi penelitian berada di wilayah zonasi struktur berarah barat laut-tenggara, berperan sebagai kontrol struktur terhadap adanya mineralisasi logam. Keadaan geologi didominasi oleh jenis batuan vulkanik berumur tua (Formasi Latimojong), diintrusi oleh berbagai jenis batuan beku diantaranya diorit, granodiorit, sienit dan granit. Jenis batuan berupa skarn terbentuk secara lokal berkaitan erat dengan mineralisasi bijih besi. Struktur patahan diperkirakan jenis patahan geser berarah timur laut-tenggara, dan beberapa patahan lokal yang membentuk sudut 30 terhadap patahan geser tersebut. Mineralisasi logam yang paling potensial disana yaitu galena, bijih besi, emas, dimana kadar galena memperlihatkan nilai antara 7,11% hingga 39,77% jenis mineral logam ini sebagian sudah ditambang. Bijih besi mengandung Fe total antara 28,62%-64,67%, di daerah Kecamatan Tapango telah dilakukan pemboran uji dihasilkan cadangan 5 juta ton (PT. ISCO Polman Resources, 2009). Cebakan emas ditemukan di wilayah Kecamatan Mapilli, berupa urat kuarsa dengan kadar antara 1.0 gr/t dan 2,3 gr/t, tebal urat antara 0,15m 3,4m. Endapan pasir besi hasil analisisnya tidak menarik ditemukan di wilayah Kecamatan Binuang, sedangkan mineral non logam ditemukan berupa kaolin, perlit, batugamping, lempung hitam, mika dan gypsum, dimana seluruh mineral non logam tersebut belum dimanfaatkan oleh penduduk setempat maupun perusahaan. Belum adanya pemanfaatan bahan galian logam maupun non logam di wilayah ini, disebabkan beberapa kendala antara lain masalah transportasi, pembebasan lahan dan kurangnya minat perusahaan besar yang menginvestasikan dananya untuk kegiatan tambang di Kabupaten Polewali Mandar.

PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan galian sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan dan jumlahnya terbatas sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara bijaksana, efektif dan efisien agar diperoleh manfaat yang optimal dan berkelanjutan bagi kepentingan rakyat secara luas. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu penerapan kaidah-kaidah konservasi bahan galian secara benar dan sistematis yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap kegiatan pengusahaan bahan galian mulai dari penyelidikan umum, eksplorasi, penambangan, pengangkutan dan pengolahan/pemurnian, sampai kepada penutupan tambang dan penanganan lingkungan. Kegiatan usaha pertambangan bahan galian dilakukan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari bahan galian tersebut dan pada umumnya tidak melakukan upaya penanganan bahan galian lain dan mineral ikutan sehingga tidak memperoleh nilai tambah suatu bahan galian lain dan mineral ikutan yang berada pada wilayah pertambangannya. Untuk mendorong penerapan kaidah konservasi pada wilayah pertambangan termasuk kegiatan penambangan yang dilakukan oleh rakyat, perlu dilakukan upaya optimalisasi manfaat bahan galian lain dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah pertambangan tersebut secara bijaksana dan berwawasan lingkungan untuk menunjang kesejahteraan masyarakat sebagai salah satu upaya peningkatan pendapatan dan perekonomian daerah dan nasional. Di wilayah Kabupaten Minahasa Utara pada saat ini beroperasi Kontrak Karya (KK) PT. Meares Soputan Mining (MSM) & PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN). Pada saat ini kedua perusahaan kontrak karya tersebut melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi emas di wilayah ini, khusus untuk PT. MSM pada saat ini sedang melakukan konstruksi tambang di daerah Toka Tindung disamping kegiatan eksplorasi lainnya untuk mengetahui daerah prospek di luar daerah Toka Tindung. Di daerah Tatelu yang masih merupakan wilayah eksplorasi PT. TTN saat ini terdapat kegiatan pertambangan emas rakyat secara ilegal. Kegiatan penambangan di wilayah ini berlangsung sejak tahun 1985 sampai sekarang dan dilakukan oleh masyarakat setempat dan warga pendatang. Proses pengolahan emas secara tradisional yang diterapkan di daerah ini menggunakan teknologi sederhana dengan merkuri sebagai bahan penangkap emas melalui proses amalgamasi. Proses penangkapan ini cenderung berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar karena pada setiap tahapan proses memungkinkan terjadi degradasi logam berat yang ada, sehingga dikhawatirkan dapat mencemari lingkungan. Dalam rangka mengetahui potensi bahan galian lain dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah pertambangan tersebut dilakukan kegiatan penelitian bahan galian dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah pertambangan di Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Kegiatan ini dibiayai dari dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pusat Sumber Daya Geologi Tahun Anggaran 2011.

Maksud dan Tujuan Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data potensi sumber daya cadangan bahan galian lain/mineral ikutan pada wilayah pertambangan yang terdapat di Kabupaten Minahasa Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi bahan galian lain/mineral ikutan pada wilayah pertambangan agar dapat dikelola dan dimanfaatkan secara lebih optimal dan hasil kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penetapan kebijakan konservasi bahan galian di Kabupaten Minahasa Utara. Lokasi Penelitian dan Kesampaian Daerah Daerah penelitian terletak di bagian timur Kota Manado, secara administratif daerah penelitian termasuk dalam Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Secara geografis daerah penelitian terletak antara 124 52-125 11 BT dan 01 22-01 45 LU. Peta lokasi kegiatan dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk mencapai daerah penelitian dapat menggunakan jalur penerbangan Jakarta Manado dan selanjutnya menggunakan kendaraan roda empat menuju daerah penelitian. Demografi, Iklim dan Tataguna Lahan Iklim daerah Minahasa terpengaruh oleh angin Muson. Pada bulan September sampai April, bertiup angin pembawa hujan lebat. Bulan Mei sampai November bertiup angin selatan ke barat laut. Curah hujan di daerah pedalaman Minahasa terhitung tinggi yaitu 4.188 mm pertahun dan jumlah curah hujan mencapai 195 hari. Suhu pesisir pantai agak tinggi, namun di daerah pegunungan temperatur menunjukkan 26-27 o C pada musim hujan. Sebagian besar Sulawesi Utara merupakan hutan dimana hutan hujan dataran rendah mendominasi wilayah ini. Pada umumnya masyarakat Minahasa Utara bermatapencaharian di bidang pertanian dan perkebunan. Di bidang perkebunan yang paling dominan adalah perkebunan kelapa (cocos nucivera) yang telah dikerjakan sejak Zaman Portugis. Masyarakat di beberapa wilayah pesisir bermatapencaharian sebagai nelayan. Disamping pertanian dan perkebunan, juga dikembangkan perikanan darat seperti yang tedapat di Kecamatan Dimembe dan peternakan sapi. GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Geologi Secara regional, geologi daerah Kabupaten Minahasa Utara disusun oleh satuan-satuan batuan dengan urutan stratigrafi dari yang berumur tua ke muda, sebagai berikut : Batuan Gunung Api (Tmv), terdiri dari breksi, lava dan tufa, lava bersifat andesit basal, breksi berbutir sangat kasar, berkomposisi andesit, sebagian bersifat konglomerat, mengandung sisipan tufa, batupasir, batulempung dan lensa batugamping, di beberapa tempat terdapat retas andesit, berumur Miosen Tengah.

Breksi dan Batupasir (Tps), terutama breksi-konglomerat kasar, berselingan dengan batupasir halus hingga kasar, batulanau dan lempung, berumur Pliosen. Tufa Tondano (Qv), berupa produk klastik gunung api terutama berkomposisi andesit, menyudutmenyudut tanggung, banyaknya batuapung, batuapung lapili, breksi, ignimbrit sangat padat, berstruktur aliran, berumur Kuarter. Endapan Danau dan Sungai (Qs), terdiri dari pasir, lanau, konglomerat dan lempung napalan, perselingan lapisan pasir lepas dan lanau, lapisan berangsur, setempat silang siur, berumur Kuarter. Aluvial (Ql), merupakan endapan termuda hasil erosi dan pengendapan yang masih berlangsung sampai sekarang, berupa kerikil, pasir dan lempung. Peta geologi regional daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Pertambangan Di daerah Minahasa Utara beroperasi Kontrak Karya (KK) PT. Meares Soputan Mining (MSM) & PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN), kegiatan ke dua perusahaan tersebut saat ini dalam proses konstruksi. Di daerah Tatelu yang masih merupakan wilayah eksplorasi PT. TTN saat ini terdapat kegiatan pertambangan emas rakyat secara ilegal. Peta wilayah kontrak karya ke dua perusahaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Mineralisasi Emas Wilayah Kontrak Karya PT. MSM dan PT. TTN terdapat di sebuah jalur endapan volkanik yang termineralisasi kuat dan daerah intrusi yang kuat mengikuti Jalur Magmatik Mindano Timur Sulawesi. Jalur awal Miosen Kuarter tersebut terbentuk oleh tumbukan ke arah barat terhadap lempeng bagian timur Asia Tenggara (Carlile dan Mitchell, 1994). Cebakan emas terbentuk dalam lapisan andesit volkanik berumur Miosen akhir Pliosen yang tertutup lapisan tepra Kuarter dan endapan volkanik. Andesit porfiritik sebagai batuan penyusun utama. Keseluruhan endapan emas terdapat di atau dekat dengan struktur yang secara regional membentang arah utara ke baratlaut yang diketahui dari pencitraan SPOT, SLAR dan foto udara. Penyebaran dan sifat geologi dari semua jenis urat dan endapan emas secara keseluruhan hampir sama. Hasil penyelidikan PT. MSM dan PT. TTN telah menemukan adanya cadangan bijih, mulai dari cebakan bijih Toka Tindung dan cebakan-cebakan lainnya. Cebakan bijih emas Toka Tindung terdapat dalam andesit volkano klastik, andesit dan breksi, yang mencakup dua zona sejajar urat belalit yang telah termineralisasi, yang membentang dari utara-timur laut ke selatan-barat laut dan dikenal sebagai urat Ako dan sistem urat bagian Barat. Masing-masing memiliki lebar 20 m hingga 50 m dengan panjang lebih dari 1.200 m. Setiap urat belalit kuarsa memiliki kisaran ketebalan mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa meter, yang terutama terdiri dari silika kalsedon, mikro kristalin dan kuarsa berbutir halus (kurang dari 10 mikron) yang terkandung dalam kuarsa dan adularia. Tambang Toka Tind-

ung diklasifikasikan sebagai cebakan emas tipe epithermal sulfida rendah. Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan di Wilayah Pertambangan Emas pertambangan di Kabupaten Minahasa Utara yaitu : emas, kaolin, mangan, batugamping, andesit dan pasir. Emas dan Mineral Ikutannya Seperti diketahui di Kabupaten Minahasa Utara terdapat 2 Wilayah Kontrak Karya (KK) yaitu PT. Meares Soputan Mining (MSM) dan PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN). Wilayah Kontrak Karya tersebut meliputi hampir 2/3 dari wilayah Kabupaten Minahasa Utara. Seperti telah disebutkan di atas di daerah penelitian terdapat 2 wilayah kontrak karya yaitu PT. MSM dan PT. TTN. Hasil penelitian di kedua wilayah tersebut menunjukan adanya beberapa prospek emas seperti di Toka Tindung, Batupangah dan Tatelu. Kedua perusahaan tersebut sedang melakukan kegiatan eksplorasi dan konstruksi untuk penambangan emas. Kegiatan konstruksi PT. MSM di daerah Toka Tindung dan PT. TTN di daerah Batupangah. Disamping kegiatan pertambangan di kedua lokasi tersebut, di daerah Tatelu yang termasuk wilayah eksplorasi Kontrak Karya PT. TTN saat ini telah ditambang secara ilegal oleh masyarakat. Untuk mengatasi tersebut telah dilakukan upaya oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Minahasa Utara berupa permintaan pelepasan sebagian areal Kontrak Karya tersebut, tetapi sampai penelitian berakhir belum ada kesepakatan dengan perusahaan. Upaya lain yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Minahasa Utara yaitu menyusulkan adanya wilayah pertambangan rakyat di bagian barat laut dari daerah penambangan Tatelu. Sampai saat penelitian berlangsung usulan wilayah pertambangan rakyat masih dalam proses pengusulan. Dari hasil pengamatan di lapangan bahan galian lain dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah Di wilayah Toka Tindung PT. MSM sedang melakukan aktifitas konstruksi dengan cara tambang terbuka dimana sepanjang zona urat dilakukan penggalian tanah penutup sepanjang zona urat Ako dan sistem urat bagian Barat yang masing-masing memiliki lebar 20 m hingga 50 m dengan panjang lebih dari 1.200 m. untuk mempersiapkan proses penambangan. Di wilayah Tatelu saat ini sedang dilakukan penambangan emas rakyat secara ilegal dengan luas wilayah penambangan seluas ± 80 Ha. Hasil pengukuran di lapangan zona urat di daerah Tatelu berarah Barat laut-tenggara. Pada saat penelitian berlangsung jumlah penambang emas mencapai ratusan orang, di lapangan terlihat puluhan tenda penambang sepanjang zona urat. Penambangan dilakukan dengan cara membuat lobang sederhana sepanjang zona urat. Sistim pengolahan emas rakyat di Tatelu dilakukan secara amalgamasi (Foto 4), bijih emas ditumbuk dengan alat penumbuk dan selanjutnya diproses dalam tromol dan emas ditangkap den-

gan air raksa. Upaya untuk menaikan recovery pengolahan emas secara amalgamasi telah dilakukan oleh beberapa kelompok penambang dengan cara pengolahan tailing amalgamasi tersebut diolah dengan proses sianidasi (Foto 5) dan dari hasil wawancara dengan beberapa penambang dengan proses sianidasi perolehan emas meningkat. Pada penelitian ini telah dilakukan penyontohan tailing sisa pengolahan amalgamasi dan sianidasi untuk mengetahui kandungan emas dan logam lainnya disamping itu untuk mengetahui kandungan air raksa yang terbuang dari proses amalgamasi yang berpotensi mencemari lingkungan. Bahan Galian Lain pada Pertambangan Emas Mangan Diagram alir proses pengolahan emas rakyat di daerah Talelu dapat dilihat pada Gambar 4. Dari hasil pengamatan di lapangan khususnya di daerah penambangan Tatelu dan di wilayah penambangan PT. MSM, mineral lain yang teridentifikasi yaitu pirit dan dan kaolin yang secara genesa bersamaan keterjadiannya dengan pembentukan emas. Mineral ikutan ini apabila tidak ditangani secara khusus berpotensi tergali dan terbuang menjadi waste selama kegiatan pertambangan berlangsung. Untuk mengetahui mineral ikutan yang terbentuk bersama-sama pembentukan emas maka telah dilakukan penyontohan bijih emas dari beberapa lubang penambangan emas rakyat untuk dilakukan analisis logam dengan metoda AAS. Disamping itu untuk mengetahui kandungan major element yang terdapat pada kaolin (Foto 6) yang terdapat diantara zona urat yang terdapat sedang dilakukan analisis basah. Potensi bijih mangan di daerah penelitian terletak di pantai utara kabupaten ini dengan penyebaran relatif terbatas. Hasil pengamatan di lapangan terdapat 2 tipe endapan mangan di daerah ini yaitu tipe mangan sekunder yang mengisi rongga zona kekar pada satuan batugamping seperti yang terdapat di lokasi MU 45 dan MU 46 (Foto 7) dan endapan mangan residual berupa endapan bijih mangan butir yang tersebar di atas permukaan tanah seperti yang terdapat di lokasi MU 48. Tipe bijih mangan sekunder merupakan hasil pelarutan dari bijih mangan primer yang diendapkan pada formasi batuan yang lebih tua dari satuan batugamping. Hasil pengamatan di lapangan potensi mangan di daerah ini relatif kecil hanya mengisi ronggarongga kekar diantara batugamping. Dari hasil pengukuran di lapangan, penyebaran endapan mangan ini relatif terbatas seluas 2 Ha memanjang sepanjang pantai. Batugamping Potensi batugamping terdapat di pantai bagian utara Kabupaten Minahasa Utara di lokasi MU 47 (Foto 8), tersingkap di sepanjang pantai dengan luas sekitar 5 Ha. Secara megaskopis batugamping tersebut berupa batugamping terumbu, berwarna putih, keras, berbentuk nodule-nudule,

di beberapa tempat teridentifikasi adanya foram besar, di beberapa tempat yang terkekarkan diisi oleh bijih mangan sekunder. Dengan penelitian ini diharapkan penggunaan batugamping lebih meningkat, sejalan dengan diketahuinya kandungan unsur yang ada di dalam batugamping tersebut. Andesit hasil erupsi lama dari Gunung Klabat. Pemanfaatan endapan pasir ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan cara penggalian secara manual (sederhana) dengan cara mengupas tanah penutup dan menggali lapisan pasirnya. Penambangan dilakukan oleh beberapa kelompok kecil masyarakat memanfaatkan endapan pasir yang terdapat di kebun kelapa. Potensi bahan galian andesit terletak di Kecamatan Dimembe (Lokasi MU 25). Di lokasi ini pernah dilakukan penambangan dan sudah lama terhenti. Penyebaran bahan galian andesit di lokasi ini seluas 3 Ha, secara megaskopis andesit berwarna hitam keabuan, keras, kristalin dan sedikit terkekarkan, setempat terlihat adanya struktur lava. Diperkirakan potensi andesit ini merupakan endapan lava produk volkanik dari Gunung Klabat pada fase erupsi yang lalu. Secara megaskopis pasir berwana hitam, kasar, berupa material volkanik, memperlihatkan struktur laminasi dan sedikit mengandung lempung. Potensi pasir ini telah ditambang oleh masyarakat setempat dan merupakan mata pencaharian tambahan bagi masyarakat sekitar. Kualitas pasir tersebur sangat baik untuk pembuatan beton. Penyontohan Penambangan andesit di daerah ini telah dihentikan dan untuk memenuhi kebutuhan andesit di wilayah Kabupaten Minahasa Utara khususnya di bagian barat di transport dari quary andesit di daerah Tateli di bagian barat di Kota Manado. Pasir Potensi pasir terletak di di Kecamatan Dimembe bagian timur, berupa endapan pasir dengan ketebalan antara 0,5-1,5 m, tersebar di lahan perkebunan kelapa seperti yang terdapat di lokasi MU 24, MU 26 dan MU 27 (Foto 9). Penyebaran endapan pasir tersebut cukup luas meliputi beberapa desa terutama desa-desa di bagian utara dan timur laut Gunung Klabat. Diperkirakan endapan pasir tersebut merupakan Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu meneliti bahan galian lain dan mineral ikutan pada wilayah pertambangan emas, maka telah dilakukan penyontohan untuk mengetahui kualitas dari bahan galian lain dan mineral ikutan di wilayah pertambangan tersebut. Selama penelitian berlangsung telah diconto sebanyak 48 conto batuan, sebanyak 38 conto batuan berasal dari wilayah penambangan rakyat dan wilayah Kontrak Karya PT. MSM untuk dianalisis emas dan mineral/logam ikutannya dan 10 conto lainnya berupa conto bahan galian lain yang terdapat di wilayah kontrak karya. Peta lokasi penyontohan batuan dapat dilihat pada Gambar 5. Jumlah dan perlakuan analisis masing-masing conto secara rinci dapat dilihat pada

Tabel 1. PEMBAHASAN Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, di daerah Minahasa Utara beroperasi Kontrak Karya (KK) PT. Meares Soputan Mining (MSM) & PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN), kegiatan ke dua perusahaan tersebut saat ini dalam proses konstruksi. Di daerah Tatelu yang masih merupakan wilayah eksplorasi PT. TTN saat ini terdapat kegiatan pertambangan emas rakyat secara ilegal. Dari hasil pengamatan di lapangan bahan galian lain dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah pertambangan di Kabupaten Minahasa Utara yaitu : kaolin, mangan, batugamping, andesit dan pasir. Emas Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya PT. MSM pada saat penelitian berlangsung sedang melakukan aktifitas konstruksi untuk mempersiapkan proses penambangan dengan cara tambang terbuka dimana sepanjang zona urat dilakukan penggalian tanah penutup sepanjang zona urat Ako dan sistem urat bagian barat yang masing-masing memiliki lebar 20 m hingga 50 m dengan panjang lebih dari 1.200 m. Hasil analisis beberapa conto batuan dari pit Toka Tindung seperti yang terlihat pada Tabel 2. Dari hasil analisis terlihat kadar rata-rata unsur Au di pit Tokatindung relatif rendah, tetapi mempunyai zona urat relatif lebar; sehingga PT. MSM memutuskan untuk melakukan penambangan secara terbuka di daerah ini. Dilihat dari asosiasi unsur logam lain yang terbentuk bersama-sama dengan emas pada zona urat Tokatindung, tidak ditemukannya unsur logam lain yang cukup ekonomis, kadar Cu antara 4 79 ppm, Pb antara 21 47 ppm, kadar Zn antara 4 55 ppm, sehingga kecil kemungkinan adanya mineral logam ikutan ekonomis yang akan terbuang selama proses penambangan dan pengolahan. Seperti yang telah disebutkan di atas di wilayah Tatelu saat ini sedang dilakukan penambangan emas rakyat secara ilegal dengan luas wilayah penambangan seluas ± 80 Ha. Hasil analisis batuan dari beberapa lubang penambangan emas rakyat tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil analisis batuan di atas terlihat kadar emas di wilayah pertambangan emas rakyat Tatelu rata-rata berkadar tinggi, sehingga diperlukan teknologi penambangan yang baik dan sistematik untuk guna memperkecil resiko bijih emas berkadar tinggi tersebut terbuang atau tertinggal. Dilihat dari asosiasi unsur logam lain yang terbentuk bersama emas di wilayah Tatelu, terlihat tidak adanya kadar logam lain yang cukup ekonomis, sehingga kecil kemungkinan adanya mineral logam ikutan ekonomis yang akan terbuang selama proses penambangan dan pengolahan. Sistim pengolahan emas rakyat di Tatelu dilakukan secara amalgamasi dan selanjutnya tailing proses amalgamasi tersebut oleh para pemilik tromol dikumpulkan selanjutnya diolah dengan

proses sianidasi. Hasil analisis beberapa conto tailing pengolahan amalgamasi dan sianidasi emas rakyat di Tatelu dapat dilihat pada Tabel 4. Dari hasil analisis tailing amalgamasi (No conto MU 19 MU 22) terlihat masih banyak terdapat emas yang terbuang bersama tailing. Hal tersebut menggambarkan recovery pengolahan amalgamasi yang dilakukan rakyat sangat rendah. Sebagian tailing proses amalgamasi diolah kembali dengan proses sianidasi. Dari hasil analisis conto MU 23 terlihat penurunan kadar emas pada sisa tailing proses amalgamasi, tetapi dengan kadar Au sebesar 12.481 ppb, menggambarkan proses sianidasi yang berlangsung recovery nya masih cukup rendah. Sebagai catatan kadar Au > 10 ppm pada urat sangat ekonomis untuk dilakukan pengolahan, dan pada kasus tailing sianidasi di daerah Tatelu ini masih banyak emas yang terbuang bersama-sama tailing sianidasi tersebut. Seperti telah disebutkan di atas di area penambangan PT. MSM terdapat bahan galian kaolin di sekitar zona urat hasil alterasi batuan samping yang berpotensi terbuang selama proses penambangan. Penyontohan di lakukan di 2 lokasi yaitu di lokasi MU 37 dan MU 38. Hasil analisis major element bahan galian kaolin tersebut menunjukkan kadar SiO2 antara 42,16 70,82%, Al2O3 antara 14,13-28,28%, Fe2O3 antara 3,92-12,08%, Na2O antara 0,02-0,05%, K2O 3,97-6,88% dan MnO2 antara 0,01-0,05%. Kegunaan kaolin sangat tergantung pada karakteristiknya karena karakteristik berpengaruh terhadap kualitasnya. Bahan galian kaolin yang terdapat di Pit Tokatindung merupakan kaolin hasil proses hidrothermal dengan kadar SiO2 yang cukup tinggi, sehingga bisa digunakan untuk bahan isolator dan semen tahan api. Mangan Pada proses amalgamasi digunakan merkuri sebagai media penangkap emas. Merkuri tersebut terbuang bersama tailing dan sangat berpotensi mencemari lingkungan. Seperti diketahui merkuri merupakan salah satu bahan berbahaya beracun (B3) yang perlu diawasi penyebarannya. Dari hasil analisis terlihat kadar air raksa dari tailing amalgamasi maupun dari tailing sianidasi sangat tinggi berkisar antara 9.800 57.500 ppm dan hal ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan. Kaolin Potensi bijih mangan terletak di pantai utara kabupaten ini dengan penyebaran relatif terbatas Hasil pengukuran menunjukkan penyebaran endapan mangan ini relatif terbatas seluas 2 Ha memanjang sepanjang pantai. Hasil analisis bijih mangan sekunder yang mengisi rongga zona kekar pada satuan batugamping yang terdapat di lokasi MU 45 dan MU 46 menunjukkan kadar MnO2 antara 11,11-13,89%, Mn total antara 8,53-10,84%, Fe2O3 antara 0,22-5,16% dan SiO2 0,30-0,67%. Dilihat dari jumlah dan kadar Mn totalnya yang relatif kecil, bijih mangan di lokasi ini tidak ekonomis untuk ditambang.

Hasil analisis bijih mangan residual berupa endapan bijih mangan butir yang tersebar di atas permukaan tanah yang terdapat di lokasi MU 48 menunjukkan kadar MnO2 : 61,52%, Mn total : 38,05%, Fe2O3 : 5,53% dan SiO2 : 11,12%. Bijih mangan di lokasi tidak ekonomis untuk ditambang, mengingat kadar Mn totalnya yang masih dibawah kadar rata-rata ekonomis bijih mangan saat ini sebesar 45%. Disamping itu untuk pemanfaatan/penambangan endapan mangan ini akan menyebabkan terjadi kerusakan pantai mengingat bijih mangan tersebut terletak di tebing-tebing pantai, hal ini akan berdampak terhadap keindahan dan keutuhan pantai dimana di daerah tersebut berdekatan dengan objek wisata pantai Likupang. Batugamping Potensi batugamping terdapat di pantai bagian utara Kabupaten Minahasa Utara di lokasi MU 47, tersingkap di sepanjang pantai dengan luas sekitar 4 Ha. Secara megaskopis batugamping tersebut berupa batugamping terumbu, berwarna putih, keras, berbentuk nodule-nudule, di beberapa tempat teridentifikasi adanya foram besar, di beberapa tempat yang terkekarkan diisi oleh bijih mangan sekunder. Analisis batugamping secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisis batugamping menunjukkan kadar CaO : 49,67%, MgO : 1,19%, NaO : 0,02%, K2O : 0,04% Fe2O3 : 3,50%, Al2O3 : 2,25% dan SiO2 : 2,77%. Dari hasil analisis terlihat kadar CaO kurang dari 50%, hal ini menunjukkan batugamping tersebut dapat digunakan secara terbatas sebagai kapur tohor dimana untuk kapur tohor dipersyaratkan CaO = 50 %, SiO2 = maks. 4 % Untuk memanfaatkan batugamping tersebut perlu ada pembatasan areal, mengingat lokasi keterdapatan batugamping tersebut berada di pinggir pantai yang termasuk dalam kawasan pengembangan wisata pantai dimana telah dibangun sarana wisata pantai, hotel dan bungalau maka pemanfaatan/penambangan batugamping tersebut akan menyebabkan kerusakan bentang alam pantai dan akan menurunkan nilai jual objek wisata di sekitarnya. Andesit Potensi bahan galian andesit terletak di Kecamatan Dimembe. Di lokasi ini pernah dilakukan penambangan dan sudah lama terhenti. Secara megaskopis andesit berwarna hitam keabuan, keras, kristalin dan sedikit terkekarkan, setempat terlihat adanya struktur lava. Diperkirakan potensi andesit ini merupakan endapan lava produk volkanik dari Gunung Klabat pada fase erupsi yang lalu. Hasil analisis petrografi conto No MU 25, menunjukkan batuan tersebut berjenis andesit piroksen. Dari ubahan lempung yang relatif sedikit batuan dan relatif masih segar/tidak lapuk dan tidak menunjukkan adanya ubahan yang akan merubah kekuatan tekan dari batuan tersebut apabila dibuat bahan bangunan. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya penambangan andesit di daerah ini telah dihentikan dan untuk memenuhi kebutuhan andesit di wilayah Kabupaten Minahasa Utara khususnya

di bagian barat di transport dari quary andesit di daerah Tateli di bagian barat di Kota Manado yang jaraknya cukup jauh dari Kabupaten Minahasa Utara. Penyelidikan potensi andesit di wilayah kabupaten ini perlu dilakukan secara lebih rinci sehingga kebutuhan bahan galian ini dapat dipenuhi dari daerah sekitar tanpa harus ditransport dari daerah lain yang cukup jauh jaraknya. Hasil analisis mineral butir menunjukkan pasir tersebut berukuran sedang-kasar dan sedikit yang berukuran lempung, didominasi oleh fragmen batuan dengan sedikit mineral magnetit dan kuarsa. Dilihat dari komposisi butir dan mineral endapan pasir tersebut baik untuk bahan baku pembuatan beton. KESIMPULAN Pasir Potensi pasir terletak di di Kecamatan Dimembe bagian timur, berupa endapan pasir dengan ketebalan antara 0,5-1,5m, tersebar di lahan perkebunan kelapa seperti yang terdapat di lokasi MU 24, MU 26 dan MU 27. Penyebaran endapan pasir tersebut cukup luas meliputi beberapa desa, tetapi ketebalannya relatif tipis berkisar antara 20 cm -1 m. Diperkirakan endapan pasir tersebut merupakan hasil erupsi lama dari Gunung Klabat. 1. Bahan galian lain dan mineral ikutan yang terdapat di wilayah pertambangan di Kabupaten Minahasa Utara yaitu : kaolin, mangan, batugamping, andesit, dan pasir. 2. Kandungan logam lain sebagai mineral ikutan pada pertambangan emas di Pit Tokatindung dan Tatelu relatif rendah, sehingga kecil kemungkinan adanya mineral logam ikutan ekonomis yang akan terbuang selama proses penambangan dan pengolahan. Pemanfaatan endapan pasir ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan cara penggalian secara sederhana, mengupas tanah penutup dan menggali lapisan pasirnya. Penambangan dilakukan oleh beberapa kelompok kecil masyarakat memanfaatkan endapan pasir yang terdapat di kebun kelapa milik masyarakat. Secara megaskopis pasir berwana hitam, kasar, berupa material volkanik, memperlihatkan struktur laminasi dan sedikit mengandung lempung. Potensi pasir ini telah ditambang oleh masyarakat setempat dan merupakan mata pencaharian tambahan bagi masyarakat sekitar. 3. Kaolin yang terdapat di dalam zona urat kuarsa di wilayah pertambangan terbuka PT. MSM di Toka Tindung berpotensi terbuang pada tahap penambangan dan menjadi waste. 4. Potensi mangan relatif kecil, hanya mengisi rongga-rongga kekar diantara batugamping dengan kadar Mn total relatif kecil. Disamping itu untuk pemanfaatannya akan menyebabkan kerusakan pantai mengingat bijih mangan tersebut terletak di tebing-tebing pantai, hal ini akan berdampak terhadap keindahan dan keutuhan pantai dimana di daerah tersebut berdekatan dengan objek wisata pantai Likupang.

5. Potensi batugamping relatif kecil, untuk pemanfaatannya bisa digunakan sebagai bahan baku kapur tohor secara terbatas. Pemanfaatan batugamping di daerah ini terkendala karena letaknya berdekatan dengan objek wisata pantai Likupang. NRM/epiq Sulut. Effendi A.C, Bawono S.S., 1997, Peta Geologi Lembar Manado, Sulawesi Utara, Sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. 6. Potensi pasir yang terletak di Kecamatan Dimembe penyebarannya cukup luas dan mempunyai kualitas yang cukup baik untuk pasir beton, hanya lapisan pasir tersebut ketebalannya relatif tipis antara 0,5-1,5m. 7. Potensi andesit di Kecamatan Dimembe perlu diteliti lebih lanjut, sehingga kebutuhan andesit di Kabupaten Minahasa Utara bisa dipenuhi tanpa harus mendatangkan dari wilayah lain yang jaraknya cukup jauh. DAFTAR PUSTAKA Herry Sumual, 2009, Karakterisasi Limbah Tambang Emas Rakyat Dimembe Kabupaten Minahasa Utara, Agritek vol. 17 no.5. Kamagi W.A. 1989, Potensi dan Permasalahan Pertambangan Emas Rakyat di Sulawesi Utara. Makalah: Seminar Pertambangan Rakyat Tingkat Nasional. Jakarta. PT. Mearest Soputan Mining, 2011, Laporan Perkembangan Kuartal ke 4 Tahun 2010, PT. MSM. Daniel Limbong, Ancaman Pencemaran Merkuri oleh Pertambangan Emas Sekala Kecil di Tatelu,

Tabel 1. Contoh Batuan dan Jenis Analisis Batuan Bijih dan tailing dari pertambangan emas Jml Metoda Analisis 38 AAS Unsur yang dianalisis Analisis Logam : Au, Ag, Cu, Pb, Zn dan untuk conto tailing ditambah analisis unsur As dan Hg Kaolin 2 Analisis Basah Major Element : SiO 2, Al 2 O 3, Fe 2 O 3, CaO, MgO, Na 2 O, K 2 O, MnO, H 2 O, HD Mangan 3 SiO 2,Fe 2 O 3, Mn Total, MnO, MnO 2, H 2 O Batugamping 2 Analisis Basah Major Element : SiO 2, Al 2 O 3, Fe 2 O 3, CaO, MgO Andesit 1 Petrografi Jenis batuan dan alterasi Pasir 2 Analisis Butir Jenis mineralogi butir dan fraksi butir Tabel 2. Hasil Analisis Kimia Batuan Pit Toka Tindung No No Conto Cu Pb Zn Ag Au (ppb) 1 MU 28 79 42 35 2 127 2 MU 29 32 41 9 2 104 3 MU 30 10 22 5 3 312 4 MU 31 7 22 5 1 1.559 5 MU 32 4 21 4 11 126 6 MU 33 22 31 55 2 8.242 7 MU 34 23 54 26 3 864 8 MU 35 7 27 20 2 60.902 9 MU 36 23 39 9 2 735 10 MU 39 43 47 21 3 874

BUKU 2: BIDANG MINERAL Tabel 3. Hasil Analisis Kimia Batuan dari Daerah Penambangan Emas Rakyat Tatelu No No Conto Cu Pb Zn Ag Au (ppb) 1 MU 01 5 43 18 8 3.596 2 MU 02 9 39 25 3 3.295 3 MU 03 7 32 13 2 5.160 4 MU 04 9 33 17 5 5.570 5 MU 05 10 49 12 1 3.435 6 MU 06 7 24 7 1 1.223 7 MU 07 6 55 12 11 171.100 8 MU 08 24 30 12 18 30.200 9 MU 09 7 34 31 22 11.790 10 MU 10 4 30 23 3 4.634 11 MU 11 4 33 69 3 36.479 12 MU 12 5 47 74 5 78.154 13 MU 13 12 113 46 6 1.983 14 MU 14 7 46 34 4 11.432 15 MU 15 14 89 43 50 26.866 16 MU 16 9 50 17 33 9.769 17 MU 17 9 28 26 16 96.653 18 MU 18 5 36 19 50 13.303 28 MU 40 9 28 17 1 9.572 29 MU 41 3 25 12 1 249 26 MU 42 5 22 7 2 980 27 MU 43 5 25 11 1 1.081 28 MU 44 13 31 12 1 417

Tabel 4. Hasil Analisis Kimia Tailing Proses Amalgamasi dan Proses Sianidasi dari Daerah Penambangan Emas Rakyat Tatelu No No Conto Cu Pb Zn Ag As Au (ppb) Hg Proses 1 MU 19 27 31 14 11 10 20.630 42.000 Amalgamasi 2 MU 20 19 37 20 14 < 2 14.841 28.400 Amalgamasi 3 MU 21 14 64 50 8 10 28.944 57.500 Amalgamasi 4 MU 22 15 28 25 9 4 17.532 9.800 Amalgamasi 5 MU 23 14 32 39 3 4 12.481 21.200 Sianidasi Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

BUKU 2: BIDANG MINERAL Gambar 2. Peta Geologi Regional Kabupaten Minahasa Utara (Sumber : Peta Geologi Lembar Manado, Sulawesi Utara, Sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung) Gambar 3. Peta Wilayah Kontrak Karya di Kabupaten Minahasa Utara (Sumber : PT. Mearest Soputan Mining)

BIJIH DARI TAMBANG PENUMBUKAN BIJIH PENGGILINGAN & AMALGAMASI DI DALAM TEROMOL PENCUCIAN AMALGAM LUMPUR/TAILING MENGANDUNG MERKURI DAN LOGAM BERAT LAINNYA PEMERASAN (DENGAN KAIN PARASUT) MERKURI AMALGAM PENGGARANGAN AMALGAM UAP MERKURI BULLION (Au, Ag) LUMPUR/TAILING MENGANDUNG MERKURI DAN LOGAM BERAT LAINNYA SIANIDASI Au, Ag Gambar 4. Diagram Alir Proses Amalgamasi Emas dilanjutkan dengan Proses Sianidasi

BUKU 2: BIDANG MINERAL Gambar 5. Peta Lokasi Contoh Batuan