BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27 januari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

MENGURANGI PERILAKU HIPERAKTIF PADA ANAK AUTIS MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL EGRANG DI SLB NEGERI KOTA PARIAMAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah desain Single Subject Research (Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

BAB III METODE PENELITIAN

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. integrasi. Integrasi sensori atau sensory intregration adalah proses

Khusnul Khotimah* 1 Wiwik Dwi Hastuti* 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas dan Variabel terikat ( target behavior )

BAB III METODE PEELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terkendalikan. Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment). dua variabel. Variabel-variabel tersebut adalah :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KETAHANAN DUDUK BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I MELALUI PLANNED HUMOR MENGGUNAKAN BONEKA TANGAN (SSR di SLB Negeri 1 Padang)

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Kelamin : Laki-Laki TTL : Bandung, 10 Februari 1999

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP TINGKAT HIPERAKTIF IMPULSIF PADA ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD)

PENGARUH PERMAINAN KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah proses penilaian di lapangan selesai, maka pada bab ini peneliti akan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang objektif tentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PRAKTIK PADA PEMBELAJARAN VOKASIONAL OTOMOTIF BAGI PESERTA DIDIK DIFABEL

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan subyek tunggal. Variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri

BAB III METODE PENELITIAN. termasuk dalam penelitian subjek tunggal. Variabel merupakan atribut atau

BAB III METODE PENELITIAN. yang terjadi antara kondisi ideal dengan kenyataan yang ada di lapangan. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

1) Langkah pertama tempelkan spons dan potongan plat.

THE EFFECT OF ROLE PLAYING METHOD TOWARD THE ABILITY OF FICTION READING COMPREHENSION OF HEARING IMPAIRMENT STUDENT

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN. terikat yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Variabel (dalam Sunanto, J.,

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

Apr 16. Jan 16. Mar 16. Feb 16

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metode merupakan hal yang sangat diperlukan dalam suatu proses. penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. (single case experimental design) yang merupakan sebuah desain

METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN VOKASIONAL OTOMOTIF UNTUK SISWA TUNAGRAHITA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu metode yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. tepat, ketepatan ini akan menjadikan kualitas penelitian menjadi baik. Terdapat dua

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH :

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah rancangan Case Experimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (singlecase

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian membutuhkan suatu metode yang tepat untuk memperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa komponen yaitu variabel penelitian, metode penelitian, subjek

Pengaruh Penggunaan Aromaterapi Cendana Dengan Teknik Vaporizer Terhadap Perilaku Agresif Pada Anak Tunagrahita Dalam Pembelajaran Di PAUD Wisana

BAB III METODE PENELITIAN. tunggal (single case experimental design). Menurut Kazdin (dalam Latipun,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian.

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penenlitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen, karena peneliti memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini menyangkut subjek individu, maka penelitian ini termasuk eksperimen tunggal. Dalam Sunanto, Takeuchi, & Nakata (2005) dikatakan bahwa eksperimen ini termasuk pada kategori penelitian single subject research atau yang disebut SSR. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah pola A-B-A (Sunanto, Takeuchi, & Nakata, 2005:59) Tabel 3.1 Rancangan penelitian Baseline 1 Intervensi atau pengukuran Baseline 2 : Pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau target behavior dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya perminggu, perhari, atau perjam. Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok tetapi dibandingkan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda. Kondisi di sini adalah kondisi baseline dan kondisi eksperimen (intervensi). Baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada keadaan natural sebelum diberikan intervensi apapun. Kondisi eksperimen adalah kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur dibawah kondisi tersebut. Pada penelitian dengan desain subjek tunggal selalu dilakukan perbandingan antara fase baseline dengan 46

47 sekurang-kurangnya satu fase intervensi (Sunanto, Takeuchi, & Nakata, 2005: 54). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A-B-A yang memiliki 3 fase. Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain dasar A-B, desain A-B-A ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas. Prosedur dasarnya tidak banyak berbeda dengan desain A-B, hanya saja telah ada pengulangan fase baseline. Mula-mula target behavior diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B). Berbeda dengan desain A-B, pada desain A-B-A setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. Struktur dasar desain A-B-A adalah seperti digambarkan dibawah ini (Sunanto, Takeuchi, & Nakata, 2005: 59).

48 Grafik 3.1 Model grafik dengan pola A-B-A 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 baseline 1 Intervensi baseline 2 B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas yaitu terapi sensori integrasi yang diberikan oleh seorang terapis yang sudah ahli dibidang terapi okupasi dengan pendekatan sensori integrasi. 2. Variabel terikat Variabel terikat yaitu Penurunan Perilaku hiperaktif anak pada gangguan ADHD yang meliputi (a) sering gelisah denagn tangan atau kaki atau menggeliat-geliat di tempat duduk. (b) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain dimana diharapkan tetap duduk. (c) sering berlari-lari atau memanjat dalam situasi yang tida tepat. (d) sering mengalami kesulitan bermain. (e) Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin, tenaganya tidk habis. (f) Sering bicara berlebihan.

49 C. Definisi Operasional 1. Perilaku hiperaktif adalah sebuah peningkatan aktifitas motorik atau perilaku yang berlebihan dan tidak lazim yang ditandai dengan adanya gejala-gejala a) Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di kursi. b) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya dimana diharapkan anak tetap duduk. c) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi dimana hal ini tidak tepat. (pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah yang subjektif). d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara tenang. e) Sering bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh motor, f) Sering berbicara berlebihan. 2. Terapi sensori integrasi adalah suatu metode perlakuan yang diberikan pada anak-anak yang mempunyai permasalahan dalam memproses stimuli sensori. Prosedur ini dijelaskan pada sub bab sesi terapi SI pada bab 2 dari skripsi ini. D. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan adalah jumlah anak ADHD yang ada di Pusat Terapi Fajar Mulia Ponorogo. Teknik pengumpulan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan teknik purposive sampling ini dilakukan dengan melakukan pemilihan sampel sesuai dengan yang dikehendaki (Latipun, 2011: 30). Subjek dalam penelitian ini adalah

50 anak yang mengalami gangguan ADHD sesuai dengan kriteria yang ada pada DSM IV dan tidak mengalami gangguan lain selain ADHD serta belum pernah menjalankan proses terapi dengan teknik apapun. Melalui kriteria tersebut maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 2 orang. E. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan teknik observasi tingkah laku hiperaktif. Pengumpulan data dilakukan sebelum, selama dan sesudah pemberian terapi. Observasi dilaksanakan di kelas dan juga selama terapi kepada anak ADHD tersebut dengan cara mengamati perilaku hiperaktif yang ditunjukkan oleh subjek. Pengumpulan data menggunakan lembar evaluasi observasi perilaku hiperaktif dengan mengisi frekuensi hiperaktif yang ditunjukkan selama durasi waktu 60 menit. Sedangkan daftar kegiatan yang diamati adalah sesuai dengan ciri-ciri perilaku hiperaktif pada DSM IV yaitu, a) Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di kursi. b) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya dimana diharapkan anak tetap duduk. c) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi dimana hal ini tidak tepat. (pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah yang subjektif). d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara tenang. e) Sering bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh motor, f) Sering berbicara berlebihan. Pada observasi ini dilakukan metode triangulasi.

51 F. Prosedur Penelitian 1. Menentukan tempat pelaksanaan Penelitian dilakukan di Pusat Terapi Fajar Mulia Ponorogo karena terdapat kasus yang sesuai dengan kriteria peneliti. 2. Pemberian intervensi Pemberian intervensi dilakukan mulai dari tanggal 27 Januari 2014 dengan rincian sebagai berikut : a. Sasaran perilaku Sasaran perilaku yang akan diamati pada penelitian ini yakni adakah penurunan perilaku hiperaktif setelah diberikan intervensi. Ciri-ciri ini diambil dari DSM IV yaitu, a) Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di kursi. b) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya dimana diharapkan anak tetap duduk. c) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi dimana hal ini tidak tepat. (pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah yang subjektif). d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara tenang. e) Sering bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh motor, f) Sering berbicara berlebihan. b. Prosedur yang diterapkan Eksperimen disini termasuk eksperimen tunggal sebagai kategori penelitian SSR (Single Subject Research). Rancangan penelitian yang digunakan adalah pola A-B-A; baseline A, yaitu peneliti mengamati hiperaktif subjek selama 5 sesi (tanggal 27-31 Januari 2014) pada

52 kondisi kegiatan belajar disekolah tanpa intervensi apapun, observasi ini dilakukan selama 60 menit. Intervensi B, pada intervensi B ini peneliti dibantu oleh seorang terapis melakukan intervensi berupa terapi sensori integrasi pada subjek di Pusat Terapi Fajar Mulia Ponorogo selama 12 sesi mulai tanggal 1-28 Februari 2014, sesuai yang disebutkan pada Wilson (1998:33) bahwa sesi treatment minimal selama 12 pertemuan dengan durasi setiap pertemuan sekitar 55 menit. Kemudian baseline 2, yaitu peneliti melakukan pengamatan lagi 5 sesi (tanggal 3-7 Maret 2014) saat kegiatan belajar mengajar disekolah selama 60 menit, hal ini dilakukan setelah intervensi dihentikan. 3. Evaluasi Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan lembar evaluasi perilaku hiperaktif dengan mengisi jumlah frekuensi perilaku hiperaktif yang ditunjukkan yang diambil dari ciri-ciri hiperaktif pada DSM IV. Dibawah ini merupakan tabel yang digunakan sebagai lembar evaluasi perilaku hiperaktif.

53 Tabel 3.2 Lembar Observasi Evaluasi Perilaku Hiperaktif No Aktifitas Frekuensi Total 1 Gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di kursi 2 Meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya dimana diharapkan anak tetap duduk 3 Berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi tidak tepat 4 Mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara tenang. Bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh motor 5 Bicara berlebihan/merancau 4. Tahap Penelitian Penelitian dilakukan dengan rincian sebagai berikut a. Tahap awal Sebelum diberikan perlakuan, subjek diamati tingkat hiperaktifnya sesuai dengan lembar observasi evaluasi perilaku hiperaktif. Pengukuran perilaku hiperaktifnya menggunakan frekuensi yang diambil dari ciri-ciri hiperaktifitas DSM IV. Pengukuran ini rencananya dilakukan selama 5 hari di sekolah tempat subjek belajar. Setiap sesi selama 60 menit pada jam pelajaran. Pengukuran ini disebut dengan baseline A1.

54 b. Tahap perlakuan Pada tahap perlakuan subjek diberikan terapi okupasi dengan pendekatan sensori integrasi oleh seorang terapis di Pusat Terapi Fajar Mulia Ponorogo dengan jadwal yang telah ditentukan dengan durasi waktu pemberian perlakuan ini adalah 55 menit. Pada saat intervensi dilakukan terapis dan peneliti melakukan observasi dengan menggunakan lembar evaluasi perilaku hiperaktif. Intervensi serta observasi ini dilaksanakan selama 12 sesi. c. Tahap penghentian perlakuan Setelah mendapatkan intervensi selama 12 sesi dan telah dilakukan observasi maka perlakukan tersebut dihentikan. Kemudian observasi dilakukan kembali selama 5 hari di sekolah tempat subjek belajar dengan durasi waktu 60 menit. d. Tahap Akhir Setelah dilakukan observasi sebelum, selama dan sesudah pemberian perlakuan maka dilakukan analisis hasil. Semua data yang diperoleh dukumpulkan kemudian dianalisis melalui penarikan grafik. Keberhasilan terapi ini dapat dilihat dari analisis hasil penelitian melalui grafik tersebut. Apabila setelah pemberian treatment serta setelah pemberhentian treatment perilaku hiperaktif subjek berkurang maka terapi tersebut dapat dikatakan behasil meskipun penurunan yang ditunjukkan belum tentu besar.

55 5. Tahap Pengumpulan data Tahap pengumpulan data menggunakan frekuensi dengan ciri-ciri yang diambil dari DSM Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi IV yaitu, (a) sering gelisah denagn tangan atau kaki atau menggeliat-geliat di tempat duduk. (b) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain dimana diharapkan tetap duduk. (c) sering berlari-lari atau memanjat dalam situasi yang tida tepat. (d) sering mengalami kesulitan bermain. (e) Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin, tenaganya tidk habis. (f) Sering bicara berlebihan. 6. Tahap pengecekan data Tahap pengecekan data dilakukan dengan cara peneliti serta terapis sama-sama melakukan observasi pada subjek dan membandingkan hasilnya. Hal ini dilakukan untuk mengecek data yang diperoleh. G. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Lembar observasi evaluasi perilaku hiperaktif. 2. Ruangan yang digunakan untuk proses terapi. H. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi ratting scale maka diperlukan kriteria rater sebagai validitas internal.berikut ini merupakan kriteria rater dalam pengisian ratting scale (Tim dosen Pengampu PD 2, hand out mata kuliah observasi Fakultas Psikologi UIN Malang, 2009).

56 a. Adanya minat dan kesediaan melakukan observasi b. Mengerti latar belakang tentang materi yang akan diobservasi c. Mampu memahami kode-kode/tanda-tanda tingkah laku untu membedakan tingkah laku yangsatu dengan yang lain. d. Membagi perhatian dan memusatkan perhatian e. Dapat melihat hal-hal detail f. Dapat mereaksi dengan cepat dan menerangkan contoh-contoh tingkah laku secara verbal/nonverbal g. Menjaga hubungan antar observer dan observe h. Observer sebaiknya bersikap netral dan bebas prasangka serta tidak cepat mengambil keputusan. Dari kriteria di atas maka rater yang diambil adalah terapis dari subjek itu sendiri. Hal ini karena terapis itu mengetahui latar belakang materi yang akan diobservasi, dapat melihat yang detail, mampu menjaga hubungan baik dengan observee serta bisa bersikap netral dalam mengambil keputusan. Selain itu, terapis juga bersedia dalam pengisian ratting scale. 2. Reliabilitas Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian dengan menentukan kriteria stabilitas terlebih dahulu dengan kriteria stabilitas 15%, kemudian ditemukan persentase stabilitas.apabila persentase stabilitas sebesar 85% - 90% dikatakan stabil, sedangkan dibawah itu dikatakan tidak stabil (variabel) (Sunanto, Takeuchi, & Nakata, 2005. 94).

57 I. Metode Analisis Data Analisa data dalam penelitian ini adalah deskripsi gambaran yang diperoleh dari analisa grafik dan proses observasi ratting scale berdasarkan pengukuran perlaku. Sunanto, Takeuchi & Nakata (2005: 93) mengungkapkan bahwa pada penelitian dengan kasus tunggal penggunaan statistik yang kompleks tidak dilakukan tetapi lebih banyak menggunakan statistik deskriptif yang sederhana, karena penelitian kasus tunggal lebih terfokus pada data individu dari pada data kelompok. Dalam proses analisis data pada penelitian subjek tunggal banyak mempresentasikan data kedalam grafik khususnya grafik garis. Oleh karena itu grafik memegang peran penting dalam proses analisis pada bab ini akan dibahas prinsip-prinsip umum dalam membuat grafik. Data yang diperoleh dari grafik tersebut diintepretasikan dengan cara melihat penurunan grafik pada fase baseline 1, fase intervensi dan juga fase baseline A2. Ketika peningkatan grafik tidak terjadi pada fase baseline A2 maka terapi tersebut diartikan efektif, dan begitu pula sebaliknya. Pembuatan grafik memiliki dua tujuan utamayaitu, (1) untuk membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, (2) untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membantu dalam proses menganalisis hubungan variabel bebas dan terikat. Dengan menampilkan grafik, peneliti akan lebih mudah untuk menjelaskan perilaku subjek secara efisien, kompak, dan detail. Di samping itu, grafik juga akan mempermudah untuk mengkomunikasikan

58 kepada pembaca mengenai urutan kondisi eksperimen, waktu yang diperlukan setiap kondisi, menunjukkan variabel bebas dan terikat, desain yang digunakan, dan hubungan antara variabel bebas dan terikat (Sunanto, Takeuchi & Nakata. 2005: 35).