BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. unik: sepertiga spesies bakteri dalam mulut terdapat di lidah.1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Riskesdas menunjukan bahwa 70 % anak-anak menderita

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hilangnya gigi. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) Kementerian

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

PENGARUH PEMBERIAN TABLET HISAP Xylitol DAN TABLET HISAP SUKROSA TERHADAP ph SALIVA PADA ANAK USIA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kadar gula yang tinggi) dapat menyebabkan manusia rentan terkena

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

ABSTRAK. Kata Kunci: permen karet, probiotik, Lactobacillus reuteri, Streptococcus mutans.

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

BAB I PENDAHULUAN. dengan gigi semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menilai kesehatan rongga mulut secara umum. Kebiasaan yang sering

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya permintaan perawatan ortodontik (Erwansyah, 2012). Perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berpengaruh pada pola makan dan pemilihan makanan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

ABSTRAK. Xylitol, populasi bakteri aerob, plak gigi.

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh secara alami merupakan tempat berkoloninya kompleks mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri-bakteri ini secara umum tidak berbahaya dan ditemukan di seluruh permukaan luar tubuh, saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran kemih. 1 Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal. 2 Kolonisasi flora normal memberikan keuntungan bagi inangnya, terutama dalam mekanisme yang disebut dengan resistensi kolonisasi dimana bakteri patogen tidak dapat mengakses daerah yang ditempati oleh flora normal. Namun pada keadaan tertentu flora normal di dalam mulut dapat menjadi patogen oportunistik dan menyebabkan penyakit seperti karies, gingivitis, stomatitis, glossitis, dan periodontitis. 1 Karies gigi adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan ditandai dengan demineralisasi permukaan gigi oleh asam. 3 Karies gigi merupakan penyakit yang paling sering terjadi di dunia, dimana pada daerah yang kurang berkembang karies cenderung menjadi suatu masalah yang kurang ditangani dengan baik sehingga pada akhirnya akan menyebabkan infeksi lanjutan, kehilangan gigi secara dini, ataupun diperlukannya tindakan ekstraksi dari gigi tersebut, sehingga penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya karies. 4,5 1

2 Terdapat berbagai upaya untuk mencegah terjadinya karies, yaitu dengan modifikasi diet, mengeliminasi plak secara mekanis, aplikasi fluor, pit and fissure sealant, sampai dengan penggunaan produk antimikroba. Pada dasarnya penggunaan produk ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan penyebab utama karies gigi. 6 Meskipun karies gigi merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh banyak faktor namun dapat dikatakan bahwa penyebab utama terjadinya karies adalah bakteri kariogenik yaitu Streptococcus mutans. 1,7,8 Streptococcus mutans adalah mikroorganisme asidogenik dan asidurik yang berkolonisasi di rongga mulut dan dianggap sebagai pemicu terjadinya karies. 9,10 Jumlah Streptococcus mutans yang tinggi dalam saliva merupakan indikator yang paling baik dalam memprediksi terjadinya karies. 11 Kemampuan Streptococcus mutans untuk melekat pada permukaan gigi ketika terpapar sukrosa dan menghasilkan asam dengan memfermentasi berbagai macam gula telah dihubungkan dengan potensinya dalam menginduksi karies. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah karies gigi adalah dengan mengganggu proses adhesi dan kolonisasi Streptococcus mutans ke permukaan gigi. 12 Mengunyah permen karet merupakan salah satu pilihan dalam mengurangi jumlah koloni bakteri yang ada di dalam rongga mulut. Mengunyah akan meningkatkan sekresi saliva yang salah satu fungsinya adalah melindungi rongga mulut dari bakteri patogen termasuk bakteri kariogenik seperti Streptococcus mutans. 13 Jenis bahan yang ditambahkan ke dalam permen karet juga dapat mempengaruhi jumlah mikroorganisme di dalam mulut. Seperti halnya permen karet probiotik yang kini telah beredar di masyarakat dan mendapat sambutan

3 yang cukup baik karena kemampuan bakteri Lactobacillus reuteri yang terkandung di dalamnya dapat mencegah kolonisasi mikroorganisme patogen. 14,15 Bakteri ini dapat memproduksi reuterin yang merupakan senyawa anti-patogenik poten yang dapat membatasi kehidupan mikroorganisme dengan spektrum luas termasuk bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif, fungi, dan protozoa. 16,17 Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh produk probiotik dengan sediaan permen karet yang mengandung bakteri Lactobacillus reuteri terhadap koloni bakteri kariogenik Streptococcus mutans dalam saliva. Diharapkan, bakteri Lactobacillus reuteri yang terkandung dalam permen karet probiotik ini dapat membantu mengurangi jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans dalam saliva yang merupakan penyebab utama karies sehingga dapat mengurangi tingkat karies secara signifikan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut : Apakah mengunyah permen karet probiotik yang mengandung Lactobacillus reuteri dapat menurunkan jumlah koloni bakteri kariogenik Streptococcus mutans dalam saliva.

4 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh permen karet probiotik yang mengandung Lactobacillus reuteri terhadap jumlah koloni bakteri kariogenik Streptococcus mutans dalam saliva. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan memiliki beberapa manfaat, yaitu : 1. Manfaat akademis Menjelaskan secara ilmiah efek mengunyah permen karet probiotik yang mengandung Lactobacillus reuteri terhadap koloni bakteri kariogenik Streptococcus mutans dalam saliva dan dapat dijadikan landasan untuk penilitian lain sehingga berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. 2. Manfaat praktis Memberikan informasi kepada masyarakat serta kepada pelaksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat mengenai pengaruh permen karet probiotik dalam hal kesehatan gigi dan mulut khususnya dalam pencegahan karies. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Setiap hari, manusia menelan mikroorganisme hidup terutama bakteri dalam jumlah yang besar. Walaupun bakteri ini secara alami terdapat di dalam makanan dan minuman, namun dapat juga dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan yang diolah seperti keju, yogurt, dan produk-produk susu fermentasi lainnya

5 untuk mendapatkan efek tertentu. Bakteri yang ditambahkan ke dalam makanan dengan tujuan kesehatan ini disebut dengan probiotik. 18 Probiotik adalah mikroorganisme hidup, terutama bakteri yang aman untuk dikonsumsi dan apabila diberikan dalam jumlah yang adekuat (melalui makanan atau pun sebagai suplemen) dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan inangnya. 3,16,19,20 Saat ini produk probiotik yang beredar di pasaran jumlahnya meningkat. Hal ini dihubungkan dengan manfaatnya dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan yang telah banyak diteliti dan dibuktikan oleh para ahli. Namun peran probiotik tidak hanya untuk kesehatan saluran pencernaan saja, kini probiotik juga diyakini dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut. Bakteri yang sering dihubungkan dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut adalah bakteri Lactobacillus reuteri yang berasal dari genus Lactobacilli. 21,22,23 Lactobacillus reuteri adalah bakteri komensal yang terdapat pada saluran cerna manusia dan diketahui memproduksi reuterin. Reuterin adalah molekul ringan turunan gliserol yang disekresi pada keadaan fisiologis, bersifat netral, larut dalam air, efektif pada rentang ph yang luas, dan resisten terhadap enzimenzim proteolitik dan lipolitik. Senyawa ini diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif serta memiliki efek antibakteri, anti jamur, dan anti protozoa. 16 Kemampuan dalam mensekresikan reuterin inilah yang banyak dihubungkan dengan penurunan jumlah bakteri kariogenik Streptococcus mutans di dalam rongga mulut. Lactobacillus reuteri adalah salah satu spesies yang telah diuji

6 mampu menghambat pembiakan Streptococcus mutans dan tidak memiliki efek yang merugikan pada gigi. 14,16,20 Hasil maksimal dari penggunaan Lactobacillus reuteri sebagai probiotik yang dapat meningkatkan kesehatan rongga mulut, dapat dicapai apabila bakteri berkontak selama mungkin dengan permukaan gigi. Hal ini bertujuan agar Lactobacillus reuteri dapat melekat dan berintegrasi dengan komunitas bakteri lainya untuk membentuk lapisan biofilm yang memproteksi permukaan gigi dari bakteri patogen. Pengunyahan permen karet probiotik selama 10 menit diharapkan dapat membentuk lapisan biofilm oleh bakteri. 15 Selain kandungan Lactobacillus reuteri pada permen karet probiotik, pengunyahan permen karet juga dapat menstimulasi aliran saliva yang secara tidak langsung dapat melindungi gigi dari karies. Peningkatan aliran saliva dapat membantu mengurangi bakteri dan partikel makanan yang berperan dalam proses metabolisme bakteri. Saliva juga mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan bakteri, seperti ion tiosianat, enzim proteolitik, dan protein yang terkandung dalam saliva seperti laktoferin, immunoglobulin, serta faktor agregasi bakteri yang dapat menurunkan bakteri di rongga mulut ataupun dalam fase statis. 13 Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian ini, yaitu dengan mengunyah permen karet probiotik yang mengandung Lactobacillus reuteri dapat menurunkan jumlah koloni bakteri kariogenik Streptococcus mutans dalam saliva.

7 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu laboratorik. Populasi dan sampel penelitian diambil secara acak dengan jumlah orang percobaan sebanyak 8 orang. Analisis data diuji dengan metode uji t berpasangan dengan α = 0,05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05. Analisis data menggunakan perangkat lunak komputer. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha pada bulan Mei Juli 2012.