JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: Halaman

dokumen-dokumen yang mirip
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

Pertumbuhan Tanaman Bawang Putih (Allium sativum L.) dengan Pemberian Air Kelapa (Cocos nucifera L.) Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA Kelas XII

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.)dengan Penyiraman Air Kelapa (Cocos nucifera L.) Sebagai Sumber Belajar BiologiSMA Kelas XII

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN PAITAN (Thitonia diversifolia)

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: Halaman 87-92

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU. Disusun oleh: Madania Asshagab Nur Fifa Rifa atus shalihah Sarinah Sri Rahmisari Rembulan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

L102. Staf Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi UMS ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

S U N A R D I A

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam.

Laporan Praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Kacang Hijau

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan soal 1.1. keturunan. makanan. hormon. hobby

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

SMA NEGERI 2 KABUPATEN TEBO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pupuk Organik Cair AGRITECH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

SUPARMUJI, S.Pd NIP

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman kangkung darat dengan

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar. Kadar air, ph, C-Organik, Bahan Organik, N total. Berikut data hasil analisis

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PERTUMBUHAN VEGETATIF DENGAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum, Mill )

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Progam Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan Anakan Rukam ( Flacourtian Rukam ) di Persemaian

XII biologi KTSP & K-13. Kelas PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN. A. Pengertian dan Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

Transkripsi:

Respon Pertumbuhan dan Produksi Lycopersicon esculentum Mill. terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar Sampah Organik Pasar dan Kotoran Kambing Sebagai Materi Pembelajaran Biologi Versi Kurikulum 2013 Vintaka Ratih, Listiatie Budi Utami Progam Studi Pendidikan Biologi, Universitas Ahmad Dahlan Kampus III, Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH, Yogyakarta, 55164 Indonesia surat elektronik: vintakaratih@ymail.com Abstrak ` Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) terhadap pemberian kompos, dosis pemberian kompos yang paling efektif terhadap pola pertumbuhan dan produksitanaman tomat, serta untuk mengetahui potensi proses dan hasil penelitian sebagai materi pembelajaran Biologi SMA kelas XII versi Kurikulum 2013 pada KD 4.2. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan analisis varian, dan uji Beda Nyata Terkecil taraf 5%. Penelitian ini mengguakan 5 perlakuan, yaitu A0 (0 g kompos + 2,5 Kg tanah), A1 (350 g kompos + 2,5 Kg tanah), A2 (700 g kompos + 2,5 Kg tanah), A3 (1050 g kompos + 2,5 Kg tanah), dan A4 (1400 g kompos + 2,5 Kg tanah) dengan 4 kali ulangan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman tomat, jumlah ibu tangkai daun, jumlah bunga, jumlah buah, serta diameter buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon pertumbuhan dan produksi tanaman tomat terhadap pemberian kompos adalah dapat merespon secara positif dengan hasil yang bervariasi pada setiap perlakuan. Dosis pemberian kompos yang paling efektif terhadap pola pertumbuhan dan produksi tomat adalah perlakuan A3 (1050 g kompos + 2,5 Kg tanah). Proses dan hasil penelitian berpotensi sebagai materi pembelajaran biologi SMA kelas XII versi Kurikulum 2013 pada K.D 4.2. Kata kunci: Lycopersicon esculentum Mill., kompos, materi pembelajaran Pendahuluan Tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya. Produksi tomat sangat dipengaruhi oleh kandungan unsur hara dalam tanah. Jika unsur hara dalam tanah mampu mencukupi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhannya, maka produksi tomat dapat ditingkatkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan pemupukan menggunakan kompos organik. Komposisi kompos dapat dibuat dari kotoran kambing dan sampah organik pasar. Nilai rasio C/N kotoran kambing umumnya masih di antara 20-25. Pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N kurang dari 20, sehingga kotoran kambing akan lebih baik penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Kadar hara kotoran kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi, unsur K sendiri sangat berperan penting dalam hal metabolisme pada bagian tubuh tanaman serta berperan penting dalam pembentukan buah bagi tanaman. Sampah organik pasar merupakan sampah yang berasal dari makhluk hidup dan dapat diuraikan oleh mikroorganisme pengurai, contohnya sisa sayuran dan buah. Mendaur ulang limbah perkotaan dari sampah rumah tangga menjadi pupuk organik (kompos) penting untuk mengurangi dampak pencemaran oleh adanya sampah. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penting kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap respon pertumbuhan dan produksi Lycopersicon esculentum Mill. terhadap pemberian kompos berbahan dasar sampah organik pasar dan kotoran kambing. Penelitian ini berkaitan dengan materi yang dipelajari di SMA kelas XII mengenai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Apabila dikaji lebih lanjut, proses dan hasil penelitian peningkatan produksi tomat dengan pengomposan yang akan dilakukan, berpotensi sebagai materi pembelajaran Biologi SMA kelas XII untuk memenuhi Kompetensi Dasar 4.2 Melaksanakan penelitian pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tanaman dan mempresentasikan hasilnya sebagai laporan. 167

Respon Pertumbuhan dan Produksi Lycopersicon esculentum Mill. terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar Sampah Organik Pasar dan Kotoran Kambing Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Gedong RT 01/RW 06 Sengon, Prambanan, Klaten. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2014. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah polybag, thermometer, timbangan analitik, hygrometer, timbangan digital, alatalat gelas, alat pertanian, kertas ph, alat tulis, kamera digital, sarung tangan, kertas label, serta tegakan bambu. Bahan yang digunakan adalah bibit tomat, kompos, tanah gembur, EM4, gula pasir, dan air. Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan. Perlakuan yang digunakan adalah; A0 = 0 g kompos dan 2,5 Kg tanah (kontrol); A1 = 350 g kompos dan 2,5 Kg tanah; A2 = 700 g kompos dan 2,5 Kg tanah; A3 = 1050 g kompos dan 2,5 Kg tanah; dan perlakuan A4 = 1400 g kompos dan 2,5 Kg tanah, masing-masing perlakuan 4 kali ulangan. Pengamatan Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah ibu tangkai daun, jumlah bunga, jumlah buah, dan diameter buah. Analisis data menggunakan analisis varian yang dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%. Hasil dan Pembahasan Tinggi Tanaman Pemberian kompos sampah organik pasar terhadap tinggi tanaman tomat pada semua perlakuan (A0, A1, A2, A3, dan A4) berbeda nyata pada masing-masing perlakuannya. Tinggi tanaman pada perlakuan A3 memiliki ukuran yang lebih tinggi sebesar 100,40 cm dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hasil uji BNT taraf 5% terhadap rerata tinggi tanaman tomat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji BNT Tinggi Tanaman Tomat Minggu Ke-6 Konsentrasi Tinggi Tanaman (cm) BNT 0,05 (2.43) A0 64.35 a A1 76.68 b A2 81.58 c A3 100.40 e A4 92.53 d Perlakuan A0 sebagai kontrol memiliki tinggi tanaman yang paling rendah, sehingga tidak dapat memeberikan hasil yang optimal pada tinggi tanaman tomat. Pertumbuhan tanaman tomat yang tidak optimal dapat disebabkan oleh banyak hal. Hal tersebut antara lain pada perlakuan A0 tidak diberikan campuran kompos sehingga unsur hara yang dibutuhkan tidak optimal. Pada perlakuan A1 (kompos 350 g dan 2,5 Kg tanah) dan A2 (kompos 700 g dan 2,5 Kg tanah) memiliki tinggi yang lebih rendah dari A3. Hal tersebut disebabkan kurangnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam proses metabolisme. Unsur hara yang utama adalah nitrogen yang berfungsi sebagai pemacu Vintaka Ratih pertumbuhan tanaman secara umum, terutama pada fase vegetatif. Pada perlakuan A4 (kompos 1400 g dan 2,5 Kg tanah) memiliki tinggi yang lebih rendah dari A3. Hal tersebut karena pemberian kompos yang terlalu banyak sehingga konsentrasi nutrisi menjadi pekat. Kondisi pekat ini dapat mengakibatkan nutrisi dalam kandungan kompos tidak dapat masuk melalui dinding sel tanaman. Perlakuan A3 memiliki tinggi yang paling optimal dari pemberian kompos sampah organik. Pertumbuhan tinggi tanaman tomat karena kebutuhan unsur hara dan nutrisi yang terpenuhi, sehingga pembelahan meristem ujung (apikal) dan meristem interkalar dapat bekerja secara maksimal. Unsur hara yang dapat menunjang pertumbuhan tinggi tanaman, salah satunya adalah adanya nitrogen. Menurut Lakitan (2012: 63), unsur hara N (nitrogen) dibutuhkan dalam jumlah besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pembentukan tunas, perkembangan batang, dan daun. Pada perlakuan A3 (kompos 1050 g dan 2,5 Kg tanah) dimungkinkan memiliki kandungan nutrisi yang memadai untuk pertumbuhan tanaman. Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya penyerapan unsur hara oleh akar tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman juga dapat disebabkan oleh adanya kerja dari hormon auksin yang dapat memacu pemanjangan sel, pertambahan jumlah sel sebagai hasil pembelahan mitosis meristem pada titik tumbuh primer dan sekunder. Jumlah Ibu Tangkai Bunga Jumlah ibu tangkai daun pada perlakuan A3 berbeda nyata dan lebih banyak sebesar 20,50 dibandingkan dengan jumlah ibu tangkai daun pada perlakuan lainnya. Hasil uji BNT taraf 5% terhadap rerata jumlah ibu tangkai daun dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji BNT Jumlah Ibu Tangkai Daun Tanaman Tomat Minggu Ke-6 Konsentrasi Jumlah Ibu Tangkai Daun BNT 0,05 (2.05) A0 11,75 a A1 16,00 b A2 16,75 b A3 20,50 c A4 16,50 b ibu tangkai daun yang paling sedikit dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (A1, A2, A3, dan A4). Hal tersebut karena kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tidak terpenuhi, sehingga hasil yang tidak optimal pada jumlah ibu tangkai daun. Meskipun unsur hara yang diserap tidak optimal, tanaman tomat pada perlakuan A0 masih dapat tumbuh dan berkembang. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh faktor eksternal yang mendukung, seperti sinar matahari yang cukup, ketersediaan air, ph, dan kelembaban yang sesuai. Perlakuan A3 menunjukkan jumlah ibu tangkai daun yang optimal karena unsur hara nitrogen mampu terserap secara optimal. Nitrogen merupakan bahan baku penyusun klorofil pada proses fotosintesis. Menurut Noverita (2005), klorofil berfungsi menangkap energi matahari yang digunakan untuk sintesis makro molekul di dalam sel. Tanaman akan mentranslokasikan 168

sebagian besar hasil sintesis makro molekul ke bagian organ vegetatif, sehingga meningkatkan pertumbuhan daun dan meningkatkan jumlah ibu tangkai daun. Jumlah ibu tangkai daun juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas hormon. Menurut Campbell (2003), hormon auksin dan sitokinin endogen yang sudah optimal akan memacu proses pembelahan dan diferensiasi sel untuk membentuk tunas-tunas baru. Jumlah Bunga Jumlah buah pada perlakuan A3 (1050 g kompos dan 2,5 Kg tanah) lebih banyak sebesar 31,75 dibandingkan dengan perlakuan lain. Perlakuan A3 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (A0, A1, A2, dan A4). Hasil uji BNT taraf 5% terhadap rerata jumlah ibu bunga dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji BNT Jumlah Bunga Tanaman Tomat Minggu Ke-6 Konsentrasi Jumlah Bunga BNT 0,05 (3.13) A0 8.00 a A1 26.75 b A2 18.50 b A3 31.75 c A4 19.25 b bunga yang paling sedikit dibandingkan perlakuan yang lain. Hal tersebut karena perlakuan A0 tidak diberi kompos seperti perlakuan yang lain, sehingga unsur karbon yang dibutuhkan untuk pembungaan tidak memadai. Pada perlakuan A1 (kompos 350 g dan 2,5 Kg tanah) dan A2 (kompos 700 g dan 2,5 Kg tanah) memiliki jumlah bunga yang lebih sedikit dari A3. Hal tersebut dapat disebebkan oleh kurang optimalnya proses osmosis dan kurangnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam proses fotointesis. Unsur hara yang berperan dalam pembungaan adalah karbon. Pada perlakuan A4 (kompos 1400 g dan 2,5 Kg tanah) memiliki jumlah bunga yang lebih rendah dari A3. Hal tersebut karena pemberian kompos yang terlalu banyak sehingga konsentrasi nutrisi menjadi pekat. Kondisi pekat ini dapat mengakibatkan nutrisi dalam kandungan kompos tidak dapat masuk melalui dinding sel tanaman. Perlakuan A3 memiliki jumlah bunga yang paling banyak dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Hal ini dapat terjadi karena pada perlakuan A3 mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bunga secara optimal. Menurut Kimball (2000), selain unsur hara, pertumbuhan bunga juga dipengaruhi oleh cadangan makanan, suhu, serta fotosintesis. Unsur hara karbon juga dapat mempengaruhi pembentukan bunga. Karbon merupakan bahan baku dalam pembentukan jaringan tubuh tanaman. Sumber karbon yang banyak dapat menyebabkan fotosintesis terus aktif. Jika tumbuhan berfotosintesis terus aktif maka cadangan energi yang dihasilkan dapat membantu proses pembungaan. Jumlah bunga juga dapat dipengaruhi oleh adanya hormon pembungaan florigen. Florigen terdiri dari 2 gugus hormon, yaitu gibberelin yang mengontrol pembentukan tangkai bunga dan antesin yang mengontrol pembentukan bunga (Ardisela, 2007). Jumlah Buah Jumlah buah pada perlakuan A3 (1050 g kompos dan 2,5 Kg tanah) lebih besar sebesar 7,50 dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan A3 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (A0, A1, A2, dan A4). Hasil uji BNT taraf 5% terhadap rerata jumlah buah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji BNT Jumlah Buah Tanaman Tomat Minggu Ke-6 Konsentrasi Jumlah Buah BNT 0,05 (0.62) A0 1.00 a A1 2.75 b A2 3.00 b A3 7.50 c A4 3.25 b buah yang paling sedikit sebesar 1,00 dibandingkan perlakuan lainnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tidak terpenuhi karena tidak diberi perlakuan kompos. Menurut Sunarjono (Idris, 2004), faktor yang mempengaruhi jumlah buah adalah gagalnya pembentukan bunga dari pembungaan suatu tanaman. Jumlah buah perlakuan A1, A2, dan A4 lebih sedikit daripada perlakuan A3. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan konsentrasi pemberian kompos. Pada perlakuan A1 dan A2 konsentrasi kompos lebih sedikit dibandingkan A3, sehingga mengakibatkan unsur hara yang diserap dan jumlah buah yang dihasilkan lebih sedikit. Pada perlakuan A4 juga memiliki jumlah buah yang lebih sedikit dibandingkan A3. Perlakuan A4 memiliki konsentrasi kompos lebih banyak dari A3 yang mengakibatkan nutrisi menjadi pekat dan tidak dapat diserap oleh tanaman. Jumlah buah yang sedikit pada perlakuan A0, A1, A2, dan A4 juga dapat disebabkan oleh gagalnya proses penyerbukan dan pembuahan, serta gugurnya bunga sebelum berbuah. Perlakuan A3 memiliki jumlah buah yang paling banyak dibandingkan perlakuan lainnya. Hal tersebut karena perlakuan A3 mampu menyerap kandungan phosfor (P) dan kalium (K) yang optimal. Phosfor dalam media tanam sangat berperan untuk mendorong memajukan pembentukan buah. Kalium (K) dalam media tanam bermanfaat untuk memperbaiki mutu hasil buah (rasa dan warna). Faktor lain yang yang menyebabkan perlakuan A3 memiliki jumlah buah terbanyak adalah respon tanaman tomat. Tanaman tomat perlakuan A3 mampu merespon pemberian kompos dengan menyerap kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Diameter Buah Diameter buah pada perlakuan A3 (1050 g kompos dan 2,5 Kg tanah) lebih besar sebesar 1,17 dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan A3 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (A0, A1, A2, dan A4). Hasil uji BNT taraf 5% terhadap rerata diameter buah dapat dilihat pada Tabel 5. 169

Respon Pertumbuhan dan Produksi Lycopersicon esculentum Mill. terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar Sampah Organik Pasar dan Kotoran Kambing Tabel 5. Hasil Uji BNT Diameter Buah Tomat Minggu Ke-6 Konsentrasi Diameter Buah (cm) BNT 0,05 (0.36) A0 0.56 a A1 0.71 a A2 0.68 a A3 1.17 b A4 0.75 a buah yang paling sedikit sebesar 0,56 dibandingkan perlakuan lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tidak terpenuhi karena tidak diberi perlakuan kompos. Faktor lain juga dapat terjadi karena pasokan air yang terbatas sehingga sumber hidrogen yang diserap tanaman tidak optimal yang mengakibatkan proses fotosintesis menjadi terhambat. Terhambatnya proses fotosintesis mengakibatkan proses pembentukan dan pembesaran buah menjadi terhambat. Diameter buah perlakuan A1, A2, dan A4 lebih kecil daripada perlakuan A3. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan konsentrasi pemberian kompos. Perbedaan konsentrasi yang cukup tinggi antara tanah dan akar tanaman mengakibatkan sistem penyerapan air dan unsur hara oleh akar di dalam tanah secara osmosis dapat terganggu. Pekatnya kompos yang digunakan akan meningkatkan konsentrasi larutan pada tanah. Keadaan ini juga akan mengakibatkan penyusutan pada protoplasma sel akar sehingga akan mengganggu sistem penyerapan air dan unsur-unsur hara, bahkan air akan ikut keluar jika tekanan di dalam sel akar lebih rendah dibandingkan tekanan di sekitar sel. Perlakuan A3 memiliki diameter buah yang paling besar dibandingkan dengan perlakuan A0, A1, A2 dan A4. Hal tersebut dapat dikarenakan A3 mampu menyerap unsur hara secara optimal. Unsur tembaga (Cu) dimungkinkan terdapat pada media tanam yang dapat membantu perkembangan buah. Tembaga juga dapat megaktifkan beberapa enzim yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Unsur hara lain yang dimungkinkan terdapat dalam media tanam adalah seng (Zn). Menurut Leovini (2012), seng dapat mengaktifkan sebagian besar enzim yang terlibat dalam pertumbuhan dan reproduksi tanaman. Hormon giberelin juga mempengaruhi pembesaran sel (peningkatan ukuran) Adanya pembesaran sel mengakibatkan ukuran sel yang baru lebih besar dari sel induk. Pertambahan ukuran sel menghasilkan pertambahan ukuran jaringan, organ, dan meningkatkan ukuran tubuh dan buah pada tanaman. Kondisi Abiotik Derajat Keasaman Media Tanam ph media tanam sebelum perlakuan mengalami perubahan setelah adanya perlakuan. ph sebelum perlakuan adalah 6 dan setelah adanya perlakuan menjadi 7. Adanya perubahan ph sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan terutama pada perlakuan A1, A2, A3, A4 karena pemberian kompos. Perubahan ph tersebut juga berkaitan dengan sifat utama kompos, yaitu memperbaiki sifat atau strukur tanah dan mampu meningkatkan ph pada tanah asam (Anonim, 2007: 24- Vintaka Ratih 25). Perlakuan A0 tidak mengalami perubahan ph media tanam karena pada perlakuan ini tidak diberikan perlakuan kompos seperti perlakuan yang lain. Suhu Udara dan Kelembaban Lingkungan pemeliharaan rerata pengukuran suhu dan juga kelembaban lingkungan pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rerata Suhu dan Kelembaban Lingkungan Pemeliharaan Tanaman Tomat Kondisi Abiotik Pagi Siang Sore Rerata Suhu ( 0 C) 20,42 29,50 25,67 Rerata Kelembaban (%) 94,27 74,40 89,13 Menurut Rahmatia dan Pipit (2006: 13), suhu lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 17 0 C 23 0 C. Lingkungan yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman tomat ini tidak sesuai dengan literatur yang ada. Dalam praktiknya, suhu lingkungan pemeliharaan yang baik tidak harus tepat 17 0 C 23 0 C tetapi dapat dalam kisaran 20,42 0 C 29,50 0 C. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya pertumbuhan dan produksi tanaman tomat dari minggu ke-1 sampai minggu ke-6. Hal tersebut juga tergantung pada varietas tanaman tomat yang digunakan. Pertumbuhan tanaman tomat pada kisaran 74,40% - 94,27% dapat tumbuh optimal dengan pertumbuhan paling optimal pada perlakuan A3. Kelembaban udara erat kaitannya dengan proses transpirasi. Transpirasi merupakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Menurut Lakitan (2012: 53), proses transpirasi yang optimal dapat mempercepat pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xilem, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal. Analisis Potensi Proses dan Hasil Penelitian Sebagai Alternatif Materi Pembelajaran SMA Kelas XII versi Kurikulum 2013 Kejelasan berdasarkan identifikasi terhadap proses dan hasil penelitian sebagai alternatif materi pembelajaran serta kajian terhadap hasil seleksi dan modifikasi maka perolehan yang dimaksud adalah: 1. Perolehan Kognitif a. Mampu memahami makna pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. b. Konsep yang mungkin digeneralisasikan berdasarkan fakta yang didapatkan dalam penelitian. c. Istilah-istilah dalam pembelajaran biologi seperti nama ilmiah tumbuhan yang dijadikan model penelitian, serta kemampuan dalam melaksanakan penelitian. d. Peserta didik dapat mengemukakan hasil pengamatan pada kegiatan interpretasi hasil pengamatan. e. Peserta didik mampu membuat pembahasan dengan mengaitkan antara fakta-fakta yang diperoleh dengan berlandaskan pada sumber pustaka. f. Peserta didik mampu menyimpulkan hasil pengamatan dengan baik. 2. Perolehan Afektif 170

a. Peserta didik dapat bekerja sama dengan anggota kelompok maupun anggota kelas pada kegiatan pengamatan. b. Peserta didik mampu menerima pendapat orang lain melalui kegiatan diskusi. c. Peserta didik dapat melatih tanggung jawab serta tenggang rasa pada kegiatan yang dilakukan secara berkelompok. d. Peserta didik dapat melatih rasa jujur, ketelitian, dan disiplin ketika kegiatan pengamatan dilakukan. 3. Perolehan Psikomotorik a. Peserta didik terampil menggunakan alat dan bahan dalam pengamatan. b. Peserta didik terampil dalam pengolahan data. Berdasarkan hasil analisis isi potensi penelitian sebagai alternatif materi pembelajaran melalui prinsip relevansi, konsistensi, dan adequacy, proses dan hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif materi pembelajaran biologi SMA kelas XII pada KD 4.2 versi Kurikulum 2013, karena memenuhi prinsip relevansi, konsistensi, dan adequacy serta penelitian ini berdasarkan percobaan teliti dan sistematis sehingga diperoleh materi pembelajaran yang bersifat up to date sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran yang berbasis riset kontekstual. Bapak H. Muhammad Joko Susilo, M.Pd., dan semua pihak yang telah membantu hingga terlaksananya penelitian ini. Daftar Pustaka Anonim. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta : PT Agromedia Pustaka. Ardisela, Dawud. 2007. Aplikasi Gibberelin Terhadap Induksi Pembungaan Tanaman Mentha spp. Jurnal Penelitian Vol. 2, No. 4. 2007. Campbell. 2003. Biologi. Edisi 5 Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Idris M. 2004. Respon Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Akibat Pemengkasan dan Pemberian Pupuk ZA. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Volume 2, Nomer 1, April 2004:17-24. Kimball, John W. 2006. Biologi. Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Leovini, Helena. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair pada Budidaya Tanaman Tomat. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Noverita, S.V. 2005. Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Kompos Terhadap Komponen Pertumbuhan Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera). Jurnal Penelitian. Vol.3, No.3. Rahmatia, Diah dan Pipit Pitriana. 2006. Bercocok Tanam Tomat. Jakarta : Azka Press. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Respon pertumbuhan dan produksi tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill) terhadap pemberian kompos adalah dapat merespon secara positif terhadap pemberian kompos dengan hasil yang bervariasi pada setiap perlakuan yang berbeda dosis. 2. Dosis pemberian kompos yang paling efektif terhadap pola pertumbuhan dan produksi Lycopersicon esculentum Mill. adalah pada perlakuan A3 (1050 g kompos dan 2,5 Kg tanah). 3. Proses dan hasil penelitian respon pertumbuhan dan produksi Lycopersicon esculentum Mill. terhadap pemberian kompos dapat berpotensi sebagai materi pembelajaran Biologi SMA kelas XII versi Kurikulum 2013 pada KD 4.2 sesuai dengan analisis proses dan hasil penelitian. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kompos berbahan dasar sampah organik pasar dan kotoran kambing untuk pertumbuhan tanaman lain, sehingga dapat mengetahui respon pertumbuhan tanaman terhadap pemberian kompos tersebut. Selain itu, sebaiknya perlu dilakukan pengembangan bahan ajar sebagai perwujudan dari sumber belajar yang merupakan proses dan hasil penelitian, sehingga akan terlihat manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran. Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Listiatie Budi Utami, M.Sc., 171