HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...Rina Ratna Dewi.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

I. PENDAHULUAN. industrialisasi yang sudah dicanangkan dalam program pemerintah. Masyarakat dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Burung puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail,

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

Peubah yang diamati meliputi berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, feed convertion ratio (FCR), kecernaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan oleh ternak pada periode tertentu dengan satuan g per ekor per hari (Yuwanta, 2004). Konsumsi ransum puyuh jantan umur 0-7 minggu disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Konsumsi Ransum Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Rata-rata Konsumsi Ransum (g/ekor/minggu) 1 18,48 2 32,61 3 68,96 4 91,01 5 109,92 6 119,05 7 107,70 Total 547,75 Pada Tabel 1, rataan pakan yang dikonsumsi selama penelitian terus meningkat setiap minggunya, tetapi mengalami penurunan pada minggu ke 7. Total ransum yang dikonsumsi puyuh petelur jantan selama 7 minggu sebanyak 547,75 gram per ekor. Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan hasil penelitian dari Sujana, dkk (2012) bahwa konsumsi ransum puyuh dari berbagai pusat pembibitan di Jawa barat sebesar 470,3 g (Cianjur), 460,9 g (Sukabumi), 459,9 g (Bogor), dan 448,7 g (Bandung).

21 Konsumsi ransum dipengaruhi oleh tingkat energi ransum, imbangan zat nutrisi, suhu lingkungan, bentuk fisik ransum, bobot badan atau ukuran tubuh, kecepatan pertumbuhan, dan produksi (NRC, 1994). Dalam menentukan besaran konsumsi ransum pada ternak puyuh diantaranya dipengaruhi oleh palatabilitas. Pada umumnya palatabilitas unggas dipengaruhi oleh, bau, rasa, struktur ransum, serta kandungan serat kasar dalam ransum. Menurut Tillman, dkk (1991), sifat khusus unggas dalam mengkonsumsi ransum pertama-tama untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga ransum yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan dengan kadar energinya. Wahyu (1992) menambahkan bahwa hakekatnya ternak mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh. 4.2. Bobot Badan Seiring dengan bertambahnya umur, bobot badan juga mengalami kenaikan sehingga ransum yang dikonsumsi puyuh bertambah untuk mencukupi kebutuhan pokok serta produksi pada masa pertumbuhan. Guna mengetahui pertumbuhan puyuh dilakukan penimbangan bobot badan pada setiap minggunya. Rataan bobot badan selama 7 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4, rataan bobot badan puyuh petelur jantan pada setiap minggunya mengalami kenaikan dengan bobot badan pada umur 7 minggu sebesar 118,78 gram. Hasil penelitian ini sesuai pendapat Anggorodi (1995) bahwa puyuh jantan dewasa memiliki bobot badan sekitar 100-140 gram dan sedangkan menurut Wheindrata (2014) berat puyuh jantan sekitar 115-117 gram per ekor. Pada umur enam minggu bobot badan puyuh sebesar 109,34 gram. Hasil ini lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sujana, dkk (2012) bahwa bobot badan

22 puyuh di berbagai Pusat Pembibitan di Jawa Barat sebesar 127,9 g (Bandung), 127,7 g (Cianjur), 123,6 g (Sukabumi), dan 122,9 g (Bogor). Tabel 4. Rataan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Rata-rata Bobot Badan (g/ekor) Bobot Awal 8,01 1 15,34 2 25,33 3 46,34 4 66,91 5 90,41 6 109,34 7 118,78 Bobot badan merupakan akumulasi hasil metabolisme. Hasil metabolisme didukung oleh banyaknya pakan yang dikonsumsi serta optimalisasi penggunaan pakan. Unggas membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan bobot tubuhnya pada masa pertumbuhan. Salah satunya dengan meningkatkan konsumsi pakan. Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa bobot badan ternak senantiasa berbanding lurus dengan konsumsi ransum, makin tinggi bobot badannya, makin tinggi pula konsumsinya terhadap ransum. 4.2.1. Kurva Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan suatu fenomena universal yang berawal dari sel telur yang dibuahi dan berlanjut sampai ternak tambah dewasa (Rasyaf, 1993). Pertumbuhan pada unggas diartikan sebagai pertumbuhan bobot badan karena meliputi seluruh bagian tubuhnya secara serentak dan merata, pertumbuhan terjadi karena peningkatan banyaknya dan peningkatan ukuran sel (Kimball dkk., 1983). Dalam mempelajari pertumbuhan ternak puyuh, pemakaian model matematika sangat membantu untuk memberikan gambaran yang baik tentang

23 pertumbuhan. Model matematika yang dipakai untuk mendeskriptifkan kurva pertumbuhan unggas adalah kurva pertumbuhan model logistik. Guna mengetahui kurva pertumbuhan puyuh petelur jantan, dapat dilihat Tabel 5 dengan bobot aktual dan bobot dugaan sebagai acuan dalam pembuatan kurva pertumbuhan. Tabel 5. Bobot Badan Aktual dan Bobot Dugaan Puyuh Petelur Jantan 0-7 Umur () Bobot Aktual (g) Bobot Dugaan(g) 1 15,34 14,49 2 25,33 26,60 3 46,34 45,00 4 66,91 67,97 5 90,41 90,57 6 109,34 108,14 7 118,78 119,46 Kurva pertumbuhan bobot badan puyuh petelur jantan selama 7 minggu dapat dilihat pada Ilustrasi 1. Ilustrasi 1. Kurva Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan Dari ilustrasi di atas dapat dilihat bahwa pada setiap minggunya bobot badan rata-rata puyuh petelur jantan selalu mengalami peningkatan, pada mingu ke tujuh

24 rata-rata bobot badannya mencapai 118,78 gram. Kurva pertumbuhan bobot badan puyuh petelur jantan berbentuk sigmoid. Pada ilustrasi terdapat dua garis kurva, pertama garis yang berwana hijau merupakan kurva pertumbuhan bobot badan aktual yang diperoleh dari penimbangan selama penelitian, sedangkan kurva garis berwarna merah merupakan bobot badan dugaan untuk menduga bobot badan puyuh sesuai umur yang diperoleh dari rumus yang didapat dari bobot aktual, dimana rumus yaitu y = a/(1+b*exp(-ct)), dengan nilai a = 132,752, b = 16,706, dan c = 0,716, rumus tersebut diperoleh dengan menggunakan program curve expert. Nilai antara bobot badan aktual dan bobot dugaan bisa lebih besar atau bahkan lebih kecil. Seperti pada Tabel 5. bahwa rata-rata bobot dugaan lebih besar daripada bobot aktual yang diperoleh dari penimbangan saat penelitian. Keakuratan antara titik data dengan garis kurva sigmoid mempunyai hubungan atau korelasi (r), dimana makin tinggi nilai korelasi antara dua variabel diartikan bahwa data yang diperoleh mempunyai keakuratan atau kecermatan tinggi. Nilai maksimum dari korelasi (r) adalah satu. Berdasarkan hasil penelitian, korelasi antara titik data dengan kurva sigmoid mempunyai nilai sebesar 0,99 yang artinya keakuratan atau kecermatan data yang diperoleh tinggi dan sangat baik. Nilai standar error dari kedua variabel antara bobot aktual dan bobot badan sebesar 3,25. 4.3. Pertambahan Bobot Badan Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan ini biasa digunakan sebagai ukuran kecepatan pertumbuhan (Tillman dkk, 1998). Pertambahan bobot badan merupakan pencerminan kemampuan puyuh dalam mengubah zat-zat makanan

25 yang ada didalam ransum untuk diubah menjadi daging. Rataan pertambahan bobot badan selama 7 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Pertambahan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Rata-rata Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/minggu) 1 7,94 2 9,69 3 20,87 4 20,17 5 24,52 6 17,34 7 11,49 Berdasarkan hasil penelitian, pertambahan bobot badan puyuh petelur jantan relatif mengalami kenaikan setiap minggunya dengan rataan 2,29 gram per ekor per hari, dan 16,00 gram per ekor per minggu. Pada minggu keempat terjadi penurunan pertambahan bobot badan, hal ini terjadi karena puyuh mengalami stress akibat pindah kandang. Saat puyuh mengalami stress akan menghasilkan hormon kortisol yang mengakibatkan terjadinya penumpukan glikogen yang dihasilkan dari glukoneogenesis. Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari non karbohidrat sehingga berat badan akan menurun karena protein dan lemak yang merupakan faktor pembentuk otot akan menghasilkan glikogen sehingga pertambahan bobot badan menurun. Pertambahan bobot badan yang beragam setiap minggunya disebabkan oleh kepadatan kandang yang kurang memadai sebelum dipindahkan ke kandang yang lebih besar sehingga menyebabkan suhu kandang meningkat dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan. Pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin, sistem pemeliharaan dan kondisi

26 limgkungan. Selain pakan, manajemen pemeliharaan turut berkontribusi terhadap performa bobot badan puyuh. 4.3.1. Kurva Pertambahan Bobot Badan Guna mengetahui pertambahan bobot badan puyuh petelur jantan 0-7 minggu dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pertambahan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Umur () Rataan (g/hari) 1 1,38 2 2,98 3 2,88 4 3,50 5 2,48 6 1,64 Kurva Pertambahan bobot badan puyuh petelur jantan selama 7 minggu dapat dilihat pada Ilustrasi 2. Ilustrasi 2. Kurva Pertambahan Bobot Badan Puyuh Petelur Jantan Pada Ilustrasi 2. Dilihat bahwa kurva pertambahan bobot badan puyuh petelur jantan mengalami peningkatan sesuai dengan umur dan mencapai puncak pertambahan bobot badan (titik infleksi) pada umur 3,75 minggu atau sekitar

27 umur 26 hari. Pada ilustrasi diatas bahwa pertambahan bobot badan meningkat sesuai umur dan berlangsung sampai dewasa tubuh dan pertambahan bobot badan akan menurun sesuai dengan bertambahnya umur puyuh tersebut. Pertambahan bobot badan digunakan sebagai ukuran kecepatan pertumbuhan (Tillman dkk, 1998). Kurva pertambahan bobot badan dibuat menggunakan program curve expert dengan model yang digunakan adalah Quadratic, yang memiliki rumus y = a + bt + ct 2, dimana nilai a = -1, b =2,25, dan c = 0,3214. Keakuratan atau kecermatan antara titik data dengan kurva memiliki nilai sebesar 0,94 yang artinya keakuratan antara dua variabel tersebut tinggi. Nilai standar error antara titik data dengan kurva sebesar 0,37. 4.4. Konversi Ransum Guna mengetahui efisiensi produksi biasanya digunakan konversi ransum. Konversi ransum atau feed convertion ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan dalam jangka waktu tertentu (Rasyaf, 1994). Konversi ransum sebagai tolak ukur untuk menilai seberapa banyak pakan yang dikonsumsi puyuh untuk mampu menjadi jaringan tubuh, yang dinyatakan dengan besarnya bobot badan adalah cara yang masih dianggap terbaik. Berdasarkan Tabel 8, nilai konversi ransum puyuh petelur jantan setiap minggunya mengalami perubahan dengan rataan sebesar 4,89. Secara keseluruhan nilai konversi ransum puyuh petelur jantan selama 7 minggu sebesar 4,89. Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sujana, dkk (2012) bahwa nilai konversi ransum puyuh di berbagai Pusat Pembibitan di Jawa Barat sebesar 3,51 (Bandung), 3,71 (Cianjur), 3,77 (Bogor), dan 3,79 (Sukabumi). Nilai

28 konversi ransum tertinggi terjadi pada minggu ketujuh dengan nilai 9,37. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya nilai konversi ransum. Tabel 8. Konversi Ransum Puyuh Petelur Jantan Umur 0-7 Konversi Ransum 1 2,33 2 3,37 3 3,30 4 4,51 5 4,48 6 6,87 7 9,37 Rataan 4,89 FCR 4,89 Menurut Card dan Nesheim (1979) bahwa faktor yang berpengaruh terhadap konversi ransum pada puyuh adalah perbaikan genetik untuk memperoleh bobot badan yang tinggi dengan konsumsi rendah, yang pada gilirannya didapatkan penggunaan ransum yang lebih efisien atau konversi ransum rendah. Selanjutnya menurut Siegel dan Wisman (1966), terdapat hubungan positif antara selera makan (appetite) dan efisiensi penggunaan ransum dengan bobot badan.