II. KERANGKA TEORITIS. A. Definisi Konseptual Mengenai Kader dan Kaderisasi. manusia sebagai calon anggota dalam organisasi yang melakukan proses

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. menggunakan tipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

I. PENDAHULUAN. Reformasi politik tahun 1998 ternyata belum membawa perubahan signifikan

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

PERATURAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat

PERATURAN ORGANISASI

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

BAB V. Kesimpulan. pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab V, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB IV PENUTUP. cendrung lebih longgar. Dari hasil analisa yang penulis lakukan mengenai

BAB V PENUTUP. kemasyarakatan adalah kelompok kepentingan Asosiasonal. dibentuk atas tujuan yang eksplisit. Terorganisir dengan sangat baik pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

BAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

BAB V PENUTUP. Kesimpulan penelitian disusun berdasarkan pengolahan dan analisis data

I. UMUM.

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN, DAN SARAN

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya

Ketua Umum mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan Partai di tingkat Wilayah.

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

TANTANGAN DAN PROSPEK PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian.

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya: Pertama, partai yang belum mengakar. Kedua, kegagalan meyakinkan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 21 ayat (2) Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Tahun 2015.

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Komentar dan Rekomendasi

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PARTAI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM RELAWAN DEMOKRASI (RELASI) PEMILU TAHUN 2014

BAB V PENUTUP. 1. Faktor yang mempengaruhi perolehan suara PKS Klaten pada Pemilu 1999,

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

SINERGI ANGGOTA PARLEMEN, MEDIA DAN OMS UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERFIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. politik misalnya, hasil perubahan UUD 1945 tahun mengamanatkan,

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh

Tujuan pembelajaran:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

V. PENUTUP. seterusnya. Partai NasDem sebagai satu-satunya partai baru yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

Pembaruan Parpol Lewat UU

PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. telah disajikan dalam bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

Akuntabilitas Dana Pilkada Lampung

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

PROSPEK ISLAM POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

I. PENDAHULUAN. mencetak pemimpin yang berkualitas. Menurut Agustino (2009: 104) salah

Transkripsi:

II. KERANGKA TEORITIS A. Definisi Konseptual Mengenai Kader dan Kaderisasi Pengertian kader adalah: Sumber daya manusia yang melakukan proses pengelolaan dalam suatu organisasi. Dalam pendapat lain kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang di atas ratarata orang umum 1. Pengertian di atas dapat dimaknai bahwa kader merupakan sumber daya manusia sebagai calon anggota dalam organisasi yang melakukan proses seleksi yang dilatih dan dipersiapkan untuk memiliki keterampilan dan disiplin ilmu. Proses seleksi dapat disebut juga kaderisasi. Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Menurut Mawasdi Rauf; Kaderisasi merupakan fungsi yang terabaikan sejak awal kehidupan partai politik sampai masa pasca Orde Baru sekarang ini. Pada masa lalu, kaderisasi dilakukan bukan oleh partai politik, melainkan oleh ormas-ormas yang menjadi underbow di partai. Pimpinan partai tinggal menerima kader-kader yang telah dihasilkan oleh ormas-ormas tersebut. Pada masa demokratisasi sekarang ini, pimpinan partai politik seharusnya melakukan pendidikan kader secara berjenjang dan berkesinambungan untuk menghasilkan kader-kader partai politik yang akan menjadi pimpinan nasional di masa mendatang. Oleh karena itu, tepat sekali bila dikatakan bahwa partai politik adalah penghasil pimpinan nasional di masa depan. Bila partai politik mampu 1 www.bmpan-diy.org/kader, di unduh pada tanggal 10 september 2012.

14 menghasilkan kader yang berkualitas, berarti partai politik mampu menyediakan pemimpin nasional masa depan yang berkualitas pula. Proses kaderisasi, partai politik memiliki cara sendiri untuk menumbuhkan militansi, salah satu caranya yaitu dengan penanaman ideologi atau yang biasa disebut visioning. Penanaman ideologi adalah faktor kunci pengkaderan yang dalam institusi yang merupakan bagian dari format pengkaderan formal dengan tahapan-tahapan yang dimatangkan oleh institusi yang bersangkutan 2. Partai dibentuk memang dimaksudkan untuk menjadi kendaraan yang sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara pada jenjang-jenjang dan posisi-posisi tertentu. Kader-kader itu ada yang dipilih secara langsung oleh rakyat, ada pula yang dipilih melalui cara yang tidak langsung, seperti oleh Dewan Perwakilan Rakyat, ataupun melalui cara-cara yang tidak langsung lainnya 3. Sumber daya manusia sebagai calon anggota atau calon kader dalam partai politik akan menjalani proses seleksi yang disebut kaderisasi berupa pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan agar memahami platform partai, sejarah perjuangan partai, arah perjuangan partai dan strategi perjuangan politik yang digunakan oleh partai serta memiliki militansi yang tinggi pada partai politik tersebut. Salah satu caranya, yang merupakan faktor kunci yaitu dengan penanaman ideologi. 2 Syafiuddin Tohir, PMII, 2007 3 Jimly Assiddiqy, 2006: l60

15 B. Definisi Konseptual Mengenai Partai Kader Makna dari partai kader, yaitu: Partai kader merupakan perkembangan lebih lanjut dengan keanggotaan berasal dari golongan kelas menengah ke atas. Akibatnya ideologi yang dianut partai ini adalah Konservatisme Ekstrem atau maksimal Reformis Moderat. Karena itu partai kader tidak memerlukan organisasi besar yang dapat memobilisasi massa. Sehingga partai kader lebih tampak sebagai kelompok informal daripada sebagai organisasi yang didasarkan disiplin 4. Selain itu juga ada pengertian partai kader yang dikemukakan oleh Ari Darmastuti dan Tabah Maryanah 5, yaitu: Partai kader, yaitu partai yang mengandalkan pada kualitas anggota, keketatan organisasi dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama. Seleksi keanggotaan sangat ketat, melalui pengkaderan yang berjenjang dan intensif, serta penegakan displin partai yang konsisten, tanpa pandang bulu. Struktur organisasi sangat hirarki sehingga jalur perintah dan tanggung jawab sangat jelas, karenanya sangat elitis. Berdasarkan dua pengertian partai kader dari ahli-ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa partai politik yang mengandalkan kualitas anggota serta keanggotaannya melalui sistem yang sudah ditentukan dengan ketat, berjenjang serta intensif yang memiliki tanggung jawab dan disiplin yang tinggi. Partai kader biasanya menganut ideologi Konservatisme Ekstrem atau maksimal Reformis Moderat. C. Kaderisasi Partai Politik Kaderisasi lebih bersifat sebagai proses intervensi dari partai politik untuk meningkatkan kapasitas individual para anggotanya agar mampu menjalankan sebagai fungsi partai. Selain itu, secara eksternal, kaderisasi juga berarti 4 Ichlasul Amal (1996: pengantar) 5 Sistem Kepartaian dan Pemilu di Indonesia pada halaman 12 (2004).

16 penting bagi tanggung jawab partai dalam melakukan pendidikan politik kepada publik. Kaderisasi sekaligus juga berguna untuk memastikan bahwa orang-orang yang terseleksi dalam proses rekrutmen adalah orang yang kompeten atau memiliki layolitas terhadap partai. Karakteristik kaderisasi yang ingin dihasilkan ini akan juga ditentukan oleh kecenderungan tipedari partai yang bersangkutan. Agar proses kaderisasi ini dapat terjaga kontinuitasnya, maka dibutuhkan pelembagaan kaderisasi. Ada dua dimensi utama yang penting dicermati dalam rangka melakukan pelembagaan kaderisasi, yang sebenarnya menjadi ciri khas pelembagaan demokrasi dalam internal partai, yakni dimensi formal dan dimensi politis. Dimensi formal berkenaan dengan soal bahwa internalisasi nilai-nilai demokrasi dan perjuangan partai butuh dicangkokkan melalui instrumen program pendidikan dan pembentukan lembaga yang khusus mengelola kaderisasi. Dengan kata lain ini berkenaan dengan pembentukan sistem formal kaderisasi. Sedangkan dimensi politis menempatkan kaderisasi dalam makna ruang politik, yakni ruang tarik-menarik atau kompetisi berbagai kepentingan atau faksi-faksi internal partai yang rawan konflik. Secara spesifik, benturan antara dimensi formal dan politis ini akan diawali dari ketegangan kebutuhan partai untuk menciptakan standar-standar kapasitas

17 tertentu bagi para anggotanya di satu sisi, dan potensi kehendak politis untuk mengabaikannya. Dimensi politis yang muncul di sini sebenarnya juga karena keterkaitan kaderisasi dengan dimensi politis dalam proses rekrutmen. Komitmen untuk melaksanakan kaderisasi tidak cukup dengan hanya mencantumkannya dalam AD/ART. Ini berikutnya harus diterjemahkan dalam program-program partai dalam setiap periode dan tingkatan kepengurusan. Komitmen dan keseriusan partai politik dalam melakukan kaderisasi harus bisa diukur dengan ukuran-ukuran yang kongkret dan dipahami oleh publik. Oleh karena itu, setidaknya komitmen dan tingkat keseriusan itu dapat diukur dengan mencermati beberapa indikator sebagai berikut : a) Sistem Kaderisasi: 1) Orientasi pengkaderan 2) Kesesuaian materi kaderisasi dengan platform dan program 3) Mekanisme kaderisasi b) Kelembagaan : 1) Keberadaan lembaga kadrisasi dalam tiap tingkatan kepengurusan partai 2) Penjaluran kader pasca kaderisasi (penjaluran output) 3) Adanya trainer yang melaksanakan kegiatan pengkaderan

18 c) Kuantitas : 1) Jumlah orang yang mengikuti pengkaderan 2) Jumlah trainer d) Kualitas : 1) Tingkat kapasitas keahlian peserta kaderisasi 2) Karya atau prestasi peserta pasca kaderisasi e) Waktu dan Dana : 1) Alokasi waktu yang dialokasikan bagi program-program pengkaderan 2) Alokasi dana yang dianggarkan untuk program-program pengkaderan 1. Kriteria Kader Kader adalah pendukung yang telah menjadi anggota dari partai politik tertentu yang ditentukan berdasarkan mekanisme rekrutmen yang berlaku dalam setiap partai politik. Mereka ini berikutnya akan diproyeksikan untuk tampil sebagai penggerak roda organisasi partai, baik sebagai pengelola atau pemimpin partai maupun untuk menjadi pejabat-pejabat publik yang direkomendasikan oleh partai. Agar partai politik dapat menjalankan fungsinya secara efektif, maka kader partai harus terlebih dahulu bersepakat dengan garis ideologi dan aturan-

19 aturan yang berlaku dalam partai. Ini misalnya ditunjukkan dengan penerimaan terhadap AD/ART dan arah perjuangan partai. Konsekuensinya, saat bersamaan, partai politik tidak dapat mentoleransi kader-kadernya yang secara fundamental tidak bersepakat dengan kepemimpinan dan ide-ide perjuangan partai, loyal kepada partai lain atau menolak untuk terlibat kerja dalam struktur partai. Namun demikian, setiap partai politik harus tetap terbuka bagi munculnya berbagai pandangan maupun inisiatif dari individu-individu partai. Ini penting agar tidak terjadi stagnasi dalam partai politik. Artinya, partai politik sungguhpun dituntut untuk memiliki konsistensi ideologi dan format organisasi yang koheren dengannya, namun harus memperhatikan munculnya ide-ide dan inovasi baru sesuai dengan kebutuhan obyektif yang ada. Untuk mendapatkan kader-kader yang sesuai dengan kebutuhan partai, maka tiap partai memiliki kriterianya masing-masing. Perbedaan kriteria kader ini adalah konsekuensi dari perbedaan tipe partai, sungguhpun kombinasi juga dimungkinkan karena pergeseran kecenderungan dari partai yang bersangkutan.

20 Tabel 1 : Kriteria Kader Tipe Partai Kriteria Kader Kader memiliki kesamaan ideologi dengan ideologi partai. Kader memiliki kedekatan sejarah sosiokultural dengan basis sosio-kultural Partai Massa pendukung partai. Kader harus dihasilkan melalui proses pengkaderan internal partai. Kader adalah simpul mobilisasi pendukung partai (simpul massa). Kader memiliki kesamaan ideologi dengan ideologi partai meskipun mungkin dalam batas yang cair. Kader dihasilkan melalui proses pengkaderan internal partai namun bisa juga Partai Kader tidak. Kader memilki kualitas untuk merancang kebijakan partai dan memiliki kapasitas menduduki jabatan-jabatan publik. Kader tidak mesti menjadi simpul massa / mobilitas massa. Partai Catch all Kader memilki kesamaan ideologi dengan

21 ideologi partai meskipun mungkin dalam batas yang sangat cair. Kader memiliki kesesuaian dengan isu-isu utama partai bagi pemenangan pemilu. Kader tidak mesti berasal melalui kaderisasi formal partai, namun bisa juga berasal dari mantan anggota atau kader partai lain. Kader memiliki kualitas untuk merancang kebijakan partai dan memiliki kapasitas menduduki jabatan-jabatan publik. 2. Alternatif Model Kaderisasi Untuk mendapatkan kader-kader dengan kriteria yang dibutuhkan maka partai politik butuh untuk mendesain sistem kaderisasi yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan partai untuk menjawab tantangan kebutuhan. Berikutnya, untuk menjamin keberlanjutan kaderisasi, maka sistem kaderisasi ini butuh dilembagakan segera formal dalam satu lembaga khusus yang dalam logika struktur fungsi, format kelembagaannya akan mengikuti fungsi-fungsi yang dibebankan dalam sistem kaderisasi berikut.

22 Sistem kaderisasi bisa disusun berdasarkan model hirarkhi/perjenjangan, spesialisasi/keahlian atau campuran/kombinasi dari keduanya 6. Model ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan fungsi-fungsi partai yang akan dijalankan di tiap wajah partai. Selain itu masing-masing model akan memiliki implikasi, misalnya, bagi pengelolaan struktur organisasi partai baik untuk bagan organisasi yang sifatnya vertikal (struktur vertikal organisasi) atau yang bersifat horisontal (struktur keahlian/spesialisasi dari organisasi), sitem karir, dan sebagainya. Tabel 2 : Alternatif Model Kaderisasi KADERISASI Kebutuhan Sifat Lembaga Kebutuhan untuk menduduki jabatanjabatan publik, Kebutuhan mengorganisir dan memobilisasi massa pendukung, Menjadi jembatan kumunikasi antara partai dengan pendukung, publik luas dan media massa Kebutuhan Hierarki/Penjenjangan Tingkat Dasar Tingkat Menengah Tingkat Lanjut Spesialisasi/keahlian Training Policy making (based issue) Training Organizer Training Fund raiser Training berbasis isu. Misalnya : gender Lembaga pengkaderan (kaderisasi formal dan/atau non formal) Lembaga pengkaderan tingkat nasional Lembaga pengkaderan tingkat Provinsi Lembaga 6 Draft Modul Organisasi dan Manajemen Kepartaian: Bab 1 Manajemen SDM Parpol, dalam bahan bacaan utama, mata kuliah partai politik, pemilu dan legislasi, S2 Politik Pemerintahan UGM.

23 kemampuan penggalangan dana (fund rising) Campuran/kombinasi pengkaderan tingkat Kabupaten/K ota Lembaga pengkaderan tingkat desa 2.1 Model Hirarkhi Model hirarkhi adalah penjenjangan kaderisasi berdasarkan pelapisan yang bertahap, bertingkat atau piramidal. Ini misalnya bisa disusun dengan melakukan penjenjangan kaderisasi tingkat dasar, tingkat menengah, tingkat lanjut atau penyebutan lainnya. Rasionalisasi penjenjangan model hirarkhi ini bisa dilakukan karena alasan penjenjangan sebagai akibat pentahapan materi kaderisasi (materi bersifat piramidal) dan penjenjangan sebagai akibat pentahapan karir dalam organisasi (karir bersifat piramidal). Penggunaan model penjenjangan dengan model hirarkhi seperti ini menciptakan beberapa implikasi dalam kaitannya dengan kehidupan internal partai. Ini misalnya dilakukan karena ada kebutuhan untuk menyelesaikan pada pembekalan kapasitas lainnya. Intinya, materi pengkaderan diandaikan dalam skema piramidal.

24 Pentahapan materi dalam skema piramidal akan berguna untuk dapat memastikan bahwa setiap kader partai akan memiliki tingkat kapasitas yang sama karena melalui proses kaderisasi yang sama (standarisasi). Sedangkan pentahapan sebagai akibat dari kebutuhan untuk melakukan pentahapan karir bisa berguna bagi salah satu persyaratan meniti karir organisasi pada posisi-posisi yang ada di tingkat lokal dengan regional atau pusat. Ini misalnya tampak tingkat melalui persyaratan tingkat kaderisasi tertentu yang harus diikuti oleh calon ketua partai, sekretaris jenderal dan sebagainya di setiap tingkatan. 2.2 Model Spesialisasi/Keahlian Selain dengan menggunakan model hirarkhi, jenjang kaderisasi juga disusun dengan model yang berbasis spesialisasi atau keahlian tertentu yang harus dimiliki oleh seorang kader untuk dapat terlibat secara aktif sebagai aktivis partai politik. Model ini didasarkan pada rasionalisasi adanya beragam fungsi dalam pengelolaan partai yang membutuhkan keahlian khusus sehingga materi-materi kaderisasi lebih menonjolkan sisi keahlian tertentu yang harus dimiliki kader partai. Saat bersamaan, model berbasis spesialisasi ini juga akibat dari upaya penciptaan sistem karir yang lebih bersifat menyebar, artinya disesuaikan dengan karir yang hendak ditempuh oleh seorang kader partai.

25 Keberagaman fungsi-fungsi ini misalnya menyangkut fungsi internal seperti keahlian manajerial dalam mengelola organisasi, keahlian sebagai calon pengelola hubungan partai dengan masyarakat dan media, keahlian sebagai penggalang dukungan dalam pemilu, keahlian sebagai penggalang dana, dan sebagainya. Fungsi-fungsi ini diandaikan berdiri sendiri namun tetap dalam satu kesatuan sistem pengelolaan partai. D. Kerangka Pikir PKS, sebagai partai politik menjalankan salah satu fungsinya, yaitu rekrutmen politik. Rekrutmen politik di sini maksudnya adalah salah satu fungsi yang dijalankan oleh partai politik dengan mengadakan proses seleksi/penjaringan, rotasi dan mobilitas politik pada anggota atau kader dari partai politik untuk penempatan jabatan di dalam atau di luar partai (eksekutif dan legislatif) berupa jabatan administratif maupun politik yang berdasarkan kemampuan, kinerja, bakat serta pengalaman dari kader tersebut dengan memperhatikan faktor-faktor partisipasi kaum muslimin, ulama, tokoh masyarakat dan intelektual. Pelaksanaan rekrutmen politik dengan menjalankan tujuan dan fungsinya untuk menghasilkan kader yang berkualitas di tengah-tengah masyarakat. Perluasan dalam rekrutmen kader ini termasuk pada bagaimana menyusun kriteria untuk calon kader yang akan menjadi kualifikasi serta bagaimana mekanisme yang akan dilakukan dalam proses ini. Untuk itulah sebelum

26 melakukan rekruitmen politik PKS tentunya melakukan proses pengkaderan untuk menghasilkan kader-kader yang mempunyai kualifikasi sebagai kader yang berkualitas untuk ditempatkan sebagai pejabat publik melalui arena pemilukada maupun pemilu legislatif. PKS sebagai partai yang berideologi Islam memiliki usaha untuk peningkatan jumlah kader maupun basis massa pada setiap waktunya yang terlihat pada pemilu 1999, 2004, hingga 2009 yang lalu. Sehingga hal ini dapat diteliti, yaitu dalam penentuan kriteria serta mekanisme untuk menjaring kadernya, bagaimana PKS menanamkan ideologi Islam pada calon kadernya sehingga menghasilkan kader yang berkualitas yang tidak saja dapat dinilai oleh partai sendiri tetapi juga pada masyarakat untuk posisi jabatan publik, dan juga pada Islam yang menjadi ideologinya. Lalu yang menjadi menarik untuk diteliti adalah bagaimanakah proses dari model kaderisasi yang dilakukan oleh PKS di tengah ketatnya kompetisi elektoral dalam memperluas basis massa.

27 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut ini. DPW PKS Provinsi Lampung Rekruitmen Anggota & Penanaman Ideologi Partai Kaderisasi Partai Politik Model Hirarkhi Model Spesialisasi Pemilukada dan pemilu legislatif prov. Lampung Proses Rekruitmen Politik utk kandidasi/ perekrutan calon legislatif serta eksekutif Kualitas Kader DPW PKS Provinsi Lampung Bagan 1. Skema Kerangka Pikir