BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semua orang berkepentingan dengan pendidikan. Orang yang ingin memperbaiki

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN IPA KELAS IV SD

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari meningkatnya

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian. Kajian teori ini membuat tentang motivasi belajar, model pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB I PENDAHULUAN. guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif

ILHAMSYAH. Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Jurusan Pendidikan Islam Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan yang terbentuk ter internalisasi dalam diri peserta pembelajaran

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORI. memerlukan bantuan orang lain dalam berbagai hal, memiliki rasa. berbagi, dan saling berkomunikasi.

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

Hazal Fitri 1. Abstrak. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad, Hasil Belajar, Bola Voli

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

17 Media Bina Ilmiah ISSN No

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menatap masa depan yang lebih terbuka, matematika harus

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar SITI ROSIDAH NIM. A.

BAB II KAJIAN TEORI. Sesuai yang dikatakan Slameto bahwa belajar ialah suatu proses atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

Mufarizuddin,M.Pd. 1 ABSTRAK. Keyword : Hasil belajar Matematika, Strategi Mathematical Investigation

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia harus dilandasi dengan akhlak al-karimah. Kepentingan akhlak ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar merupakan peranan penting dalam usaha meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

ROSLIANA SITOMPUL* DAN DEBBIE GUSTRINI ARUAN**

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

Oleh Dewi Astuti. Drs. Syamsul Arif, M. Pd. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau. perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS 4 SD

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bimafika, 2016, 8, 10 15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan

NASKAH PUBLIKASI OLEH : A54B111048

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

METODE PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan proses pembelajaran terkadang terdapat kendalakendala. Salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran adalah motivasi siswa untuk belajar. Kendala ini sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bagi pelaksana pendidikan untuk meminimalisirnya. Misalnya seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh dan semangat. Sebaliknya, seseorang belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran tersebut. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam belajar. Dimyati dan Mudjiono mengemukakan bahwa motivasi belajar penting bagi siswa karena menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya, mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan semangat belajar dan menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar. 1 Dengan memahami peran pentingnya motivasi dalam belajar maka sudah seharusnya guru memiliki kemampuan untuk membuat siswa termotivasi dalam belajar. Motivasi belajar yang dimiliki seorang siswa sehingga dikatakan efektif dapat dilihat selama proses belajar dikelas. Tekun dalam mengahadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap berbagai masalah, lebih sering kerja mandiri, mampu mempertahankan 1 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, h. 85. 1

2 pendapat apabila sudah yakin, tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini kebenarannya, serta senang mencari dan memecahkan berbagai macam soalsoal. 2 Hal tersebut menunjukkan adanya motivasi belajar sehingga belajar berjalan dengan efektif. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita, sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. 3 Agar kegiatan belajar menarik maka guru harus menggunakan pendekatan belajar seperti metode pembelajaran. Tujuan diadakannya metode yaitu untuk menjadikan proses dan hasil belajar mengajar dapat bermanfaat dan berhasil serta dapat menimbulkan kesadaran peserta didik untuk memotivasi serta menimbulkan gairah belajar peserta didik. Sebagai pendidik dalam melaksanakan tugasnya guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan serta bijak memilih dan menggunakan metode mengajar. Guru dituntut untuk mempertimbangkan beberapa faktor sebelum penerapan metode dilaksanakan di antaranya yaitu: 1. Tujuan yang berbeda-beda dari masing-masing bidang studi, 2. Perbedaan latar belakang dan kemampuan masing-masing anak didik, 2 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2012, h. 75-76. 3 Hamzah B Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 23.

3 3. Perbedaan orientasi, sifat dan kepribadian serta kemampuan masing-masing guru, 4. Faktor situasi dan kondisi, di mana proses pendidikan dan pengajaran berlangsung, dan 5. Tersedianya fasilitas pengajaran yang berbeda-beda, baik secara kuantitas maupun secara kualitasnya. 4 Ada banyak metode yang ditawarkan sebagai suatu upaya guru untuk memotivasi siswa belajar. Diantaranya metode Student Team Achievement Division (STAD) dan Jigsaw II dimana ke dua metode ini merupakan metode yang paling banyak dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, ke dua metode ini mampu memotivasi siswa untuk belajar. Slavin mengemukakan, dalam model pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan guru. 5 Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. 6 Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkin USA. 7 Student Team Achiviement Division merupakan salah satu 4 Syaiful Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, h. 229-231. 5 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Penerjemah: Narulita Yusron, Bandung: Nusa Media, 2010, h. 8. 6 Isjoni, Loc. Cit. 7 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 192.

4 metode yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. 8 Selain itu Jigsaw juga merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan di uji coba oleh Elliot Aronson dan temantemannya di Universitas Texas, USA yang kemudian diadabtasi oleh Slavin. 9 Dalam metode Jigsaw II siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama yaitu 4-5 orang dengan latar belakang berbeda. 10 Pada dasarnya dalam metode ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. 11 Slavin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif Jigsaw menjadikan siswa termotivasi untuk belajar karena skor-skor yang dikontribusikan siswa kepada tim didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan siswa yang skor timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim yang lain sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras serta aktif dalam kelompok ahli supaya dapat membantu tim melakukan tugas dengan baik. Tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Tiap anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi jika kelompok sukses sehingga untuk meraih tujuan pribadinya, anggota kelompok harus membantu teman satu tim untuk melakukan apapun guna membuat kelompok berhasil, dan yang lebih penting adalah mendorong anggota satu kelompok untuk 8 Isjoni, Op. Cit., h. 51. 9 Ibid., h. 217. 10 Robert E. Slavin, Op. Cit., h. 14. 11 Rusman, Op. Cit., h. 217.

5 melakukan usaha maksimal. Setiap anggota kelompok memotivasi anggota kelompok lain. 12 Jhonson and Jhonson sebagaimana di kutip oleh Rusman, melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah: 1. Meningkatkan hasil belajar. 2. Meningkatkan daya ingat. 3. Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi. 4. Mendorong tumbuhnya motivasi instrinsik (kesadaran individu). 5. Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen. 6. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah. 7. Meningkatkan sikap positif terhadap guru. 8. Meningkatkan harga diri anak. 9. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif. 10. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong. 13 Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPI As -Shofa Pekanbaru pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Metode STAD dan Jigsaw II sama-sama telah diterapkan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Peneliti juga menemukan bahwa kondisi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah tersebut ada yang berlatar belakang PAI, sudah disertifikasi dan masih ada yang bukan berasal dari latar belakang PAI dan belum disertifikasi. Dari keadaan guru PAI yang terdapat di SMPI As-Shofa maka penulis menemukan gejala-gejala selama proses belajar-mengajar dengan menggunakan metode STAD dan Jigsaw II sebagai berikut: 12 http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/10.001-penerapan- PEMBELAJARAN-KOOPERATIF-JIGSAW.pdf. Di akses: 24 Maret 2013. 13 Rusman, Op. Cit., h. 219.

6 1. Adanya siswa yang masih keluar masuk kelas saat pembelajaran berlangsung. 2. Adanya siswa yang masih tidak memperhatikan saat guru menerangkan pelajaran. 3. Adanya siswa yang mengganggu temannya saat ia mendengarkan penjelasan guru. 4. Adanya siswa yang tidak mau berpendapat saat berdiskusi di dalam kelas. 5. Adanya siswa yang mengandalkan temannya dalam menyelesaikan tugas kelompok. 6. Keberanian siswa kurang menampilkan potensi diri di depan temantemannya. Melihat dari gejala-gejala yang muncul diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Pada Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif antara Tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Tipe Jigsaw II pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan memahami judul penelitian ini, perlu dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul sebagai berikut: 1. Motivasi Belajar Menurut Hamzah B. Uno bahwa Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Hakikat motivasi belajar adalah

7 dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikasi motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita -cita masa depan; (4) Adanya penghargaan dalam belajar; (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. 14 Jadi, motivasi belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar seorang siswa. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Udin sebagaimana di kutip oleh Endang Mulyatiningsih, mendefinisikan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang akan diberikan untuk mencapai tujuan tertentu. 15 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan 14 Hamzah B Uno, Op. Cit., h. 23. 15 Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2013, h. 227-228.

8 akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). 16 Jadi, yang dimaksud dengan model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif. 3. Tipe Student Team Achiviement Division (STAD) Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achiviement Division (STAD) merupakan salah satu metode yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin, di mana para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat atau lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Siswa harus bekerja sama dalam tim dan memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. 17 4. Tipe Jigsaw II Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan salah satu metode yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama yaitu empat atau lima orang dengan latar belakang berbeda dengan adanya kelompok asal dan kelompok ahli. 18 5. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar, terencana dan terpadu dalam menyiapkan mengenal siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran 16 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008, h. 242. 17 Robert E. Slavin, Op. Cit., h. 11. 18 Ibid., h. 14.

9 agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan dengan penuh keteladanan, pengajaran secara efektif, latihan, penggunaan pengalaman, serta tuntunan menghormati penganut agama lain hingga terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa untuk mewujudkan baldatun thayyibatun warabbun ghafur. 19 C. Permasalahan 1. Identifikasi masalah Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang terkait, sebagai berikut: a. Apakah ada perbedaan motivasi belajar siswa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif antara tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Jigsaw II pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? b. Bagaimana perbedaan motivasi belajar siswa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif antara tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Jigsaw II pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? c. Apa perbedaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan motivasi belajar siswa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif antara tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Jigsaw II pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? 2006, h. 4. 19 JSIT Indonesia, Kurikulum PAI Sekolah Islam Terpadu, Bandung: Syamil Cipta Media,

10 2. Batasan Masalah Persoalan-persoalan yang diidentifikasi di atas, tidak seluruhnya penulis teliti. Sesuai dengan judul penelitian ini, fokus penelitian ini adalah pada perbedaan motivasi belajar siswa pada penggunaan model pembelajaran kooperatif antara tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Jigsaw II pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang diberikan, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada perbedaan motivasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif antara tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Jigsaw II pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif antara tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Jigsaw II pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru.

11 2. Manfaat Penelitian a. Bagi sekolah, untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan motivasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran Kooperatif antara tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Jigsaw II pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru. b. Bagi guru, untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan motivasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran Kooperatif antara tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Jigsaw II pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Serta dan sebagai bahan masukan untuk pengembangan model pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru. c. Sebagai kontribusi dalam pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam hal memotivasi siswa melalui model pembelajaran kooperatif antara tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Jigsaw II. d. Untuk memudahkan peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian dalam bidang motivasi siswa melalui metode model pembelajaran kooperatif antara tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Jigsaw II.