Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2), MEY 2015 ISSN:

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN:

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, * korespondensi:

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan

Diterima 16 Januari 2012, diterima untuk dipublikasikan 2 Februari 2012

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

Struktur Komunitas Lamun Di Perairan Pantai Kampung Enggros Distrik Abepura Kota Jayapura Provinsi Papua

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK

Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

Keanekaragaman Lamun di Pantai Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Manado

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

VARIASI MORFOMETRIK BEBERAPA JENIS LAMUN DI PERAIRAN KELURAHAN TONGKEINA KECAMATAN BUNAKEN

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang. seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan

Keanekaragaman Echinodermata di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL. KERAPATAN DAN BIOMASSA LAMUN Enhalus acoroides DI PERAIRAN DESA JAGO-JAGO TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang seluruh

LAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR FISIKA OSEANOGRAFI DENGAN KERAPATAN EKOSISTEM LAMUN DI PERAIRAN PUNTONDO KABUPATEN TAKALAR

STRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG HOLTEKAMP DISTRIK MUARA TAMI KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA. Alfred Eryon Metekohy 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang

PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN LAMUN (SEAGRASS) PADA ZONA INTERTIDAL DAN SUBTIDAL DI PERAIAN PANTAI DESA SULI. Prelly. M. J.

KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI DAERAH INTERTIDAL PANTAI LITIANAK DAN PANTAI OESELI KABUPATEN ROTE NDAO NUSA TENGGARA TENGGARA TIMUR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

Lampiran 1. Lokasi pengambilan data

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lamun ( Seagrass Deskripsi Lamun

Identifikasi Jenis dan Kerapatan Padang Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamun Deskripsi lamun

KOMPOSISI DAN KERAPATAN JENIS SERTA POLA PENYEBARAN LAMUN DI PERAIRAN TELUK TOMINI DESA WONGGARASI TIMUR KECAMATAN WANGGARASI KABUPATEN POHUWATO

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Hasil dan Pembahasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TELAAH EKOLOGI KOMUNITAS LAMUN (SEAGRASS) PERAIRAN PULAU OSI TELUK KOTANIA KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG

Biomass Of Sea grass At Selat Mie Village Coastal Water, Moro District, Karimun Regency, Riau Archipelago ABSTRACT

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) di Padang Lamun di Perairan Teluk Awur dan Pantai Prawean Jepara

VARIASI MORFOMETRIK PADA BEBERAPA LAMUN DI PERAIRAN SEMENANJUNG MINAHASA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan

Jurnal Aquarine Vol. 1, No. 2, September Tahun 2010 ISSN : SUMBERDAYA TERIPANG DI PERAIRAN DESA MELAHING BONTANG KUALA KALIMANTAN TIMUR

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:

Hubungan Sedimen Permukaan Dengan Lamun di Kampung Masiran Gunung Kijang Kabupaten Bintan

PRODUKTIVITAS BIOMASSA VEGETASI LAMUN DIPERAIRAN DESA PENGUDANG KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPELAUAN RIAU

SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN. Pendahuluan

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENGANTAR 1.1.Latar Belakang

Percent cover standards

Community structure of seagrass beds in Arakan, South Minahasa Regency

Transkripsi:

STRUKTUR KOMUNITAS DAN BIOMASSA RUMPUT LAUT (SEAGRASS) DI PERAIRAN DESA TUMBAK KECAMATAN PUSOMAEN 1 Idris Baba 2, Ferdinand F Tilaar 3, Victor NR Watung 3 ABSTRACT Seagrass community structure is the basic data of seagrass ecosystems needs to know. Research community structure and biomass of seagrass was conducted in the waters of the Tumbak village, district of Pusomaen Southeast Minahasa North Sulawesi, in June 2012. This study aims to determine the community structure and biomass of seagrass through a review of the species density, species diversity, and evenness of species in the waters. Found seven species of seagrass that is Cymodoceae rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Enhalus acoroides, Thalasia hemprichii and Syringodium isoetifolium. Keywords : seagrass, community structure, biomass ABSTRAK Struktur komunitas rumput laut merupakan data dasar dari ekosistem rumput laut yang perlu di ketahui. Penelitian struktur komunitas dan biomassa rumput laut (seagrass) ini dilakukan di perairan Desa Tumbak Kecamatan Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara Sulawesi Utara, pada bulan juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas dan biomassa rumput laut (seagrass) melalui penelahaan kepadatan spesies, keanekaragaman spesies, dan kemerataan spesies. Ditemukan tujuh spesies rumput laut yaitu Cymodoceae rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Enhalus acoroides, Thalasia hemprichii dan Syringodium isoetifolium. Kata kunci : rumput laut, struktur komunitas, biomassa 1 Bagian dari skripsi 2 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK-UNSRAT 3 Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi PENDAHULUAN Rumput laut adalah tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas Angiospermae. Tumbuhan ini dapat menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut (Kordi, 2011). Tumbuhan ini memiliki rhizoma, akar, daun, bunga, dan jaringan jaringan yang dilapisi lignin sebagai penyalur bahan makanan, air dan gas. Rhizoma merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Adapun yang membedakan dengan tumbuhan di darat adalah pada rumput laut tidak ditemukan adanya stomata (Susetiono, 2004). Ekosistem rumput laut telah dikenal secara luas sebagai ekosistem di perairan dangkal yang mempunyai 19

produktivitas sangat tinggi selain ekosistem hutan bakau (mangrove) dan terumbu karang (coral reef). Oleh karena itu keberadaan rumput laut pada suatu perairan akan mendukung produktivitas perairan itu di dalam menyediakan keragaman, kelimpahan, biomassa dan produksi ikan serta stok biota-biota laut ekonomis lainya seperti teripang dan udang. Keberadaan ekosistem rumput laut berperan penting dalam proses-proses yang berlangsung di perairan pantai sebagai: (1) Tempat mencari makan dan persinggahan bagi berbagai tumbuhan serta hewan, (2) Memperkaya produksi primer di perairan pantai, (3) Sebagai stabilisator sedimen dan garis pantai, (4) Sebagai tempat memijah, asuhan dan habitat bagi berbagai jenis ikan dan invertebrata Zieman (1982) dan Nienhuis (1993) in Susetiono, (2004). Selain itu, ekosistem rumput laut yang berada pada terumbu karang dan di sekitar area perairan estuari berperan sebagai tempat terkumpulnya nutrien, penyaring nutrien dan pemasukan unsur-unsur zat hara bagi lingkungan perairan di sekitarnya (Short, 1987 in Susetiono, 2004). Menurut Kiswara (1996) jenis rumput laut yang di temukan di perairan Indonesia jumlahnya mencapai 13 jenis. Di seluruh dunia jumlah spesies rumput laut 58 spesies yang terdiri dari 12 genera, 4 famili dan 2 ordo (Kuo dan McComb, 1989 in Kordi, 2011). Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tumbak, Kecamatan Pusomaen, Kabupaten Minahasa Tenggara yang terletak pada posisi 124 0 53 00-125 0 55 00 BT dan 0 0 58 15-0 0 58 40 LU. Topografi pantainya penuh dengan terumbu karang yang sudah mulai terdegradasi. Pengambilan data dilakukan pada saat surut terendah mengikuti garis transek kuadrat, sebelumnya telah dilakukan survey jelajah untuk menentukan lokasi. Pada masingmasing area pengambilan sampel diletakkan 3 garis transek dengan panjang jarak 50 m ke arah laut, tegak lurus dengan garis pantai dengan jarak antar transek 100 m. Kuadrat yang digunakan berukuran 50x50 cm dan jumlah kuadrat di setiap transek sebanyak 10. Pengukuran suhu dilakukan di dengan menggunakan termometer batang berketelitian 1 0 C pada area garis transek. Dengan menggunakan refraktosalinometer dilakukan pengukuran salinitas, dimana sampel air laut di ambil dan diteteskan pada refraktometer kemudian di amati angka salinitasnya. Spesies rumput laut yang ditemukan dalam kuadrat dihitung jumlah individu tiap spesies per m 2. Individu spesies yang tidak terindentifikasi dikoleksi dalam plastik yang sudah diberi label, kemudian disimpan di cool box untuk mencegah perubahan warna. Identifikasi spesies dilakukan di laboratorium Hidrobioekologi Manajemen Sumberdaya Perairan (HBMSP) dengan menggunakan petunjuk identifikasi menurut Lanyon (1986) dan Menez et al. (1983). METODE Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian HASIL Komposisis Spesies Ditemukan tujuh jenis rumput laut yang di identifikasi berdasarkan panduan Lanyon (1986) dan Menez et al, (1983) yaitu Cymodocea rotundata, 20

C. serrulata, Halophila ovalis, H. minor, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, dan Enhalus acoroides. Namun dari ketujuh Spesies tersebut yang masuk dalam kuadrat transek hanya ada empat jenis yaitu C. rotundata, C. serrulata, H. ovalis, dan E. acoroides. Biomassa dan Biomassa Relatif Hasil biomassa (g/m²) untuk lokasi transek 1 menunjukkan bahwa nilai biomassa tertinggi ditemukan pada spesies rumput laut E. acoroides sebesar 1273 g/m², diikuti oleh C. rotundata sebesar 815,5 g/m², C. serrulata sebesar 319 g/m², dan H. ovalis 265 g/m². Untuk lokasi transek 2, nilai biomassa tertinggi ditemukan pada C. rotundata sebesar 1512 g/m², diikuti E. acoroides sebesar 1105,5 g/m2, C. serrulata sebesar 96 g/m², H. ovalis sebesar 76 g/m². Sedangkan untuk lokasi transek 3 nilai biomassa tertinggi pada E. acoroides sebesar 1139 g/m² diikuti oleh C. serrulata sebesar 198 g/m². Gambar 2. Biomassa Rumput Laut Kepadatan dan Kepadatan Relatif Nilai kepadatan jenis (ind/m²) tertinggi pada transek 1 diperoleh pada spesies H. ovalis (132,5 ind/m²) diikuti spesies C. rotundata (116,5 ind/m²). Untuk transek 2 kepadatan tertinggi pada C. rotundata (216 ind/m²) diikuti E.acoroides (148,5 ind/m2), H. ovalis (34 ind/m²) dan C.serrulata (16 ind/m2). Sedangkan pada transek 3 kepadatan tertinggi C. serrulata (88 ind/m²) diikuti E. acoroides (17 ind/m²). Gambar 3. Kelimpahan spesies PEMBAHASAN Parameter Lingkungan Hasil pengukuran suhu air laut di lokasi penelitian sebesar 29 0 C menunjukkan bahwa kondisi itu sangat cocok dengan pertumbuhan rumput laut. Hal itu sesuai dengan pernyataan Zieman, (1975) in Kordi, (2011) yang menyatakan bahwa suhu optimum pertumbuhan rumput laut adalah sebesar 28-30 0 C. Hasil pengukuran salinitas di lokasi penelitian tercatat 31. Hasil ini masih dalam batas toleransi kondisi optimum salinitas perairan yang sangat cocok dengan pertumbuhan ekosistem rumput laut. Kondisi ini Secara umum merupakan salinitas yang optimum untuk pertumbuhan rumput laut yaitu berkisar 25-35 (Dahuri, 2003 in Kordi, 2011). Substrat di lokasi penelitian sebagian besar didominasi pasir, lumpur dan pecahan karang mati. Kondisi substrat ini sangat cocok dengan pertumbuhan ekosistem rumput laut. Seperti yang dinyatakan oleh Hutomo et all, (1988) in Kordi, (2011) menyatakan bahwa ekosistem rumput laut akan tumbuh dengan baik di daerah yang terlindung, bersubstrat pasir, lumpur, pecahan karang 21

mati, serta dekat sedimen yang bergerak secara horisontal. Biomassa dan Biomassa Relatif Secara keseluruhan biomassa dan biomassa relatif tertinggi diwakili oleh spesies E. acoroides diikuti oleh C. rotundata, C. serrulata dan H. ovalis. Struktur Komunitas Jumlah spesies yang ditemukan di lokasi penelitian terdapat tujuh spesies yaitu C. rotundata, C. serrulata, E. acoroides, H. ovalis, H. minor, T. hemprichii, S. isoetifolium. Kiswara (1996) dalam penelitiannya di Teluk Gerupuk dan Kuta, Lombok Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa rumput laut spesies E. acoroides, T. hemprichii, H. ovalis, H. minor, C. rotundata, C. serrulata, S. isoetifolium umumnya ditemukan di daerah pasang surut hingga tepi tebing pantai pada substrat pasir, pasir halus, lumpur dan pecahan karang mati. Hal ini sesuai dengan kondisi lokasi penelitian di perairan Desa Tumbak. Selanjutnya Susetiono (2004) menyatakan bahwa komposisi spesies suatu rumput laut sangat berkaitan erat dengan kelimpahan dan keanekaragaman fauna yang berasosiasi di dalam komunitas rumput laut tersebut. Kepadatan dan Kepadatan Relatif Kepadatan spesies dan kedapatan relatif menunjukkan hasil yang berbeda tiap transek. Untuk transek 1 kepadatan spesies dan kepadatan relatif tertinggi di wakili oleh spesies H. ovalis dan C. rotundata, di transek 2 kepadatan spesies dan relatif tertinggi diwakili oleh C. rotundata dan H. ovalis, sedangkan di transek 3 kepadatan spesies dan relatif tertinggi diwakili oleh C. serrulata dan E. acoroides. Perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan dimana organisme itu hidup. Cappenberg (2000) in Mokodompit (2006) menyatakan kepadatan suatu organisme ditentu-kan oleh kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dimana organisme tersebut hidup. Petersen (1991) in Takaendengan dan Azkab, (2010) menyatakan bahwa pengaruh dari pasang surut air laut yang berbeda tiap zona memungkinkan berkembangnya komunitas yang khas untuk masing masing zona di daerah itu. Keanekaragaman dan Kemerataan Hasil keanekaragaman spesies tertinggi terdapat pada transek 1 dan transek 2 dimungkinkan karena tipe substrat yang lebih bervariasi dibandingkan pada transek 3. Secara keseluruhan nilai keanekaragaman dan kemerataan spesies mendekat nilai satu yang menunjukkan bahwa penyebaran individu di setiap spesies lebih merata dan relatif stabil. Cappenberg (2002) in Mokodompit (2006) menjelaskan bahwa suatu komunitas dikatakan baik dan stabil apabila nilai kemerataan spesies mendekati 1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang struktur komunitas dan biomassa rumput laut (seagrass) di Perairan Desa Tumbak Kecamatan Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara dapat disimpulkan sebagai berikut : - Jenis rumput laut yang ditemukan di lokasi penelitan berjumlah tujuh spesies, empat spesies berada dalam kuadrat yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, dan Enhalus acoroides, dan ditemukan tiga spesies di luar kuadrat yaitu Halophila minor, Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii. - Secara keseluruhan biomassa dan biomassa relatif tertinggi diwakili oleh spesies E. acoroides, C. rotundata, C. serrulata dan H. ovalis. Hal ini dikarenakan oleh perbedaan jumlah individu, ukuran spesies dan kepadatan spesies. - Hasil keanekaragaman spesies tertinggi terdapat pada transek 1 dan 2 dimungkinkan karena tipe substrat 22

yang lebih bervariasi dibandingkan pada transek 3. Hal ini diduga kondisi lingkungan ke dua transek (2 dan 1) lebih stabil dalam hal ketersediaan zat hara sehingga kompetisi antar spesies relatif dan tidak terjadi dominasi spesies. DAFTAR PUSTAKA Kordi, K.H.G.M. 2011. Ekosistem Lamun (seagrass) : fungsi, potensi, pengelolaan. Jakarta: Rineka Cipta, 191 hal. Kiswara, W. 1996. Inventory of Seagrass in Kuta and Gerupuk Bays, Lombok Indonesia. Seagrass Biology: Procedings of an international workshop. p. 27-32. Lanyon, J. 1986. Guide to the Identification of Seagrasses in the Great Barrier Reef Region. Great Barrier Reef Park Authority Special Publication Serries (3) Townville, Queesland Australia. 54 p. Menez, G.E, G.R. Phillips and P.H. Calumpong. 1983. Seagrasess from the philippines. Smithsonian Institution press. City of Washington. 40 p. Mokodompit L. 2006. Komunitas Rumput Laut (seagrass) di Perairan Pantai Desa Boyong Pante Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan. Skripsi FPIK- UNSRAT. 57 hal. Susetiono, 2004. Fauna Padang Lamun Tanjung Merah Selat Lembeh. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. 106 hal. Takaendengan, K dan M. H. Azkab. 2010. Struktur Komunitas Lamun Di Pulau Talise, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi Di Indonesia (2010) 36 (1) :85-95 23