BUDIDAYA ANEMONE LAUT (Stichodactyla gigantean) UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI MASSAL DENGAN METODA FRAGMENTASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

USAHA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU SUNU, Plectropomus leopardus DI INDONESIA

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

PENGENALAN UMUM BUDIDAYA KEPITING BAKAU

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

II. BAHAN DAN METODE

EVALUASI PEMIJAHAN DAN KUALITAS TELUR INDUK IKAN GOLDEN TREVALLY, Gnathanodon speciosus (Forsskall) HASIL BUDIDAYA (F1) DAN ASAL ALAM (F0)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) - Bagian 2: Produksi induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

3 METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Pematangan Gonad di kolam tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscogutaftus) PEMELIHARAAN LARVA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

KE DUA (F-2) DALAM MENUNJANG TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN KERAPU

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

Oleh: Tinggal Hermawan BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

EMBRIOGENESIS IKAN SYNODONTIS Synodontis eupterus (Boulenger, 1901) Disusun oleh :

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG


SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 42/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG GALAH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BIMTEK BUDIDAYA KEPITING BAKAU

I. PENDAHULUAN. Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan. (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

BREEDING PROGRAM PRODUKSI NILA KELAMIN JANTAN. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi 2004

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

I. PENDAHULUAN. yang sudah dikenal luas dan termasuk komoditas ekspor. Kelebihan ikan guppy

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

Hormon Jantanisasi Ikan Untuk Sex Reversal Ikan Jantan dan Pelet Stimulan Pakan Ikan (SPI) Untuk Pembesaran Ikan

Transkripsi:

BUDIDAYA ANEMONE LAUT (Stichodactyla gigantean) UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI MASSAL DENGAN METODA FRAGMENTASI Istiyanto Samidjan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dari bulan Juli sampai September 2005 di laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk peningkatan produksi massal karang lunak anemone laut (Stichodactyla gigantean) dengan metoda fragmentasi dan mengukur pertumbuhan (panjang) dan kelulushidupan anemone laut yang di fragmentasi di laboratorium. Metoda penelitian dengan menggunakan Rancangan Dasar Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah T1 (dipotong 1 bagian), T2 (dipotong 2 bagian), T3 (dipotong 3 bagian), T4 (dipotong 4 bagian). Perlakuan fragmentasi anemone laut (T1,T2,T3,T4) dibesarkan dalam bak dengan system resirkulasi dengan menggunakan filtrasi biologi dan diberi pakan Tubifex sp. 5% per biomass per hari. Pengumpulan data laju pertumbuhan, produksi masal, kelulushidupan, dan parameter kualitas air meliputi: suhu, salinitas, oksigen terlarut, nitrit, ammonia, posfat, BOD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan (panjang), kelulushidupan dan produksi massal anemone laut (S. gigantea) (P <0,05). Perlakuan terbaik untuk peningkatan produksi massal anemone laut adalah perlakuan anemone laut dipotong dua bagian (pertumbuhan panjang 6,62 ± 0,112 cm dan kelulus hidupan 100 ± 0%). Pengolahan kualitas air dengan biofiltrasi biologi sesuai untuk pemeliharaan anemone laut yang difragmentasi. Kata kunci: metode fragmentasi, anemone laut (Stichodactyla gigantean), Tubifex sp., biofiltrasi biologi. KERAGAAN BENIH UDANG GALAH GIMARCO PADA WADAH BERBEDA Ikhsan Khasani Salah satu tahapan dalam budidaya udang galah adalah pendederan (nursery) yang bertujuan untuk menyediakan benih dengan ukuran 3-5 cm. Kegiatan pembesaran udang galah dengan benih hasil pendederan akan memberikan derajat sintasan yang lebih baik dibandingkan penggunaan benih ukuran pasca larva (PL). Kegiatan pendederan juga sangat diperlukan dalam sistem budidaya udang galah monosek jantan yang membutuhkan benih ukuran minimal 6 cm. Oleh karena itu kegiatan pendederan pasca larva untuk menyediakan benih merupakan peluang usaha yang cukup menjajikan. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wadah pemeliharaan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih udang galah pada fase pendederan. Benih yang digunakan adalah udang galah stadia pasca larva (PL) umur 10 hari. Pemeliharaan dilakukan menggunakan tiga jenis wadah, yaitu bak beton ukuran 10 m 3 secara indoor dengan padat tebar 400 ekor/m 3, Kolam tanah ukuran 5 x 5 m 2 dengan kepadatan 200 ekor/ m 2 dan waring ukuran 2 x 1 x 1 m dengan padat penebaran 500 ekor/ m 2. Kegiatan pendederan dilakukan selama 30 hari hingga diperoleh benih dengan ukuran 3-5 cm. Masing-masing perlakuan diukang sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif dalam bentuk grafik untuk membandingkan efektifitas wadah pemeliharaan yang digunakan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pendederan dengan menggunakan waring yang ditempatkan di kolam memberikan hasil yang terbaik, yang ditunjukkan dengan derajat sintasan yang cukup tinggi

(78,6%) dengan ukuran benih yang lebih besar (PT = 4,11 cm; Bobot = 0,47 g). Sementara pendederan di bak secara indoor walaupun memberikan derajat sintasan yang cukup tinggi (79,3%) namun pertumbuhan benihnya agak lambat (PT = 2,97 cm; Bobot = 0,31 g). Sedangkan Pendederan di kolam tanah walaupun pertumbuhan benihnya cukup bagus (PT = 3,88 cm; Bobot = 0,42 g) namun sintasanya hanya mencapai 52,2%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pendederan udang galah lebih baik dilakukan dengan menggunakan waring yang ditempatkan di kolam dibandingkan menggunakan kolam tanah atau bak tembok secara indoor. Kata kunci: pendederan, udang galah, wadah. PERBAIKAN TEKNIK PRODUKSI BENIH KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain) DI BALAI BESAR RISET PERIKANAN BUDIDAYA LAUT, GONDOL BALI Bambang Susanto, Ketut Suwirya, Irwan Setyadi dan Zafran Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol PO BOX. 140 Singaraja Bali E-mail: bambang-ssnt@yahoo.com Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki teknik pemeliharaan zoea kepiting bakau Scylla paramamosain sampai menghasilkan benih (crablet). Digunakan bak volume 300 L dengan sistem air lift dan resirkulasi serta ditebar zoea dengan kepadatan awal 100 ekor/l. Pakan alami rotifer dan pakan komersial diberikan selama stadia zoea dan mulai stadia Z-3 ditambahkan nauplius artemia. Suhu air selama pemeliharaan zoea dipertahankan pada suhu 30±0,5 C dengan alat pemanas otomatis. Setelah stadia megalopa, kemudian dipindahkan kedalam beberapa bak volume 1.000-4.000 L dengan kepadatan 1-2 ekor/l dan diberi pakan komersial sampai menjadi benih stadia crablet 3-4. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perkembangan stadia zoea lebih cepat yang ditunjukkan dengan pertumbuhan dan pergantian stadia zoea-megalopa yang semakin singkat sekitar 2 hari sekali dalam setiap stadianya. Stadia megalopa kepiting bakau dengan metoda ini dapat dicapai dalam masa pemeliharaan 10-12 hari sebanyak 5.770 ekor, dengan prosentase sintasan sebesar 19,23%. Keragaan megalopa dalam bak pemeliharaan terlihat bergerak aktif yang menandakan kondisi megalopa tersebut sangat sehat. Stadia crablet-1 dicapai sekitar 4 hari (D-4) dari stadia megalopa dengan sintasan 76,5±5%, dan crablet 3-4 dicapai sekitar 14 hari (D-14), dengan sintasan 24,44-31,32 % atau rata-rata 28,38±2%. Kata kunci: crablet, kepiting bakau (Scylla paramamosain), sistem resirkulasi, megalopa. PENGAMATAN PROFIL STEROID HORMON PADA SERUM DARAH INDUK KERAPU LUMPUR (Epinephelus coioides) YANG DIIMPLAN DENGAN PELET HORMON LHRH-a DAN 17 α-mt, SERTA PERKEMBANGAN GONADNYA Agus Priyono, Titiek Aslianti, dan Tony Setiadharma Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Po Box 141, Singaraja-Bali. Telp. 0361-92278. E-mail: agus_priyono@telkom.net

Pada proses perkembangan gonad umumnya diikuti oleh perubahan ukuran sel telur, stadium sperma maupun perubahan steroid hormon dalam serum darah. Tujuan percobaan adalah untuk mengamati kandungan steroid hormon dalam serum darah induk kerapu yang diimplan dengan pellet hormon LHRH-a dan 17 α methyltestosterone selama proses pematangan gonad. Induk dipelihara dalam dua buah bak beton volume 100 m 3 kepadatan 15 ekor/bak. Untuk triger perkembangan gonad, induk betina diimplan dengan LHRH-a dosis 50 µg dan induk jantan dimplan dengan pellet hormon 17α-MT dosis berbeda yaitu (perlakuan A) dosis 50 µg/kg berat ikan, (perlakuan B) dosis 100 µg/kg berat ikan. Peubah yang diamati a.l: kandungan steroid hormon darah (diukur dengan ELISA pada panjang gelombang 492 nm), perkembangan gonad (sel telur dan sperma). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serum darah (estradiol 17-beta) pada induk betina yang diimplant dengan pelet hormon LHRH-a dosis 50 µg/kg berat ikan pada perlakuan A antara 0,1 sampai 4 ng/ml dan perlakuan B lebih rendah dari perlakuan A yaitu antara 0,1 sampai 3 ng/ml dengan perkembangan sel telur pada perlakuan A dan B antara 275 sampai lebih dari 500 µm (small vitelogenesis large vitelogenesis). Kandungan steroid hormon 11-KT induk jantan pada perlakuan A bervariasi antara 10-100 ng/ml dan pada perlakuan B antara 10-110 ng/ml dan dengan kategori sperma positip satu (1) pada perlakuan A dan positip satu (1) dan dua (2) pada perlakuan B. Kata kunci: serum darah, kerapu lumpur, perkembangan gonad, implan hormon, hormon steroid. PENGARUH IMPALANTASI HORMON LHRH-a DALAM MENINGKATKAN PEMIJAHAN DAN KUALITAS TELUR PADA INDUK BETINA IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) Tony Setiadharma, Agus Prijono, Nyoman Adiasmara Giri Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Po Box 140 Singaraja, Telp 0362 92278, Fax 0362 92272 Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan hormon LHRH-a terhadap pemijahan dan perkembangan gonad induk kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Induk kerapu macan berukuran 4,46 13,26 kg yang dipelihara dalam 2 tangki volume 30 m³, masing masing diisi 9 ekor induk terdiri dari 6 ekor betina dan 3 ekor jantan. Pakan yang diberikan berupa ikan rucah dan cumi segar sebanyak 3% berat total/hari. Sebagai perlakuan dalam penelitian adalah yaitu A. (Pakan + Vit E dan C) tanpa hormon, B. (Pakan + Vit E dan C) dan hormon LHRH-a. Percobaan ini dilakukan selama 6 bulan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa hormon berpengaruh terhadap pemijahan dan perkembangan gonad. Pada perlakuan B memperlihatkan hasil proses reproduksi yang lebih baik dan terjadi pemijahan sebanyak 8 kali pada periode bulan Mei sampai Nopember 2003 dengan jumlah total telur yang dibuahi sebanyak 16.360.000 butir, kemudian pada perlakuan A terjadi pemijahan sebanyak 4 kali dengan jumlah total telur 9.280.000 butir. Diameter telur untuk kedua perlakuan sangat bervariasi antara 250-600µm, kemudian pengamatan SAI larva untuk perlakuan B (dengan hormon) mencapai 2,80-4,96 sedang perlakuan A (tanpa hormon) 0,18-4,80 kemudian kandungan steroid hormon dalam darah lebih tinggi pada penggunaan LHRH-a sekitar 0,52-0,90 ng/ml Kata kunci: LHRH-a, gonad, kematangan, kerapu macan.

DOSIS EFEKTIF OVAPRIM UNTUK STIMULASI OVULASI-SPERMIASI PADA IKAN SINODONTIS (Synodontis nigriventris) Siti Subandiyah dan Darti Satyani Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar efektif dari ovaprim untuk ovulasi dan spermiasi induk-induk ikan hias Synodontis nigriventris (Sinodontis). Sembilan pasang induk ikan sinodontis berumur 18 bulan dengan berat badan induk betina sekitar 50 gram dan jantan 70 gram digunakan dalam percobaan ini. Dosis atau kadar ovaprim sebagai perlakuan adalah 0,50 ml/kg dan 1,00 ml/kg berat badan, dengan 3 (tiga) kali ulangan. Pembuahan dilakukan secara buatan dengan cara mencampurkan telur dan sperma hasil stripping induk tersebut. Telur yang sudah dibuahi diinkubasikan dalam akuarium-akuarium berukuran 100x50x40 cm. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kadar ovaprim 1,00 ml/kg memberikan waktu laten paling cepat (14,67 jam) dibandingkan dengan perlakuan lain (23,67 jam untuk 0,50 ml/kg dan 19,00 untuk 0,75 ml/kg). Namun demikian jumlah telur ovulasi dan sintasan larva tidak ada beda diantara perlakuan. Daya tetas telur tampak paling tinggi juga pada ovaprim dengan kadar 0,75 ml/kg yaitu 69,34% dibandingkan dengan 0,50 ml/kg dan 1,00 ml/kg yang hanya 65,32 dan 65,0%. Kata kunci: Ovaprim, dosis efektif, ovulasi, telur. PEMIJAHAN BUATAN, PERKEMBANGAN EMBRIO DAN LARVA IKAN KERAPU KWE (LONG TOOTH), Epinephelus bruneus Bejo Slamet Balai Besar Research Perikanan Budidaya Laut Gondol,Gerogak, PO Box 140 Singaraja 81101, Bali. E-mail, Gondol @singaraja.wasantara.net.id Pengamatan pada pemijahan buatan serta perkembangan embrio dan larva ikan kerapu kwe (long tooth) (Epinephelus bruneus) telah dilakukan di Mie Sea Farming Center Jepang. Induk yang digunakan terdiri dari 10 ekor induk jantan dengan ukuran berat 9,5-26,1kg/ ekor, panjang total 80,4-114,8 cm dan 30 ekor betina ukuran dengan berat badan 3,1-19,1 kg/ekor, panjang total 56,3-103,5 cm. Rangsangan pemijahan dilakukan melalui implantasi pellet hormon LHRH-a dengan dosis 400 µg/kg berat badan (BB) dan 21 hari kemudian disuntik dengan hormon gonadotropin dengan dosis 400 IU/kg BB. Pemijahan buatan dilakukan dengan pengurutan (striping) induk jantan dan betina yang telah matang kemudian telur dan spermanya dicampur untuk pembuahan. Pengamatan perkembangan embrio terhadap telur yang telah dibuahi dilakukan secara kontinyu di bawah mikroskop sampai saat telur menetas. Larva yang menetas dipindahkan ke tangki pemeliharaan larva dan selama pemeliharaan dilakukan pengamatan perkembangan larvanya. Hasil pengamatan menunjukan bahwa hanya 3 ekor jantan (30%) dan 18 ekor betina (60%) yang berhasil matang telur. Telur hasil pemijahan buatan menghasilkan rasio pembuahan 0-65% dan rasio penetasan 0-51%. Waktu inkubasi telur adalah 27 jam pada suhu 25 o C. Larva mulai buka mulut pada umur 3 hari (D-3) sore jam dan mulai makan pada D-4 pagi. Cadangan makanan berupa kuning telur habis diserap pada D-5 pagi hari dan butir minyak habis terserap pada D-6 pagi. Pada umur 9 hari larva mulai tumbuh duri sirip dada dan umur 10 hari mulai tumbuh duri sirip punggung.

Phase juvenil dicapai saat larva berumur 50-60 hari, dimana bentuknya sudah menyerupai tipe ikan dewasa. Kata kunci: kerapu kwe, pemijahan buatan, embrio, larva. JANTANISASI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SECARA MASSAL DI KOLAM PEMBUDI DAYA Eni Kusrini 1), Bambang Priono 1), dan Reza Samsudin 2) 1) Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakarta 2) Balai Riset Budidaya Perikanan Air Tawar, Bogor Ikan nila (Oreochromis niloticus) jantan mempunyai pertumbuhan lebih cepat dibanding dengan ikan nila betina sehingga pemilihan nila jantan cenderung menjadi prioritas. Salah satu cara untuk memproduksi benih ikan berkelamin tunggal jantan adalah dengan pemberian hormon androgen atau sintetiknya secara oral atau perendaman. Suatu kajian produksi jantan secara massal melalui hormonal telah dilakukan di daerah Kabupaten Cianjur. Induk ikan nila yang digunakan sebanyak 100 ekor yang terdiri atas 80 ekor betina dan 20 ekor jantan dipijahkan dalam waring. Pengumpulan telur dilakukan dengan teknik pengocokan, kemudian diinkubasi dalam wadah khusus sampai umur 9 hari. Benih direndam dalam larutan 17-α methyltestosteron dengan dosis 10 mg/l selama 12 jam. Setelah direndam benih dibesarkan dalam waring, pemberian pakan menggunakan pakan terapung diberikan sekenyangnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa benih nila hasil perendaman dapat meningkatkan nisbah kelamin jantan menjadi 78,58% dibandingkan tanpa perendaman yang hanya sebesar 47,48%. Hasil kajian ini menunjukkan penggunaan 17-α methyltestosteron dengan dosis 10 mg/l cukup efektif dalam mencari imbangan nila jantan pada fase benih. Kata Kunci: ikan nila, jantanisasi, 17-α methyltestosteron. PEMELIHARAAN JUVENIL KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) PADA KUALITAS BERBEDA DALAM SATU SIKLUS PRODUKSI Ketut Maha Setiawati, Wardoyo, Tony Setiadharma, Suko Ismi Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol-Bali Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan pada juvenile ikan kerapu macan yang dihasilkan dalam satu siklus produksi (kualitas). Hewan uji yang digunakan adalah juvenil kerapu macan. Kepadatan ikan pada masing-masing tangki 300 ekor/bak. Perlakuan yang diuji coba adalah perbedaan ukuran ikan dalam satu siklus produksi: Kualitas A dengan ukuran panjang total ± 3 cm(a); Kualitas B dengan panjang total ± 2,5 cm (B); Kualitas C dengan panjang total ± 2 cm (C). Tangki yang digunakan bervolume 400L sebanyak 9 tangki, dengan volume air pemeliharaan 150 L. Perlakuan dirancang dengan rancangan acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak pada panjang total ikan tidak berbeda nyata antara masing-masing perlakuan. Sedangkan pertumbuhan mutlak pada berat tubuh berbeda nyata. Kecepatan pertumbuhan mutlak (berat) yang tertinggi yaitu pada perlakuan A = 8,04 g, perlakuan B = 5,37 dan pada perlakuan C =

4,5 g, Sintasan yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata. Sintasan pada perlakuan A, B dan C masing-masing adalah 78,66%, 72,33% dan 61,67%. Kata kunci: pemeliharaan juvenile, kualitas, abnormalitas UPAYA PENINGKATAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA KERAPU LUMPUR, Epinephelus coioides DALAM MENUNJANG PRODUKSI BENIH YANG BERKUALITAS, BERKESINAMBUNGAN DAN SESUAI STANDAR NASIONAL INDONESIA Titiek Aslianti Produksi benih ikan kerapu selama periode tahun 2000-2006 terus dipacu dalam upaya mengantisipasi kesenjangan pasok benih bagi berkembangnya kegiatan usaha budidaya. Satu diantara jenis ikan kerapu yang mulai banyak diminati pembudidaya adalah kerapu Lumpur, Epinephelus coioides. Berbagai penelitian yang mengarah pada peningkatan sintasan dan perbaikan pertumbuhan serta keragaan benih sesuai SNI telah dilakukan. Permasalahan yang sering dihadapi umumnya terjadi pada masa-masa perubahan fase yang merupakan masa kritis bagi perkembangan larva menjadi juvenile hingga benih. Faktor lingkungan, pakan dan penyakit merupakan faktor penentu keberhasilan produksi benih. Pada makalah ini akan diuraikan tingkat keberhasilan produksi benih kerapu Lumpur melalui berbagai penelitian managemen pakan dan lingkungan serta kendalanya. Kata kunci: kelangsungan hidup, kerapu Lumpur, produksi benih, SNI.