IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh,

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada

MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN KONSENTRASI CO 2 TERHADAP PERKEMBANGAN Sitophilus zeamais SELAMA PENYIMPANAN JAGUNG

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst.

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

KORELASI ANTARA WAKTU PANEN DAN KADAR GULA BIJI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

ISSN : KAJIAN PEMASARAN JAGUNG MANIS (Zea Mays) DI DESA WKO KECAMATAN TOBELO TENGAH KABUPATEN HALMAHERA UTARA

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

TANAMAN PENGHASIL PATI

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL

TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.))

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

I. PENDAHULUAN. commit to user

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

Alumni Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP **) Staf Pengajar Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP ***)

Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas Srikandi Kuning dan Putih oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN Ariance Y. Kastanja Staf Agroforestri Politeknik Padamara - Tobelo ABSTRACT The objectives of this research to know corn s water height level and damage intensirt which caused by infection of Sitophilus zeamais in storages, accomplish by make effort to press corn s damage, using statistic method with random complete method. Sample was taken from farmer storages. The result showed that the treatment of water height in 9 % is better and strongest toward the infection of Sitophilus zeamais, at the treatment of water height in 11% until 15% have classified in mid damage level. While water height in 17 % has the higest damage level, so we could classify that its damage was very heavy. Key Words : water height, damage intensity, storage Latar Belakang PENDAHULUAN Sebagai Negara agraris yang memiliki sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian dari sektor pertanian, Indonesia perlu mengembangkan pembangunan pada sektor pertanian, yang pada prinsipnya akan menuju pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Sebagai daerah yang berada beriklim tropis Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman pangan yang biasanya diusahakan oleh petani baik untuk keperluan konsumsi rumah tangga maupun untuk dijual guna menambah pendapatan keluarga petani itu sendiri. Dari sekian jenis tanaman pangan tersebut tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan memiliki prospek yang cukup baik sebagai sumber pendapatan Tanaman jagung (Zea mays L.) sebagai salah satu bahan pangan pokok bagi memiliki banyak kegunaan. Buah jagung yang masih muda banyak digunakan sebagai sayuran, sedangkan biji yang sudah tua digunakan untuk pembuatan tepung, minyak, bahkan sebagai pakan ternak. Jagung sebagai komoditas pangan unggulan kedua setelah padi dan memiliki banyak kegunaan sebagai makanan rakyat karena mengandung karbohidrat yang dibutuhkan oleh tubuh, oleh kjarena itu usaha peningkatan produksi dan penanganan pasca panen merupakan hal yang penting dan mendesak. Dewasa ini perhatian pemerintah terhadap program peningkatan produksi jagung makin bertambah besar, hal ini dapat terlihat dari pencanangan program penanaman 1500 Ha jagung di Kabupaten Halmahera Utara saat ini. Namun demikian program tersebut sering menghadapi kendala karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh para petani mengenai cara penanganan pasca panen. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya hama yang menyerang tanaman jagung di lapangan maupun selama proses pasca panen. Tanaman jagung memiliki banyak kegunaan, dimana hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dari hasil penelitian buah jagung yang masih muda maupun yang sudah tua, cukup banyak mengandung berbagai macam vitamin dan mineral. Kandungan gizi per 100 gram jagung sebagai berikut : kalori 355,0 mg, protein 9,2 g, lemak 3,9 g, karbohidrat 73, 7 g, air 12,0 g, kalium 10.0 mg, fosfor 2560 mg, besi 2,4 mg, vitamin A 510.0 mg dan vitamin B 0.38 mg (Warisno, 1998). Data Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa produksi jagung di Indonesia mencapai 656,5 ton dengan rata-rata produksi 23,40 kg/ ha. Untuk daerah Kabupaten Halmahera Utara produksi jagung dalam tahun 2004 mencapai

28 Jurnal Agroforestri Volume II Nomor 1 Maret 2007 1.100 ton dengan rata-rata produksi 5 ton/ha. Luas lahan yang ditanami mencapai 245 ha dan hanya 220 ha yang berhasil dipanen. Menurut Warisno (1998), kerusakan mekanik selama proses pasca panen yang dapat mencapai 25 37 persen merupakan salah satu penyebab hilangnya sebagian hasil panen. Hal lain yang juga menjadi penyebab rendahnya produksi dan kehilangan hasil adalah adanya serangan hama di lapangan maupun di tempat penyimpanan. Usaha peningkatan produksi pada aspek prapanen selama ini sudah dilakukan sedangkan perhatian pada pengelolaan pasca panen masih kurang, sehingga menyebabkan bahan yang disimpan mengalami penyusutan baik secara kualitas karena terjadi pengotoran dan perusakan produk, maupun secara kuantitas karena kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ditempat penyimpanan maupun penimbunan hasil. Soekarna (1984), menyatakan bahwa kerusakan hasil setelah panen tercatat lebih besar dibandingkan dengan sebelum panen, yaitu antara 10 sampai 54 persen setiap tahun. Kehidupan, perkembangan maupun kerusakan yang ditimbulkan hama gudang sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yakni : faktor genetik atau faktor bawaan, faktor ekologis atau faktor luar dengan hama tersebut (makanan, iklim, musuh alami serta kegiatan dan daya upaya manusia). Salah satu faktor yang cukup mempengaruhi perkembangan dan kehidupan hama gudang yaitu kadar air bahan simpanan. Berdasarkan kesimpulan awal inilah maka dipandang perlu untuk mengadakan penelitian guna mengetahui tingkat kadar air komoditi jagung yang dikembangkan di Halmahera Utara saat ini untuk menekan dan mencegah kerusakan yang disebabkan hama Sitophilus zeamais karena jagung dengan kadar air tinggi sangat disukai jenis hama gudang. Hama Sitophilus zeamais Sitophilus zeamais adalah serangga yang biasanya banyak ditemukan di gudang penyimpanan komoditas pangan. Hama gudang ini menjadi penyebab kerusakan yang besar karena mampu menyerang biji-bijian yang masih utuh. Menurut Kalshoven (1981), Sitophilus zeamais diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Class Ordo Famili Genus Species : Arthopoda : Insecta : Coleoptera : Curcurlionidae : Sitophilus : Zeamais. Serangga ini memiliki ciri - ciri khusus yang mirip dengan Sitophilus oryzae L. Menurut Bedjo (1992) bahwa hama Sithopilus zeamays mempunyai moncong di depan kepala meruncing dan agak melengkung, sedangkan menurut Kartasapoetra (1987) kumbang bubuk ini saat dewasa berwarna coklat agak kemerahan, dan selanjutnya akan berubah warna menjadi hitam. Pada kedua belah sayapnya terutama di bagian depan terdapat empat bercak berwarna kuning agak kemerahan, dua bercak berwarna kuning dan dua bercak pada sayap sebelah kanan. Ukuran tubuh kumbang berkisar antara 3,5 mm sampai 5 mm dan tergantung dari tempat hidup larvanya. Siklus hidup hama Sithopilus zeamays berkisar antara 28 sampai 90 hari, tetapi umumnya sekitar 31 hari. Menurut Wilbur (1962) dalam Kartasapoetra (1987), panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada tempat penyimpanan, kelembaban, dan kandungan air pada produk simpanan, serta jenis produk yang diserang. Kumbang ini mengalami metamorfosa lengkap atau holometabola yang terdiri dari stadia telur, larva, pupa dan imago. Hama ini meletakan telurnya pada biji-biji jagung dengan cara menggerek permukaan biji dan selanjutnya ditutup dengan air liur. Hama kumbang dikenal sebagai bubuk jagung atau corn weevil dan merupakan hama primer pada bahan simpan jagung di gudang. Hama Sithopilus zeamays umumnya menyerang biji-biji yang berukuran besar, tidak tahan terhadap suhu tinggi, memiliki kemampuan terbang sehingga dapat menyebar. Identifikasi Kadar Air Biji Jagung Dan Tingkat Kerusakannya Pada Tempat Penyimpanan

Jurnal Agroforestri Volume II Nomor 1 Maret 2007 Kadar Air Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan, yang dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Kadar air memiliki batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarief dan Halid, 1993). Kadar air menununjukkan tingkat kekeringan dan mempunyai aspek terhadap daya simpan serta mutu hasil proses selanjutnya (Souhoka, 1983). Kadar air bahan simpan berpengaruh terhadap hama gudang, umur biji serta kerusakan mekanik baik selama penanganan, pemrosesan ataupun pembersihan. Kadar air merupakan salah satu factor penting dalam memepengaruhi kemampuan benih untuk mempertahankan viabilitasnya. Menurut Suprapto (1982), bahwa tingkat kadar air yang aman untuk menyimpan jagung pipilan adalah 13 persen. Dalam batas tertentu makin rendah tingkat kadar air benih, makin lama benih tersebut dapat mempertahankan viabilitasnya. Penyimpanan Dalam penyimpanan masalah kadar air, suhu dan kelembaban udara sangat menentukan daya simpan. Penyimpanan jagung dapat dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu berkulit, tongkol terkupas dan pipilan. Bahan yang disimpan umumnya dalam keadaan kering dengan kadar air maksimum 14 persen (Efendi, 1980). Penurunan mutu bahan pangan dikelompokan dalam penyusutan kualitatif dan penyusutan kuantitatif. Penyusutan kualitatif adalah kerusakan yang terjadi akibat perubahanperubahan biologi. (mikroba, serangga, tungau, respirasi), perubahan-perubahan fisik (tekanan, getaran, suhu, kelembaban), serta perubahan-perubahan kimia dan biokimia (reaksi pencoklatan, ketengikan, penurunan nilai gizi dan keamanan terhadap kesehatan manusia). Penyusutan kuantitatif adalah kehilangan jumlah atau bobot hasil pertanian akibat penanganan pasca panen yang tidak memadai dan juga karena adanya gangguan biologi (proses respirasi, serangan serangga dan tikus). Kerusakan yang terjadi selama penyimpanan akan menjadi penyebab utama penurunan Ariance Y. Kastanja 29 mutu. Kerusakan dapat berupa rusak fisik yang disebabkan oleh serangan hama dan jamur sehingga terjadi penurunan nilai pangan dan terkontaminasi, rusak kimiawi disebabkan oleh penurunan kadar karbohidrat protein dan lemak karena proses metabolisme dan mikroba (Kartasapoetra, 1987). Tingkat kerusakan dari hasil panen yang dapat disimpan sangat dipengaruhi oleh kondisi penyimpan terutama suhu dan kelembaban serta wadah penyimpanan. Hama gudang dalam simpanan memerlukan keadaan suhu udara atau temperatur minimum dan maksimum. Temperatur minimum ialah temperature terendah, dimana hama produk pertanian dalam simpanan dapat hidup. Sedangkan temperatur maksimum adalah suhu udara tertinggi dimana hama produk pertanian dalam simpanan masih dapat hidup. Biasanya batas antara temperatur minimum dan temperatur maksimum yaitu antara 5 o C sampai 45 o C, sedangkan temperatur optimumnya berkisar antara 25 o C sampai 30 o C. Kelembaban udara sangat berkaitan erat dengan temperatur dimana pengaruhnya sangat menentukan perkembangan hidup hama gudang. Kebutuhan serangga akan air sangat dipengaruhi dan berhubungan erat dengan kelembaban udara. Serangga memperoleh air dari linggkungannya dengan empat cara yaitu melalui makanan, langsung menghisap air, melalui kulit luar yang dapat menghisap uap air di udara dan melalui proses oksidasi nitrogen yang terkandung dalam bahan-bahan simpanan di dalam tubuh maupun dari makanan (Kartasapoetra, 1991). METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode statistic dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sesuai dengan rancangan yang digunakan, maka model matematika yang digunakan adalah : Yij= ì + ói + ij Dimana : Yij = nilai satuan pengamatan ì = rataan

30 Jurnal Agroforestri Volume II Nomor 1 Maret 2007 ói = pengaruh perlakuan ij = kesalahan percobaan Pelaksanaan Penelitian Jagung hasil panen milik petani dan telah tersimpan di dalam gudang digunakan sebagai sample penelitian. Selanjutnya sampel tersebut diukur tingkat kadar air dan dimasukan kedalam toples yang tertutup dan disimpan selama 31 hari Tingkat kerusakan yang diakibatkan serangan hama Sitophilus zeamais dan perubahan kadar air diamati dan diukur setelah dilakukan penyimpanan. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap intensitas kerusakan akibat serangan hama Sitophilus zeamais, kadar air awal dan kadar air akhir pengamatan. Pengamatan terhadap kadar air dan intensitas kerusakan dilakukan setelah sampel disimpan selama 31 hari. Disamping itu dilakukan pengamatan terhadap suhu dan kelembaban relatif selama penelitian berlangsung. Untuk menghitung intensitas kerusakan dilakukan penimbangan terhadap biji jagung yang terserang dan tidak terserang pada masingmasing percobaan. Untuk mengetahui intensitas kerusakan digunakan rumus sebagai berikut : a P = x 100% dimana a : + b P = Intensitas Kerusakan a b = Berat biji terserang = Berat biji yang tidak terserang Tabel 1. Kriteria Kerusakan HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diperoleh suhu dan kelembaban bagi perkembangan kumbang Sitophilus zeamays dari 26 o C sampai 30 o C dan kelembaban relatif dari 72 persen sampai 85 persen, ini merupakan kelembaban yang sesuai sehingga proses metabolisme dapat berlangsung secara cepat. Suhu yang sesuai bagi perkembangan kumbang Sitophilus zeamays berkisar antara 18 o C sampai 35 o C dan suhu optimum 30 o C, kelembaban berkisar antara 25 persen sampai 100 persen dan optimum antara 80 persen sampai 89 persen. Hasil pengamatan temperatur dan kelembaban harian selama penelitian yaitu temperatur rata-rata pagi hari (jam 08.00) 27,39 o C, siang hari (12.00) 25,11 o C dan sore hari (18.00) 27,25 o C. Kelembaban rata-rata pagi hari (jam 08.00) 77,70 persen, siang hari (12.00) 77,89 persen, sore hari (18.00) 80,64 persen. Dari pengamatan ini secara jelas menunjukkan temperatur dan kelembaban udara sangat mendukung aktivitas dan perkembagan hama Sitophilus zeamays untuk hidup secara normal. Intensitas Kerusakan Biji Jagung dan Kadar Air Akhir pada petani Desa Soatabaru Untuk melihat Intensitas kerusakan biji jagung pada 5 perlakuan kadar air yang berbeda, dilakukan pengukuran terhadap berat biji jagung awal dan akhir. Hasil analisis sidik ragam menunujukkan perlakuan sangat berbeda nyata. Hasil pengujian beda rata-rata Intensitas kerusakan dan kadar air akhir disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Intensitas Kerusakan Biji Jagung Oleh Hama Sitophilus zeamays dan Kadar Air Akhir pada Tingkat Perlakuan Kadar Air (%). Analisis Hasil Pengamatan Hasil penelitian diuji secara statistik dengan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata (BNJ) untuk perlakuan yang berbeda nyata dan sangat nyata pada tingkat BNJ 0,05. Untuk melihat keeratan hubungan analisis dilanjutkan dengan Uji Regresi. Keterangan : Rata-rata angka yang diikuti oleh huruf yang tidak saa berbeda nyata pada uji BNJ 0,05 Identifikasi Kadar Air Biji Jagung Dan Tingkat Kerusakannya Pada Tempat Penyimpanan

Jurnal Agroforestri Volume II Nomor 1 Maret 2007 Intensitas Kerusakan Biji Jagung dan Kadar Air Akhir pada Petani Desa WKO Tabel 3. Intensitas Kerusakan Biji Jagung Oleh Hama Sitophilus zeamays dan Kadar Air Akhir pada Tingkat Perlakuan Kadar Air (%). Berdasarkan hasil penelitian dari 2 tempat yang berbeda, menunjukkan bahwa uji beda rata-rata 5 tingkat perlakuan kadar air yaitu perlakuan kadar air 9 persen sampai 17 persen berbeda nyata. Hal ini memberi gambaran bahwa kadar air memiliki pengaruh yang nyata terhadap intensitas kerusakan, karena semakin tinggi tingkat kadar air biji jagung maka semakin besar kerusakan yang ditimbulkan oleh hama Sitophilus zeamays. Sebaliknya jika kadar air semakin rendah maka kerusakannya juga rendah. Kadar air awal 25 persen merupakan kadar air yang diperoleh setelah panen dan merupakan kadar air sebelum perlakuan. Biji jagung dengan kadar air demikian tidak dapat disimpan karena dapat menurunkan mutu, mudah diserang oleh hama, cepat membusuk dan ditumbuhi cendawan. Untuk menurunkan kadar air awal tersebut dilakukan pengeringan hingga mencapai kadar air yang ditentukan. Sesuai dengan hasil pengukuran kadar air akhir dan uji BNJ pada 2 gudang penyimpanan (tabel 2 dan 3) menunjukkan bahwa 5 perlakuan kadar air berbeda nyata satu sama lain. Bertambahnya kadar air sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara relatif. Jika suhu rendah dan kelembaban tinggi maka kondisi ini akan memacu naiknya kadar air untuk mencapai keseimbangan, sedangkan naiknya suhu akan mengakibatkan dilepaskannya kandungan air dalam bahan yang disimpan, sehingga terjadi perubahan kadar air. Hal ini terjadi karena antara kadar air, temperatur dan kelembaban saling berhubungan. Intensitas kerusakan dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria intensitas kerusakan seperti pada tabel 1. Perlakuan-perlakuan yang 31 diuji dikelompokkan mulai dari kategori kerusakan ringan sampai kerusakan berat. Dari hasil pengelompokkan ini jelas terlihat bahwa kadar air 9 persen (A 1 ) tingkat kerusakannya paling kecil dan dikategorikan memiliki tingkat kerusakan ringan. Dengan demikin dapat dikatakan bahwa kadar air 9 persen paling tahan terhadap hama Sitophilus zeamays. Sementara kadar air 17 persen memiliki tingkat kerusakan terbesar, sehingga dapat dinyatakan bahwa kadar air tersebut dikategorikan sangat berat, dan kadar air 17 persen tidak tahan terhadap hama dan penyakit. Dari hasil uji BNJ intensitas kerusakan pada 2 tempat penyimpanan untuk 5 tingkat perlakuan semuanya berbeda nyata satu sama lain tetapi pada perlakuan kadar air 11 persen sampai perlakuan kadar air 15 persen dikategorikan memiliki tingkat kerusakan yang sedang. Perbedaan intensitas kerusakan ini kemungkinan disebabbkan karena adanya perbedaan kadar air. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika kadar air biji jagung rendah maka kerusakannya juga rendah. Hal ini disebabkan karena antara kadar air dan kekerasan biji mempunyai hubungan. Intensitas kerusakan pada perlakuan kadar air 17 persen untuk kedua tempat penyimpanan (A 5 ) dikategorikan berat dan menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan kadar air lainnya. Kadar air dalam bahan simpanan tinggi sehingga keadaan tekstur biji menjadi menguntungkan bagi kelangsungan hidup Sitophilus zeamays. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Semakin tinggi tingkat kadar air semakin tinggi intensitas kerusakan yang disebabkan oleh hama Sitophilus zeamays. 2. Terdapat perbedaan tingkat kadar air pada 2 tempat penyimpanan 3. Kondisi tempat penyimpanan yang menguntungkan menentukan perkembangan atau populasi hidup hama Sitophilus zeamays. Ariance Y. Kastanja

32 Jurnal Agroforestri Volume II Nomor 1 Maret 2007 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2004. Maluku Utara Dalam Angka. BPS Propinsi Maluku Utara Anonim, 1983. Pedoman Padi Palawija Sayur-sayuran. Departemen Pertanian Satuaan Pengendali Bimas, Jakarta. Anonim, 2006. Laporan Survei Pasar Komoditi Pertanian di Halmahera Utara, World Vision Indonesia, Tobelo (Tidak Dipublikasikan), 1984. Beberapa Hama Tanaman Padi Palawija dan Usaha Pengendaliaannya. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Jakarta., 1989. Petunjuk Teknik Penanganan Pasca Panen (Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian, Teknik Pembuatan Peralatan Pasca Penelitian dan Metode Pengamatan Pasca Panen BPS). Direktorat Bina Usaha Pertanian dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan. Jakarta. Bedjo, 1992. Pengendalian Kumbang Bubuk Pada Penyimpanan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang. Kartasapoetra, A. G., 1987. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Edisi Pertama. Rineka Cipta. Jakarta. Pranata, H., 1993. Petunjuk Identifikasi Serangga Pasca Panen Dalam Coacing Pengendalian Hama Gudang. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Purnomo, H., 1995. Aktivitas Air dan Peranannya Dalam Pengawetan Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta. Tandiabang, J., M.S. Saenong, dan D. Baco. 1998. Kehilangan hasil jagung oleh kumbang bubuk Sitophilus zeamais pada berbagai umur simpan dan wadah penyimpanan, Laporan Hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tahun 1997/1998. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain, Maros. Identifikasi Kadar Air Biji Jagung Dan Tingkat Kerusakannya Pada Tempat Penyimpanan