BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil A. Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode RULA Hasil pengolahan data postur kerja pengawas radiasi pertama di SDPFPI- DPFRZR-BAPETEN dengan metode RULA, dapat dilihat pada tabel 5.1. B. Pengamatan Kuesioner NBM Hasil pengamatan kuesioner NBM dari tanggal 17 Mei 12 Juni 2013 terhadap pengawas radiasi pertama di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN yang merasakan keluhan, dapat dilihat pada Tabel 5.2. 93
94 Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Tanggal 17 Mei 12 Juni 2013 No Jenis Keluhan Mean (%) 1 Keluhan kaku di leher 76.67 2 Keluhan pada bahu kiri 52.22 3 Keluhan pada bahu kanan 65.56 4 Keluhan pada lengan atas kiri 23.33 5 Keluhan pada lengan atas kanan 35.56 6 Keluhan pada lengan bawah kiri 31.11 7 Keluhan pada lengan bawah kanan 46.67 8 Keluhan pada tangan kiri 38.89 9 Keluhan pada tangan kanan 47.78 10 Keluhan pada punggung 82.22 11 Keluhan pada pinggang 87.78
95 Tabel 5.1 Hasil pengolahan postur kerja dengan metode RULA No Aktivitas Kerja Upper Arm Lower Arm Sudut ( ) Wrist Neck Trunk 1 Peregistrasian Dokumen 50 110 40 11 15 4 2 Penstempelan Dokumen 55 105 45 18 40 6 3 Pengangkutan Dokumen 18 45 80 12 22 7 4 Pemrosesan Dokumen 20 110 30 0 25 4 Skor Akhir Metode RULA Level Resiko & Tindakan Level kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja beberapa waktu ke depan Level sedang dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja dalam waktu dekat Level tinggi dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja sekarang juga Level kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja beberapa waktu ke depan
96 5.2 Analisa A. Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode RULA pada Stasiun Kerja 1 1. Penilaian Postur Kerja Pengawas Radiasi Pertama Pada Saat Peregistrasian Dokumen Skor akhir untuk aktivitas peregistrasian permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dengan postur duduk berdasarkan Tabel 4.8 adalah = 4. Berdasarkan skor tersebut, maka level resiko dari aktivitas peregistrasian permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dengan postur duduk berada pada kategori level kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja beberapa waktu ke depan. Postur duduk dilakukan oleh pengawas radiasi pertama SDPFPI-DPFRZR- BAPETEN untuk melakukan peregistrasian pengajuan permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan di loket DPFRZR-BAPETEN. Pengawas radiasi pertama harus duduk dari jam 08.30 12.00 dan 13.30 15.00 (Senin Kamis), sedangkan Jumat dari jam 08.30 11.30 dan 13.00 15.30. Berdasarkan gambar 4.3 lengan atas membentuk sudut 50, lengan bawah membentuk sudut 110, pergelangan tangan membentuk sudut 40, leher membentuk sudut 11 dan batang tubuh membentuk sudut 15. Hal ini diakibatkan oleh perubahan postur kerja karena pengawas radiasi pertama memberikan waktu pelayanan lebih lama sampai semua pengajuan permohonan teregistrasi semua sehingga sudut yang dibentuk oleh perubahan postur kerjanya cukup besar.
97 2. Penilaian Postur Kerja Pengawas Radiasi Pertama dengan Postur Duduk Pada Saat Penstempelan Dokumen Skor akhir untuk aktivitas penstempelan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dengan postur duduk berdasarkan Tabel 4.11 adalah = 6. Berdasarkan skor tersebut, maka level resiko dari aktivitas penstempelan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dengan postur duduk berada pada kategori level sedang dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja dalam waktu dekat. Apabila tumpukan dokumen untuk pengajuan permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan tinggi, maka pengawas radiasi pertama akan melakukan perubahan postur kerja mengikuti tingginya dokumen pengajuan sehingga membentuk sudut yang lebih besar. Berdasarkan gambar 4.4 sudut yang dibentuk oleh bagian tangan cukup besar yaitu lengan atas membentuk sudut 55, lengan bawah membentuk sudut 105, pergelangan tangan membentuk sudut 45, leher membentuk sudut 18 dan batang tubuh membentuk sudut 40. 3. Penilaian Postur Kerja Pengawas Radiasi Pertama dengan Postur Berdiri Pada Saat Pengangkutan Dokumen Skor akhir untuk aktivitas pengangkutan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan ke ruang kasubdit dengan postur berdiri berdasarkan Tabel 4.14 adalah = 7. Berdasarkan skor tersebut, maka level resiko dari aktivitas pengangkutan dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan ke ruang kasubdit dengan postur berdiri berada pada
98 kategori level tinggi dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja sekarang juga. Pengawas radiasi pertama mengangkut dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan ke ruang Kasubdit untuk dilakukan pendisposisian tugas. Postur tubuh berdiri memiliki level resiko tinggi dan tertinggi nilainya dibandingkan dengan postur kerja duduk karena berdasarkan gambar 4.5 pengawas radiasi pertama melakukan perubahan postur kerja untuk mengangkut dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir dengan beban 3 kg dan jarak dari loket ke ruang Kasubdit sejauh 20 m, sehingga lengan atas membentuk sudut 18, lengan bawah membentuk sudut 45, pergelangan tangan membentuk sudut 80, leher membentuk sudut 12 dan batang tubuh membentuk sudut 22. Untuk mengurangi level resiko tersebut, maka SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN harus menyediakan personil lainnya yang hanya bertugas mengangkut dokumen permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dengan alat bantu (meja dorong) atau dengan menerima dokumen persyaratan tersebut hanya dalam bentuk softfile. Sesuai usulan tersebut di atas kemudian dinilai kembali dengan metode RULA untuk mengetahui apakah usulan tersebut lebih baik atau tidak. Hasil penilaian postur kerja usulan dengan menggunakan metode RULA dapat dilihat pada Tabel 5.3.
99 Tabel 5.3 Hasil Penilaian Postur Kerja Usulan No Bagian Tubuh Skor Skor Akhir Total Skor 1 Lengan atas membentuk sudut 18 2 2 Lengan bawah membentuk sudut 45 2 3 Pergelangan tangan membentuk 15 2 4 Putaran pergelangan tangan berada di garis tengah 5 Penambahan skor aktivitas (postur statik, satu atau lebih bagian tubuh statis/diam) 6 Penambahan skor beban < 2 Kg (berselang) 7 Leher membentuk sudut 12 2 8 Batang tubuh membentuk sudut 22 3 9 Kaki berada pada posisi seimbang 1 10 Penambahan skor aktivitas (postur statik, satu atau lebih bagian tubuh statis/diam) 11 Penambahan skor beban < 2 Kg (berselang) 1 1 0 1 0 3 3 + 1 + 0 = 4 (skor A) 4 4 + 1 + 0 = 5 (skor B) 5 Pada postur kerja sebelumnya yaitu postur kerja aktual seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.5, kesimpulan yang didapat adalah bahwa postur kerja perlu diperbaiki sekarang juga dengan skor 7 (level resiko tinggi). Sedangkan untuk postur kerja usulan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.3, didapat kesimpulan bahwa postur kerja perlu diperbaiki dalam waktu dekat atau memiliki resiko sedang dengan skor 5. Hal ini menunjukkan bahwa postur kerja usulan lebih baik daripada postur kerja aktual.
100 B. Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode RULA pada Stasiun Kerja 2 1. Penilaian Postur Kerja Pengawas Radiasi Pertama dengan Postur Duduk Pada Saat Pemrosesan Dokumen Skor akhir untuk aktivitas pemrosesan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dengan postur duduk berdasarkan Tabel 4.17 adalah = 4. Berdasarkan skor tersebut, maka level resiko dari aktivitas pemrosesan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan dengan postur duduk berada pada kategori level kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja beberapa waktu ke depan. Postur duduk dilakukan oleh pengawas radiasi pertama SDPFPI-DPFRZR- BAPETEN untuk melakukan pemrosesan permohonan izin pemanfaatan tenaga nuklir/ketetapan persetujuan di ruang kerja pengawas radiasi pertama. Pengawas radiasi pertama harus duduk dari jam 08.00 16.00 (Senin - Kamis) dan 08.00 16.30 (Jumat) dengan waktu istirahat selama 1 jam. C. Pengamatan Kuesioner NBM Hasil pengamatan keluhan kaku yang diakibatkan oleh aktivitas kerja pengawas radiasi pertama di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN yang diperoleh melalui pengisian kuesioner NBM terhadap 5 orang pengawas radiasi pertama dari tanggal 17 Mei 12 Juni 2013, yaitu : 1. Keluhan kaku di leher yang dirasakan pengawas radiasi pertama dengan persentase sebesar 76.67 %. Keluhan kaku di leher merupakan terbanyak ketiga yang dirasakan responden karena leher berada di posisi yang sama dalam waktu yang lama untuk melakukan aktivitas kerja di depan komputer.
101 2. Keluhan pada bahu kiri yang dirasakan pengawas radiasi pertama dengan persentase sebesar 52.22 % dan pada bahu kanan sebesar 65.56 %. Keluhan pada bahu dirasakan responden karena penekanan otot leher yang berada di posisi yang sama dalam waktu lama untuk melakukan aktivitas kerja di depan komputer dan tangan yang selalu aktif bergerak terutama untuk mengangkut dokumen dari loket ke ruang Kasubdit yang menyebabkan ketegangan pada otot bahu, keluhan pada bahu kanan lebih banyak dibandingkan dengan keluhan pada bahu kiri karena responden lebih banyak menggunakan aktivitas dengan tangan kanan. 3. Keluhan pada lengan atas kiri yang dirasakan pengawas radiasi pertama dengan persentase sebesar 23.33 % dan pada lengan atas kanan sebesar 35.56 %. Keluhan pada lengan atas dirasakan responden akibat kelelahan otot yang ditimbulkan oleh posisi yang sama dalam waktu lama untuk melakukan aktivitas kerja mengetik, keluhan pada lengan atas kanan lebih banyak dibandingkan dengan keluhan pada lengan atas kiri karena responden lebih aktif bergerak menggunakan tangan kanan. 4. Keluhan pada lengan bawah kiri yang dirasakan pengawas radiasi pertama dengan persentase sebesar 33.11 % dan pada lengan bawah kanan sebesar 46.67 %. Keluhan pada lengan bawah dirasakan responden karena posisi yang sama yaitu menempel pada meja kerja dalam waktu yang lama sehingga terjadi penekanan pada otot lengan bawah, keluhan pada lengan bawah kanan
102 lebih banyak dibandingkan dengan keluhan pada lengan bawah kiri karena responden lebih aktif bergerak menggunakan tangan kanan. 5. Keluhan pada tangan kiri yang dirasakan pengawas radiasi pertama dengan persentase sebesar 38.89 % dan pada tangan kanan sebesar 47.78 %. Keluhan pada tangan dirasakan responden karena pengulangan gerakan yang sama ketika melakukan pengetikan di kompoter dalam waktu yang lama, keluhan pada tangan kanan lebih banyak dibandingkan dengan keluhan pada tangan kiri karena responden lebih aktif bergerak menggunakan tangan kanan. 6. Keluhan pada punggung yang dirasakan pengawas radiasi pertama dengan persentase sebesar 82.22 %. Keluhan pada punggung merupakan terbanyak kedua yang dirasakan responden karena berada di posisi yang sama dalam waktu yang lama, kurang adanya pergerakan posisi tubuh dan bersandar yang tidak sempurna pada kursi sehingga mengakibatkan penekanan pada bagian punggung. 7. Keluhan pada pinggang yang dirasakan pengawas radiasi pertama dengan persentase sebesar 87.78 %. Keluhan pada pinggang paling banyak yang dirasakan responden akibat posisi duduk dalam waktu lama dan adanya penekanan pada punggung. Untuk mengurangi keluhan pada pinggang akibat aktivitas kerja, maka pengawas radiasi pertama dianjurkan untuk tidak mengangkut dokumen terlalu berat dengan posisi membungkuk, tidak berada pada posisi sama (duduk) dalam waktu lama dan mengusahakan untuk melakukan peregangan / relaksasi badan.