BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 7,3 6,5 11,0 9,4 10,2 9,6 13,3 12,0 9,6 9,0 12,9 10,4 85,3 80,4 78,1 83,6 74,4 75,9 65,5 76,6 71,8 74,0 61,2 73,5

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

1 Universitas Indonesia

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

PENENTUAN KISARAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DAN RISIKO INVESTASI REHABILITASI GAS TURBINE DI PT X

ANALISA INVESTASI PLTM CIKIDANG DENGAN METODE NPV AT RISK TESIS KURNIA YOYKE SEMBIRING /TS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

Bab V. Kesimpulan dan Saran

PEMETAAN ALTERNATIF INVESTASI MELALUI THE EFFICIENT FRONTIER CURVE DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS: PT.

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

Gambar 2.1 Rencana lokasi bendung dan power house (Sagala, 2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

Cost of Capital & Capital Structure

SMI s Insight Triwulan II

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP PLTU RIAU 2x110 MW Studi Kasus : Proyek PLTU RIAU 2x110 MW Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

POTENSI ENERGI ANGIN DAN KELAYAKAN HARGA LISTRIK YANG DIHASILKAN. Verina J. Wargadalam

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

Analisis Pembiayaan Proyek Hulu Migas dengan pendekatan Probabilistik

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

I PENDAHULUAN. Pada tanggal 8 Juni 2010, Bisnis Indonesia menurunkan headline Telkom siap caplok Bakrie:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN

ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

14. Biaya modal : Tingkat pengembalian yang diminta atas berbagai jenis pendanaan.

IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth para

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI Asumsi-asumsi... 11

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

PEMILIHAN ALTERNATIF POTENSI SUMBER DAYA AIR DI WILAYAH DAS BRANTAS UNTUK DIKEMBANGKAN MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Definisi. Modal ( Capital ): dana yg digunakan untuk membiayai pengadaan asset dan operasional suatu perusahaan

BAB IV METODE PENELITIAN

SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Satria Duta Ninggar

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. Penelitiandilakukan di lingkungan PT.DBM, lokasiinidipilihkarenasecarametodologismaupunsecarateknismemenuhipersyarata

ABSTRAK. Berdasarkan data-data yang telah diolah oleh penulis, maka diperolehlah suatu hasil perhitungan yang diestimasi sebagai berikut: ESTIMASI

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

UPDATE INFRASTRUKTUR BIDANG KETENAGALISTRIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

9 Universitas Indonesia

BAB V ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini, tahapan analisis yang dilakukan adalah:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang

BAB III LANDASAN TEORI

ABSTRAK Kata Kunci: capital budgeting, dan sensitivity analysis.

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN

EKSPOSE DINAS PERTAMBANGAN & ENERGI PROVINSI SUMATERA UTARA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html) pemanfaatan EBT baru mencapai 5.921 MW (3,64%) dari total potensi sebesar 162.770 MW. Sementara potensi tenaga air dilaporkan sebesar 75.000 MW dan dimanfaatkan sebagai PLTA hanya 13,69%. UU No 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan pasal 6 ayat 2 mengamanatkan kepada pemerintah untuk mengutamakan pemanfaatan energi jenis energi yang baru dan terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air. Undang undang ini juga mendorong peran serta badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat untuk berusaha di bidang penyediaan tenaga listrik. Berbagai regulasi seperti UU, Permen ESDM, SK Kemen ESDM dan Kepmen ESDM mendorong keterlibatan swasta dalam penyediaan tenaga listrik. Salah satu peraturan yang relevan dalam penentuan harga beli oleh PLN terhadap listrik yang dihasilkan oleh pihak swasta adalah Permen ESDM 269-12/26/600.3/2008 tentang Biaya Pokok Penyediaan PLN. Dalam Permen tersebut dinyatakan bahwa harga beli oleh PLN disebut sebagai biaya pokok penyediaan (BPP) yang besarannya disesuaikan berdasarkan sub sistem wilayah dan jenis tegangannya. Sebagai contoh untuk tegangan menengah wilayah Jawa Barat dan Banten adalah Rp 853,-/kWh dan untuk Sumatera Utara adalah Rp 1.984,-/kWh. BPP ini kemudian dikali dengan 0,8 untuk mendapat harga pokok pembelian (HPP) oleh PLN. Peraturan ini mengalami beberapa kali revisi sampai dengan Permen ESDM no.4 tahun 2012 tentang harga pembelian tenaga listrik. HPP untuk tegangan menengah adalah Rp 656,-/kWh x F, di mana F adalah faktor insentif yang digolongkan berdasarkan wilayah. Wilayah Jawa dan Bali F=1, sedangkan Sumatera dan Sulawesi F=1,2.

RUPTL atau Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik untuk tahun 2010-2019 disahkan dengan keluarnya SK Menteri ESDM no.2026.k/20/mem/2010. RUPTL memproyeksi pertumbuhan listrik nasional sekitar 9,2%/tahun atau rerata sekitar 5000 MW/tahun, sementara untuk pembangkit Jawa-Bali pertumbuhannya sekitar 8,9%/tahun. Perkiraan kebutuhan investasi berkisar US$ 9,7 milyar/tahun dengan harapan keterlibatan sektor swasta sebesar 42% nya (Tabel 1.1). Berdasarkan RUPTL tersebut keterlibatan kontraktor listrik swasta direncanakan akan membangun sejumlah pembangkit. Pembangkit yang direncanakan akan dibangun yakni Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 16.276 MW, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 5.415 MW, pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) 550 MW, pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) 100 MW, pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) 22 MW, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) 962 MW, dan pembangkit listrik tenaga mini dan mikro hydro (PLTMH) 201 MW (http://www.esdm.go.id/...ruptl-2010-2019.html). RUPTL jelas mempertegas peran swasta dalam pembangunan infrastruktur pembangkit listrik. Tabel 1.1 Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Perkiraan investasi yang dibutuhkan (dalam Milyar US$) Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Jumlah Pembangkit 5,353 6,605 9,230 9,688 8,055 6,071 6,744 7,026 6,302 5,560 70,634 Transmisi 1,987 2,045 1,577 1,510 1,836 2,239 1,310 971 878 841 15,195 Distribusi 781 1,087 1,014 956 1,000 1,184 1,211 1,330 1,372 1,340 11,275 Total Investasi 8,122 9,739 11,821 12,153 10,891 9,493 9,265 9,327 8,552 7,741 97,104 Sumber :http://www.pln.co.id (update 7 September 2010) Investasi infrastruktur sering disamakan dengan investasi yang padat modal (capital intensive) dengan laju pemulihan (rate of recovery) investasi yang lambat dan berjangka panjang. Selama masa investasi, investor harus siap menerima resiko dengan kondisi yang senantiasa berubah sepanjang siklus hidup proyek. Pembangkit listrik mini hidro (selanjutnya disingkat PLTM) adalah pembangkit listrik tenaga air dengan daya 1 MW s/d 10 MW dan merupakan salah satu infrastruktur sektor energi terbarukan. Pada SK Men ESDM no.2026.k/20/mem/2010 dan Perpres no.13 tahun 2010 tentang KPS

(Kerjasama Pemerintah dan Swasta) dapat menjadi dasar sektor pembangkit listrik skala kecil dan menengah swasta tentang kepastian investasi. Setiap proyek infrastruktur mempunyai analisis finansial sebelum memulai pembangunan. Analisis investasi yang ada secara umum tidak memperhitungkan beberapa resiko secara mendetail, terutama karena sebagian dana pembangunan memanfaatkan pinjaman pihak ketiga. Analisis finansial yang ada umumnya menyamaratakan tingkat suku bunga pinjaman sebagai discount rate dan kurang memperhitungkan tingkat resiko. Padahal sektor infrasruktur dapat dikatakan atraktif tergantung pada sesuai atau tidaknya resiko yang timbul dibanding dengan pengembalian yang diharapkan. Model NPV at risk yang dikembangkan oleh Ye dan Tiong (2000) merupakan salah satu model penilaian kelayakan investasi yang didasarkan pada kondisi ketidakpastian. Model ini menggabungkan unsur risiko dan pengembalian dalam penilaian investasi. Prinsip dasar model ini adalah memperkenalkan adanya risiko dan ketidakpastian pada cash flow melalui analisis stokastik. Model yang diperkenalkan oleh Ye dan Tiong menghitung cash flow sebelum pajak, tetapi pada penelitian ini, cash flow dihitung setelah pajak dan depresiasi untuk lebih sesuai dengan kenyataan. 1.2 Rumusan Masalah Keterlibatan sektor swasta ke dalam sektor infrastruktur bukanlah hal yang mudah, karena investasi di bidang infrastruktur adalah investasi yang padat modal dengan laju pemulihan (rate of recovery) investasi yang lambat dan berjangka panjang. Selama masa investasi, investor harus siap menerima resiko dengan kondisi yang senantiasa berubah sepanjang siklus hidup proyek. Peraturan perundangan yang dikeluarkan pemerintah menjadi salah satu jaminan bagi pihak swata untuk kepastian usaha di bidang pembangkit listik. Pada studi ini, perhitungan kelayakan investasi PLTM secara finansial dengan metode yang lazim seperti NPV, IRR akan dibandingkan dengan NPV at risk. Metode ini akan menganalisa profit dengan resiko yang ditinjau dari sisi finansial pada tingkat kepercayaan tertentu. Hasilnya diharapkan akan menyajikan kesimpulan analisa investasi

yang lebih lengkap untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah menggunakan metode NPV at Risk dengan beberapa estimasi faktor resiko dalam analisa investasi PLTM yang diusulkan pihak swasta yakni PT. Bukaka Teknik Utama di Cikidang, Lebak, Banten. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan investasi PLTM dengan perhitungan yang lazim yakni NPV dan IRR. 2. Menganalisis kelayakan investasi PLTM dengan metode NPV at risk. 3. Membandingkan kelayakan investasi PLTM antara NPV dan IRR dengan metode determenistik dengan NPV at risk pada debit andalan 60%, 70% dan 80%. 1.4 Metode Penelitian dan Pembatasan Masalah Data sekunder yang digunakan dalam studi ini adalah data-data teknis meliputi debit andalan, tinggi jatuh dan data proyek pembangkit secara umum. Data sekunder lainnya adalah data inflasi, suku bunga, suku bunga dasar kredit dan lainnya yang dapat mempengaruhi cash flow. Setelah itu arus kas masuk dihitung sesuai daya yang dihasilkan dan tarif yang disetujui. Estimasi untuk perhitungan ada yang sesuai dengan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Sementara asumsi lainnya (beta, tingkat suku bunga pinjaman dan penambahan biaya konstruksi), di mana tidak ada pada data perusahaan, ditetapkan berdasarkan penelitian lain yang dianggap relevan. Gambar 1.1 secara garis besar menggambarkan tahap penelitian yang dilaksanakan. Data-data beserta asumsi yang ada kemudian diolah dengan metode perhitungan finansial yang umum, yakni NPV dan IRR. Langkah selanjutnya adalah menetapkan faktor resiko yang akan dihitung. Faktor resiko finansial secara global dan asumsi besaran utang beserta asumsi finansial lainnya (free risk rate dan β premium) akan tercermin pada perhitungan CAPM dan WACC. Setelah itu faktor-faktor resiko yang ada dimodelkan dalam cash flow. Hasil perhitungan kemudian akan disimulasikan dengan

metode Monte Carlo dengan menggunakan software Risk 5.5. Hasil dari metode ini kemudian disandingkan. Potensi energi Biaya Konstruksi Pengumpulan Data Harga per kwh Tingkat representasi keuntungan, β Pengeluaran Inflasi Rasio modal dengan hutang, DER Pengolahan Data Tingkat suku bunga dasar Rerata tertimbang cost of capital WACC NPV dan IRR Analisa Data Nilai rerata μ dan Standar deviasi σ Kesimpulan Tingkat Kepercayaan Gambar 1.1 Bagan alir metode penelitian Pembatasan masalah dilakukan mengingat luasnya cakupan masalah dan faktor resiko agar penelitian ini lebih fokus dan sesuai dengan asumsi serta parameter yang ditetapkan. Adapun pembatasan tersebut adalah: 1. Masalah sosial, hukum dan ketetapan serta masalah lingkungan tidak dibahas dalam penelitian ini. 2. Debit andalan yang diperhitungkan ada 3, yakni 60%,70%, dan 80%, sedangkan yang akan dibahas lebih lanjut adalah debit andalan 70% dan 80%. Hal ini sesuai dengan perencanaan oleh perusahaan terkait.

3. Asumsi dan parameter yang diambil (di luar yang dibuat perusahaan) merupakan inisiatif peneliti berdasarkan penelitian terkait lainnya. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan dan sulitnya mencari data parameter yang betul-betul sesuai dengan kondisi sesungguhnya. 4. Biaya pengendapan (sunk cost) dan kerugian yang ditimbulkan akibat penundaan atau keterlambatan proyek (opportunity cost) tidak dihitung sebagai beban atau dimasukkan ke dalam perhitungan kelayakan finansial proyek. Hal ini dilakukan dengan pandangan bahwa arus kas masuk dihitung setelah proyek mulai berjalan, karena keterlambatan proyek dianggap hanya berpengaruh terhadap eskalasi kenaikan biaya investasi dan IDC (interest during construction) atau bunga selama masa konstruksi. 1.5 Sistematika Penulisan Metode penulisan dibagi dalam 5 (lima) tahap pembahasan yang masing-masing merupakan bab yang berbeda tetapi saling berkaitan satu dengan lainnya. Bab-bab tersebut adalah: Bab I, Pendahuluan, berisi tentang latar belakang dari dilakukannya penelitian ini. Rumusan masalah dilakukan dengan mempersempit masalah agar lebih fokus pada apa yang hendak dicapai pada penelitian ini, yang kemudian dirangkum pada maksud dan tujuan yang akan dicapai. Cara pencapaian tersebut dapat dilihat pada metodologi penelitian dengan membatasi masalah yang dibahas. Sistematika penulisan dilakukan pada penelitian tesis ini. Bab II, Tinjauan Pustaka, berisi mengenai dasar dari teori dan cara yang dipakai dalam penelitian ini berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian tentang potensi pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) khususnya di lokasi tujuan. Perhitungan daya yang dihasilkan oleh PLTM per tahunnya ini berdasarkan data dan estimasi. Perhitungan daya ini kemudian menjadi data untuk menghitung biaya pembangunan dan penghasilan pembangkit listrik dengan tambahan data dan estimasi lainnya yang sesuai ketentuan yang berlaku.setelah itu lalu dilakukan analisa finansial

yang berisi defenisi dan juga mengenai discount cash flow (DCF). Kemudian perhitungan dilakukan dengan metode determenistik yang sudah lazim, yakni NPV dan IRR yang lalu dilanjutkan dengan metoda yang akan dianalisa pada penelitian ini, yakni NPV at risk. NPV at risk ini menggunakan software untuk simulasi Monte Carlo yang akan menghasilkan selang kepercayaan dalam bentuk kurva distribusi normal. Hal mengenai distribusi probabilitas ini kemudian menjadi sub topik terakhir pada bab ini. Bab III, Metodologi penelitian, berisi tentang tahapan pengambilan data dan identifikasi faktor resiko. Metode serta estimasi untuk perhitungan CAPM dan WACC merupakan langkah selanjutnya untuk kemudian dilakukan model cash flow. Simulasi Monte Carlo dilakukan dengan software @ Risk dengan data dan perhitungan yang ada, yang kemudian akan menghasilkan nilai pada tingkat kepercayaan yang dicapai. Bab IV, Perhitungan dan Pembahasan, dimulai tentang hal yang umum mengenai energi terbarukan, lalu kemudian menghitung daya listrik. Perhitungan dilanjutkan dengan menghitung pendapatan serta biaya total investasi. Analisis finansial dimulai dengan metode determenistik lalu dengan data, asumsi serta estimasi yang ada, maka berturut turut dilakukan penetapan discount rate, serta perhitungan CAPM dan WACC. Langkah berikutnya adalah dengan metode NPV at risk yang selanjutnya akan menghasilkan tingkat kepercayaan tertentu. Perbandingan perhitungan tingkat kepercayaan dan NPV diperoleh dengan perhitungan manual dengan tabel distribusi maupun dengan Matlab. Bab V, Kesimpulan dan Saran, tentang hasil dari penelitian ini. Kesimpulan berupa hasil dan kendala dari penelitian ini, sementara saran berupa data dan hasil pemikiran tentang keterbatasan dari penelitian ini.