Harmonisasi Regulasi Antar Sektor dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam*

dokumen-dokumen yang mirip
PENGATURAN SUMBER DAYA ALAM DI INDONESIA,

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANJA PENYUSUNAN RUU TENTANG PERTANAHAN KOMISI II DPR RI

CATATAN KRITIS TERHADAP RUU PERTANAHAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU TENTANG PERTANAHAN KOMISI II DPR RI

DISHARMONI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG AGRARIA

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

DHAHANA PUTRA DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

E. KAJIAN HUKUM TENTNAG PENGELOLAAN SDA: PERATURAN PER-UUYANG BERKAITAN DENGAN SDA

LAPORAN. Penelitian Individu

BAB III POLITIK HUKUM PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN

peraturan (norma) dan kondisi pelaksanaannya, termasuk peraturan pelaksanaan dan limitasi pembentukannya. 2. Peninjauan, yaitu kegiatan pemeriksaan

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

PEMPURNAAN UUPA SEBAGAI PERATURAN POKOK AGRARIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum. bermanfaat bagi seluruh masyarakat merupakan faktor penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konteks Indonesia, salah satu isu yang menarik untuk dibicarakan

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB 5 PENUTUP. Pembaruan hukum..., Richo Wahyudi, FH UI, Universitas Indonesia

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis hukum kegiatan..., Sarah Salamah, FH UI, Penerbit Buku Kompas, 2001), hal. 40.

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM AGRARIA

Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil


PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Dirangkup dari pendapat : Prof. Dr. Maria SW Sumardjono, SH.,MCL.,MPA Sebagai referensi Puslitbang BPN-RI didalam merumuskan pokok-pokok pikiran

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TAHUN 2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2013

PENYUSUNAN STRATEGI PERCEPATAN PENGAKUAN HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

BAB I PERKEMBANGAN POLITIK DAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penghidupan masyarakat, bukan hanya aspek hubungan sosial-ekonomis, tetapi

PETA MASALAH HUKUM PERTANIAN PROF.DR.ROMLI ATMASASMITA GURUBESAR (EM) UNPAD

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN

PERUBAHAN KEBIJAKAN DALAM PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan Perusakan Hutan

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2003 TENTANG KEBIJAKAN NASIONAL DI BIDANG PERTANAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peluang Hukum Keberadaan dan Perlindungan/Pengakuan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Sumber daya Alam

LANGKAH STRATEGIS PASKA TERBITNYA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012 TENTANG PENGUKUHAN HUTAN ADAT

STATUS LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN YANG BERALIH FUNGSI MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN. Noor Azizah*

ANALISIS ATAS DRAF REVISI UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Tahun hak setiap orang yang wajib dihormati. Karena jika tidak, maka akan

DAFTAR PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Tahun 2016

Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H.

Road Map Pembaruan Agraria di Indonesia

LANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN HUTAN DAN MEKANISME PENETAPAN HUTAN ADAT PASCA TERBITNYA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat

MAHKAMAH KONSTITUSI DAN PERLINDUNGAN HAK KONSTITUSIONAL MASYARAKAT HUKUM ADAT 1 Dr. Fajar Laksono Suroso 2

NOMOR : 79 Tahun 2014 NOMOR : PB.3/Menhut-11/2014 NOMOR : 17/PRT/M/2014 NOMOR : 8/SKB/X/2014 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

EKSISTENSI DAN PROSPEK UUPA SEBAGAI PERATURAN DASAR AGRARIA NASIONAL

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

PENJABARAN ASAS-ASAS PEMBAHARUAN AGRARIA BERDASARKAN TAP MPR NO IX/MPR/2001 DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERTANAHAN *

Notulensi FGD. Aliansi Nasional. Reformasi KUHP

LAND REFORM ATAS TANAH EKS HGU PT RSI DI KABUPATEN CIAMIS SUATU KAJIAN HUKUM

Indonesia for Global Justice (IGJ, Seri Diskusi Keadilan Ekonomi. Menguji Kedaulatan Negara Terhadap Kesucian Kontrak Karya Freeport, Kamis, 13 Juli

LNS yang Dibentuk Berdasarkan Undang-Undang Jumat, 09 Juni 2017

BAB II PENGATURAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL. A. Latar Belakang Lahirnya Program Pembaharuan Agraria Nasional

Pengaturan Tata Kelola Gas Bumi dalam UU Migas dan Kesesuaiannya dengan Konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. khusus hak atas tanah yang merupakan hak ekonomi, sosial dan budaya dapat

MENDESAKNYA KAJI ULANG PERATURAN

PEMBAHARUAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN)

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2014

NOMOR : 79 Tahun 2014 NOMOR : PB.3/Menhut-11/2014 NOMOR : 17/PRT/M/2014 NOMOR : 8/SKB/X/2014 TENTANG

MENGUAK GAGASAN DAN UPAYA INISIASI RUU TENTANG PENGADILAN KEAGRARIAAN 1

BEBERAPA CATATAN TENTANG NASKAH AKADEMIK RUU HAK ATAS TANAH DAN RUU PENGADILAN AGRARIA

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

Transkripsi:

Harmonisasi Regulasi Antar Sektor dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam* Oleh Prof. DR. Maria SW. Sumardjono, SH., MCL., MPA.** * Pokok-pokok pikiran disampaikan pada Semiloka Menuju Kawasan Hutan yang Berkepastian Hukum dan Berkeadilan, diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta 13 Desember 2012. ** Guru Besar Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)

I. Disharmoni/Inkonsistensi peraturan perundang-undangan sumber daya alam (SDA) a. Inkonsitensi vertikal. Contoh: 1) UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 2) UU No. 2/2002 tentang Ketenagalistrikan. MK membatalkan UU tersebut. 3) UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal. 4) UU No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. penyelesaian Melalui judicial review ke MK 2

b. Inkonsitensi horisontal DISHARMONI ATAU INKONSISTENSI ANTAR UU SEKTORAL berdasarkan 7 tolok ukur: Orientasi Keberpihakan Eksploitasi atau konservasi Pro-rakyat atau pro kapital Pengelolaan dan implementasinya Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) Pengaturan good governance Hubungan orang dengan sumber daya alam Hubungan Negara dengan sumber daya alam Sentralistik/desentralistik, sikap terhadap pluralisme hukum. Implementasinya: sektoral, koordinasi, orientasi produksi Gender, pengakuan Masyarakat Hukum Adat [MHA], penyelesaian sengketa Partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas Hak atau ijin Hak Menguasai Negara, Hak Bangsa 3

Inkonsitensi antara UUPA dengan UUK ASPEK UUPA UU Kehutanan Tekstual Kontekstual Tekstual Kontekstual Orientasi Konservasi. Konservasi Produksi & konservasi Keseimbangan antara produksi & konservasi Akses Memanfaatkan Orang perorangan (WNA/WNI) Badan hukum (Indonesia/asing) Keadilan komutatif Badan Usaha Negara & warga masyarakat Keadilan distributif Hubungan Negara Negara menguasai Hak Bangsa & HMN Kekayaan Nasional & dikuasai Negara HMN disubordinasikan pada Hak Bangsa Pelaksana Kewenangan Negara Hubungan Orang Pemerintah Sentralistik, ada medebewind Pemerintah, Pemda pelaksana Sentralistik Hak Kontrol Negara Ijin pemanfaatan Kontrol Negara HAM - Gender - Hak ulayat MHA Pengakuan MHA diakui; Hutan Ulayat menjadi hutan Negara Pengakuan setengah hati 4 Good Governance Tidak disebut dengan tegas Dapat dijumpai dalam beberapa ketentuan (fungsi sosial, larangan monopoli) Tiga prinsip Relatif cukup

Inkonsitensi antara UUPA dengan UUK UUPA UUK Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI 1945 Negara Tanah Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI 1945 Negara Hutan Tanah Negara Tanah hak (ulayat) MHA Tanah hak Hutan Negara Hutan hak 5

Inkonsitensi antara UUPA dengan UUK Masalah 1.UUK tidak konsisten: tidak mengakui hutan ulayat (obyek) tetapi mengatur tentang subyek hak ulayat, yakni MHA 2.Keragu-raguan untuk melakukan pendaftaran tanah negara, khususnya terhadap tanah-tanah di kawasan hutan negara 6

Inkonsitensi antara UUPA dengan UU Minerba ASPEK UUPA UU Minerba Tekstual Kontekstual Tekstual Kontekstual Orientasi Konservasi. Konservasi Produksi & konservasi Tekanan pada produksi Akses Memanfaatkan Hubungan Negara Pelaksana Kewenangan Negara Hubungan Orang Orang perorangan (WNA/WNI) Badan hukum (Indonesia/asing) Negara menguasai Pemerintah Keadilan komutatif Hak Bangsa & HMN Sentralistik, ada medebewind BUMN/D, BUMS, Koperasi, perorangan Kekayaan Nasional & dikuasai Negara Pemerintah, Pemda, DPR-RI Keadilan distributif HMN disubordinasikan pada Hak Bangsa Desentralistik Hak Kontrol Negara Ijin Kontrol Negara HAM - Gender - Hak ulayat MHA Pengakuan Masyarakat yang terkena dampak negatif, masyarakat yang tanahnya terdapat sumberdaya minerba Tidak mengatur tentang gender, MHA Good Governance Tidak disebut dengan tegas Dapat dijumpai dalam beberapa ketentuan (fungsi sosial, larangan monopoli) Tiga prinsip Relatif tinggi 7

Inkonsitensi antara UUPA dengan UU Minerba Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan hak ulayat MHA UU Minerba Alpa mengatur atau menganggap tidak perlu diatur ; dampaknya. 8

Inkonsitensi antara UUPA dengan UU SDA ASPEK UUPA UU SDA Tekstual Kontekstual Tekstual Kontekstual Orientasi Konservasi. Konservasi Produksi & konservasi Tekanan pada konservasi Akses Memanfaatkan Hubungan Negara Pelaksana Kewenangan Negara Orang perorangan (WNA/WNI) Badan hukum (Indonesia/asing) Keadilan komutatif Semua kelompok kegiatan Keadilan korektif Negara menguasai Hak Bangsa & HMN SDA dikuasai Negara HMN Pemerintah Sentralistik, ada medebewind Pemerintah dan/atau Pemda Dapat sentralistik atau desentralistik Hubungan Orang Hak Kontrol Negara Perijinan, HGPA + HGUA tidak jelas Kontrol Negara HAM - Gender - Hak ulayat MHA Pengakuan Pengakuan Hak Ulayat MHA Pengakuan bersyarat Good Governance Tidak disebut dengan tegas Dapat dijumpai dalam beberapa ketentuan (fungsi sosial, larangan monopoli) Tiga prinsip Relatif tinggi 9

Inkonsitensi antara UUPA dengan UU SDA UUSDA HGA terdiri dari HGPA dan HGUA Istilah hak tetapi esensinya ijin Pengertian HGA berbeda dengan HGA menurut Pasal 47 UUPA 10

Inkonsitensi antara UUPR dengan UU Kehutanan ASPEK UUPR UU Kehutanan Tekstual Kontekstual Tekstual Kontekstual Orientasi Ruang konservasi & produksi (budidaya) Tekanan pada konservasi Produksi & konservasi Keseimbangan antara produksi & konservasi Akses Memanfaatkan Investasii & usaha rakyat Keadilan komutatif Badan Usaha Negara & warga masyarakat Keadilan distributif Hubungan Negara dengan Obyek Tidak tegas menyebutkan Hak Bangsa & HMN Kekayaan Nasional & dikuasai Negara HMN disubordinasikan pada Hak Bangsa Pelaksana Kewenangan Negara Pemerintah & Pemda Pembagian kewenangan Pemerintah, Pemda pelaksana Sentralistik Hubungan Orang dengan Obyek Ijin pemanfaatan ruang Kontrol Negara Ijin pemanfaatan Kontrol Negara HAM Memberi perhatian pada MHA Tidak dlm rangka pengakuan MHA diakui & Hutan Ulayat menjadi hutan Negara Pengakuan setengah hati Good Governance Ketiga prinsip Cukup tinggi Ketiga prinsip Relatif cukup 11

Inkonsitensi antara UU Kehutanan dengan UU Minerba ASPEK UU Kehutanan UU Minerba Tekstual Kontekstual Tekstual Kontekstual Orientasi Produksi & konservasi Keseimbangan antara produksi & konservasi Produksi & konservasi Tekanan pada produksi Akses Memanfaatkan Badan Usaha Negara & warga masyarakat Keadilan distributif BUMN/D, BUMS, Koperasi, perorangan Keadilan distributif Hubungan Negara Kekayaan Nasional & dikuasai Negara HMN disubordinasikan pada Hak Bangsa Kekayaan Nasional & dikuasai Negara HMN disubordinasikan pada Hak Bangsa Pelaksana Kewenangan Negara Hubungan Orang Pemerintah, Pemda pelaksana Sentralistik Pemerintah, Pemda, DPR-RI Desentralistik Ijin pemanfaatan Kontrol Negara Ijin Kontrol Negara HAM MHA diakui & Hutan Ulayat menjadi hutan Negara Pengakuan setengah hati Masyarakat yang terkena dampak negatif, masyarakat yang tanahnya terdapat sumberdaya minerba Tidak mengatur tentang gender, MHA Good Governance Ketiga prinsip Relatif cukup Tiga prinsip Relatif tinggi 12

Inkonsitensi antara UU Kehutanan dengan UU SDA ASPEK UU Kehutanan UU SDA Tekstual Kontekstual Tekstual Kontekstual Orientasi Produksi & konservasi Keseimbangan antara produksi & konservasi Produksi & konservasi Tekanan pada konservasi Akses Memanfaatkan Badan Usaha Negara & warga masyarakat Keadilan distributif Semua kelompok kegiatan Keadilan korektif Hubungan Negara Kekayaan Nasional & dikuasai Negara HMN disubordinasikan pada Hak Bangsa SDA dikuasai Negara HMN Pelaksana Kewenangan Negara Pemerintah, Pemda pelaksana Sentralistik Pemerintah dan/atau Pemda Dapat sentralistik atau desentralistik Hubungan Orang Ijin pemanfaatan Kontrol Negara Perijinan, HGPA + HGUA tidak jelas Kontrol Negara HAM MHA diakui & Hutan Ulayat menjadi hutan Negara Pengakuan setengah hati Pengakuan Hak Ulayat MHA Pengakuan bersyarat Good Governance Tiga prinsip Relatif cukup Tiga prinsip Relatif tinggi 13

Inkonsitensi antara UU Minerba dengan UU SDA ASPEK UU Minerba UU SDA Tekstual Kontekstual Tekstual Kontekstual Orientasi Produksi & konservasi Tekanan pada produksi Produksi & konservasi Tekanan pada konservasi Akses Memanfaatkan BUMN/D, BUMS, Koperasi, perorangan Keadilan distributif Semua kelompok kegiatan Keadilan korektif Hubungan Negara Kekayaan Nasional & dikuasai Negara HMN disubordinasikan pada Hak Bangsa SDA dikuasai Negara HMN Pelaksana Kewenangan Negara Pemerintah, Pemda, DPR-RI Desentralistik Pemerintah dan/atau Pemda Dapat sentralistik atau desentralistik Hubungan Orang Ijin Kontrol Negara Perijinan, HGPA + HGUA tidak jelas Kontrol Negara HAM Masyarakat yang terkena dampak negatif, masyarakat yang tanahnya terdapat sumberdaya minerba Tidak mengatur tentang gender, MHA Pengakuan Hak Ulayat MHA Pengakuan bersyarat Good Governance Tiga prinsip Relatif tinggi Tiga prinsip Relatif tinggi 14

II. Harmonisasi pengaturan SDA Dampak inkonsistensi a) kelangkaan dan kemunduran kualitas dan kuantitas SDA; b) ketimpangan struktur penguasaan/pemilikan, peruntukan, penggunaan, dan pemanfaatan SDA; c) timbulnya berbagai konflik dan sengketa dalam penguasaan/pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan SDA (antar sektor, antara sektor dengan MHA/masyarakat, antara investor dengan MHA/masyarakat, dan antar investor terkait hak/ijin pemanfaatan SDA). 15

Alternatif Solusi 1.Moratorium penyusunan RUU SDA (ada kendala) Jika tidak dapat dihindarkan, upayakan semaksimal mungkin harmonisasinya dengan UU sektoral lain (NA: Evaluasi dan analisis peraturan perundangundangan terkait) Tidak dapat optimal (1) UUSDA sama derajatnya, tidak ada UU yang berfungsi sebagai platform bersama (lex generalis) (UUPA yang dimaksudkan sebagai platform bersama didegradasikan kedudukannya menjadi UU sektoral sejak tahun 1970an). (2) Kewenangan masing-masing sektor dilaksanakan oleh Kementerian dan Badan (BPN untuk pertanahan). Tidak ada kementerian yang mengkoordinasikan kebijakan SDA dan implementasinya. 16

Alternatif Solusi 2. Legislative review oleh DPR-RI Landasan hukum: TAP MPR RI No. IX/MPR/2001 Landasan kerja: kajian-kajian terkait inkonsistensi horisontal pengaturan SDA Tidak dapat optimal Belum ada UU tentang (Pengelolaan dan Pemanfaatan) SD Alam/ SD Agraria yang berfungsi sebagai lex generalis. 17

Alternatif Solusi 3. Sementara UU yang berfungsi sebagai lex generalis belum terbentuk, penyusunan RUU SDA dan/atau legislative review dapat mengacu pada prinsipprinsip yang digariskan oleh UUPA dan TAP MPR RI No. IX/MPR/2001. 18

Penutup 19 Perlu dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh: 1. Gagasan pembentukan UU terkait pengelolaan dan pemanfaatan SD Alam/ SD Agraria dalam rangka menciptakan satu sistem hukum terkait SDA. Landasan Hukum: Ketetapan MPR RI No.9/MPR/2001 dan Ketetapan MPR RI No.5/MPR/2003. 2. Keberadaan satu kementerian yang mempunyai kewenangan mengkoordinasikan kebijakan di bidang SDA dan implementasinya

20 Terima Kasih Jakarta, 13 Desember 2012