BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek yang cukup terbuka lebar. Hal ini karena telur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak terhadap persaingan bisnis yang semakin tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. satu yang dapat dilakukan perusahaan agar mampu bersaing adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

STATISTIKA. Tabel dan Grafik

Prosiding Manajemen ISSN:

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah Universitas Gadjah Mada. 18-Aug-17. Statistika Teknik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manajemen Operasional merupakan serangkaian kegiatan yang membuat

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman seperti sekarang ini dengan kemajuan industri yang didukung

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Teknik Pengolahan Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

PENDAHULUAN. Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju dan pesatnya kondisi pasar industri menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Indonesia dengan populasi mencapai lebih dari 110 juta ekor (Data Direktorat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan tekhnologi yang semakin meningkat sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas juga harus dijadikan prioritas utama. juga menjamin kualitas produk hingga masa akhir penggunaannya.

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis

JURNAL PERBANDINGAN HASIL PRODUKSI TELUR DENGAN PENGGUNAAN KANDANG OPEN HOUSE DAN CLOSE HOUSE SEMI OTOMATIS DI PRAYOGO FARM KECAMATAN KANDAT KEDIRI

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam memenuhi permintaan konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

Bab I. Pendahuluan. Pangan adalah kebutuhan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. pangan

SEJARAH PERKEMBANGAN KUALITAS. Nur Hadi Wijaya, STP, MM

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan akan mengalami kerugian. Kerugian tersebut dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. pangsa pasar dunia tekstil dan penggunaan mesin-mesin atau alat-alat industri

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini produksi susu sapi segar di Indonesia masih sangat rendah

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. partisi, dan juga produk pengganti kayu (wood substitution) :2004, OHSAS 18001:2007, serta diakuinya produk-produk BBI dalam

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN DAN VARIASI HARGA DAGIN. DAN TELUR PADA BERBAGAI KOTA BESAR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BAB I PENDAHULUAN. atau berwirausaha. Kepuasan konsumen merupakan salah satu fokus utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia dimana makanan berfungsi memberikan tenaga atau

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya produk yang ada di pasaran mengakibatkan tingkat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BAB I PENDAHULUAN. kota Solo, Yogyakarta dengan banyaknya mahasiswa didalamnya beraneka suku,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tingkat persaingan yang tinggi dalam bidang perekonomian menuntut

TINGKAT KUPON pa gross (PER TAHUN)

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE MEI 2017

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi.

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budidaya ayam arab di Indonesia semakin pesat hal ini

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengembangan usaha peternakan ayam petelur di Indonesia masih memiliki prospek yang cukup terbuka lebar. Hal ini karena telur merupakan salah satu produk yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia. Secara garis besar parameter keberhasilan usaha ini ditentukan dari 2 aspek, yaitu aspek pencapaian produktivitas dan keuntungan finansial. Untuk mencapai kedua parameter keberhasilan tersebut, produksi telur yang dilihat dari kuantitas dan kualitasnya, harus mampu dicapai dengan maksimal. Namun pada kenyataannya, sejauh ini beberapa peternak ayam petelur masih saja menghadapi beraneka ragam masalah yang berdampak pada penurunan produksi telur, baik penurunan jumlah maupun kualitasnya. Ada banyak faktor yang bisa menjadi penyebab, terdiri dari faktor infeksius (penyakit) dan non infeksius (mutu bibit, kecukupan nutrisi, kondisi lingkungan dan manajemen pemeliharaan). Memang pada dasarnya peternakan ayam ras petelur membudidayakan jenis ayam yang sama. Pertanyaannya bagaimana peternakan dapat memberi nilai lebih dari produk telur mereka melalui keunggulan kompetitif mereka. Karena 1

2 Customer akan terpuaskan ketika barang yang mereka terima selalu berkualitas baik. Menurut Montgomery (2005:4), Quality may be the most important factor of consumer decisions in choosing some competitive products or services. Kualitas dapat menjadi faktor paling penting dari keputusan konsumen dalam memilih beberapa produk atau jasa yang kompetitif. Dan harga telur ayam ras petelur relatif sama jadi faktor yang terpenting adalah kualitas. Dalam praktik di lapangan sering kali dijumpai telur sudah retak atau bahkan pecah yang diterima oleh konsumen. Hal ini yang membuat konsumen kecewa ke suatu outlet atau ritel. Banyak faktor akan retak atau pecahnya telur yang diterima konsumen. Baik dari kesalahan pengemasan, kesalahan pembawaan maupun kesalahan pengendalian kualitas dari produsen. Dalam industri pengemasan telur ayam, yang akan dipasarkan hanya telur ayam dengan kualitas yang bagus, hampir tidak pernah ditemui produk telur ayam kemasan yang terdapat kecacatan produk di dalamnya. Sehingga peternak ayam ras petelur pun harus berusaha memberikan telur ayam yang berkualitas bagus tanpa adanya cacat dan memenuhi standar kualitas telur ayam. Sebagai contoh adalah pasar telur di Malaysia yang tidak mau untuk menerima telur ayam yang diimpor dari Indonesia selain telur

3 dengan grade besar. Dengan demikian grading telur ini diperlukan karena untuk memenuhi spesifikasi pasar Internasional, sehingga harga telur akan lebih baik dan peternak peternak ayam lokal akan lebih sejahtera. Tidak hanya ditentukan oleh grading saja, kualitas bagian dalam telur (kekentalan putih dan kuning telur, warna kuning telur dan ada tidaknya bintik darah pada putih atau kuning telur) dan kualitas bagian luar (bentuk, ukuran dan warna kerabang). Telur ayam komersial yang normal memiliki ciri-ciri berwarna coklat terang, kerabang telur tebal, memiliki berat sekitar 55-65 gram/butir, putih telur kental dan di dalam kuning telur tidak terdapat blood spot/bintik darah. Mengenai masalah terkait warna telur, umumnya ada beberapa peternak yang menemukan telur tidak berwarna coklat. Warna coklat pada telur ayam pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor genetik yaitu adanya zat warna phorpyrin di saluran reproduksi ayam. Jadi setiap jenis unggas, telah ditentukan warna telurnya baik putih, biru atau coklat. Namun dalam pembentukan warna kulit telur juga dipengaruhi oleh asupan nutrisi atau obat tertentu. Kondisi lingkungan dan penyakit juga bisa berpengaruh terhadap optimal tidaknya pewarnaan kerabang telur. Masalah kerabang telur tipis dan lembek bisa bersumber dari nutrisi ataupun karena infeksi penyakit. Demikian juga dengan putih telur yang encer. Dalam menjalankan usaha ayam petelur tak jarang terjadi penurunan jumlah produksi yang disertai dengan penurunan kualitas telur sekaligus. Sebagai contoh serangan penyakit atau virus yang menyebabkan

4 jumlah produksi telur bisa turun sebesar 10-50%, tidak hanya itu, serangannya pun menyebabkan kualitas telur menurun seperti bentuk telur abnormal, putih telur encer dan warna kerabang telur pucat. Untuk itu perlu adanya upaya mendiagnosa secara cepat dan tepat penyebab penurunan produksi telur agar peternak dapat segera mengantisipasinya. Jika ini dapat dilakukan dengan baik, maka kerugian yang lebih besar dapat dihindari. Salah satu aktifitas dalam menciptakan kualitas telur agar sesuai standar adalah dengan menerapkan sistem pengendalian kualitas yang tepat, mempunyai tujuan dan tahapan yang jelas, serta memberikan inovasi dalam melakukan pencegahan dan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi peternak. Kegiatan pengendalian kualitas dapat membantu peternak tradisional mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya dengan melakukan pengendalian terhadap tingkat kerusakan telur (eggs defect) sampai pada tingkat kerusakan nol (zero defect). Pengendalian kualitas sangat penting dilakukan oleh peternak tradisional agar telur yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh badan lokal dan internasional yang mengelola tentang standarisasi mutu/kualitas, dan tentunya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Pengendalian kualitas yang dilaksanakan dengan baik akan memberikan dampak terhadap kualitas telur yang dihasilkan oleh peternak. Oleh karenanya, kegiatan pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan mulai dari manajemen pemeliharaan ayam ras

5 selama proses produksi berlangsung sampai pada telur sebagai hasil produk akhir yang akan dikonsumsi konsumen. Banyak sekali metode yang mengatur atau membahas mengenai kualitas dengan karakteristiknya masing-masing. Kerusakan produk yang dapat diterima oleh suatu perusahaan dengan menentukan batas toleransi dari cacat produk yang dihasilkan tersebut dapat menggunakan metode pengendalian kualitas dengan menggunakan Statistical Assistance Tools. Yaitu metode pengendalian kualitas yang dalam aktifitasnya menggunakan alat bantu statistik yang terdapat pada Statistical Process Control (SPC) serta Statistical Quality Control (SQC), dimana proses produksi dikendalikan kualitasnya mulai dari awal produksi, pada saat proses produksi berlangsung sampai dengan produk jadi. Sebelum dilempar ke pasar, produk yang telah diproduksi diinspeksi terlebih dahulu, dimana produk yang baik dipisahkan dengan yang jelek (reject), sehingga produk yang dihasilkan jumlahnya berkurang. Pengendalian kualitas dengan Statistical Assistance Tools bermanfaat pula mengawasi tingkat efisiensi. Jadi, dapat digunakan sebagai alat untuk mencegah kerusakan dengan cara menolak (reject) dan menerima (accept) berbagai produk yang dihasilkan dari proses produksi, sekaligus upaya efisiensi. Dengan menolak (menerima) produk, berarti bisa juga sebagai alat untuk mengawasi proses produksi sekaligus memperoleh gambaran kesimpulan tentang spesifikasi produk yang dihasilkan secara populasi umum.

6 Di peternakan tradisional selama ini pengendalian kualitas untuk produk telurnya hanya melalui manual visual inspection. Pengelompokan telur selama ini dengan urutan grading berat telur. Berat telur ayam sebanding dengan ukuran telur ayam, sehingga pendeteksian suatu cacat pada telur yang dilakukan oleh manusia hanya memiliki ketepatan sekitar 60-70%. Human error pada saat proses inspeksi merupakan faktor kritis yang harus selalu diperhatikan dan direduksi karena proses inspeksi merupakan gerbang penentuan. Untuk mereduksi peluang terjadinya error maka diperlukan pengendalian kualitas produk telur sebagai salah satu alternatif untuk mereduksi error yang terjadi pada manual visual inspection dengan menggunakan Statistical Process Control (SPC). Pendekatan SPC yang nantinya akan diintegrasikan adalah pengunaan seven tools of quality sebagai metode yang efektif dalam mengembangkan quality dan profitability dari suatu produk. Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm sebagai salah satu Peternakan tradisional yang bergerak dibidang industri telur (Eggs Wholesale) dalam menjalankan kegiatan bisnisnya menerapkan sistem pengendalian kualitas produksi secara manual visual inspection. Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm bahkan telah meraih sertifikat HACCP : 2007 dari M-BRIO Certification Body, yang merupakan lembaga sertifikasi Sistem HACCP, ISO 22000 dan ISO 9001 dengan ruang lingkup pelayanan produsen (terdiri dari industri, usaha kecil dan

7 menengah, hotel, restoran dan catering), pemasok bahan baku dan pembantu industri pangan (terdiri dari usaha packaging, petani, peternak, distributor/penyalur). Sertifikat HACCP ini sebagai pengakuan bahwa perusahaan telah menerapkan manajemen mutu yang baik dan sesuai dengan pedoman standar mutu yang berlaku. Berbagai program pengendalian kualitas dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat menghasilkan telur yang baik dan sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. Akan tetapi pada kenyataannya masih terdapat telur yang kualitasnya buruk. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar telur dari Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm adalah untuk di supply ke agen besar telur curah, minimarket, dan supermarket, yang merupakan jaringan ritel internasional. Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah produksi yang dilakukan oleh perusahaan setiap bulannya tidaklah sama. Hal tersebut dikarenakan ayam petelur mulai berproduksi ketika mencapai umur 17-18 minggu. Pada umur tersebut, tingkat produksi telur baru mencapai sekitar 5% dan selanjutnya akan terus mengalami peningkatan secara cepat hingga mencapai puncak produksi yaitu sekitar 94-95% dalam kurun waktu ± 2 bulan (di umur 25 minggu). Produksi telur diketahui telah mencapai puncaknya apabila selama 5 minggu berturut-turut persentase produksi telur sudah tidak mengalami peningkatan lagi. Sesuai dengan pola siklus bertelur, maka setelah mencapai puncak produksi, sedikit demi sedikit jumlah produksi mulai mengalami penurunan secara konstan dalam

8 jangka waktu cukup lama (selama 52-62 minggu sejak pertama kali bertelur). Laju penurunan produksi telur secara normal berkisar antara 0,4-0,5% per minggu. Pada saat ayam berumur 80 minggu, jumlah produksi telah berada di bawah angka 70% dan pada kondisi demikian bisa dikatakan ayam siap di afkir (HyLine Brown Management Guide, 2007). Tabel 1.1 : Data Jumlah Produksi Telur Beserta Jumlah Telur Rusak Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm Periode Januari 2013 Juni 2014 (Dalam Kilogram) Bulan Jumlah Jumlah Presentasi Produk Produksi Produk Rusak Rusak (%) Jan 13 224,072.5 18,514.1 8.3% Feb-13 248,120.5 18,182.0 7.33% Mar-13 285,522.5 19,452.1 6.81% Apr-13 276,305.5 19,847.9 7.18% May-13 270,749.5 21,364.8 7.89% Jun-13 284,307.0 20,616.1 7.25% Jul-13 299,846.0 21,797.7 7.27% Aug-13 292,617.0 21,703.8 7.42% Sep-13 262,168.0 18,529.4 7.07% Oct-13 272,883.0 16,469.5 6.04% Nov-13 261,262.5 15,780.3 6.04% Dec-13 302,368.0 17,315.1 5.73% Jan-14 312,752.5 18,752.9 6.00% Feb-14 267,299.0 17,737.4 6.64% Mar-14 271,158.5 19,634.2 7.24% Apr-14 289,411.0 20,195.1 6.98% May-14 288,906.5 16,881.5 5.84% Jun-14 248,773.5 16,658.3 6.70% Rata-rata 275,473.5 18,857.3 6.9% Sumber : Data Primer yang diolah penulis, 2014 Adapun rata-rata produksi telur per-bulan selama periode Januari 2013 sampai Juni 2014 adalah 275.473,5 Kilogram dengan rata-rata telur yang rusak di hasilkan sebesar 18,857,3 Kilogram atau sekitar 6.9 % dari

9 total produksi setiap bulan. Dengan demikian berarti program pengendalian kualitas produksi yang diterapkan perusahaan belum optimal sehingga perlu dilakukan analisa mengenai upaya pengendalian kualitas yang diterapkan oleh Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm dan mencari sebab masih terjadinya telur yang rusak serta mencari solusi perbaikan dengan Statistical Assistance Tools, sehingga persentase produk rusak dapat ditekan menjadi sekecil mungkin. Dengan alasan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PADA PETERNAKAN PURI KADUSIRUNG RAYA FARM DALAM UPAYA MENGENDALIKAN TINGKAT KERUSAKAN TELUR DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL ASSISTANCE TOOLS. 1.2 Rumusan Masalah Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm merupakan perusahaan ayam petelur yang berada di desa Tenjo kecamatan Tenjo kabupaten Bogor. Yang memulai usahanya sejak tahun 1986 dan tetap bertahan sampai sekarang, dalam setiap aktivitas produksinya selalu berusaha untuk menghasilkan produk telur yang berkualitas baik dengan menerapkan standar kualitas produksi dan menetapkan standar kerusakan produk telur sebesar 6% dari jumlah produksi. Namun di dalam proses produksi masih terjadi kerusakan telur yang melebihi batas toleransi tersebut. Oleh karena

10 itu perternakan Puri Kadusirung Raya Farm memerlukan pengendalian kualitas yang berguna untuk mengurangi atau menekan terjadinya kerusakan kerabang/cangkang telur sehingga mencapai standar kualitas sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan pengendalian kualitas dilakukan mulai dari penerimaan bahan baku, proses produksi sampai dengan produk akhir dan menekan terjadinya produk rusak. Kegiatan pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengendalian kualitas Statistical Process Control dengan penggunaan seven tools of quality. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas di Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm dalam upaya menekan tingkat kerusakan telur. 2. Jenis kerusakan telur apa saja yang terjadi pada telur yang merupakan hasil produksi Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm. 3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan pada telur yang merupakan hasil produksi Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm. 4. Penyebab dan akibat kerusakan kualitas produk telur Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm dan mengendalikan terjadinya kerusakan produk telur.

11 1.3 Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas di Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm dalam upaya menekan tingkat kerusakan produk telur. 2. Menganalisis kerusakan telur yang terjadi pada Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan pada produk telur yang diproduksi oleh Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm. 4. Untuk menganalisis penyebab dan akibat kerusakan kualitas produk telur Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm dan mengendalikan terjadinya kerusakan produk telur. 1.3.2 Kontribusi Penelitian Skripsi ini diharapkan dapat memberi kontribusi sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dan membandingkan dengan praktek yang terjadi dalam perusahaan. 2. Bagi Instansi (Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm) Penelitian ini mengungkapkan berbagai informasi dan masukan kepada pihak perusahaan dalam menentukan strategi pengendalian kualitas

12 yang dilakukan oleh perusahaan di masa yang akan datang sebagai upaya peningkatan kualitas produksi dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana pengendalian kualitas menggunakan Statistical Assistance Tools dapat bermanfaat untuk mengendalikan tingkat kerusakan produk yang terjadi pada perusahaan. 3. Bagi Penelitian sejenis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi peneliti lain untuk keperluan studi dan penelitian selanjutnya mengenai topik permasalahan yang sama.