BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, Abu dan Nur Unbiyati Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

KETERAMPILAN TEKNIK MENYUSUI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bernama Eliska Mayasari / adalah mahasiswi D-IV Bidan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini**

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB II LANDASAN TEORI. Skinner (Notoatmodjo, 2007), merumuskan perilaku sebagai. respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

MANFAAT ASI BAGI BAYI

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian, yaitu : anatomi payudara, ASI, laktasi dan keefektifan proses menyusui.

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON SRAGEN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat,

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI. RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PROSES PENGELUARAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak,

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Pengetahuan, Teknik Marmet, Pijat Oksitosin, Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin, Kelancaran Pengeluaran ASI.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN TEORI

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB II TINJAUAN TEORI. dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004, 2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI (Siregar,

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti ketika didalam kandungan, gizi yang tinggi sangat diperlukan ketika anak

PENGETAHUAN 1. Apakah ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? a. Ya b. Tidak 2. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? a.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati.,

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

Pemberian ASI Di Fasilitas Kesehatan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

Cara Mencuci Tangan yang Benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui merupakan suatu aktivitas yang bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi ibu, yang memang menjadi kodratnya. Untuk mendukung keberhasilan menyusui, perlu mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan karena kesalahan ibu dalam memosisikan dan meletakkan bayi saat menyusui. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan beberapa posisi. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting payudara lecet. Salah satu faktor yang sering dilakukan saat menyusui adalah posisi menyusui yang belum tepat sehingga mengganggu produksi dan transfer ASI ke bayi (Khasanah, 2011). Menurut WHO (2009) terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya dan 20% diantaranya adalah ibu ibu di Negara berkembang, sementara itu berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI ekslusif kepada bayinya adalah kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar, sehingga sering menderita puting lecet dan retak. Hasil dari susenas tahun 2007 yang menunjukkan bahwa secara nasional terdapat sebesar 94,57% bayi mendapat ASI. Presentase balita yang pernah mendapat ASI pada tahun 2007 cenderung mengalami penurunan jika 1

2 dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Penurunan presentase pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005 relatif rendah yaitu 96,02% menjadi 95,24%. Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebabkan karena timbulnya beberapa masalah pada ibu dan bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham bagaimana teknik menyusui yang benar dapat menjadi masalah dalam menyusui. Adapun masalah dalam menyusui adalah puting susu lecet, payudara bengkak, abses payudara (mastitis). (Sulystyawati, 2009) Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. (Gartner, 2005) Bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan frekuensi terkena diare sangat kecil, bahkan mulai minggu ke 4 sampai bulan ke 6 bayi jarang defekasi dan sering menjadi keluhan ibu yang datang ke klinik karena bayinya tidak defekasi lebih dari 3 hari. Pada kelompok bayi yang mendapat susu tambahan lebih sering mengalami diare. Dengan demikian kesehatan bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih baik bila dibandingkan kelompok bayi yang diberi susu formula (Sri Purwati H, 2004). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi teknik menyusui diantaranya adalah pengetahuan dan sikap ibu. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini

3 terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang didasari oleh informasi (Notoatmodjo, 2007). Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Kesehatan ibu memegang peranan dalam produksi air susu ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makanannya kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrien yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara. Hal ini menyebabkan produksi ASI menurun. Menurut Nilas dan Michael Newton dalam Briefs Footnotes on Maternity Care, keberhasilan menyusui sangat bergantung pada emosi dan sikap ibu. (Notoatmodjo, 2007). Sebaiknya pada masa kehamilan dan masa nifas, ibu hamil telah mendapatkan informasi tentang teknik menyusui dari bidan. Bidan sebagai

4 pelaksana pelayanan kebidanan berkewajiban untuk itu, karena bila ibu hamil kurang mengetahui tentang teknik menyusui, akan berdampak payudara tidak terawat sehingga akan bermasalah pada awal masa laktasi seperti puting susu lecet, payudara bengkak, air susu tersumbat. Sebagaimana dilaporkan 57% dari ibu menyusui di Indonesia pernah menderita kelecetan pada putingnya (Soetjiningsih, 2002). Menurut Sirkosi dan Barker (2005), selain hormon prolaktin dan oksitosin keadaan yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu adalah penggunaan obat- obatan saat dilakukan operasi sectio caesarea. Obat-obatan yang dipakai saat operasi digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Nyeri yang ditimbulkan akibat operasi sectio caesarea mempengaruhi ibu dalam memberikan perawatan pada bayi, sehingga dapat menyebabkan ibu menunda untuk menyusui dan terjadilah ketidaklancaran dalam produksi ASI Teknik lain yang dapat mempengaruhi produksi ASI adalah perawatan yang dilakukan terhadap payudara atau breast care, bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran produksi ASI sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afianti (2012) tentang pemijatan payudara dengan senam payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda antara senam payudara dan pemijatan payudara terhadap pengeluaran kelancaran ASI pada ibu menyusui Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2012 dari jumlah bayi sebanyak 4604 bayi, dengan jumlah bayi yang

5 diberikan ASI eksklusif sebanyak 546 bayi (11,9%) (Dinkes Provinsi Aceh, 2012). Sedangkan jumlah bayi 0-6 bulan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012 adalah 5.108 bayi dan yang mendapat ASI Eksklusif berjumlah 1.627 orang. Berdasarkan data dari Puskesmas Blang Bintang jumlah bayi 0-6 bulan yaitu 203 orang dan yang mendapatkan ASI Eksklusif berjumlah 40 orang. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 12 orang responden yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar 8 diantaranya menyatakan bahwa tidak lancar ASI dan 4 di antaranya menyatakan lancarnya ASI hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul tentang Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, peneliti membuat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui teknik menyusui pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar b. Untuk mengetahui kelancaran ASI ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar c. Untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan pengetahuan mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. 2. Bagi ibu menyusui Dapat mengetahui bagaimana tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui. 3. Bagi lembaga pendidikan Dapat menambah referensi tentang hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

7 E. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian tentang hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah yang pernah dilakukan oleh: 1. Salmani (2011) dengan judul Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Tentang Teknik Menyusui Yang Benar di Wilayah Kerja Puskesmas Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Variabel yang diteliti oleh Salmani adalah pengetahuan dan sikap. 2. Nurhikmati (2011) dengan judul Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang. Variabel yang diteliti oleh Nurhikmati adalah pendidikan, dukungan keluarga, dan informasi. 3. Indana Zulfa Zakiah (2011) dengan judul Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Pasca Persalinan Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Dan Rsud Banjasari Surakarta. Variable yang diteliti oleh Indana Zulfa Zakiah adalah inisiasi menyusu dini dan kelancaran produksi ASI.

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Menyusui Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes RI, 2003). Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI diproduksi dalam kelenjar-kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk ke dalam saluran penampungan ASI dekat puting melalui saluran-saluran air susu (ductus), dan akan disimpan sementara dalam penampungan sampai tiba saatnya bayi mengisapnya melalui puting payudara (Nur Khasanah, 2011). Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosi oleh kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect atau pelepasan. Pada akhirnya, let down dapat tanpa rangsangan hisapan. 8

9 Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekadar memikirkan tentang banyinya (Sulystyawati, 2009). Kurangnya asupan ASI pada minggu pertama akan berdampak ikterik pada bayi. Kebanyakan ikterik adalah keadaan fisiologis yang merupakan tindakan penyesuaian protektif terhadap lingkungan di luar uterus. Ikterik fisiologis biasanya terjadi pada 2-3 hari setelah kelahiran, biasanya hilang dalam 7-10 hari, meskipun kadar bilirubin tetap meningkat untuk beberapa minggu. Biasanya mencapai puncak 3-5hari setelah kelahiran. B. Teknik Menyusui Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. 1. Persiapan menyusui Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembanganya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam (Sulystyawati, 2009). Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :

10 a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk. b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi. c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi (Sulystyawati, 2009). Dalam menyusui yang lebih penting daripada menyiapkan payudara adalah menyiapkan kepala anda. Masudnya, pelajari sebanyak mungkin hal tentang menyusui. Carilah dokter ahli anak yang sangat setuju pemberian ASI. Carilah juga ibu lau yang mampu memberi dukungang dan menjawab pertanyaan anda (Bonny Danuatmadja, 2003). Kampanyekan niat memberikan ASI eksklusif pada pasangan dan keluarga karena merekalah yang akan berada di sekeliling anda saat bayi larir (kehadiran mereka bisa menguatkan atau melemahkan keputusan anda). Kalau perlu bekali mereka dengan informasi yang cukup. Tidak ada perawatan khusus untuk puting atau payudara sebelum menyusui. Puting sudah dirancang untuk menyusui. Dalam banyak kasus, mereka akan menjalankan fungsinya dengan sukses tanpa persiapan. Perawatan puting malah dapat berbahaya misalnya pengolesan puting dengan minyak, alcohol, atau mencucinya dengan sabun akan membuat puting kering sehingga lebih mudah pecah. Menggosok puting dengan sikat bisa mengiritasi jaringan. Memijat payudara atau puting saat

11 anda masih hamil pun tidak dianjutkan karena bisa memulai terjadinyan kontraksi. Jika anda bersikeras ingin melakukan persiapan, periksakan payudara anda pada dokter kandung untuk mengetahui apakah ada kelainan anatomi, seperti puting terbalik atau kelenjar yang kurang berkembang dengan baik (Bonny Danuatmadja, 2003). 2. Teknik Dasar Menyusui a. Sebelum menyusui, keluargan ASI sedikit, oleskan pada puting dan areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban puting. b. Letakkan bayi menghadap payudara ibu. Pagang belakang bahu bayi dengan satu lengan. Kepada bayi terletak di lengkung siku ibu. Tahan bokong bayi dengan telapak tangan. Usahakan perut bayi menempel pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). c. Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, pegang payudara dengan ibu jari atas jari yang lain menopang di bawahnya. Jangan menekan puting susu atau areola-nya saja. d. Beri bayi rangsangan membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting. Setelah bayi buka mulut, segera dekatkan puting ke mulut bayi. Jangan menjejalkan puting ke mulutnya. Biarkan bayi mengambil inisiatif.

12 e. Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh areola masuk ke dalam mulutnya. Jika bayi hanya mengisap bagian puting, kelenjar-kelenjar susu tidak akan mengalami tekananan sehingga ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika bagian puting saja yang diisap bisa menyebabkan puting nyeri dan lecet. f. Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung bayi agar pernapasannya tidak terganggu. g. Jika bayi berhenti menyusu, tetapi masih bertahan di payudara, jangan menariknya dengan kuat karena dapat menimbulkan luka. Pertama-tama, hentikan isapan dengan menekan payudara atau meletakkan jari anda pada ujung mulut bayi agar ada udara yang masuk h. Selama menyusui, tataplah bayi penuh kasih sayang. i. Jangan khawatir jika bayi belum terampil mengisap dengan baik maupun bayi masih belajar. Dibutuhkan ketenangan, kesabaran, dan latihan agar proses menyusui menjadi lancar (Bonny Danuatmadja, 2003). 3. Posisi dan perlekatan menyusui Menurut Djamaludin, dkk (2010) mengatakan bahwa satu hal yang penting diingat, Sebaiknya, ibu mencuci tangan dulu hingga bersih sebelum mulai menyusui. Berikut ini, beberapa cara menyusui: a. Posisi sambil duduk. 1) Ambil posis duduk yang nyaman. Pangku bayi dengan menempelkan perutnya pada perut ibu. Lalu, sanggah kepalanya

13 tepat pada siku lengan bagian atas. Sementara, bagian lengan dan telapak tangan ibu menahan punggung dan bokongnya. 2) Agar lebih merangsang antusias bayi untuk menyusu, pijat bagian sekitar aerola (daerah sekita puting) ibu hingga mengeluarkan sedikit ASI. Oleskan ASI yang keluar itu pada puting ibu hingga jadi agak basah. Biasanya, bayi akan langsung mengisap ketika mulut menyentuh tetesan ASI di sekitar puting. 3) Tempelkan mulut bayi pada puting ibu. 4) Saat bayi mulai mengisap tataplah matanya dan sentuhla ia sambil mengajaknya bicara. Hal ini merangsang pencaindra dan organ-organ tubuhnya. 5) Biarkan bayi ibu mengisap sepuas-puasnya. Jangan dulu berganti ke sisi payudara yang sedang diisap benar-benar terasa kosong. b. Posisi Sambil Berbaring. Menyusui dengan posisi berbaring, pada dasarnya hamper sama dengan sambil duduk. Para ibu yang melahirkan dengan metode Caesar, akan lebih nyaman bila mengambil posisi berbaring miring saat pertama kali menyusui. Untuk aktivitas menyusui di rumah pun, posisi berbaring dapat dijadikan alternative bagi ibu. 1) Ibu berbaring miring menghadap bayi yang posisi tidurnya juga dimiringkan menghadap ibu. Sejajarkan dan tempelkan mulutnya dengan puting ibu. Lekatkan tubuhnya pada tubuh ibu.

14 Kemudian, tahan bagian punggung dan bokongnya dengan tangan ibu;. Ketika ia mulai mengisap, lakukan komunikasi dan sentuhan-sentuhan lembut padanya. 2) Seiring bertambah usia bayi dan perkembangan gerakan-gerakan tubuhnya, bias any bayi akan mengekplorasi variada-variasi menyusui yang dirasakan nyaman bagi dirinya. c. Posisi sambil berdiri Penjelasan tentang posisi menyusui sambil duduk, dapat diterapkan untuk posisi berdiri. Namun, bagi para pemulam menyusui dengan posisi berdiri harus dilakukan ekstra hati-hati. Jika tidak, akan membahayakan bagi bayi. Misalnya, bayi lepas dari pengkuan. Menyusui sambil berdiri juga mensyaratkan enegrgi ibu yang cukup besar untuk mengendongnya cukup lama. Seiring pengalaman melalui rutinitas menyusui, kelak ibu pun mampu mengombinasikan posisi-posisi menyusui. Nanti pun, ibu mampu menyusui sambil tiduran diselingi sambil duduk. Lalu, sambil berdiri. Dapat juga dikombinasikan dengan melakukan aktivitas ringan lain, seperti mengangkat telepon, menutup pintu, menyapu lantau, dan sebagainya. Harus diingat, menyusui sambal beraktivitas lain, secara tidak langsung merupakan wahana rangsangan bagi bayi mengenal lingkungannya. Sebab, ketika ibu menyusui sambil mengangkat telpon, bayi pun belajar tentang adanya objek (benda) yang dapat

15 digenggam. Benda itu dapat berbunyi. Pemahaman yang diperoleh bayi dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasa itulah yang akan turut menentukan perkembangan lebih jauh potensi kecerdasannya. Perlekatan menyusu (Latch on) adalah menempelnya mulut bayi di payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang memperhatikan letak tubuh bayi secara keseluruhan terhadap tubuh ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga menghindari luka pada puting, karena pada perlekatan yang benar, puting tidak akan bergesekan dengan langit-langit bayi yang keras, melainkan jatuh di tengah rongga tenggorokan bayi, sehingga tidak akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh karena itu perlekatan menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses menyusui. Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring (Sulytiawati, 2009).

16 Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

17 Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan di samping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak (Sulystyawati, 2009). Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

18 Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

19 Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan 4. Langkah-langkah menyusui yang benar Menurut Soetjiningsih, (2006) menyatakab bahwa langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut. a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini menmpunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara. 1) Ibu duduk atau barbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. 2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepalabayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak menengadah, dan bokng bayi ditahan dengan telapak). 3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan. 4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)

20 5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. 6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudara saja. d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rootingreflex) dengan cara: 1) Menyentuh pipi dengan puting susu atau, 2) Menyentuh sisi mulut bayi. e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi: 1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-lagit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet. 2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi. Sedangkan menurut Sulystyawati, (2009) sebagai berikut: a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASi dan oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai.

21 Gambar 9. Cara meletakkan bayi Gambar 10. Cara memegang payudara b. Bayi diletakkan menghadapi ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidup bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

22 Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi c. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka dan bibir bawah bayi membuka lebar. Gambar 12. Perlekatan benar

23 Gambar 13. Perlekatan salah 5. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar Langkah-langkah menyusui yang benar adalah : (a) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. (b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara. (c) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu saja atau areolanya saja. (d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. (e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. (f) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI ke luar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. (g) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu disanggah lagi (Perinasia, 2003)

24 Menurut Sulystyawati (2009) menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : a. Bayi tampak tenang b. Badan bayi menempel pada perut ibu c. Mulut bayi terbuka lebar d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu e. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk f. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan g. Puting susu tidak terasa nyeri. h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus i. Kepala bayi agak menengadah. Gambar 14. Teknik menyusui yang benar

25 j. Melepas isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi (Soetjiningsih, 2006): 1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau, 2) Dagu bayi ditekan ke bawah. k. Setelah selesai menyusui, ASI keluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar kalang payudara; biarkan kering dengan sendirinya. l. Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh Jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi: 1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggunnya ditepuk perlahan-lahan, 2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudaia punggungnya ditepuk perlahan-lahan (Soetjiningsih, 2006). 6. Lama dan frekuensi menyusui Bayi memiliki jadwal menyusu yang harus diketahui oleh ibu, biasanya bila bayi merasa lapar, ia akan menangis minta disusui. Bayi sebaiknya diberi selang waktu dua jam dari minumnya yang terakhir. Jika bayi menangis terus menerus berilah dot dan sebotol air hangat.

26 Selanjutnya gendong dan usap-usaplah punggungnya hingga tertidur pulas (Riyanti, 2007). Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat menyosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian, (Hanyow, 2008). Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI (Sulystyawati, 2009). Menjaga keseimbangan besarnya kedua peyudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong. Agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu

27 menggunaka kutang (BH) yang dapat menyanggan payudara, tetapi tidak terlalu ketat (Sulystyawati, 2009). Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui. Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dsb). atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Soetjiningsih, 2006). Menyusui yang dijadwalkan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Menyusui pada malam hari sangat berguna bagi ibu yang bekerja, karena dengan sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI, dan juga

28 dapat mendukungh keberhasilan menunda kehamilan. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui, sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat (Soetjiningsih, 2006). C. Air Susu Ibu (ASI) 1. Definisi ASI ASI adalah air susu yang keluar dari seorang ibu pasca melahirkan bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup seperti sel darah putih, antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain, baik berupa susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2005). Air Susu Ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan menyediakan energi (Pudjiadi, 2000). ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI

29 dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistem pencernaan bayi usia dini belum diberikan pada bayi ASI saja hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan minuman atau makanan apapun (Arief, 2009). 2. Komposisi ASI Berdasarkan stadium laktasi komposisi ASI dibagi menjadi 3 bagian yaitu kolostrum, ASI transisi/ peralihan, dan ASI matur. Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi yaitu 10-17 kali lebih dibanding ASI matur, serta kadar karbohidrat dan lemak yang rendah, volume tersebut mendekati kapasitas lambung bayi yang baru berusia 1-2 hari dan kolostrum harus diberikan pada bayi (Roesli, 2000). ASI transisi atau peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sebelum menjadi ASI matang, kadar protein semakin rendah sedangkan karbohidrat dan lemak semakin tinggi dan volume makin meningkat. ASI matur merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke-14 sampai seterusnya, dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI yang cukup, ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai 6 bulan (Roesli, 2000). 3. Volume Produksi ASI Pada bulan terakhir kehamilan kelenjar-kelenjar pembuat air susu mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnyapun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan

30 produksi ASI semakin efektif dan terus menerus meningkat pada hari 10 14 hari setelah melahirkan. Bayi yang sehat mengkonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan volume pengeluaran ASI mulai menurun (Prasetyono, 2009). 4. Struktur Payudara Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI. Pada setiap payudara terdapat 20 lobus dan setiap lobus memiliki sistem saluran (duct sistem). Saluran utama bercabang menjadi saluran-saluran kecil yang berakhir pada sekelompok sel-sel yang memproduksi susu, yang dinamakan alveoli. Saluran melebar menjadi tempat penyimpanan susu, yang bermuara pada puting payudara. Adapun sel-sel otot mengelilingi alveoli (Prasetyono, 2009). 5. Produksi ASI Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin (Novak & Broom, 2001). Setelah melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam reflek. Pertama, reflek produksi air susu (milk production refleks). Bila bayi

31 menghisap puting payudara, maka akan diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin (prolactin), yang mengatur sel-sel dalam alveoli agar memproduksi air susu. Air susu tersebut dikumpulkan dalam saluransaluran air susu. Kedua, refleks mengeluarkan (let down reflex). Isapan bayi juga merangsang produksi hormon lain yang dinamakan oksitosin (oxytocin), yang membuat sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara. Jadi, semakin bayi menghisap semakin banyak air susu yang dihasilkan (Prasetyono, 2009). Reflex let down adalah rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke neurohipofise (hipofisis posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon oksitosin diangkut ke uterus melalui aliran darah yang menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin sampai ke alveoli mempengaruhi sel miopitelium. Kontraksi dari sel akan memeras susu keluar dari alveoli masuk ke ductus yang akan mengalir melalui ductus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktorfaktor yang meningkatkan reflex let down adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium dan memikirkan bayi, sedangkan yang menghambat adalah keadaan bingung atau pikiran kacau, takut, merasa sakit, atau malu ketika menyusui dan cemas (Kristiyanasari, 2009). Bayi mempunyai suatu refleks pengisapan (suckling reflex). Dengan adanya refleks ini, air susu akan diperas dari ampula menuju

32 mulut bayi. Pengisapan puting menunjukan gerakan yang berbeda, jika dibandingkan dengan pengisapan dot (Prasetyono, 2009). 6. Manfaat ASI Besarnya manfaat ASI telah dikampanyekan oleh UNICEF (United Nations Children s Fund) melalui pekan menyusui sedunia atau World Breastfeeding Week yang diselenggarakan setiap tanggal 17 Agustus. Kampanye itu antara lain mengajak masyarakat diseluruh dunia, terutama kaum ibu untuk memberikan manfaat ASI kepada bayi serta mengenal manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri (Novianti, 2009). Manfaat ASI untuk ibu yang menyusui adalah sebagai berikut : a. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan. b. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil. c. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga mempercepat penurunan berat badan. d. Menyusui mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara. e. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa harus membawa perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula dan air panas. f. ASI tidak basi karena selalu diproduksi oleh payudara. Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :

33 a. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi. b. ASI mudah dicerna oleh bayi. c. ASI kaya akan antibodi yang membantu melawan infeksi dan penyakit lainnya. d. ASI menurunkan resiko diare, infeksi saluran kemih dan menurunkan resiko kematian bayi mendadak. Manfaat ASI untuk keluarga adalah sebagai berikut : a. Menghemat pengeluaran karena tidak harus membeli susu formula b. Bayi sehat, sehingga keluarga bisa berhemat untuk biaya perawatan kesehatan. c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi alamiah dari menyusui.(novianti, 2009). D. Kelancaran Produksi ASI Pada Hari pertama, bayi cukup disusukan selama 10-15 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi. Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumahasi lancar atau tidak adalah : 1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting. 2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang 3. Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai umur : a. 1-3 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 700 gr/bulan)

34 b. 4-6 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 600 gr/bulan) c. 7-9 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 400 gr/bulan) d. 10-12 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 300 gr/bulan) 4. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur /tenang selama 3-4 jam. 5. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari. Bayi yang mendapatkan ASI memadai umumnya lebih tenang, tidak rewel dan dapat tidur pulas. Tanda pasti bahwa ASI memadai dapat terlihat pada penambahan berat badan bayi yang baik. Dalam keadaan normal usia 0-5 hari biasanya berat badan bayi akan menurun. Setelah usia 10 hari berat badan bayi akan kembali seperti lahir. Secara alamiah ASI diproduksi dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar seringkali sulit menyusui banyinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anastesi umum, ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayi di jam pertama setelah bayi lahir, meskipun ibu mendapat efidural yang membuatnya tetap sadar, kondisi luka operasi di bagian perut relatif membuat proes menyusui sedikit terhambat. Sementara itu bayi mungkin mengantuk dan tidak responsif untuk menyusu terutama jika ibu mendapat obat-obatan penghilang rasa sakit sebelum operasi. Beberapa jenis anastesi mengurangi refleks bayi mencari payudara ibu dan menyusu pada ibunya, juga meningkatkan temperatur tubuh bayi dan tangisan bayi (Ranjo-Arvidson et.al,2001).

35 E. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan visualisasi dari arah pemikiran yang akan dilakukan. Arah pemikiran merupakan hubungan antara variabel atau faktor-faktor yang diteliti. Untuk menggambarkan kerangka konsep diperlukan teori-teori yang diteliti dan selanjutnya didefinisi dari setiap variabel (Notoatmodjo,2005). Variabel Independen Teknik Menyusui - Pelekatan - Posisi penyusui - Jadwal menyusui Variabel Dependen Kelancaran ASI Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian F. Hipotesa Ada hubungan tehnik menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar berjumlah 159 orang 1. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. selama 8 hari pada bulan Agustus 2013. Sampel dalam penelitian menggunakan kriteria sebagai berikut: a. Ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan b. Ibu yang bersedia menjadi responden. c. Ibu yang menyusui 36

37 C. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus 2013. D. Cara Pengukuran Data 1. Teknik pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner pada ibu-ibu. Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal dari Puskesmas Blang Bintang untuk mengetahui jumlah ibu-ibu yang menyusui. 2. Instrumen Penelitian Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan menggunakan lembar check list mengenai teknik menyusui, 4 pertanyaan tentang kelancaran ASI.

38 E. Definisi Operasional Variabel Defenisi operasional Cara ukur Alat ukur Skala Ukur Hasil ukur 1 2 4 3 6 5 Variabel dependen Kelancaran ASI Kuesioner Banyaknya ASI yang keluar, serta Kelancaran ASI. Dinilai melalui indikator ibu dan bayi. Variabel independen Teknik Cara memberikan menyusui ASI kepada bayi dengan perlekatan, posisi ibu dan jadwal menyusui bayi dengan benar Observasi, check list dengan kriteria: - Kurang lancar, bila tidak menjawab salah satu pertanyaan - Lancar, bila menjawab semua pertanyaan yang ada Observasi, check list dengan kriteria: - Kurang baik, bila x 17, 5 - Baik, bila x 17.5 Kuesioner Ordinal - Kurang lancar - Lancar Ordinal - Kurang baik - Baik F. Pengolahan dan Analisa Data 1. Cara pengolahan data Metode pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) sebagai berikut : a. Editing data (memeriksa), yaitu dilakukan setelah semua data terkumpul melalui pengecekan daftar isian. Tahap ini bertujuan untuk memeriksa kelengkapan isian data. b. Coding data (memberikan kode), yaitu memberi tanda kode terhadap kuesioner yang telah diisi dengan tujuan untuk mempermudah proses pengolahan data selanjutnya.

39 c. Transfering (mentransfer data), yaitu tahap untuk memindahkan data ke dalam tabel pengolahan data d. Tabulating (data bentuk tabel) data adalah melakukan klarifikasi data, yaitu mengelompokkan data variabel masing-masing berdasarkan kuisioner untuk dimasukkan ke dalam tabel. Pada observasi tentang teknik menyusui penilaian yang diberikan setiap 1 pertanyaan diberi nilai 1 yang berjumlah 21 pertanyaan. Adapun tentang pengolahan data teknik menyusui adalah: a. Kurang baik, bila x < 17,5 b. Baik, bila x 17,5 Data kelancaran ASI adalah: a. Kurang lancar, jika responden menjawab tidak pada salah satu pertanyaan b. Lancar, jika responden menjawab semua pertanyaan yang ada 2. Analisa Data Analisa data dilakukan dengan cara: a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari masingmasing variabel yang telah diteliti dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Teknik menyusui dikategorikan berdasarkan 2 kategori yaitu baik bila x x dan kurang baik bila x < x dengan menentukan persamaan :

40 x x n Dimana : x : Rata-rata ukur x : Jumlah rata-rata ukur n : Jumlah sampel Untuk perhitungan persentase dari masing-masing variabel digunakan rumus (Machfoedz, 2009) : p f 1 x 100 n Keterangan: P = persentase f 1 = frekuensi n = sampel 100% = bilangan tetap b. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel independen yang diduga mempunyai hubungan denganvariabel dependen. Untuk menguji hipotesis dilakukan analisa statistik dengan uji chi-square dengan menggunakan program sistem komputer yaitu program SPSS (Statistical Program For Social Science) versi 16.0 pada tingkat kepercayaan = 0,05. 1) Ha di tolak : Jika p value > 0,05, artinya tidak ada hubungan variabel independen dengan variabel dependen. 2) Ha di terima : Jika p Value < 0,05 artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Wilayah kerja puskesmas Blang Bintang terletak di Kecamatan Blang Bintang Kabupate Aceh Besar, terdiri dari 26 Desa dengan luas Wilayah 70,51 Km 2, dengan batas wilayah Puskesmas Darul Imarah adalah sebagai berikut : 1. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Ingin Jaya 2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kuta Baro 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Mesjid Raya 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Montasik Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2012 yaitu 11.369 jiwa terdiri dari 2.289 rumah tangga. Jumlah ibu hamil tahun 2012 yaitu 259 orang sedangkan ibu menyusui berjumlah 382 orang. Jumlah bayi yang menyusui yaitu 382 orang. Sedangkan jumlah bidan yang terdapat di Puskesmas Blang Bintang 40 orang, Bidan yang pernah mengikuti pelatihan konseling menyusui berjumlah 27 orang. B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus 2013 terhadap 45 orang responden. Adapun hasil penelitian ini dari seluruh yang diteliti maka didapat hasil seperti pada tabel di bawah ini : 41

42 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 No Umur Frekuensi % 1 2 3 19 25 tahun 26 35 tahun 36 tahun 18 24 4 40,0 53,3 6,7 Total 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013) Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 24 orang (53,3%) berada pada kelompok umur 26 35 tahun dan 4 orang (6,7%) berada pada kelompok umur 36 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. b. Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 No Pendidikan Frekuensi % 1 2 3 Dasar Menengah Tinggi 13 26 6 28,9 57,8 13,3 Total 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013) Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang berpendidikan menengah dan 6 orang (13,3%) yang berpendidikan tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.

43 c. Paritas Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 No Paritas Frekuensi % 1 2 3 Primipara Multipara Grande Multipara 13 28 4 28,9 62,2 8,9 Total 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013) Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 28 orang (62,2%) yang responden multipara dan 4 orang (8,9%) yang responden grande multipara di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. d. Pekerjaan Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 No Pekerjaan Frekuensi % 1 2 3 4 IRT Pedagang Wiraswasta PNS 33 5 2 5 73,3 11,1 4,4 11,1 Total 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013) Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 33 orang (73,3%) yang bekerja sebagai IRT dan 2

44 orang (4,4%) yang bekerja sebagai wiraswasta di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. 2. Analisa Univariat a. Teknik menyusui Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tekni Menyusui Di Wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar No Teknik Menyusui Frekuensi % 1 2 Kurang baik Baik 19 26 42,2 57,8 Jumlah 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013) Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang melakukan teknik menyusui dengan baik dan 19 orang (42,2%) yang melakukan teknik menyusui kurang baik di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. b. Kelancaran ASI Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran ASI Di Wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar No Kelancaran ASI Frekuensi % 1 2 Kurang lancar Lancar 16 29 35,6 64,4 Jumlah 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)

45 Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 29 orang (64,4%) yang lancarnya ASI ibu dan 16 orang (35,6%) yang kurang lancar lancarnya ASI ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. 3. Analisa Bivariat a. Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI Tabel 4.7 Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 No 1 2 Teknik Menyusui Kurang Baik Baik Kelancaran ASI Kurang Jumlah Lancar Lancar f % f % f % 11 57,9 8 42,1 19 100 5 19,2 21 80,8 26 100 Total 16 35,6 29 64,4 45 100 Sumber : Data primer (di olah tahun 2013) p Value 0,018 Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa responden yang teknik menyusuinya kurang baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya kurang lancar, dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang responden (80,8%) yang lancarnya ASI. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada = 0,018 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar

46 C. Pembahasan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang teknik menyusuinya kurang baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya kurang lancar, dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang responden (80,8%) yang lancarnya ASI. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada = 0,018 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. Perlekatan menyusu (Latch on) adalah menempelnya mulut bayi di payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang memperhatikan letak tubuh bayi secara keseluruhan terhadap tubuh ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga menghindari luka pada puting, karena pada perlekatan yang benar, puting tidak akan bergesekan dengan langit-langit bayi yang keras, melainkan jatuh di tengah rongga tenggorokan bayi, sehingga tidak akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh karena itu perlekatan menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses menyusui (Sulytiawati, 2009). Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan