SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Usulan mengenai mekanisme distribusi insentif telah diajukan oleh

MEKANISME DISTRIBUSI INSENTIF REDD+

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF

SINTESA RPI PENGUATAN TATA KELOLA KEHUTANAN. Koordinator: Dr. Ir. Sulistya Ekawati MSi

STATUS PEROLEHAN HAKI PUSPIJAK

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

Mempersiapkan Program Pengurangan Emisi dalam Kerangka Skema Carbon Fund

KONTRIBUSI (PERAN) SEKTOR KEHUTANAN DALAM PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM

PENYIAPAN REGULASI: DISTRIBUSI TANGGUNGJAWAB DAN INSENTIF REDD+

GROUP E Pendanaan dan Distribusi Manfaat. No Pertanyaan Indikatif Scope of Discussion 1. Bagaimana status skema-skema pendanaan dan distribusi manfaat

Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan Website:

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

MEKANISME DISTRIBUSI PEMBAYARAN REDD : Studi Kasus Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan PUSLITSOSEK 2009

LOKAKARYA MONITORING DAN PELAPORAN PERMANEN SAMPEL PLOT DI PROPINSI NTB

pembayaran atas jasa lingkungan

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

No Pemberi Saran Saran Tanggapan/Comments

Ketidakpastian Pasar Karbon

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan Pelaksanaan REDD

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Gambar 2.1. Grafik rata-rata persepsi ideal proporsi alokasi DBH PSDH di 4 Kabupaten

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

POTENSI MOBILISASI PENDANAAN DALAM NEGERI UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM SEKTOR KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

PEMANFAATAN JASA KARBON HUTAN DI KAWASAN HUTAN KONSERVASI Operasionalisasi Peran Konservasi kedalam REDD+ di Indonesia

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN

Prinsip Kriteria Indikator APPS (Dokumen/ Bukti Pelaksanaan) ya/ tidak 1) Jika tidak/belum, apa alasannya 3) Keterangan 2)

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Ketidakpastian Pasar Karbon UNTUK REDD+ DI INDONESIA?

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

Isebagai satu negara dengan luasan hutan terbesar ketiga dunia,

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

RENSTRA PUSPIJAK

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Renstra kementrian Kehutanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Evaluasi Kegiatan

RPPI 14 Keekonomian/Daya Saing Industri dan Kebijakan Tata Kelola LHK

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

(KEBIJAKAN) TATA KELOLA DAN EKONOMI KEHUTANAN

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

MENUJU PERDAGANGAN KARBON DARI KEGIATAN DA REDD+: PEMBELAJARAN DARI DA REDD+ DI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI INDONESIA ITTO PD 519/08 REV.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

19/11/2014. Disampaikan pada: RAPAT EVALUASI LITBANG HOTEL PERMATA, 13 NOVEMBER 2014 OUTLINE

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

STANDAR DAN KRITERIA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN I. BATASAN SISTEM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

Definisi menurut FAO: Forest tenure detemines who can use what resources, for how long and under what conditions. Forest tenure is abroad concept

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

REDD+ dan Tata Kelola Pemerintahan

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PENGARUH IMBAL JASA LINGKUNGAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Disampaikan pada Kegiatan Alih Teknologi Jasa Lingkungan, 23 Mei 2013

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

Brainstroming Program Litbang Disampaikan oleh: Sekretaris Badan Litbang Kehutanan

Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Sintesis Penelitian Integratif 25. Bogor, 19 Maret 2015

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 20/KPTS-II/2001 TENTANG POLA UMUM DAN STANDAR SERTA KRITERIA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN MENTERI KEHUTANAN,

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Tata ruang Indonesia

Transkripsi:

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI Koordinator DEDEN DJAENUDIN

TARGET OUTPUT RPI 2010-2014 SINTESA OUTPUT 1: OUTPUT 2: OUTPUT 3: OUTPUT 4: OUTPUT 5: Sosial budaya REDD+ Kebijakan, tatakelola dan kelembaga an REDD+ distribusi insentif dan manfaat REDD+ Pasar dan pendanaa n REDD+ biaya, manfaat dan resiko REDD+ Ditargetkan dapat dicapai melalui 6 Kelompok Judul Penelitian pada 31 Satker/UPT Badan Litbang

REALISASI OUTPUT RPI 2010-2014 SINTESA OUTPUT 1: OUTPUT 2: OUTPUT 3: OUTPUT 4: OUTPUT 5: Analisis sosial budaya REDD+ Kebijakan, tatakelola dan kelembaga an REDD+ Distribusi insentif dan manfaat REDD+ Pasar dan pendanaa n REDD+ Biaya, manfaat dan resiko REDD+ Kegiatan Penelitian yang telah dilakukan berjumlah 31 Judul Penelitian; dan dilaksanakan di 7 Satker/UPT

HASIL SINTESA RPI (1) Biaya, manfaat dan resiko REDD+ a. Implementasi REDD+ dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan pengelolaan hutan diantaranya melalui pencegahan deforestasi dan peningkatan peran hutan. Dari beberapa lokasi menunjukan bahwa implementasi REDD+ tersebut adalah layak pada tingkat harga karbon tertentu. b. Implementasi REDD+ harus mengikuti kaidah MRV. Untuk dapat mengukur dengan akurat tingkat penurunan emisi diperlukan biaya (operasional dan transaksi) yang tidak kecil. c. Terdapat ketidakpastian yang dihadapi yaitu terkait dengan faktor pendorong deforestasi seperti perambahan dan daya saing karbon terhadap komoditi lain yang rendah. d. Strategi penurunan risiko: memaksimumkan co-benefit dari REDD+, pembentukan sistem insentif, penetapan kebijakan tata ruang, perlindungan kawasan hutan di lokasi, pembiayaan jangka panjang dan penciptaan lapangan kerja off-farm

HASIL SINTESA RPI (2) Sosial budaya REDD+ a. Pemahaman terhadap mekanisme REDD+ masih belum merata baik untuk swasta maupun masyarakat sehingga menghasilkan persepsi dan harapan masyarakat yang berbeda à tingkat keterlibatan masyarakat melalui PADIATAPA b. Peran pemimpin lokal atau tokoh masyarakat setempat (baik formal maupun informal) mempengaruhi perilaku masyarakat à peningkatan pelibatan masyarakat dalam melestarikan hutan. c. Penyediaan alternative mata pencaharian bagi masyarakat

HASIL SINTESA RPI (3) Distribusi insentif dan REDD+ a) Mekanisme distribusi insentif yang efektif, efisien, dan berkeadilan menjadi syarat perlu dalam implementasi REDD+. Hal ini terkait dengan banyaknya stakeholder yang terlibat dan mempunyai kepentingan yang berbeda. b) Terdapat berbagai alternative distribusi insentif yang dikembangkan. Mekanisme yang dipandang sesuai untuk Indonesia adalah Transfer Fiskal (Psat-Daerah) dan PNPM. c) Para pihak yang terkait dalam persiapan implementasi REDD terdiri atas komponen penting yaitu: pemerintah pusat, pemda, swasta, masyarakat, akademisi/ngo, lembaga internasional. Pengelolaan dana/pembiayaan REDD+ dengan menggunakan mekanisme anggaran pemerintah dipandang yang paling efektif dan efisien (infrastruktur mekanisme pendanaan dan pengakuan terhadap kinerja penurunan emisi yang dihasilkan). d) Penetapan proporsi distribusi insentif berdasarkan tanggung jawab (peran dan biaya) à value change analysis

HASIL SINTESA RPI (4) Kebijakan, Kelembagaan dan Tata kelola REDD+ a) Kelembagaan REDD+ nasional mencakup kapasitas dan tanggung jawab stakeholder (pemerintah, swasta dan masyarakat) yang terlibat dan aturan hubungan antar stakeholder tersebut. Bentuk kelembagaan ini mempengaruhi baik biaya koordinasi - biaya transaksi - maupun motivasi mereka yang terlibat. b) Model kelembagaan dengan stakeholder yang mempunyai tupoksi dan terkena dampak implementasi REDD+, dukungan peraturan dan distribusi manfaat yang jelas akan menjadi kunci keberhasilan implementasi REDD+ secara efektif, efisiens, dan berkeadilan. c) Telah banyak kegiatan-kegiatan REDD+ dalam skala percontohan atau kecil, akan tetapi sampai dengan sekarang tidak dapat dilacak dan tidak diketahui informasinya sampai seberapa besar penurunan emisi yang telah dihasilkan, dan sumber pembiayaannya. d) Keterbukaan informasi antar sektor dan sosialisasi prosedur dan metodologi pengukuran dan mekanisme pelaporan kinerja penurunan emisi perlu ditingkatkan. Langkah ini diperlukan untuk lebih memantapkan sistem MRV Indonesia à pengembangan

HASIL SINTESA RPI (4) Pasar dan pendanaan REDD+ a) Sumber pembiayaan REDD+: mekanisme pasar dan non pasar b) Potensi permintaan penurunan emisi dari REDD+ sangat tinggi à diperlukan upaya untuk mendatangkan dan menarik sumber pembiayaan REDD+ internasional dan sumber lain. Kondisi ini membuka peluang pasar karbon sukarela dan pendanaan nonmarket menjadi alternatif pembiayaan implementasi REDD+ yang potensial. c) Permasalahan utama dalam implementasi REDD+ à kepastian modal d) Pembentukan instrumen pendanaan yang mampu menstimulasi implementasi REDD+ dalam bentuk kontrak dengan pembeli dengan pembayaran dimuka. e) Alternatif lain sumber pembiayaan REDD+ adalah dengan mobilisasi investasi swasta. Dalam pengelolaan hutan di Indonesia, telah menerapkan sistem pengelolaan sumberdaya

HASIL SINTESA RPI (2) Peningkatan peran swasta dapat dilakukan melalui : a) penyusunan standarisasi metodologi dan mekanisme pengumpulan data dari unit managemen b) penyediaan insentif (fiskal & non fiskal) atas inisiatif unit managemen seperti eg. pengalokasian DR untuk upaya rehabilitasi tingkat tapak c) kejelasan benefit sharing ; d) ketegasan pemerintah atas national compliance terhadap standar yang dikembangkan pasar.

JURNAL Tingkat kesiapan implementasi REDD di Indonesia berdasarkan persepsi para pihak, studi kasus Riau Persepsi para pihak tentang mekanisme distribusi insentif REDD melalui dana perimbangan pusat dan daerah Upaya pembangunan Hutan Tanaman Industri Terhadap Penurunan Emisi Karbon Faktor Penentu Keberhasilan Implementasi Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan Analisis peran para pihak dalam rancangan mekanisme distribusi insentif REDD+ Analisis resiko kegagalan imple-mentasi REDD+ di Prop Riau Potensi stok karbon dan tingkat emisi pada kawasan DA di KEMANFAATAN (OUTCOME) BUKU: Redd+ dan Forest Governance Pedoman pengukuran karbon mendukung penerapan REDD+ Pendanaan dan Distribusi Pembayaran untuk REDD

KEMANFAATAN (OUTCOME) JURNAL Identifikasi tenurial sebagai prakondisi untuk implementasi REDD Analisis resiko kegagalan implementasi REDD+ di Prop Riau Penguatan tata kelola kepemerintahan untuk implementasi REDD+ di Indonesia Analisis kesiapan tiga kabupaten di Kalimantan dalam upaya mendukung implementasi REDD+ Analisis kesiapan tiga kabupaten di Kalimantan dalam upaya mendukung implementasi REDD+ Potensi simpanan karbon di kawasan hutan Dukungan Kelembagaan Lokal dalam implementasi REDD+ di Pulau Lombok POLICY BRIEF Bagaimana Pandangan para aktor yang terkait dengan implementasi REDD+ di daerah? Bagaimana mekanisme Distribusi peran dan manfaat REDD + yang efisien dan berkeadilan? Opsi mekanisme distribusi insentif untuk REDD+

KEMANFAATAN (OUTCOME) POLICY BRIEF Inter governmental fiscal transfer for conservation management : the case of REDD in Indonesia Biodiversity as an important part of REDD+ mechanism benefit Bagaimana menyikapi ketidakpastian pasar karbon? POSTER, LEAFLET & FLYER Tenure Identification as a Starting Point of REDD+ (Poster Presentation INAFOR 2011) Rekomendasi pendanaan dan distribusi insentif REDD+ Inter governmental fiscal transfer for conservation management : the case of REDD in Indonesia Local stakeholder s perception on REDD+ Apa kata generasi muda tentang perubahan iklim Apa kata generasi muda tentang perubahan iklim Padiatapa : semangat partisipasi REDD+ Perubahan iklim hutan dan Redd Study of traditional agroforestry system in West Nusa Tenggara :Finding The Alternatif of da REDD based on carbon stockssite

KEMANFAATAN (OUTCOME) NASKAH AKADEMIK Naskah akademis usulan revisi PP Nomor 59 tahun 1998 à PP No. 12 Tahun 2014 Naskah akademis Perdagangan Sertifikat Penurunan Emisi Karbon Hutan Indonesia à Permenhut No. 50 Tahun 2014 Naskah akademis Penerapan teknik silvikultur untuk usaha penyerapan dan/atau penyimpanan karbon di hutan produksi

PERMASALAHAN UTAMA Kegiatan mitigasi perubahan iklim sampai dengan tahun 2014 masih dalam tahapan fase readiness. Belum sampai ke perdagangan karbon. Proses pembelajaran sangat tergantung pada kegiatan DA REDD. Sementara itu setiap DA mempunyai inti kegiatan yang berbeda-beda. Isu mitigasi perubahan iklim sangat dinamis. Kesepakatan internasional masih berkembang. Kebijakan REDD+ sangat tergantung pada hasil kesepakatan internasional Lembaga REDD+ (nasional dan sub nasional) sudah terbentuk tetapi belum berjalan secara efektif

REKOMENDASI UNTUK 2015-2019 Perlunya pengembangan system registry kegiatan penurunan emisi sector kehutanan, mengingat banyaknya inisiatif, sumber pembiayaan, dan DA REDD+ yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Manfaat sistem registry ini diantaranya akan memudahkan pelacakan sumber penurunan emisi dan menghindari double counting dalam pengukuran penurunan emisi Investasi swasta merupakan potensial sumber pembiayaan implementasi REDD+. Pemerintah yang mengeluarkan dukungan kebijakan untuk implementasi REDD+ à mengkaji kemauan swasta untuk terlibat dalam aksi mitigasi PI sector kehutanan. Perlunya mengidentifikasi program-program di KLHK yang mendukung terhadap mitigasi PI, kemudian mengukur efekvitas (cost effectiveness) dari setiap program tersebut à menentukan prioritas program untuk percepatan pencapaian target penurunan emisi 26% di tahun 2020.