A.Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. hukum antar manusia maupun badan hukum sebagai subjek hukum, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN TERHADAP PIHAK KETIGA (PASCA PUTUSAN MAHKMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat bagi pihak awam hukum, baik jasa untuk mewakili klien

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut (Subekti, 1979:7-8). Selain lahir

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari kegiatan pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan pada. (APBN/APBD) yang jumlahnya tidaklah sedikit.

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata. perikatan yang lahir dari undang undang. Akibat hukum suatu perikatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

BAB I PENDAHULUAN. (UUD 1945).Sebagai salah satu negara hukum, Indonesia, harus menjunjung

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

RESUME TESIS KEABSAHAN BADAN HUKUM YAYASAN YANG AKTANYA DIBUAT BERDASARKAN KETERANGAN PALSU

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

KEDUDUKAN DAN KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM SISTEM HUKUM KONTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga dibutuhkan adanya aturan yang disebut dengan hukum. adanya hukum sebagai suatu norma dalam masyarakat diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah berdirinya Negara Indonesia, para Foundingfathers (para pendiri

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

KONSEKUENSI HUKUM BAGI SEORANG ARBITER DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

PENEMUAN HUKUM OLEH HAKIM INDONESIA. Abstrak

BAB IV PENUTUP. baik itu tindakan wanprestasi ataupun perbuatan melawan hukum yang

Transkripsi:

A.Latar Belakang Masalah Setiap manusia hidup mempunyai kepentingan. Guna terpenuhinya kepentingan tersebut maka diperlukan adanya interaksi sosial. Atas interaksi sosial tersebut akan muncul hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Namun, dalam upaya pemenuhan hak dan kewajiban tersebut dapat menimbulkan suatu konflik akibat adanya perbedaan kepentingan. Sehingga, guna mengantisipasi adanya konflik tersebut maka terciptanya hukum. Menurut E.Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan, sehingga pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah atau penguasa itu 1. Hukum mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, antara orang dengan masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Hukum mengatur mengenai hubungan hukum. Hubungan hukum adalah hubungan yang diatur oleh hukum menimbulkan hak dan kewajiban hukum bagi setiap warga atau pribadi dalam hidup bermasyarakat dan jika hak dan kewajiban itu tidak dipenuhi maka dapat dikenakan sanksi menurut hukum. Hubungan hukum itu timbul karena adanya peristiwa hukum berupa perbuatan, kejadian, dan keadaan. Suatu hubungan hukum menimbulkan prestasi 2. Hubungan hukum itu dapat bersifat privat maupun bersifat publik. Hubungan hukum yang bersifat privat diatur berdasarkan hukum privat. Hukum privat adalah hukum yang mengatur kepentingan pribadi atau hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang lainnya dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan. Hubungan hukum yang bersifat publik yaitu hubungan hukum yang diatur berdasarkan hukum publik. Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan 3. Hukum tercipta maka manusia hidup harus taat pada hukum. Hal ini guna menghindari adanya konflik antar sesama manusia. Hukum itu berfungsi untuk mengatur perilaku manusia. Namun, adanya hukum tidak dapat dipungkiri konflik antar sesama manusia karena adanya perbedaan kepentingan salah satunya. Hukum juga mengatur bagaimana cara penyelesaian konflik agar terciptanya kondisi yang harmonis. Upaya penyelesaian konflik lebih diutamakan dengan cara kekeluargaan terlebih dahulu. Namun, upaya penyelesaian 1 Ishaq. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm: 3. 2 Abdulkadir Muhammad. 1990. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hlm: 198-199. 3 Ishaq. Op.Cit. Hlm: 121.

konflik dengan cara kekeluargaan jarang terwujud sehingga para pihak lebih menyerahkan konflik ke hakim melalui pengadilan. Hakim dalam memutus perkara harus bersifat mandiri, bebas dari pengaruh pihak manapun, jujur dan tidak memihak di sidang pengadilan serta harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan maupun peraturan hukum yang berlaku. Para pihak mengajukan sengketa di pengadilan guna menyelesaikan sengketa yang dihadapi para pihak dengan bantuan hakim. Tujuan menyelesaikan sengketa di pengadilan adalah untuk menuntut suatu hak karena tidak terpenuhinya kewajiban yang mengakibatkan pihak lain merugi. Salah satunya dalam lingkup hukum perdata guna meminimalisir kelalaian para pihak dalam memenuhi hak dan kewajibannya maka kehendak dari para pihak diperjanjikan secara tertulis. Hal ini dibuat secara tertulis dengan pertimbangan apabila suatu hari perjanjian yang telah tercapai kata sepakat dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak kemudian salah satu pihak tersebut mempermasalahkan perjanjian tersebut maka dapat digunakan sebagai alat bukti. Pada sengketa perdata dengan register Nomor 186/Pdt.G/2012/PN.Ska yaitu sengketa antara ahli waris dari almarhum R.M.T.Wirjodiningrat dengan Mohammad Jaril yaitu Mohammad Jaril merasa memiliki hak atas tanah perceel bekas Recht van Eigendom Nomor 295 Sriwedari, Surakarta berdasarkan perjanjian yang dibuat dihadapan Notaris yang tertuang dalam Akta Notaris Nomor 3 tertanggal 3 Maret 2006 beserta kuasa yang diberikan ahli waris dari almarhum R.M.T.Wirjodiningrat kepada Mohammad Jaril tertuang dalam Akta Kuasa Nomor 4 tertanggal 3 Maret 2006. Kuasa tersebut merupakan satu kesatuan dengan perjanjian. Atas kuasa tersebut oleh Pemberi Kuasa yaitu ahli waris dari almarhum R.M.T..Wirjodiningrat melakukan pencabutan kuasa secara sepihak dihadapan Notaris yang tertuang dalam Akta Pencabutan Kuasa Nomor 14 tertanggal 4 Desember 2009. Menurut hukum, Hakim Pengadilan Negeri Surakarta memutus bahwa perjanjian tersebut dibuat secara sah sesuai dengan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang selanjutnya disebut dengan KUHPerdata maka perjanjian yang dibuat dihadapan Notaris dengan Akta Nomor 3 tertanggal 3 Maret 2006 tersebut tidak dapat ditarik secara sepihak oleh Pemberi Kuasa tanpa persetujuan dari Penerima Kuasa sehingga perjanjian tersebut masih mempunyai kekuatan hukum sah dan mengikat kedua belah pihak. Berkaitan dengan akta pencabutan kuasa secara sepihak tersebut, hakim berpendapat bahwa kuasa yang dilakukan pencabutan kuasa secara sepihak tersebut merupakan satu kesatuan dengan perjanjian dalam akta Notaris Nomor 3 tersebut dan tidak didasarkan kepada alasan yang sah menurut hukum sehingga pencabutan kuasa tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

Selain itu, gugatan atas perjanjian jual beli dan pencabutan kuasa secara sepihak tersebut berkaitan dengan objek dari Tanah perceel bekas Recht van Eigendom Nomor 295 Sriwedari, Surakarta yang biasa disebut dengan tanah Sriwedari merupakan tanah yang mempunyai sejarah yang terletak di Kota Surakarta sehingga menjadikan Tanah Sriwedari sebagai ikon kota Surakarta dan menjadi aset budaya bagi masyarakat di Surakarta. Tanah Sriwedari merupakan taman yang menjadi pusat hiburan, seni dan budaya di Surakarta yang terdiri dari Museum Radya Pustaka, Taman Hiburan Rakyat yang disebut dengan THR Sriwedari Solo, Gedung Wayang Orang, Taman Segaran, Stadion Sriwedari dan lainnya 4. Sehingga, menurut hakim Pengadilan Negeri Surakarta berpendapat bahwa objek dari perjanjian tersebut sebagai cagar budaya Kota Surakarta dikabulkan. Pada dasarnya para pihak telah diberikan kebebasan oleh undang-undang untuk mengatur sendiri perjanjian misal mengenai hukum mana perjanjian itu akan tunduk, apakah perjanjian itu dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan atau dibuat secara notariil, mengenai isi serta syarat-syarat dan sebagainya. Namun, dengan kebebasan tersebut tidak dapat mengesampingkan prinsip-prinsip kejujuran, kepantasan, keadilan dan kepastian hukum. Hal ini sebagai konsekuensi dari Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian yang dibuat berdasarkan kesepakatan bersama maka perjanjian sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya dengan memperhatikan syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perjanjian telah dibuat oleh para pihak atas dasar kebebasan kontrak yang kemudian diingkari isinya dan mengajukan pembatalan ke pengadilan. Pengingkaran ini dilakukan oleh penggugat sebagai pihak yang merasa dirugikan dan lain pihak dalam perjanjian meminta kepada hakim untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut batal demi hukum 5. Para pihak membuat perjanjian secara tertulis dihadapan Notaris. Peran dari Notaris atas perjanjian adalah Pejabat Umum yang telah memberikan jasa hukum kepada masyarakat dalam membuat perjanjian-perjanjian, perbuatan hukum yang dikehendaki oleh masyarakat selanjutnya dituangkan dalam akta Notaris. Tujuan dari dibuatnya akta Notaris adalah untuk menjamin kepastian hukum bagi para pihak yang telah melakukan perjanjian maupun 4 Pradikta Dwi Anthony.2012. Taman Sriwedari: Pusat Hiburan, Seni dan Budaya di Surakarta. http://www.travellers.web.id/indonesia/central-java/sirwedari-park yang diakses pada tanggal 17 Januari 2015 pada pukul 07.09 WIB. 5 Nindyo Pramono.2010. Problematika Putusan Hakim Dalam Perkara Pembatalan Perjanjian. Jurnal Mimbar Hukum Volume 22 Nomor 2, Juni 2010.

perbuatan hukum lainnya. Notaris dalam menjalankan profesinya harus memperhatikan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) maupun peraturan perundang-undangan lainnya. Notaris dalam menjalankan profesinya juga harus memperhatikan aspek kehatihatian, aspek ketelitian, aspek kejujuran, aspek kecermatan. Hal ini perlu dilakukan oleh Notaris karena adanya akta Notaris adalah untuk menjamin kepastian hukum bagi masyarakat. Notaris dalam membuat akta juga dituntut akan pertanggung jawaban atas akta yang dibuatnya. Notaris dalam membuat akta harus memperhatikan ketentuan dalam peraturan perundangan-undangan guna menghindari akta tersebut dapat dikatakan cacat atau kehilangan otentitasnya. Hal ini dikarenakan Notaris dalam menjalankan tugasnya memberikan jaminan kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum melalui akta yang dibuatnya. Selain itu, Notaris sebelum mengkonstatir kehendak dari para pihak, Notaris dapat melakukan penyluhan hukum terlebih dahulu terhadap perbuatan hukum para pihak yang akan dikonstatir ke dalam akta Notaris. Sehingga, Notaris dalam membuat akta telah memberi kepastian hukum maka akta yang dibuat dihadapan Notaris atas kehendak dari para pihak tersebut dapat menjadi salah satu alat bukti adanya hubungan hukum bagi para pihak yang membuatnya manakala telah terjadi sengketa baik itu wanprestasi atau perbuatan melawan hukum sehingga sengketa tersebut diajukan dihadapan hakim untuk diputus dengan putusan yang baik dan proporsional yaitu memenuhi tiga unsur yaitu unsur keadilan, unsur kepastian hukum dan unsur kemanfaatan. Atas gugatan tersebut telah diputus oleh hakim dalam putusan Pengadilan Negeri Surakarta nomor 186/Pdt.G/2012/PN.Ska juncto putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor 330/Pdt/2013/PT.Smg juncto putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2086 K/Pdt/2014 6 dengan amar putusan sebagai berikut: 1. Tidak sah menurut hukum Akta Notaris Nomor 03 tanggal 3 Maret 2006 yang berisi perjanjian pelepasan hak atas tanah perceel berkas Recht van Eigendom (RvE) Verponding Nomor 295 Sriwedari Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah; 2. menurut hukum bahwa pencabutan secara sepihak oleh ahli waris dari almarhum R.M.T. Wirjodiningrat atas Surat Kuasa dalam Akta Notaris Nomor 04 tanggal 3 Maret 2006 yang dicabut dengan Akta Notaris Nomor 14 tanggal 4 Desember 2009 yang 6 Anonim.http://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/perkara/perkara_detail.php?id=2c4a2560-655a-155a- 9a14-30393131 yang diakses pada tanggal 14 Januari 2015 pada pukul 09.07 WIB.

dibuat oleh dan dihadapan salah satu Notaris/PPAT di Surakarta adalah berkekuatan hukum dengan segala akibatnya; 3. tidak sah menurut hukum Surat Kuasa dari ahli waris almarhum R.M.T. Wirjodiningrat kepada Mohammad Jaril sebagaimana dalam Akta Notaris Nomor 04 tanggal 3 Maret 2006 yang dibuat oleh dan dihadapan salah satu Notaris/PPAT di Surakarta dan secara hukum mempunyai kekuatan berlaku mengikat; Pada dasarnya perjanjian yang dibuat berdasarkan kesepakatan bersama tidak dapat ditarik kembali selain kesepakatan kedua belah pihak untuk mengakhiri perjanjian. Namun, Hakim Mahkamah Agung menyatakan akta perjanjian dan akta pemberian kuasa tersebut yang dibuat berdasar kesepakatan bersama telah dinyatakan tidak sah dan akta pemberian kuasa tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Sedangkan akta pencabutan kuasa secara sepihak atas akta pemberian kuasa yang dibuat sebelumnya berdasarkan kesepakatan bersama dinyatakan oleh hakim mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Berdasarkan hal tersebut hakim telah mempunyai pertimbangan-pertimbangan yangmana dijadikan dasar bagi hakim untuk memutus sedemikian rupa. Hakim dalam menjatuhkan putusan didasari landasan filsafat yang mendasar, dengan mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam menjatuhkan putusan dengan tujuan penegakan hukum dan memberi keadilan bagi para pihak yang berperkara. Hakim dalam menjatuhkan putusan tidak hanya mengedepankan keadilan dalam arti formil dan juga keadilan dalam substantif, yaitu dengan mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan oleh para pihak, antara lain aspek pendidikan, aspek kemanusiaan, aspek kemanfaatan, aspek penegakan hukum, aspek kepastian hukum maupun aspek lainnya 7. Selain itu, hakim dalam menjatuhkan putusan mempertimbangkan unsur keadilan, hakim juga harus memperhatikan unsur kepastian hukum dan unsur kemanfaatan. Meskipun demikian, Hakim dalam memutus perkara harus tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, asas-asas yang berlaku maupun nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat. Hakim dalam hal memutus perkara dapat menentukan hukum yang berlaku yang sesuai dengan pokok perkara guna tercapainya tujuan yang dikehendaki para pihak. 7 Ahmad Rifai. 2010. Penemuan Hukum Oleh hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm: 110.

Berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, Hakim dalam memutus perkara lebih mengutamakan hukum tertulis. Pada prinsipnya hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan berupa peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematis, lengkap dan tuntas. Sistematis karena dalam sistem hukum di antara bagiannya berupa aturan hukum itu, tidak boleh ada pertentangan satu sama lain. Lengkap dan tuntas karena demi kepastian hukum, diluar kodifikasi tidak diakui adanya aturan hukum. Hal ini berbeda dengan hukum yang berlaku di negara yang menganut sistem hukum Anglo Saxon (common law), hakim mempunyai peranan yang besar dalam menciptakan kaedah hukum yang mengatur tata kehidupan masyarakat. Hakim mempunyai kewenangan yang luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang sejenis. Namun, sebagai akibat dari dinamika kehidupan sosial politik masyarakat yang terus berkembang, maka sistem hukum Indonesia tidak sepenuhnya terikat pada sistem hukum Eropa Kontinental, karena ada beberapa sistem hukum Anglo Saxon diadopsi ke dalam sistem hukum Indonesia. Hakim dalam hal ini tidak hanya sebagai penerap undang-undang saja akan tetapi hakim mempunyai kebebasan untuk membuat hukum guna memutus perkara yang diajukan kepadanya berdasarkan keyakinan. Kebebasan tersebut bukan berarti tanpa batas, artinya hakim dalam memutus perkara harus dalam koridor hukum yang berlaku. Berkaitan dengan hakim yang memutus dalam putusan Pengadilan Negeri Surakarta nomor 186/Pdt.G/2012/PN.Ska juncto putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor 330/Pdt/2013/PT.Smg juncto putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2086 K/Pdt/2014 bahwa akta perjanjian tidak sah dan kuasa tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum yang tetap sedangkan akta pencabutan kuasa secara sepihak tersebut mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Perihal hakim memutus sedemikian rupa, hakim telah melakukan berbagai pertimbangan guna tercapainya keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan. Berdasarkan uraian yang diuraikan oleh penulis, maka penulis mengkaji mengenai pertimbangan hakim yang memutus pencabutan kuasa secara sepihak oleh Pemberi kuasa, sah dan mengkaji mengenai akibat hukum bagi Notaris yang membuat akta pencabutan kuasa tersebut dalam penulisan hukum yang berjudul Kebatalan Akta Kuasa yang Dibuat Dihadapan Notaris (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2086K/PDT/2014).