PENINGKATAN KOMPETENSI WIDYAISWARA MELALUI KOLABORASI PENYELENGGARAAN DIKLAT DENGAN LEMBAGA LAIN. Oleh :

dokumen-dokumen yang mirip
V. IMPLIKASI MANAJERIAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan dari temuantemuan

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam

Dalam bab penutup ini akan menyajikan tiga masalah pokok, yaitu

Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium

PEDOMAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PANDEGLANG,

Kebijakan Umum Dekan

RENCANA KINERJA TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diklat Aparat Desa Melalui Mobile Training

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2014

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian:

Satuan Kredit Profesi (SKP) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) PENDAHULUAN

2014, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemb

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi seperti saat ini, harus dipersiapkan sumber daya manusia

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian

AKREDITASI PROGRAM STUDI MAGISTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

P A N D U A N PELAKSANAAN KEGIATAN KELOMPOK KERJA TUTOR ( KKT ) KKT KEAKSARAAN, KKT PAUD (TK,KB, TPA,SPS) DISUSUN OLEH TIM UPTD PKB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 MANAJEMEN DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DI BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

STANDAR MUTU AKADEMIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BAB IV UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SMP MELALUI MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SEMARANG

IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA

RENCANA OPERASIONAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Tahun

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang

2016, No mineral untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis dan dapat dilaksanakan secara berjenjang; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seba

Profesionalisme Pengelolaan Diklat dengan Prinsip Tahu, Mau, dan Tanggung Jawab (TMT)

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Biro Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2013

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA TAHUN ANGGARAN 2015

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun

RENCANA INDUK PENELITIAN (RIP) AKADEMI PEREKAM MEDIS DAN INFORMATIKA KESEHATAN (APIKES) CITRA MEDIKA SURAKARTA TAHUN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai

VII. PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut :

PENTINGNYA WORKSHOP DAN PELATIHAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIDYAISWARA DALAM MEMBUAT KARYA TULIS ILMIAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. khususnya kompetensi pedagogik adalah kesadaran akan melakukan evaluasi diri

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

2015 ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 58 /KPTS/013/2015 TENTANG

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Arahan Kebijakan

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 INDIKATOR

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS

BAB V PENUTUP. penulis dapat mengambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Strategik LP Ma arif NU Kabupaten Kudus Periode menurut

Sistem Kerja, Kompetensi dan Budaya Kerja Berorientasi Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Setiap kegiatan yang dilakukan suatu organisasi tentu membutuhkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

RENSTRA PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK PERPIPAAN POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus

RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL

PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RENCANA OPERASIONAL PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN STIE KBP TAHUN

RINCIAN KERTAS KERJA SATKER T.A 2016

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

2016, No menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana; Mengingat

PEDOMAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH INDONESIA DI LUAR NEGERI (SILN) SECARA ONLINE

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

Petunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah

Analisis Pengembangan Karir Jabatan Fungisional Peneliti Di Balai Litbang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Magelang Tahun 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 86 /KPTS/013/2014 TENTANG

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

Transkripsi:

1 PENINGKATAN KOMPETENSI WIDYAISWARA MELALUI KOLABORASI PENYELENGGARAAN DIKLAT DENGAN LEMBAGA LAIN Oleh : Diah Zuhriana Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Bogor I. PENDAHULUAN Peran widyaiswara sangat strategis dalam proses transformasi kualitas sumber daya aparatur. Harsono (2009) menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan diklat ditentukan oleh kualitas widyaiswara. Hasil penelitian Masfifah (2007) menunjukkan bahwa 42,2% kepuasan peserta diklat Prajabatan Golongan III, dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran widyaiswara. Oleh karena itu kualitas widyaiswara harus senantiasa ditingkatkan agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan kualitas widyaiswara harus senantiasa dilakukan karena beberapa hal: (1) Widyaiswara dituntut mampu melaksanakan tugasnya secara profesional, (2) Widyaiswara harus mampu mengikuti perkembangan lmu pengetahuan dan teknologi, (3) Widyaiswara harus mengikuti perkembangan kebijakan substansi diklat, (4) Widyaiswara harus dapat mempersepsi dan mengantisipasi perkembangan masyarakat dan permasalahan sosial, serta (5) Widyaiswara harus mampu beradaptasi dengan perubahan karakteristik peserta diklat. Salah satu unsur dari kualitas Widyaiswara adalah kompetensi Widyaiswara. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan lembaga pemerintah dalam peningkatan kompetensi widyaiswara terutama dari sisi anggaran, fasilitas dan teknologi. Kerjasama/ kolaborasi dalam penyelenggaraan diklat dengan lembaga-lembaga diklat/lembaga lain diperlukan untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Kolaborasi yang merupakan varian dari partnership merupakan suatu hubungan yang melibatkan pembagian power, kerja, dukungan dan atau informasi dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama dan atau saling memberikan manfaat satu dengan yang lain (Kernaghan 1993 dalam Suporahardjo 2005), karena menurut Wondolleck dan Yaffee (2000) salah satu kegunaan utama dari kolaborasi adalah pengembangan kapasitas lembaga pemerintah, organisasi dan komunitas untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan (Suporaharjdo 2005). Oleh karena itu kolaborasi diklat diselenggarakan dengan cara pembagian kekuatan antara lembaga diklat satu dengan lainnya dan saling memberikan

2 manfaat. Berbagai contoh kolaborasi diklat diistilahkan dengan magang, kemitraan, tandem, dan lain-lain. II. PENDEKATAN DAN HASIL Untuk mendapatkan data dan informasi bagaimana kolaborasi dalam penyelenggaraan diklat yang telah diselenggarakan pada lembaga diklat lain/lembaga lain, maka dilakukan studi banding pada dua lembaga diklat yang cukup berkualitas, yaitu Pusat Pengembangan Tenaga Pendidik dan Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) pada Kementrian Pendidikan Nasional dan Lembaga Diklat Kementrian Pekerjaan Umum. Pengumpulan informasi dilakukan melalui wawancara baik dengan pejabat struktural maupun widyaiswara pada instansi tersebut, serta penelusuran dokumen pendukung. Manfaat yang diperoleh widyaiswara dinyatakan melalui peningkatan kompetensi Widyaiswara sesuai Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara no 5 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Widyaiswara. Standar kompetensi widyaiswara terdiri dari kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi substantif. Kompetensi pengelolaan pembelajaran adalah kemampuan yang harus dimiliki Widyaiswara dalam merencanakan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang harus dimiliki Widyaiswara mengenai tingkah laku dalam melaksanakan tugas jabatannya yang dapat diamati dan dijadikan teladan bagi peserta diklat, kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki Widyaiswara dalam melakukan hubungan dengan lingkungan kerjanya, sedangkan kompetensi substantif adalah kemampuan yang harus dimiliki Widyaiswara dibidang keilmuan dan ketrampilan dalam mata diklat yang diajarkan. Hasil studi banding terhadap pelaksanaan kolaborasi dalam penyelenggaraan diklat di dua lembaga diklat tersebut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Model Kolaborasi dengan Lembaga Diklat/Lembaga Lain Jenis Kolaborasi Teknik Pelaksanaan Manfaat 1. Magang Widyaiswara diikutkan magang di Peningkatan kompetensi substantif perusahaan/lembaga lain dengan berupa : sumber dana berasal dari lembaga widyaiswara tersebut, namun dapat diberikan insentif oleh Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan standar kompetensi dunia kerja vendor/lembaga tempat magang Peningkatan pengalaman dalam tersebut melaksanakan pekerjaanpekerjaan Proses kegiatannya yaitu Widyaiswara membuat proposal sesuai dengan dunia kerja

3 2. Workshop dan Seminar Nasional dan Internasional magang ditujukan kepada lembaga lain, atau dapat juga diusulkan oleh lembaga widyaiswara sesuai keperluan kompetensi bidang Lama Magang 3-6 bulan Widyaiswara diikutsertakan/mencari kegiatan-kegiatan workshop sesuai dengan bidang kompetensinya, yang diselenggarakan oleh instansi/perusahaan yang bertaraf regional, nasional dan internasional Anggaran dapat berasal dari instansi sendiri maupun pihak donatur 3. In House Training Widyaiswara menyelenggarakan kegiatan training didalam instansi sendiri dengan trainer dari pihak luar yang pakar dan profesional Anggaran berasal dari lembaga penyelenggara 4. Tandem Widyaiswara ikut serta mentraining kegiatan diklat diluar lembaga, baik yang diselenggarakan oleh instansi negeri, maupun swasta yang bertaraf nasional/internasional Lembaga mempromosikan Widyaiswara dan fasilitas yang ada Lembaga mampu memberikan penawaran melalui proposal ke pihak luar (lembaga lain) tentang isu-isu terbaru pengetahuan dan teknologi Peningkatan kompetensi kepribadian, sosial dan substantif berupa : Peningkatan ilmu terkait isu yang berkembang serta lebih banyak membuka jaringan/networking Peningkatan pengalaman/ pengetahuan karena adanya sharing dengan para pakar yang kompeten Peningkatan kompetensi kepribadian, sosial dan substantif berupa : Membuka jaringan antara lembaga/widyaiswara dengan pihak luar dalam penyelenggaraan diklat Pemenuhan kebutuhan pengetahuan dan ketrampilan sesuai kompetensi yang dibutuhkan Peningkatan kompetensi sosial dan substantif : Menambah wawasan dan pengalaman Widyaiswara tentang pengalaman mengajar dengan pihak lain Membuka jaringan dengan instansi/perusahaan baik nasional maupun internasional sehingga diharapkan membuka peluang kerja sama 5. Work Station Widyaiswara sebagai tenaga kerja dalam bengkel kerja di instansi sendiri dimana dana penyelenggaraannya dari pihak lembaga sendiri, sedangkan pakar dapat didatangkan dari luar 6. Kemitraan Lembaga melakukan promosi mengenai program diklat dengan lembaga lain (pihak lain) melalui penyelenggaraan rapat koordinasi dengan mengundang beberapa lembaga diklat dan instansi lain pada Peningkatan kompetensi Substantif, Pembelajaran dan Kepribadian : Wdyaiswara dapat bekerja secara fokus dan dapat mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan melalui berbagai uji coba Widyaiswara bisa meningkatkan kompetensi melalui sharing dengan pakar dari luar Peningkatan kompetensi Substantif, Pembelajaran, Kepribadian dan Sosial : Membuka jaringan bagi instansi diklat dengan pihak luar Membuka jaringan bagi lembaga

4 7. Musyawarah Alumni Peserta Diklat 8. Keanggotaan pada Asosiasi 9. Asistensi Manajemen Pembelajaran beberapa kabupaten. Lembaga yang hadir pada acara rakor kemudian ditindaklanjuti dengan surat tertulis yang memuat program-program diklat yang dapat dikolaborasikan. Pembuatan MOU dengan lembaga diklat/pihak lain yang menanggapi surat tertulis tersebut untuk periode waktu tertentu. Kerjasama dapat meningkatkan kinerja lembaga yaitu meningkatkan jumlah peserta diklat yang dapat di latih diluar target yang harus dicapai. Membuat ikatan alumni peserta diklat Widyaiswara melakukan kunjungan ke ikatan alumni peserta diklat untuk berdiskusi tentang materi, metode pembelajaran dan hasil diklat serta penerapannya. Widyaiswara ikut serta menjadi anggota dalam asosiasi profesi maupun organisasi dalam kaitannya dengan kompetensi bidang masingmasing Widyaiswara melakukan kegiatan pembelajaran tim teaching/menjadi asisten widyaiswara dari instansi lain dalam hal manajemen pembelajaran. diklat dengan pihak luar Memotivasi Widyaiswara untuk bekerja lebih profesional karena adanya tuntutan kualitas dari pihak lain. Periode waktu kerjasama yang jelas, akan membantu Widyaiswara dalam membuat rencana kerja ke depan. Menambah pengetahuan dalam upaya memberikan penawaran diklat yang lebih diminati pihak lain Pihak luar akan lebih mengenal profil secara keseluruhan lembaga sendiri, sehingga dapat memperluas networking Widyaiswara dan lembaga yang bersangkutan Peningkatan kompetensi Substantif dan Sosial Menerima umpan balik dari alumni peserta diklat mengenai substansi dan segala hal yang berkaitan dengan kediklatan, sebagai acuan dalam perbaikan sistem diklat. Peningkatan kompetensi Substantif, Kepribadian dan Sosial Menambah wawasan, pengetahuan dan teknologi dari kegiatan yang dilakukan penyelenggara asosiasi Memperoleh setifikasi dari Asosiasi, sehingga ada pengakuan kompetensi Bisa update isu-isu dan teknologi yang menjadi tugas pokok Asosiasi Peningkatan Kompetensi Kepribadian dan Sosial Wdyaiswara bisa mendapatkan pengalaman tim teaching dengan widyaiswara dari lembaga lain III. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI : Manfaat dari adanya kolaborasi penyelenggaraan diklat dengan lembaga diklat lain/lembaga lain adalah peningkatan kompetensi Widyaiswara dalam berbagai aspek, peningkatan pengetahuan dan wawasan sesuai kebutuhan dunia kerja, memperluas

5 networking untuk peningkatan wawasan, serta pemilihan model kolaborasi yang lebih efektif dan efisien disesuaikan dengan kondisi instansi. Strategi yang dapat diterapkan dalam peningkatan kolaborasi dengan lembaga/pihak lain dalam upaya peningkatan kompetensi widyaiswara yaitu : 1. Memperbanyak promosi lembaga dan Widyaiswaranya melalui berbagai media (leaflet, booklet, website, dan lain-lain) kepada lembaga diklat dan lembaga lain. 2. Mengundang lembaga diklat lain dan atau pihak lain dalam rapat-rapat koordinasi sebagai ajang promosi, karena dapat melihat secara langsung kondisi potensi lembaga (SDM, sarana prasarana, fasilitas, dan lain-lain). 3. Menjadikan ikatan alumni peserta diklat sebagai mitra dalam memperoleh umpan balik perbaikan sistem diklat dan informasi berbagai kolaborasi diklat. 4. Menghimpun informasi tentang berbagai Asosiasi Profesi serta kemungkinan Widyaiswara untuk menjadi anggota. 5. Mendorong dan mengoptimalkan keterlibatan widyaiswara dalam kegiatan promosi dan kolaborasi diklat ( dalam bentuk diklat klasikal tatap muka, diklat di tempat kerja dan diklat jarak jauh), serta membangun networking dengan beberapa lembaga diklat dan lembaga lain yang didukung dengan adanya MOU bersama. IV. PENUTUP Dari hasil kunjungan pada dua lembaga diklat tersebut, dapat diambil suatu pembelajaran bahwa kolaborasi dengan lembaga diklat lain/pihak lain telah terbukti mampu meningkatkan kompetensi Widyaiswara. Namun perlu diperhatikan dalam hal pemilihan model kolaborasi yang efisien (dari sisi anggaran lembaga) dan efektif (pencapaian kinerja lembaga), serta dapat memberikan manfaat optimal bagi lembaga dan peningkatan kualitas Widyaiswara. REFERENSI : 1. Harsono. 2009. Widyaiswara. bakpiajogja.blogspot.com/2009/02/widyaiswara.html 2. Masfifah. 2007. Pengaruh Pelayanan dan Pembelajaran Widyaiswara terhadap Kepuasan Peserta Prajabatan Golongan III Departemen Agama di Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Semarang. Tesis Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang. Tidak dipublikasikan.

6 3. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 5 tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Widyaiswara, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 4. Suporahardjo. 2005. Manajemen Kolaborasi. Pustaka Latin. Bogor.