DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

IDENTIFIKASI PROSES PERENCANAAN PENGEMBANGAN KLASTER BATIK MASARAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur

PERAN FORUM LINTAS PELAKU KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN DALAM PENGEMBANGAN KLASTER PARIWISATA SELO-SAWANGAN TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN BARANG PADA GUNA LAHAN PERDAGANGAN KAYU GELONDONGAN DI KOTA JEPARA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGELOMPOKAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TUGAS AKHIR

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

KARAKTERISTIK JARINGAN USAHA PADA KLASTER INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KEMITRAAN USAHA DALAM KLASTER INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA TUGAS AKHIR

PERAN STAKEHOLDER DALAM UPAYA PENCIPTAAN EFISIENSI KOLEKTIF PADA KLASTER JAMBU AIR MERAH DELIMA DI KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

Bab I. Pendahuluan. kategori tersebut dapat digolongkan menjadi pekerja informal. Berdasarkan data BPS

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.

PABRIK MEBEL EKSPOR DI JEPARA

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa globalisasi seperti sekarang, keadaan menuntut kita segera

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

PENGEMBANGAN MODEL KONSENTRASI SPASIAL PENGUATAN USAHA KECIL MENENGAH (Kasus Industri Kecil Menengah di Pantura Jawa Tengah)

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEMINAR TESIS MANAJEMEN INDUSTRI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

BAB V KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DAN ARAHAN PENINGKATANNYA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

STRATEGI PEMBERDAYAAN UMKM DI WILAYAH SURAKARTA

BAB IV ANALISA SISTEM

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

POLA KERUANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR LOKASI SENTRA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh: MUHAMMAD FAJAR NUGROHO L2D

PABRIK MEBEL EKSPOR DI JEPARA

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses pada 08 November 2016 pukul WIB.

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. terletak antara lintang selatan dan. serta Kabupaten Demak di Selatan. Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

konsumen, dan tiap kegiatan menambah nilai pada produk akhir.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan yang tercermin dalam globalisasi pasar,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba atau keuntungan dari penjualan hasil-hasil produksinya. Segala

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pameran dagang atau expo adalah sebuah pameran yang diadakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Masyhuri Machfudz, M Nurhadi Sujoni, Teori Ekonomi Makro, UIN-Maliki Press, Malang, 2012, hlm. 1

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : INDRA CAHYANA L2D

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut hingga

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi sektor industri pengolahan memberikan peranan besar

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem

I. PENDAHULUAN. daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga akan meningkatkan. Sejak krisis ekonomi tahun , industri manufaktur Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

Transkripsi:

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh : SURYO PRATOMO L2D 004 354 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

ABSTRAK Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha memaksimalkan potensi-potensi lokal untuk membangun daerah dalam memacu pembangunan ekonomi sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat keseluruhan secara luas. Usaha memacu pengembangan lokal secara efektif dapat dicapai melalui pengembangan klaster. Dalam pengembangan klaster lebih mengutamakan usaha kecil menengah, karena sektor ini mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada, sehingga berdampak positif dalam pengembangan lokal (Profil FPESD Jateng, 2006). Klaster merupakan aglomerasi dari perusahaan-perusahaan beserta komponen pendukungnya yang memiliki banyak kesamaan, bersifat saling melengkapi dan saling terkait dalam hubungan fungsional tertentu (Porter, 1998 dalam Andersson et al, 2004). Klaster industri mebel kayu Bulakan merupakan salah satu klaster yang berkembang dengan pesat di Jawa Tengah dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai potensi lokal keberadaan klaster industri mebel kayu mampu memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian lokal terutama masyarakat desa Bulakan. Usaha ini berbasis pada permintaan ekspor selain memenuhi permintaan pasar dalam negeri, dan menggunakan tenaga kerja lokal dalam proses produksinya. Perkembangan klaster mebel kayu Bulakan telah menciptakan peluang usaha masyarakat lokal bagi tumbuhnya wirausaha baru. Namun dalam perkembangannya masing-masing unit usaha lebih menggantungkan usahanya pada pesanan produk yang datang dari pihak eksportir untuk memenuhi permintaan konsumen mancanegara, sehingga ketidakmampuan pengrajin dalam merespon pasar menjadikan kondisi usaha menjadi fluktuatif seiring dengan tidak menentunya jumlah kapasitas produksi mebel kayu. Jika fenomena yang terjadi tersebut dibiarkan maka dikhawatirkan mempengaruhi stabilitas perekonomian lokal. Maka dalam penelitian ini akan dikaji dinamika perkembangan kluster industri mebel kayu Bulakan. Proses perkembangan klaster tidak terlepas dari usaha masing-masing unit produksi dalam menjalin kerjasama antar komponen klaster dalam membangun rantai produksi yang kuat dan penciptaan efisiensi secara kolektif untuk menjadikan klaster lebih dinamis. Perkembangan klaster industri mebel kayu Bulakan diukur, mulai awal berdiri hingga tahun 2007, ketika dalam jangka waktu tersebut dinamika perkembangan klaster cukup signifikan dan terbagi menjadi awal perkembangan, masa keemasan, dan masa krisis. Pada awal pertumbuhan tidak diketahui secara pasti kapan mulai tumbuh unit produksi, namun secara pasti usaha mebel kayu Bulakan berkembang seiring dengan industri mebel kayu Serenan yang lebih dahulu berdiri di sebelah desa Bulakan. Pada awal pekembangan jumlahnya tidak sebanyak sekarang dengan produk andalan mebel kayu antik bermotif ukiran. Setelah itu pada tahun 1970, produk mebel kayu mulai banyak yang dilirik oleh pasar domestik sebagai imbas pembangunan yang terjadi khususnya di kota besar. Masa keemasan terjadi pada tahun 1998, ketika permintaan pasar konsumen dunia terus meningkat sehingga kondisi ini secara tidak langsung berpengaruh meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Masa krisis ditandai dengan menurunnya permintaan pasar produk mebel kayu khususnya konsumen mancanegara. Hal ini terkait dengan kondisi persaingan yang ketat terutama pasar ekspor yang mulai dibanjiri produk mebel dari negara lain sehingga berimbas pada turunnya kapasitas produksi yang diikuti menurunnya omzet pengrajin. Untuk mencapai tujuan pokok pembahasan mengenai dinamika perkembangan klaster industri mebel kayu Bulakan maka terlebih dahulu akan diuraikan dalam beberapa sasaran yang dimulai dengan kajian proses perkembangan klaster, kendala yang dihadapi dalam aktivitas produksi serta peran stakeholders terkait dalam meminimalisasi terjadinya fluktuasi dalam proses perkembangan klaster. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Hasil temuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika usaha mebel kayu yang tercipta seiring dengan perkembangan minat konsumen baik domestik maupun mancanegara. Sehingga dapat digunakan sebagai arahan pengembangan kebijakan aplikatif bagi pengembangan klaster. Kata Kunci : Pengembangan Ekonomi Lokal, Klaster Usaha, Dinamika Perkembangan Klaster i

DAFTAR ISI ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii DAFTAR TABEL...vi DAFTAR GAMBAR...vii BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...3 1.3 Tujuan dan Sasaran...4 1.3.1 Tujuan...4 1.3.2 Sasaran...4 1.4 Ruang Lingkup...5 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah...5 1.4.2 Ruang Lingkup Materi...6 1.5 Keaslian Penelitian...7 1.6 Manfaat Penelitian...9 1.7 Posisi Penelitian dalam Perencanaan Wilayah dan Kota...9 1.8 Kerangka Pemikiran...11 1.9 Definisi Operasional...12 1.10 Metodologi Penelitian...13 1.10.1 Pendekatan Penelitian...13 1.10.2 Teknik Analisis...14 1.10.3 Kerangka Analisis...15 1.10.4 Teknik Pengumpulan Data...16 1.10.5 Kebutuhan Data...17 1.10.6 Proses Penelitian...18 1.10.7 Teknik Pengambilan Sampel...20 1.11 Sistematika Penyajian...21 iii

BAB II KAJIAN LITERATUR KLASTER INDUSTRI DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL...22 2.1 Pengembangan Ekonomi Lokal...22 2.2.1 Teori Pengembangan Lokal...22 2.2.2 Tahapan Pengembangan Ekonomi Lokal...24 2.2.3 Kunci Sukses Pengembangan Ekonomi Lokal...24 2.2.4 Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal...25 2.2.5 Peranan Industri Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal...26 2.2 Pengembangan Klaster Industri...27 2.2.1 Teori Klaster...27 2.2.2 Ciri-Ciri Klaster Industri...28 2.2.3 Elemen Pembentuk Klaster...29 2.2.4 Tahapan Pengembangan Klaster...31 2.2.5 Aktivitas Produksi Dalam Klaster...34 2.2.6 Komponen Klaster Dinamis...35 2.2.7 Keterlibatan Stakeholders Dalam Forum Lokal Klaster...38 2.3 Dinamika Perkembangan Klaster...48 2.4 Kesejahteraan Masyarakat...49 2.5 Sintesis Teori...51 2.6 Ringkasan Teori...52 BAB III KONDISI KLASTER MEBEL KAYU BULAKAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DESA BULAKAN...54 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sukoharjo...54 3.2 Klaster Industri Mebel Kayu Desa Bulakan Sukoharjo...56 3.2.1 Perkembangan Klaster...56 3.2.2 Pola Persebaran Klaster...59 3.2.3 Kondisi Klaster...61 3.2.4 Karakteristik Aktivitas Produksi Klaster...62 3.2.5 Stakeholder Yang Terkait Dalam Pengembangan Klaster...73 3.2.6 Usaha Pengembangan Klaster Industri Mebel kayu Bulakan...76 iv

BAB IV DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER USAHA MEBEL KAYU BULAKAN...77 4.1. Proses Perkembangan Klaster Industri Mebel Kayu Bulakan...77 4.2. Kendala Dalam Aktivitas Produksi Klaster Industri Mebel Kayu Bulakan...82 4.2.1. Input Produksi...82 4.2.2. Proses Produksi...90 4.2.3. Output Produksi...92 4.2.4. Distribusi Produk...92 4.2.5. Pemasaran Produk...93 4.3. Peran Aktif Stakeholder dalam Mengembangkan Usaha Mebel Kayu Bulakan...96 4.3.1. Paguyuban Pengrajin (FKMB)...97 4.3.2. BDS LPPM Universitas Sebelas Maret...99 4.3.3. FEDEP Kabupaten Sukoharjo... 101 4.3.4. Pemerintah Daerah... 103 4.4. Sintesis Analisis... 105 BAB V PENUTUP... 108 5.1 Kesimpulan... 108 5.2 Rekomendasi... 109 DAFTAR PUSTAKA... 110 LAMPIRAN... 113 v

DAFTAR TABEL Tabel I.1 : Perbandingan Penelitian Sebelumnya...7 Tabel I.2 : Kebutuhan Data...17 Tabel II.1 : Ringkasan Teori...53 Tabel III.1 : Penggunaan Lahan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007...54 Tabel III.2 : Perkembangan Industri Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006-2007...55 Tabel III.3 : Prosentase Diversifikasi Usaha Mebel Kayu Bulakan Tahun 2008..59 Tabel III.4 : Penggunaan Bahan Baku Dan Bahan Penunjang Usaha...62 Tabel III.5 : Kapasitas Produksi Usaha Mebel Kayu Bulakan Tahun 2007...69 Tabel III.6 : Program Pengembangan Mebel Bulakan Tahun 2007...76 Tabel IV.1 : Peran BDS LPPM UNS dalam Mengembangkan Usaha Mebel Kayu... 100 Tabel IV.2 : Peran Dinas Perindagkop dan Penanaman Modal dalam Proses Produksi...104 vi

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 : Peta Administrasi Kabupaten Sukoharjo...5 Gambar 1.2 : Peta Desa Bulakan, Sukoharjo...6 Gambar 1.3 : Posisi Penelitian Terhadap Penelitian Sebelumnya...7 Gambar 1.4 : Bagan Posisi Penelitian Dalam Bidag Perencanaan Wilayah dan Kota...10 Gambar 1.5 : Kerangka Pemikiran Studi...11 Gambar 1.6 : Kerangka Analisis...18 Gambar 2.1 : Hubungan Unit Usaha Dalam Menghasilkan Spesialisasi...29 Gambar 2.2 : Keterlibatan Stakeholder Dalam Klaster...30 Gambar 2.3 : Hubungan Yang Terjadi Antar Klaster...31 Gambar 2.4 : Silkus Perkembangan Klaster...33 Gambar 2.5 : Siklus Aktivitas Produksi Dalam Kluster...34 Gambar 2.6 : Model Diamond Porter...35 Gambar 2.7 : Rangkaian Kesatuan Klaster...39 Gambar 2.8 : Struktur Forum Lintas Pelaku...41 Gambar 2.9 : Pembentukan Forum...43 Gambar 2.10 : Elemen-Elemen Forum Lokal Klaster...44 Gambar 2.11 : Struktur Operasional Forum Lokal Klaster...46 Gambar 2.12 : Alur Kerangka Teoritis...52 Gambar 3.1 : Persebaran Sentra Industri Kecil di Kabupaten Sukoharjo...56 Gambar 3.2 : Proses Mulai Berkembangannya Klaster Industri Mebel Bulakan...58 Gambar 3.3 : Jasa Pendukung Klaster Industri Mebel Kayu Desa Bulakan...59 Gambar 3.4 : Persebaran Unit Usaha Mebel Kayu Bulakan...60 Gambar 3.5 : Kondisi Kluster Industri Mebel Kayu Bulakan...61 Gambar 3.6 : Prosentase Penggunaan Tenaga Kerja Industri Mebel Kayu...63 Gambar 3.7 : Prosentase Penggunaan Modal Awal Industri Mebel Kayu...64 Gambar 3.8 : Perpaduan Penggunaan Peralatan Semi-Modern Dengan Tradisional...65 Gambar 3.9 : Proses Produksi Industri Mebel Kayu...67 Gambar 3.10 : Prosentase Pengerjaan Produksi Mebel Kayu...68 Gambar 3.11 : Produk Mebel Kayu Bulakan...69 Gambar 3.12 : Prosentase Pengaruh Perkonomian Global Terhadap Produk...71 vii

Gambar 3.13 : Stakeholder Mapping Kluster Industri Mebel Kayu Bulakan...72 Gambar 4.1 : Skema Proses Perkembangan Usaha Mebel Kayu Bulakan...78 Gambar 4.2 : Produk Mebel Kayu Polosan...80 Gambar 4.3 : Alur Permasalahan Pengadaan Bahan Baku Dalam Proses Produksi 83 Gambar 4.4 : Alur Permasalahan Modal Usaha Dalam Proses Produksi...85 Gambar 4.5 : Alur Permasalahan Tenaga Kerja Dalam Proses Produksi...87 Gambar 4.6 : Tenaga Kerja Laki-Laki...88 Gambar 4.7 : Alur Permasalahan Dalam Memenuhi Permintaan Pangsa Pasar...90 Gambar 4.8 : Hubungan Pihak Perantara Dengan Keuntungan Yang Diterima Pengrajin...93 Gambar 4.9 : Permasalahan Dalam Proses Produksi...95 Gambar 4.10 : Stakeholder Yang Terlibat Dalam Pengembangan Usaha...96 Gambar 4.11 : Penyusunan Program Kerja Usaha Mebel Kayu Bulakan...98 Gambar 4.12 : Temu Wicara antara FEDEP dengan Bappeda Kab. Sukoharjo... 102 Gambar 4.13 : Dinamika Perkembangan Usaha Sesuai Minat Konsumen...106 Gambar 5.1 : Dinamika Perkembangan Klaster Industri Mebel Kayu Bulakan...108 viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha daerah dalam memacu pembangunan ekonominya dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat keseluruhan secara luas. Pengembangan ekonomi lokal sendiri merupakan penumbuhan suatu lokalitas secara lebih mandiri dengan menggunakan potensi kekuatan lokal, sumber daya manusia, kelembagaan dan fisik dengan upaya yang ditumbuhkembangkan masyarakat lokal itu sendiri (tumbuh jiwa kewiraswastaan lokal) untuk mengorganisasi serta mentransformasi potensi-potensi ini menjadi penggerak bagi pembangunan lokal sehingga tercipta kondisi yang lebih baik dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kualitas hidup untuk seluruh masyarakat (World Bank dalam Cullen, 2001). Pengembangan ekonomi lokal menyediakan cukup banyak alternatif program atau kegiatan yang dapat dipilih sebagai prioritas dalam mendorong pengembangan ekonomi lokal di daerah salah satunya mendorong pertumbuhan klaster usaha. Klaster merupakan pengelompokan berbagai perusahaan pada sektor usaha yang sama dalam suatu wilayah tertentu. Dalam suatu klaster terdiri dari perusahaan inti (core industry), industri terkait (related industries), industri pendukung (supporting industries) dan jasa lainnya yang pengembangannya tidak difokuskan pada perusahaan inti saja namun secara keseluruhan (Schmitz, 2002). Kunci keberlanjutan pengembangan klaster (Schmitz, 2002) yaitu terciptanya kerjasama antar stakeholder dan efisiensi kolektif yang dapat dilakukan pada semua lini tahapan produksi mulai dari penyediaan input, produk, proses produksi, pemasaran dan distribusi hingga ke konsumen akhir. Jalinan kerjasama dalam lingkungan usaha klaster memberikan manfaat positif dengan menciptakan rantai nilai produksi yang saling menguntungkan sehingga produktivitas usaha dapat ditingkatkan. Salah satu pengembangan klaster usaha langsung berbasis pengembangan masyarakat lokal yang berkembang dengan baik dengan mampu menyerap banyak tenaga kerja sejak krisis ekonomi melanda salah satunya industri mebel kayu (Disperindag Jateng, 2002). Industri mebel kayu terbukti mampu bertahan karena mengandalkan penggunaan bahan baku dan sumber daya manusia lokal sehingga industri mebel kayu di Indonesia khususnya industri mebel kayu Bulakan justru mampu berkembang pesat. Dalam perkembangan industri mebel kayu Bulakan akhirnya beraglomerasi sesuai dengan kondisi geografisnya, yang dalam beberapa tahun terakhir berbasis pada permintaan ekspor selain memenuhi permintaan pasar dalam negeri, dengan lebih banyak menggunakan pekerja yang berasal dari desa Bulakan sendiri dalam aktivitas produksinya.

Perkembangan unit produksi mebel kayu Bulakan terkait dengan minat konsumen baik domestik maupun mancanegara terhadap produk mebel kayu Bulakan, sehingga kondisi ini berimbas pada kelangsungan usaha yang mengalami pasang surut usaha dari tahun ke tahun sejak awal berdiri. Secara umum, pada saat permintaan pangsa pasar meningkat maka banyak masyarakat Bulakan yang beralih menjadi pengrajin baru. Namun sebaliknya jika permintaan pangsa pasar sedang turun, maka banyak pula pengrajin yang beralih usaha. Meskipun demikian masih ada pengrajin yang tetap memproduksi mebel kayu di Bulakan walaupun kondisi pangsa pasar sedang mengalami kelesuan. Usaha mebel kayu tetap dipertahankan oleh sebagian masyarakat desa Bulakan karena merupakan warisan turun temurun dari orang tua. Selain itu masyarakat juga masih melihat mebel kayu sebagai usaha yang cukup potensial untuk dijadikan sebagai mata pencaharian dimana keahlian dalam membuat mebel kayu dianggap relatif mudah dengan keahlian dasar yang dimiliki. Keahlian tersebut umumnya diperoleh pengrajin dari orang tua maupun dari lingkungan. Awal mula perkembangan industri mebel kayu lebih untuk memenuhi pesanan produksi dari sentra industri mebel kayu Serenan. Sentra mebel kayu Serenan telah mampu menjelma sebagai pesaing baru mebel kayu Jepara dalam usaha pembuatan mebel kayu Indonesia. Produk usahanya lebih untuk memenuhi permintaan pasar domestik salah satunya sebagai interior ruangan bangunan keraton. Mebel kayu yang dihasilkan memiliki keistimewaan dengan motif ukiran tradisional. Masing-masing unit produksi mulai mengembangkan usaha pada tahun 1970 dengan melirik pangsa pasar domestik sebagai target pasar seiring dengan pesatnya pembangunan yang terjadi khususnya di kota besar. Sedangkan dalam rentang waktu 1995-1999 usaha mebel kayu khususnya Bulakan mengalami peningkatan kapasitas produksi yang signifikan. Hal ini terutama diakibatkan tinggi dan besarnya minat konsumen mancanegara terhadap mebel kayu Bulakan sehingga pesanan terus mengalir kepada pengrajin mebel kayu Bulakan. Berkembangnya permintaan mebel kayu Bulakan menjadikan masing-masing unit produksi mulai membentuk spesialisasi jenis produk mengikuti perkembangan desain motif dan menyesuaikan permintaan pasar internasional. Selain itu masyarakat lokal mulai mendirikan usaha pendukung industri mebel kayu, seperti jasa angkutan, jasa penggergajian serta jasa pedagang kayu yang secara langsung membuka lapangan pekerjaan baru. Ketidakmampuan pengrajin dalam melakukan mekanisme pemasaran langsung ke konsumen terutama pangsa pasar mancanegara dan hanya menjadi penghasil barang setengah jadi untuk kemudian diproses menjadi barang jadi dan dipasarkan pihak perantara menjadikan kelangsungan usaha industri mebel kayu sepenuhnya tergantung adanya pesanan produksi. Begitu besarnya ketergantungan tersebut menjadikan usaha mebel kayu mengalami kelesuan ketika terjadinya penurunan minat pangsa pasar mancanegara pada awal tahun 2000-2007. Kondisi persaingan ketat

terutama dalam memperebutkan pangsa pasar mancanegara dengan membajirnya produk mebel kayu dari negara lain. Usaha mebel kayu merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang menjadikan identitas bangsa sehingga hal ini cukup potensial untuk dikembangkan secara penuh oleh pengrajin terutama motif ukiran antik, bukan tidak mungkin usaha mebel kayu dalam hal ini Bulakan akan lebih mampu berkembang. Perkembangan klaster mebel kayu Bulakan dapat dikatakan mampu menciptakan peluang usaha masyarakat lokal bagi tumbuhnya wirausaha baru dilihat dari perkembangan pengrajin usaha mebel Bulakan dari awal perkembangan sampai sekarang serta banyaknya masyarakat desa Bulakan yang beralih profesi menjadi pengrajin. Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai untuk melihat dinamika perkembangan klaster industri mebel kayu Bulakan, dan diharapkan menjadi referensi bagi pemerintah daerah dan stakeholders terkait dalam merumuskan kebijakan sebagai upaya pengembangan industri mebel kayu Bulakan yang aplikatif sehingga mendorong pertumbuhan klaster secara optimal dengan terciptanya daya saing produk unggulan. 1.2. Rumusan Masalah Dinamika perkembangan klaster merupakan perubahan kondisi dari awal mula usaha berdiri, mulai mengadakan aglomerasi hingga berkembang dengan melahirkan industri terkait dan industri pendukung dan jasa lainnya, yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal sehingga kondisi tersebut berimbas pada aktivitas lain dalam mendukung penguatan perekonomian lokal dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjadikan perkembangan klaster menjadi lebih dinamis maka masing-masing unit usaha dalam klaster harus mampu melakukan efisiensi kolektif dan kerjasama kegiatan dalam semua lini tahapan produksi (Schmitz dan Nadvi, 1999 dalam Hartarto, 2004). Sebagai potensi kekuatan lokal, klaster industri mebel kayu Bulakan diharapkan mampu merangsang pembangunan perekonomian masyarakat lokal secara kompetitif dengan terserapnya masyarakat lokal pada jenis usaha ini. Dalam penelitian ini dinamika perkembangan klaster industri mebel kayu Bulakan lebih ditekankan pada bagaimana kondisi fluktuasi tercipta karena pengrajin tidak mampu mengembangkan idealis usaha, dengan hanya memproduksi apabila mendapatkan pesanan dari pihak eksportir sebagai konsumen utama. Kondisi tersebut menjadikan pengrajin tidak bisa merespon pasar dan menggantungkan usaha pada pesanan produk yang diperoleh. Ketidakmampuan pengrajin dalam mengembangkan akses pemasaran usaha sendiri dan hanya menunggu pesanan dari pihak perantara (eksportir) menjadikan kapasitas produksi menjadi turun. Hal tersebut terkait dengan begitu besarnya ketergantungan pengrajin terhadap pesanan produk dari pihak perantara (eksportir) sehingga dengan turunnya jumlah pesanan produk menjadikan kapasitas