HUBUNGAN OPTIMISME YANG TIDAK REALISTIK TENTANG MASA DEPAN DENGAN PROKRASTINASI SAAT MENYUSUN SKRIPSI MAHASISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP 137 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN LAMA STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA MA AL-HIDAYAH WAJAK MALANG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

INTUISI Jurnal Psikologi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

PREDIKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Amrul Aysar Ahsan Dosen Psikologi IAIN Palopo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

Prokrastinasi Akademik Mahasantri Ma had Al Jami ah IAIN Kerinci

Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam Di Universitas Islam 45 Bekasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

PERPUSTAKAAN DAN UPAYA MENGURANGI ACADEMIC DYSFUNGSIONAL PROCRASTINATE

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. 3. kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA YANG BEKERJA. Oleh: ARIA GUSTINA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengaruh Fear Of Failure Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Yang Berasal Dari Program Akselerasi

NEVER BE AFRAID HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA AKTIVIS BAND. Oleh: Epri Afnan Hidayat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

Pelatihan Manajemen Diri Bagi Guru Taman Kanak-Kanak Untuk Mengatasi Prokastinasi

SELF-REGULATED LEARNING DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PURWOKERTO

Hubungan antara Flow Akademik dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Teacher College Universitas X

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DALAM MENGURANGI TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH

Perbedaan Prokrastinasi Akademik Ditinjau dari Tingkat Aktualisasi Diri pada Mahasiswa Program Studi Psikologi FK UNS Angkatan 2010 dan 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENUNDA TUGAS AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FT UNP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

GAMBARAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA ANGKATAN 2007 YANG SEDANG SKRIPSI DI PROGRAM STUDI PG PAUD. Hj. Shofiyanti Nur Zuama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Sebuah pendidikan terjadi proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

Studi Korelasional Mengenai Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Feedback yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

Transkripsi:

HUBUNGAN OPTIMISME YANG TIDAK REALISTIK TENTANG MASA DEPAN DENGAN PROKRASTINASI SAAT MENYUSUN SKRIPSI MAHASISWA Hartono Santi Esterlita Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (d/h universitas Wangsa Manggala Yogyakarta) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara optimisme yang tidak realistik tentang masa depan dengan prokrastinasi mahasiswa saat menyusun skripsi. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala yang sedang menyusun skripsi dan minimal tahun masuk kuliah 2003 (di luar cuti akademik). Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara depan dengan prokrastinasi mahasiswa saat menyusun skripsi. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi Product moment dari Pearson, untuk mengetahui hubungan antara depan dengan prokrastinasi mahasiswa saat menyusun skripsi. Berdasarkan analis data diperoleh koefisien korelasi (r xy) sebesar 0,526 (p< 0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara optimisme yang tidak realistik tentang masa dengan dengan prokrastinasi mahasiswa saat menyusun skripsi. Hipotesis yang diajukan dapat diterima. Kata kunci : Optimisme yang tidak realistik tentang masa depan, Prokrastinasi saat menyusun skripsi. Pendahuluan Kebiasaan mengulur waktu dalam masyarakat Indonesia bukan menjadi sesuatu yang baru. Kedisiplinan yang kurang, mungkin itu suatu ungkapan yang pas dalam mensikapi problematika yang sesuai dengan keadaan tersebut. Perilaku mengulur waktu dalam penyelesaian tugas/pekerjaan di dalam literatur psikologi disebut dengan istilah prokrastinasi (procrastination). Menurut Ellis dan Knaus (1997) serta Green (1982), prokrastinasi merupakan pengabaian untuk memulai atau mengerjakan tugas atau pun kegiatan sampai dengan akhir batas waktu penyelesaian. Prokrastinasi dapat terjadi pada berbagai jenis pekerjaan. Peterson (dalam Rizvi dkk, 1997) menyatakan bahwa individu dapat melakukan prokrastinasi hanya pada hal tertentu saja atau pada semua jenis hal pekerjaan. Jenis-jenis pekerjaan yang sering ditunda oleh prokrastinator diantaranya yaitu; tugas pembuatan keputusan, tugas-tugas rumah tangga, aktivitas akademik, dan pekerjaan kantor. Bruno (1998) mengkelompokan jenisjenis penundaan pekerjaan di atas menjadi prokrastinasi akademik dan prokrastinasi nonakademik. Prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik (tugas sekolah atau tugas kursus). Prokrastinasi non-akademik merupakan penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (tugas rumah 1

tangga, tugas sosial, tugas kantor dan sebagainya (Ferrari dkk, 1995)). Pada penelitian ini prokrastinasi yang akan dituju/difokuskan adalah prokrastinasi akademik. Hasil penelitian Bruno (1998) memperlihatkan sekitar 60% mahasiswa mengalami penundaan tugas/prokrastinasi, bahkan perilaku penundaan tugas telah dianggap sebagai kebiasaan dalam kehidupan mahasiswa. Penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Marano (2003). Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat sekitar 20% mahasiswa mengaku dirinya adalah seorang prokrastinator, bahkan prokrastinasi telah dianggap sebagai gaya hidupnya. Penelitian Rosati, Elly, & Hampton (Green, 1982) juga menunjukkan bahwa terdapat sekitar 22%- 33% mahasiswa melakukan prokrastinasi pada tugas-tugas akademik. Fenomena tersebut tampak pula dari hasil wawancara terhadap 10 mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Indikasi prokrastinasi tampak dari jawaban yang diberikan subjek, berupa: penulisan skripsi banyak menyita perhatian dan tidak jarang akan menimbulkan stres, sehingga mahasiswa lebih memilih melakukan aktivitas-aktivitas di luar mengerjakan skripsi, kesulitan menemukan ide untuk dijadikan judul penelitian (40%), keyakinan tentang harapan terhadap masa depan yang berkaitan dengan bidang akademik/harapan sosial terhadap masa depan yang berhubungan dengan bidang akademik yaitu keyakinan mahasiswa bahwa lulusan S1 juga belum tentu menjamin dapat pekerjaan yang lebih baik (35%), jenuh dalam mengerjakan skripsi (15%), malas dalam melanjutkan mengerjakan skripsi (10%). Pernyataan ini pula didukung oleh hasil angket Kurniasih (2005) di Universitas Wangsa Manggala (UNWAMA) pada 15 mahasiswa yang menyusun skripsi, yang kesemuanya responden menyatakan menunda dalam mengerjakan skripsi. Fakta tersebut di atas sejalan dengan cirri-ciri individu yang melakukan prokrastinasi. Menurut Berkeley (Burka & Yuen, 1983) bahwa para prokrastinator memiliki masalah-masalah psikologis yang begitu kompleks antara lain pemberontakan terhadap aturan, tidak mampu bersikap tegas, ketakutan terhadap kegagalan atau kesuksesan, melihat tugas sebagai sesuatu yang aversif, perfeksionis, dan kemampuan yang berlebihan terhadap kompetensi diri. Menurut Solomon dan Rothblum (1984) ada dua macam prokrastinator yaitu yang pertama adalah The Tense Type. Prokrastinator tipe ini sering merasakan tekanan yang sama kuat antara keinginan untuk menjadi sukses dan ketakutan pada suatu kegagalan. Kedua adalah The Relaxed Type. Prokrastinator tipe ini sering memandang sisi buruk dari suatu tugas atau pekerjaan serta berusaha melupakan pekerjaan dengan melakukan aktivitas lain yang bersifat lebih menyenangkan. Schouwenburg (1992) menjabarkan ciri-ciri tertentu dalam prokrastinasi akademik, yaitu: a. Adanya penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. Individu yang melakukan penundaan tugas tahu bahwa tugas yang dihadapi bermanfaat dan harus diselesaikan, akan tetapi individu menunda untuk memulai mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang dihadapi. b. Kelambatan dalam mengerjakan tugas. Individu yang melakukan penundaan tugas memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan tugas. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Individu yang menunda tugas akan kesulitan mengerjakan tugasnya sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Individu yang menunda tugas dengan sengaja tidak segera menyelesaikan tugas atau pekerjaannya, akan tetapi menggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas. Selain itu, data dari pengajaran Fakultas Psikologi UNWAMA diketahui bahwa dari keseluruhan mahasiswa yang mengambil mata kuliah penyusunan skripsi pada semester genap tahun akademik 2003/ 2004 tercatat 209 mahasiswa mulai dari 2

angkatan 1994 sampai 1999, dan pada periode I kelulusan tahun akademik 2004/2005 dari 209 mahasiswa tersebut tercatat 20,57% mahasiswa yang lulus. Data tersebut menunjukan bahwa jumlah mahasiswa yang mengerjakan skripsi melebihi dua semester tercatat lebih banyak, yaitu sebesar 79,43%. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa telah melakukan prokrastinasi dalam penyusunan skripsi. Hal tersebut dapat diketahui dari tingginya prosentase dari jumlah mahasiswa yang melakukan keterlambatan dalam penyelesaian skripsi. Padahal, harapan dari pihak fakultas psikologi UNWAMA penyusunan skripsi dapat terselesaikan dalam waktu maksimal 2 semester. Secara prosedural, bahwa mahasiswa yang menyusun skripsi seharusnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dalam jangka waktu maksimal 2 semester, yakni sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan fakultas, apalagi telah ditunjang dengan adanya mata kuliah wajib teknik penyusunan skripsi dan teknik penulisan karya ilmiah sebagai syarat penyusunan skripsi. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa pada bab III pasal 5 ayat 1 (Hayyinah, 2002), menyatakan bahwa Sistem Kredit Semester (SKS) untuk jenjang pendidikan S-1 dijadwalkan delapan semester, yang dapat ditempuh dalam waktu kurang dari delapan semester atau dalam waktu empat tahun. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikasi bahwa mahasiswa yang menempuh masa studi melebihi empat tahun atau telah menempuh masa studi delapan semester di luar cuti akademik dapat dikatakan melakukan prokrastinasi akademik. Seharusnya mahasiswa tidak melakukan penundaan dalam penyelesaian skripsi, karena mahasiswa yang menyusun tugas skripsi, menurut tahap-tahap perkembangan masuk pada kelompok masa dewasa yaitu dalam rentang usia 20-30 tahun (Erikson, dalam Alwisol, 2004). Lebih lanjut, menurut Erikson (Alwisol, 2004) dalam tahap masa dewasa, individu mempunyai kemantapan dalam pembentukkan kepribadian. Individu tidak lagi mengalami kekacauan identitas, namun dipandang telah mempunyai tanggung jawab dalam menjalankan peran sebagai individu dewasa. Menurut Erikson (Alwisol, 2004), individu yang memasuki masa dewasa mempunyai sifat-sifat; 1) kemampuan memutuskan secara bebas sesuatu yang akan dikerjakan, 2) kepercayaan kepada teman sebaya dan orang dewasa yang memberi nasihat mengenai tujuan dan cita-cita, 3) kemantapan pilihan pekerjaan/aktivitasaktivitas yang lebih bermanfaat. Keadaan ini tidak seperti pada tahap masa remaja yang masih mengalami keraguan dan kekacauan identitas. Banyak faktor yang mempengaruhi, yaitu: a) faktor internal (faktor yang datang dari dalam diri individu) meliputi fisik dan psikologis. Faktor psikologis menunjuk pada sifat kepribadian yang dimiliki individu. Menurut Ferrari dkk (1995), pola kepribadian atau trait dalam diri individu dapat menjadi penentu respon individu dalam menghadapi situasi yang mengharuskan untuk mengerjakan skripsi. Pola kepribadian individu terbentuk dari keadaan kondisi fisik maupun psikis individu. Faktor optimisme yang tidak realistik tentang masa depan terjadi pada faktor psikis individu, yaitu ketika prokrastinasi menyusun skripsi terjadi karena adanya keyakinan irasional dan distorsi kognitif dalam diri individu, dua sikap ini diantaranya adalah indikasi adanya depan. b) faktor eksternal (faktor yang datang dari luar individu) meliputi: faktor-faktor non sosial (keadaan udara, fasilitas, suhu, dll) dan faktor-faktor sosial, yaitu adanya kehadiran individu lain waktu mengerjakan skripsi yang dapat mengganggu proses pengerjaan skripsi. Salah satu faktor yang akan diteliti lebih dalam adalah optimisme yang tidak realistik tentang masa depan. Menurut Weinstein (1980) optimisme yang tidak realistik individu tentang masa depan dapat mempengaruhi proses penyelesaian dalam pekerjaan individu. Optimisme yang tidak realistik tentang masa depan menurut Weinstein (1980) adalah keyakinan individu akan banyak mengalami peristiwa positif lebih besar dan lebih sedikit 3

mengalami suatu peristiwa negatif bila dibandingkan dengan individu lain yang seusia dan berjenis kelamin sama. Aspekaspek optimisme yang tidak realistik tentang masa depan terdiri dari rangkaian peristiwa positif dan peristiwa negatif yang umum terjadi pada masa yang akan datang (Weinstein, 1980). Lebih lanjut, menurut Weinstein (1980) rangkaian peristiwa ini terdiri dari peristiwa positif di masa yang akan datang yang paling banyak diinginkan serta peristiwa negatif di masa yang akan datang yang paling tidak diinginkan terjadi pada mahasiswa. Berdasarkan peristiwa yang paling banyak diinginkan dan paling banyak tidak diinginkan ini kemudian Weinstein (1980) menyusun skala untuk mengungkap depan. Mahasiswa yang cenderung berkeyakinan akan mengalami lebih besar peristiwa positif dari pada mengalami peristiwa negatif dikatakan mempunyai depan. Daftar peristiwa yang umum dialami oleh mahasiswa terdiri peristiwa positif dan peristiwa negatif dalam berbagai bidang kehidupan sebagai berikut: a. Studi, berhubungan dengan hasil dan masalah studi. b. Pekerjaan, terkait prestasi kerja dan masalah pekerjaan atau di tempat kerja. c. Keuangan/kesejahteraan, berkenaan dengan kemampuan finansial. d. Kesehatan, berhubungan dengan kesehatan fisik. e. Keselamatan, menyangkut masalah yang mengancam secara fisik. f. Percintaan, berkaitan dengan hubungan dengan pacar g. Hubungan teman/pergaulan, mencakup masalah pergaulan. h. Hubungan keluarga, berkaitan dengan hubungan dengan orang tua dan keluarga. i. Umum, berhubungan dengan kondisi yang dirasakan atau yang dicapai dalam hidup seseorang. Hasil penelitian Weinstein (1980) terhadap mahasiswa dalam suatu program studi di perguruan tinggi menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang mempunyai depan. Indikasi yang menyertainya adalah adanya keyakinan bahwa program studi pilihanya tersebut akan memberikan masa depan yang lebih baik dari pada program studi yang dipilih rata-rata mahasiswa lainya. Lebih lanjut, Weinstein (1980) memaparkan bahwa individu dengan depan mengakibatkan lupa melakukan tindakan pengamanan dari pemunculan peristiwa negatif untuk masa yang akan datang dan meningkatkan perilaku yang berisiko dalam pemunculan peristiwa negatif untuk masa yang akan datang. Salah satunya meningkatkan perilaku penundaan akademik, termasuk penundaan penyusunan skripsi. Menurut Weinstein (1987) optimisme yang tidak realistik tentang masa depan dapat mengakibatkan terjadinya distorsi kognitif pada individu. Misalnya, mahasiswa yang mempunyai keyakinan bahwa dimasa yang akan datang akan mendapatkan suatu pekerjaan/hidup yang layak, maka mahasiswa tersebut akan berkecenderungan melakukan tindakan yang berdampak kurang positif untuk masa yang akan datang, yaitu penundaan dalam memulai atau menyelesaikan tugas akademik termasuk penyusunan skripsi. Penundaan penyusunan skripsi dapat terjadi karena kurangnya jumlah Sistem Kredit Semester sebagai syarat memulai penyusunan skripsi ataupun faktorfaktor lain, seperti malas, menghabiskan waktu untuk aktivitas lain (Rizvi, 1997). Weinstein (1987) menambahkan bahwa mahasiswa cenderung merasa bahwa dirinya lebih sehat, lebih terpelajar dan berasal dari latar belakang ekonomi yang lebih baik dibandingkan individu lain pada kelompok usia yang sama pada umumnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan meningkatnya perilaku berisiko dalam penyelesaian pekerjaan akademik. Misalnya, mahasiswa akan cenderung menyepelekan penyelesaian tugastugas akademik. Contoh konkretnya yaitu bila mahasiswa merasa mempunyai kesehatan yang kuat, dan hal-hal yang lebih lainya maka mahasiswa akan cenderung menangguhkan penyelesaian akademik karena mahasiswa akan lebih memanfaatkan kemampuannya untuk hal yang menyenangkan daripada menyelesaikan tugas akademik. Misalnya mahasiswa yang mempunyai keuangan yang 4

lebih maka mahasiswa cenderung menghabiskan waktu dengan bersenangsenang, seperti ke diskotik dan lain sebagainya. Optimisme yang tidak realistik tentang masa depan tampak pada harapan yang berlebihan terhadap kemungkinan mengalami peristiwa positif. Kebanyakan individu kelihatan optimis dan mempunyai keyakinan yang lebih besar bahwa peristiwa positif akan terjadi (Irwin dkk, dalam Robinson dan Ryff, 1999), dan mengabaikan kemungkinan peristiwa negatif akan terjadi (Kuiper dkk, dalam Robinson dan Ryff, 1999). Menurut Weinstein (1980) individu yang menyatakan mempunyai kemampuan yang lebih dalam dirinya pada suatu peristiwa juga akan berkeyakinan mampu mengatasi pemunculan peristiwa negatif untuk masa yang akan datang, sehingga cenderung berkeyakinan lebih banyak mengalami peristiwa positif pada masa yang akan datang. Hal ini menyebabkan mahasiswa kurang antisipatif dari pemunculan peristiwa negatif sehingga mahasiswa lengah dalam penyelesaian penyusunan skripsi. Hasil penelitian Syafi i (2001) tentang kecemasan menghadapi masalah dengan prokrastinasi akademik mahasiswa yang menyusun skripsi sebagai penelitian yang hampir sejalan dengan penelitian penulis, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan menghadapi masalah akan menyebabkan semakin tinggi perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa. Menurut Freud (Alwisol, 2004), individu yang mengalami kecemasan akan melakukan tindakan pengatasan, yaitu penghindaran sumber kecemasan dengan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang menyenangkan. Sementara, menurut Kirscht (Weinstein, 1980) optimisme yang tidak realistik tentang masa depan merupakan bentuk penghindaran dari kecemasan masa depan yang ambiguitas. Menurut Weinstein (1987) optimisme yang tidak realistik tentang masa depan dapat mengakibatkan terjadinya distorsi kognitif dan irasional pada individu. Bila hal tersebut terjadi pada mahasiswa dapat berpengaruh pada proses penyelesaian tugas-tugas akademik, dengan kata lain menyebabkan prokrastinasi akademik. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara optimisme yang tidak realistik tentang masa depan dengan prokrastinasi mahasiswa dalam menyusun skripsi. Metode Ada dua jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Variabel tergantung : prokrastinasi saat menyusun skripsi 2. Variabel bebas : optimisme yang tidak realistik tentang masa depan Prokrastinasi saat menyusun skripsi adalah kecenderungan individu melakukan penundaan dalam memulai mengerjakan atau menyelesaikan tugas akademik sampai dengan batas akhir pengerjaan, disertai dengan tindakan melakukan aktivitas lain yang menimbulkan kesenangan dari pada penyelesaian tugas akademik. Skala yang digunakan mengacu pada empat indikator perilaku prokrastinasi akademik dari Schouwenburg (1992), yaitu a) penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, b) kelambatan dalam mengerjakan tugas, c) kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, d) melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Aspek-aspek tersebut kemudian disederhanakan oleh peneliti menjadi dua yaitu aspek penundaan menyelesaikan tugas akademik (aspek a,b,c,) dan aspek melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan (aspek d). Hal tersebut dilakukan karena dari pengertian ke-3 aspek a, b, dan c menyebutkan hal-hal yang sama yang mengarah kepada penundaan penyelesaian tugas akademik. Hasil uji validitas Skala Prokrastinasi Akademik menunjukkan bahwa dari 60 aitem terdapat 51 aitem valid dan 9 aitem tidak valid. Koefisien validitas aitem Skala Prokrastinasi Akademik berkisar antara 0,2209 sampai dengan 0,7454, dan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,9303. Optimisme yang tidak realistik adalah kecenderungan keyakinan individu mengalami peristiwa positif lebih besar dari pada mengalami peristiwa negatif dalam bidang kehidupan bila dibandingkan dengan 5

rata-rata individu yang sebaya, dengan didasari penilaian subjektif individu terhadap diri sendiri dan lingkungan. Skala yang digunakan adalah skala optimisme yang tidak realistik tentang masa depan dari Weinstein (1980). Aspek yang adalah peristiwa tentang masa depan yang umum dialami individu (terdiri dari peristiwa positif dan negatif dalam berbagai bidang), yaitu: studi, pekerjaan, keuangan/kesejahteraan, kesehatan, keselamatan, percintaan, hubungan teman/pergaulan, hubungan keluarga, umum. Hasil uji validitas skala Optimisme yang tidak Realistik tentang Masa Depan menunjukkan, dari 90 aitem terdapat 77 aitem valid dan 13 aitem tidak valid, serta untuk menyeimbangkan aitem dalam penelitian peneliti membuang beberapa aitem yang valid dengan kriteria mempunyai tingkat validitas terendah dalam kelompoknya. Koefisien validitasnya berkisar antara 0,2104 sampai dengan 0,8451, sedangkan koefisien alpha 0,9602. Subjek penelitian diambil menggunakan teknik Incidental, yaitu mahasiswa fakultas psikologi yang sedang menuggu dosen untuk bimbingan skripsi. Jumlah skala yang disebar berjumlah 45 eksemplar dan kembali 42 eksemplar seta layak dianalisis sejumlah 40 eksemplar. Metode analisis menggunakan teknik analisis data product moment oleh Pearson, yang digunakan untuk melihat hubungan depan dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Hasil dan Diskusi Berdasarkan hasil kategorisasi, tidak ada subjek yang memiliki optimisme yang tidak realistik tentang masa depan yang rendah, 30% subjek memiliki optimisme yang tidak realistik tentang masa depan yang sedang, dan 70% subjek memiliki optimisme yang tidak realistik tentang masa depan yang tinggi. Apabila ditarik kesimpulan subjek dalam penelitian ini mempunyai optimisme yang tidak realistik tentang masa depan yang cenderung tinggi. Berdasarkan hasil kategori, tidak ada subjek yang memiliki prokrastinasi akademik yang rendah, 72,5% subjek memiliki prokrastinasi akademik yang sedang, dan 27,5% subjek memiliki prokrastinasi akademik yang tinggi. Apabila ditarik kesimpulan subjek dalam penelitian ini mempunyai prokrastinasi akademik yang cenderung sedang. Berdasarkan hasil analisis uji korelasi, diperoleh koefisien korelasi (r xy ) sebesar 0,526 (p< 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis positif yang diajukan diterima. Koefisien determinasi (r²) Optimisme yang tidak realistik tentang masa depan dengan prokrastinasi akademik sebesar 0,277 berarti depan merupakan variabel yang memberikan sumbangan terhadap variabel prokrastinasi akademik sebesar 27,7%. Berdasarkan hasil analisis korelasi Product Moment dari Pearson terhadap Variabel Optimisme yang tidak Realistik tentang Masa Depan dan Variabel Prokrastinasi Saat Menyusun Skripsi menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Semakin tinggi optimisme yang tidak realistik tentang masa depan yang dimiliki seseorang akan cenderung semakin meningkat prokrastinasi akademik pada individu tersebut, dan sebaliknya. Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa optimisme yang tidak realistik tentang masa depan dapat dianggap sebagai salah satu faktor yang turut menentukan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta yang sedang menyusun penyelesaian skripsi. Weinstein (1980) menyatakan bahwa optimisme yang tidak realistik tentang masa depan dipengaruhi oleh keadaan emosi seperti cemas, gelisah, tegang, tidak tenang yang dapat mempengaruhi proses berpikir, sehingga individu berpikir irrasional dan mengalami distorsi kognitif dalam memahami, mempersepsi, memecahkan permasalahan, sehingga muncul perilaku kurang menghargai arti pentingnya waktu yang berdampak pada prokrastinasi akademik. Menurut Weinstein (1980) bahwa depan mengakibatkan meningkatnya perilaku berisiko yang berpengaruh buruk pada 6

pemanfaatan waktu bagi mahasiswa. Optimisme yang tidak realistik tentang masa depan yang tinggi akan melemahkan pola pikir mahasiswa, sehingga subjek penelitian akan kurang antisipatif dari pemunculan peristiwa negatif. Akhirnya, tugas yang seharusnya dapat terselesaikan tepat waktu akan menjadi terbengkalai dan menimbulkan penundaan akademik, salah satunya penundaan penyusunan skripsi. Kategorisasi skor optimisme yang tidak realistik tentang masa depan menunjukkan 70% subjek mempunyai depan yang tinggi, 30% subjek mempunyai depan yang sedang, dan 0% subjek mempunyai optimisme yang tidak realistik tentang masa depan yang rendah. Kategorisasi skor prokrastinasi akademik menunjukkan 0% subjek mempunyai prokrastinasi yang rendah, 72,5% subjek mempunyai prokrastinasi yang sedang, dan 27,5% subjek mempunyai prokrastinasi yang tinggi. Koefisien determinasi r² = 0,277 berarti optimisme yang tidak realistik tentang masa depan merupakan variabel yang memberikan sumbangan terhadap munculnya prokrastinasi akademik sebesar 27,7% sedangkan 72,3% yang lainnya diduga disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa optimisme yang tidak realistik tentang masa depan memiliki hubungan yang positif dengan prokrastinasi akademik. Saran 1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa diharapkan untuk tidak sungkan merendahkan hati, dengan cara sesering mungkin mengoreksi diri serta mawas diri agar optimisme yang tidak realistik tentang masa depan menurun. 2. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti yang akan meneliti variabel prokrastinasi akademik disarankan untuk mengambil faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi prokrastinasi akademik. Daftar Pustaka Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Bruno, F. J. 1998. Stop Procrastinating! (Terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia. Burka, J. B.& Yuen, M. 1983. Procrastination. Why you Do It. What To Do about It. Massachussets: Perseos Book. Ellis, A & Knaus, W. J. 1997. Over-Coming Procrastination. New York: New American Library. Ferrari, J. B., Johnson, J. L. & Mc Cown, W. G. 1995. Procrastination and Task Avoidance. New York: Plenum Press. Green, L. 1982. Minority Student, Self Control of Procrastination. Journal of Conselling Psychology, 29, 636-644. Hayyinah. 2002. Religiusitas dan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Psikologika, 17, 31-41. Kurniasih, D. 2005. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Penundaan Tugas Akademik Pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala. Marano, H. 2002. Tomorrow Tomorrow: Why We Procrastinate. Http// all. Successcenter. Ohio-State. Edu 28/3/05. Diakses tanggal 24 April 2006. Rizvi, A., Prawityasari, J. E., & Soetjipto, H. P. 1997. Pusat Kendali dan Efikasi Diri sebagai Prediktor terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Psikologika, 3, 51-66. Robinson, M. D. & Ryff, C. D. 1999. The Role of Self- Reception in Perception of Past, Present, And Future Happiness. Personality And Social Psychology Bulletin, 25, 595-606. Schouwenburg, H. 1992. Procrastinators and Fear of Failure: An Exploration of Reasons for Procrastination. European Journal of Personality, 6, 225-236. 7

Solomon, L. J. & Rothblum, E. D. 1984. Academic Procrastination : Frequency and Cognitive Behavior Correlates. Journal of Conseling Psychology. 31, 504-510. Syafi i, M. 2001. Hubungan antara Kecemasan Menghadapi Masalah dengan Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa yang sedang mengerjakan Skripsi. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Weinstein, N. D. 1980. Unrealistic Optimism About Future Life Events. Journal of Personality and social psychology. Vol 39(5) 805-820. Weinstein, N. D. 1987. Unrealistic Optimism About Susceptibility To Health Problem : Conclusions From A Community- Wide sample. Journal Of Behavioral Medicine. 10(5) 481-500. Wolters, C. A. 2003. Understanding Procrastination From Self-Regulated Learning Perspective. Journal of education Psychology, 95, 179-187. 8