BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbudaya. Kegiatan belajar dilaksanakan hari Senin sampai dengan Sabtu.

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak

13 MANAJEMEN KASUS TINDAK KEKERASAN ANAK DI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK P2TP2A PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. pukulan, cubitan dan ditendang ayahnya bila subjek tidak langsung. mengalami kekerasan secara seksual dan penelantaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

Call Center : 129 : tesa.bali Blog : tesabali.wordpress.com Twiter TESA 129 BALI 2

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

CENDEKIA Jurnal Ilmu Administrasi Negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan menbentuk prilaku anak yang baik (Santrock, 2011). dapat membuat anak-anak rentan terhadap eksplotasi. Kekewatiran banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual

Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak.

ABSTRAK PERSEPSI APARATUR PEMERINTAH DESA TENTANG KEKERASAN TERHADAP ANAK DI DUSUN SRIMULYO I. (Evi Meriani, Berchah Pitoewas, Yunisca Nurmalisa)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

STUDI DESKRIPTIF TENTANG JENIS KEKERASAN ORANG TUA PADA ANAK DI SDN 03 SIDOGEMAH SAYUNG DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan saat ini bukan merupakan suatu hal baru lagi untuk

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan. Problematika anak dapat disebut juga sebagai unfinished agenda,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1990.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk menetap serta

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan mempunyai tiga lingkungan, yakni lingkungan keluarga,

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang teridentifikasi di pelayanan kesehatan dasar dan di pusat-pusat pelayanan. kekerasan yang dialaminya karena berbagai alasan.

BAB III RUANG LINGKUP ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. psikis, seksual, dan ekonomi, termasuk ancaman dan perampasan kebebasan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Selama periode angka perlakuan salah pada anak. justru memperlihatkan peningkatan sampai 50 % (Huraerah, 2012).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG KEKERASAN PADA ANAK DENGAN TINDAKAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI DUSUN KWARASAN GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB II KEKERASAN YANG DI LAKUKAN OLEH GURU TERHADAP ANAK DI LINGKUNGAN SEKOLAH. A. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Kekerasan di lingkungan Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak

BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan pembatasan ruang gerak. Kedua, publik yaitu

BAB I PENDAHULUAN. motivasi. Menurut Winardi (2007), motivasi merupakan karakteristik. psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

ANALISA PERSEPSI ORANGTUA TENTANG KEKERASAN PADA ANAK DI PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman, siswa selaku peserta didik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak adalah faktor internal yang meliputi aspek fisiologi dan aspek psikologis, sementara faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan fasilitas dalam proses pembelajaran. Lingkungan yang paling banyak berperan dan mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah lingkungan keluarga. Siswa sebagai anak tentu saja akan banyak meniru dari lingkungan terdekatnya seperti sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, dan ketegangan keluarga (Solihin, 2004). Friedman (2010) mendefenisikan keluarga sebagai sebuah sistem sosial kecil yang terbuka yang terdiri atas suatu rangkaian bagian yang saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh struktur internal maupun lingkungan eksternal. Endah Prameswari (dalam Iswanti, 2002) menyatakan bahwa peran orang tua dalam keluarga adalah memberikan persiapan yang baik untuk anak-anak mereka demi keberhasilan pendidikan yang dijalani. Indikator peran orang tua adalah perhatian terhadap kegiatan pembelajaran anak di

sekolah maupun di rumah dan menekankan pentingnya pencapaian prestasi belajar. Tanggung jawab orang tua terhadap anak menurut Drost (1999) adalah mencintai dan memberikan perhatian, melindungi, dan membimbing. Namun tidak jarang orang tua melakukan kekerasan atau abuse pada anak. Kekerasan terhadap anak (child abuse) dapat didefenisikan seperti perlakuan fisik, mental, atau seksual yang umumnya dilakukan oleh orangorang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak (Suyanto, 2002). Kadnet (2009) berpendapat banyak orang tua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya tindakan abuse orang tua kepada anak antara lain immaturitas/ketidakmatangan orang tua, kurangnya pengetahuan bagaimana menjadi orang tua, harapan yang tidak realistis terhadap kemampuan dan perilaku anak, pengalaman negatif masa kecil dari orang tua, isolasi sosial, problem rumah tangga, serta problem obat-obat terlarang dan alkohol (Nadia, 2004). Menurut Ruth dan Kempe (1997), terdapat empat kategori yang umum untuk mengklasifikasikan perilaku abuse pada anak yaitu kekerasan fisik, penelantaran fisik dan emosional, pelecehan emosi dan eksploitasi seksual. Menurut Suyanto (2002) contoh paling jelas dari tindak kekerasan yang dialami anak-anak adalah pemukulan atau penyerangan secara fisik berkali-kali sampai terjadi luka atau goresan (scrapes/scratches), pemberian

makanan yang tidak layak bagi anak atau makanan kurang gizi (malnutrition), pengabaian pendidikan dan kesehatan (educational and medical neglect) dan kekerasan-kekerasan yang berkaitan dengan medis (medical abuse). Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat ada 2.637 kasus kekerasan pada anak yang terjadi di keluarga. Kekerasan fisik yang dilakukan ayah tiri sebanyak 91 kasus, kekerasan seksual 129 kasus dan kekerasan psikis 6 kasus. Kekerasan fisik yang dilakukan ayah kandung 86 kasus, kekerasan seksual yang dilakukan ayah kandung atau incest sebanyak 17 kasus, dan kekerasan psikis yang dilakukan ayah kandung ada 20 kasus. Selain itu, jumlah kekerasan fisik yang dilakukan ibu kandung ada 32 kasus (Wasti, 2013). Menurut penelitian Solihin (2004) kategori usia yang paling banyak menjadi korban kekerasan (abuse) adalah usia 0-12 tahun. Anggraeni (2008) menyatakan anak yang mengalami perilaku abuse memunculkan dampak atau trauma tersendiri bagi anak baik secara fisik maupun psikis. Akibat fiisk dapat berupa luka ringan atau luka berat, bahkan dapat berujung pada kematian. Akibat psikis dapat berupa terganggunya perkembangan kepribadian anak. Selain itu beberapa kategori dari dampak tindakan kekerasan juga meliputi dampak emosional, perilaku, dampak kognitif dan berdampak negatif pada perkembangan intelektual anak. Penelitian Lestari (2010) menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak adalah perilaku abuse orang tua.

Anak usia sekolah menurut Eric Erikson dimulai dari usia 6-12 tahun (Wong, 2002). Label yang digunakan orang tua pada anak usia sekolah anak usia yang menyulitkan karena anak mulai tidak mau diatur dan lebih banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya sedangkan label yang digunakan oleh pendidikan adalah usia sekolah. Pada usia tersebut diharapkan anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri anak ketika dewasa kelak Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak, angka korban kekerasan terhadap anak di pedesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan yakni 3,2 berbanding 2,8 persen. Pelaku kekerasan paling banyak adalah orang tua dengan perbandingan di pedesaan 64,6 persen dan diperkotaan 56,5 persen (Anak Korban Kekerasan (Fisik dan Mental) dan Perlakuan Salah (Child Abuse)). Sekolah Dasar (SD) Negeri 14 Koto Panjang, adalah salah satu sekolah yang berada di Kecamatan Pauh yang jaraknya cukup jauh dari pusat Kota Padang. Sekolah yang berada di daerah Limau Manis ini berjarak ± 14 km dari pusat kota Padang dengan karakteristik daerah pertanian atau persawahan. Berdasarkan data hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2012 SD Kota Padang, SD di Kecamatan Pauh merupakan SD dengan predikat nilai UN terendah di 10 kecamatan di kota Padang. Berdasarkan hasil ujian nasional, semua siswa kelas VI SD N 14 Koto Panjang lulus dalam UN tahun ini, namun nilainya masih kurang memuaskan dengan rata-rata 7,21.

Berdasarkan data yang didapatkan dari kepala sekolah SD N 14 Koto Panjang, rata-rata pekerjaan orang tua siswa yang ada di sekolah tersebut adalah sebagai buruh dan petani sedangkan untuk rata-rata pendidikan orang tua siswa adalah lulusan SMP dan SMA. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 19 April 2014 kepada 10 orang siswa SD N 14 Koto Panjang didapatkan hasil semua anak mengalami verbal abuse dan kekerasan fisik dari orang tua baik ibu maupun ayah seperti dikatai bodoh, nakal, dipukul, dijewer, dan dicubit. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu Syamsi selaku kepala sekolah SD N 14 Koto Panjang sekolah yang memiliki 127 siswa ini memiliki nilai (KKM) 75 untuk setiap mata pelajaran. Berdasarkan nilai ulangan tengah semester dari 10 responden yang mengalami perilaku abuse, tidak ada responden yang mencapai syarat KKM dan tidak ada diantaranya yang mendapat peringkat 10 besar disemester sebelumnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut : bagaimanakah hubungan antara perilaku child abuse yang dilakukan orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah di SDN 14 Koto Panjang Kec. Pauh Padang.

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan perilaku child abuse yang dilakukan orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah di SD N 14 Koto Panjang Kec. Pauh, Padang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku child abuse yang dilakukan orang tua kepada anak usia sekolah di SD N 14 Koto Panjang Kec. Pauh, Padang. b. Mengetahui distribusi frekuensi prestasi belajar siswa/siswi di SD N 14 Koto Panjang Kec. Pauh, Padang. c. Mengetahui distribusi frekuensi hubungan perilaku abuse yang dilakukan orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah di SD N 14 Koto Panjang Kec. Pauh, Padang. D. Manfaat 1. Bagi Pendidikan Keperawatan Dapat mengembangkan penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah child abuse yang dilakukan orang tua pada anak usia sekolah. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah intervensi pada keperawatan jiwa dan keperawatan keluarga, serta meningkatkan referensi bidang keperawatan khususnya mengenai

hubungan perilaku child abuse yang dilakukan orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat menambah koleksi buku-buku di perpustakaan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Menjadi bahan pembelajaran untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut. Bagi sekolah yang bersangkutan, untuk dapat mengidentifikasi faktor penyebab prestasi belajar yang kurang baik di sekolah dan melibatkan orang tua dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa. 3. Manfaat Praktek Keperawatan Penelitian ini berguna untuk mendorong perawat jiwa, perawat keluarga dan perawat komunitas untuk memberikan penyuluhan dan atau pendidikan kesehatan kepada orang tua terkait perilaku child abuse yang sering terjadi. Sehingga dapat mendorong keluarga dan masyarakat untuk mengawasi dan meminimalisir perilaku child abuse.