TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan protein yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAH LAKU HARIAN DAN POLA MAKAN KELINCI LOKAL PADA JENIS LANTAI KANDANG YANG BERBEDA SKRIPSI MERLYN PRIWAHYUNINGSIH

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kelinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

PERFORMA PRODUKSI KELINCI LOKAL YANG DIPELIHARA PADA JENIS LANTAI KANDANG YANG BERBEDA SKRIPSI VANIA MARCHIA SABBATINA LUMBAN GAOL

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci lokal tipe pedaging merupakan kelinci yang sudah didomestikasi

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kelinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

HASIL DA PEMBAHASA. Keadaan Umum

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Orytologus cuniculus) yang ada saat ini berasal dari kelinci liar di Eropa dan Afrika Utara. Mulanya kelinci diklasifikasikan dalam ordo rodensia (binatang mengerat) yang bergigi seri empat, tetapi akhirnya dimasukkan dalam ordo logomorpha karena bergigi seri enam (Cheeke et al., 1987). Kelinci termasuk hewan herbivora non-ruminan yang memiliki sistem pencernaan monogastrik dengan perkembangan sekum seperti rumen ruminansia, sehingga kelinci disebut pseudo-ruminansia (Cheeke et al., 1982). Menurut Cheeke (1981), kelinci adalah ternak yang dapat memanfaatkan hijauan secara efisien, sedikit menggunakan makanan konsentrat dan tidak bersaing dengan makanan manusia. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) memiliki beberapa ciri khas seperti ukuran tubuh kecil, jarak beranak pendek, potensi reproduksi tinggi, laju pertumbuhan cepat dan sifat genetik relatif beragam (Cheeke et al., 1987). Kelinci dikelompokkan berdasarkan tujuan pemeliharaannya, yaitu untuk menghasilkan daging, kulit-rambut (fur) atau sebagai kelinci hias, ada juga yang bertujuan ganda. Kelinci dengan berbagai ragamnya menghasilkan lima jenis produk yang dapat dimanfaatkan, yaitu daging (food), kulit-rambut (fur), kelinci hias (fancy), pupuk (fertilyzer) dan hewan percobaan (laboratoty animal) (Raharjo, 2005). Kelinci dapat menggunakan protein hijauan secara efisien, reproduksi tinggi, efisiensi pakan tinggi, hanya membutuhkan makanan dalam jumlah sedikit dan kualitas dagingnya cukup tinggi (Farrel dan Raharjo, 1984). Kelinci sangat peka terhadap suhu lingkungan tinggi, terutama kalau kelembaban udara juga tinggi. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) suhu ideal bagi kelinci adalah 15 sampai 20 C. Jika suhu lebih dari 27 sampai 32 C dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas. Manure atau kotoran kelinci, termasuk urinenya dikenal memiliki mutu tinggi sebagai pupuk organik. Petani sayur, bunga hias dan buah-buahan jangka pendek (strawberry, semangka, tomat) umumnya membutuhkan pupuk ini (Raharjo, 2005). 3

Anatomi Sistem pencernaan kelinci menurut Cheeke et al. (2000) bahwa alat pencernaan kelinci dibagi dua bagian yaitu perut depan (foregut) terdiri dari lambung, pankreas dan usus kecil (duodenum, jejunum, ileum) dan perut belakang (hindgut) yang terdiri dari sekum, appendix dan kolon (Gambar 1). Perut Usus halus Sekum Hati Pankreas Kolon Rektum Anus Gambar 1. Saluran Pencernaan Kelinci Sumber : Nheyla (2010) Pertumbuhan bakteri pada pencernaan kelinci terdapat pada kolon yang memiliki fungsi yang sama dengan rumen pada sapi yaitu sebagai tempat terjadinya proses pencernaan makanan (Cheeke et al., 2000). Kelinci merupakan hewan herbivora non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana (tunggal) dengan pembesaran dibagian sekum dan kolon (hindgut) seperti alat pencernaan pada kuda dan babi (Cheeke et al., 2000). Proporsi sekum pada saluran pencernaan kelinci yaitu 40% dari total saluran pencernaannya (Irlbeck, 2001). Kelinci mempunyai kebiasaan yang tidak dilakukan pada ternak ruminansia yaitu kebiasaannya memakan feses yang sudah dikeluarkan yang disebut dengan coprophagy (Blakely dan Bade, 1991). Sifat coprophagy biasanya terjadi pada malam atau pagi hari berikutnya. Sifat tersebut memungkinkan kelinci memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri disaluran bagian bawah, yaitu mengkonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri yang berkualitas tinggi, 4

mensintesis vitamin B dan memecahkan selulose atau serat menjadi energi yang berguna (Blakely dan Bade, 1991). Kelinci dapat memfermentasikan pakan yang berupa serta kasar di usus belakangnya. Fermentasi umumnya terjadi di caecum yang kurang lebih merupakan 50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaan (Postsmouth, 1977). Umur tiga minggu biasanya kelinci mulai makan kembali kotoran lunaknya langsung dari anus (caecotrophy) tanpa pengunyahan. Kotoran ini terdiri atas konsentrat bakteri yang dibungkus oleh mukus (Hornicke, 1977). Reproduksi Masa birahi induk akan mulai kelihatan jelas bila sudah mencapai umur 7 bulan. Untuk jenis kelinci tipe berat dengan ciri-ciri bila diusap-usap bagian punggung dia akan mengangkat bagian pantat lebih tinggi atau menungging (Widodo, 2005). Proses ovulasi kelinci terjadi sesudah dilakukan induksi dengan rangsangan dari luar. Rangsangan ini dapat berupa penggunaan pejantan dengan atau tanpa vasektomi, rangsangan listrik dan mekanis dan penggunaan hormon perangsang ovulasi (Cheeke et al., 1987). Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), siklus estrus (birahi) kelinci berkisar selama 15-20 hari. Herman (1989) menyatakan kelinci mencapai dewasa kelamin pada umur 4-8 bulan, tergantung pada bangsa, makanan dan kesehatan. Kelinci tipe ringan mencapai dewasa kelamin pada umur empat bulan, tipe medium 5-6 bulan dan tipe berat umur 7-8 bulan. Raharjo (2005) menambahkan umur kawin yang baik pada kelinci adalah 6 bulan bagi betina dan 7 bulan bagi jantan. Kelinci induk dapat dikawinkan kembali 3-4 minggu setelah melahirkan. Pemeliharaan yang baik pada induk menyebabkan induk dapat dikawinkan 2 minggu setelah melahirkan. Lama bunting dihitung sejak betina kawin sampai beranak. Lamanya berkisar antara 31-32 hari, tetapi kemungkinan paling singkat 29 hari atau paling lama 35 hari (Cheeke et al., 1987). Tingkah Laku Ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku hewan disebut ethology, yang berasal dari kata ethos yang berarti karakter atau alam dan logos yang berarti ilmu. Mempelajari tingkah laku hewan berarti menentukan karakteristik hewan dan 5

bagaimana responnya terhadap lingkungan. Selama interaksi tersebut ternak akan menimbulkan respon berupa tingkah laku terhadap lingkungan yang dihadapinya (Gonyou, 1991). Tingkah laku khusus hewan merupakan bawaan sejak lahir atau sebagai refleksi karakteristik spesies tersebut, yang tidak berubah oleh proses belajar. Tingkah laku ini tidak akan pernah banyak berubah oleh domestikasi, sedangkan tingka laku lainnya dapat berubah oleh proses belajar (Tomaszewska, 1991). Fungsi utama tingkah laku adalah untuk menyesuaikan diri terhadap beberapa perubahan keadaan, baik dari luar maupun dari dalam. Tingkah laku makan disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar (makanan) dan rangsangan dari dalam (adanya kebutuhan atau lapar). Tingkah laku ini berkembang sesuai dengan perkembangan dari proses belajar (Alikodra, 1990). Menurut Mukhtar (1986), aktivitas tingkah laku dapat dikelompokkan ke dalam sembilan sistem tingkah laku, yaitu (1) tingkah laku makan dan minum (ingestif); (2) tingkah laku mencari perlindungan (shelter seeking) yaitu kecenderungan mencari kondisi lingkungan yang optimum dan menghindari bahaya; (3) tingkah laku agonistik yaitu persaingan antara dua hewan yang sejenis, biasanya terjadi selama musim kawin; (4) tingkah laku seksual (courtship), kopulasi dan halhal lain yang berkaitan dengan hubungan hewan jantan dan betina satu jenis; (5) tingkah laku epimelitic atau care giving yaitu pemeliharaan terhadap anak (maternal behavior); (6) tingkah laku et-epimelitic merupakan tingkah laku individu muda untuk dipelihara oleh yang dewasa (care soliciting); (7) tingkah laku eliminative yaitu tingkah laku membuang kotoran; (8) tingkah laku allelomimetik yaitu tingkah laku meniru salah satu anggota kelompok atau melakukan pekerjaan yang sama dengan beberapa tahap rangsangan dan koordinasi yang berbalas-balasan; (9) tingkah laku investigative yaitu tingkah laku memeriksa lingkungannya. Tingkah Laku Harian Tingkah Laku Makan Tingkah laku ingestif bukan hanya meliputi memakan pakan padat tetapi juga menyusui anak dan meminum air. Mempertahankan konsumsi pakan yang cukup untuk hidup dan suksesnya reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi 6

semua hewan ternak. Karena itu, mengerti pola tingkah laku yang digunakan oleh hewan untuk mencari, mendapatkan, menyeleksi dan memakan pakan penting sekali untuk berhasilnya pengembangan usaha peternakan (Tomaszewska, 1991). Kelinci sangat selektif dalam memilih pakannya. Kelinci akan lebih memilih bagian yang disukainya seperti daun yang lebih hijau dibandingkan yang kering, memilih daun dibandingkan batang, tanaman yang muda dibandingkan yang tua, sehingga pakan yang tinggi protein dan energi dicerna dan rendah serat yang diperoleh dari bahan tanaman. Tingkah laku makan pada kelinci juga dapat dipengaruhi oleh faktor sosial. Kelinci akan makan lebih banyak jika dikandangkan secara kelompok karena adanya peningkatan stimulasi dan adanya kompetisi. Selain itu tingkah laku makan kelinci yaitu menggaruk atau scrabbling yaitu mengais makanan keluar dari tempat pakan sehingga menyebabkan pakan terbuang. Scrabbling sering dijadikan acuan jika pelet yang diberikan kurang baik maka pellet tersebut diganti dengan kualitas yang lebih baik. Mengunyah bulu juga merupakan tingkah laku makan pada kelinci. Hal ini biasanya diartikan bahwa pakan yang diberikan rendah serat kasar atau protein. Pemberian hay dapat menghentikan tingkah laku ini. Blok kayu dalam kandang biasanya akan digigiti karena memberikan serat dan menjaga gigi bawah kelinci dari cacing (Cheeke et al., 2000). Tingkah Laku Minum Minum diperlukan untuk mengganti air yang hilang seperti urin dan kadar air yang menguap. Minum juga dibutuhkan untuk pendingin bagi kelinci jika berada di suhu tinggi. Anak kelinci belajar minum saat pertama kali saat menyusui pada induknya. Kelinci harus belajar untuk minum di tempat minum otomatis nipple. Kelinci yang tidak belajar minum menggunakan nipple, biasanya air akan tumpah mengenai bulu dan kandang kelinci (Cheeke et al., 2000). Tingkah Laku Eliminasi Menurut Fraser & Broom (2005) perilaku eliminasi atau perilaku membuang kotoran (defekasi) dan urinasi termasuk ke dalam perilaku perawatan tubuh yang berguna untuk membersihkan diri. Hewan menghindari mengkonsumsi kotoran mereka dan menghindari penggembalaan di mana ada kontaminasi fekal, kecuali 7

kelinci yang mempunyai kebiasaan memakan feses yang sudah dikeluarkan yang disebut dengan coprophagy. Urinasi berfungsi untuk membersihkan diri dan juga sebagai bagian dari tingkah laku territorial. Urinasi juga merupakan fungsi dari tingkah laku agresif, seekor kelinci jantan biasanya melakukan urinasi untuk menandakan kekuasaannya pada saingannya. Urinasi juga merupakan salah satu bagian dari tingkah laku seksual (Cheeke et al., 2000). Tingkah Laku Merawat Diri Perawatan tubuh meliputi kebersihan kulit, menjaga suhu tubuh dan variabel fisik dan kimia lain yang penting dari bagian perilaku perawatan diri yang komplek pada hewan ternak. Aktivitas dari perawatan tubuh, meliputi menggaruk, mengusap, menggesekkan badannya ke dinding kandang, dan menjilati, yang biasanya berbeda dari setiap jenis hewan dengan waktu yang singkat. Saat kesehatan hewan sedang buruk umumnya kegiatan perawatan tubuh menjadi berkurang. Kelinci biasanya merawat tubuhnya dengan menjilati sendiri tubuh mereka dengan lidahnya. Biasanya dapat dilihat saat kelinci duduk pada pinggulnya kemudian kelinci menjilati bagian perut, dan bagian dalam kedua kaki belakangnya. Kelinci akan mengalami rontok bulu saat akan melahirkan, sehingga banyak bulu yang tertelan dan menyebabkan segumpal hairball mengganggu pencernaannya. Aktivitas grooming dibedakan menjadi dua macam, yaitu autogrooming dan allogrooming. Autogrooming yaitu merawat diri yang dilakukan untuk diri sendiri, sedangkan allogrooming adalah merawat diri yang dilakukan bersama dan untuk individu lain. Memijat dan menggosok hidung individu lain biasanya dilakukan oleh babi (Fraser & Broom, 2005). Tingkah Laku Istirahat Tingkah laku istirahat merupakan tingkah laku yang tidak aktif seperti duduk, diam tidak bergerak, berbaring, mengantuk dan tidur. Pada saat hewan mengantuk biasanya keadaan stabil terjadi ada tanda-tanda tidur ringan dengan gerakan kepala dan penutupan mata. Istirahat yang dilakukan biasanya dalam posisi rebah, kaki depan yang tertekuk di bawah dada dan tulang belakang dengan kepala dapat diputar ke sisi tubuh. 8

Fungsi istirahat dan tidur awalnya mungkin untuk meminimalkan bahaya predator. Individu yang dalam posisi tidak bergerak mungkin kurang mencolok untuk terdeteksi. Fungsi kedua untuk memulihkan energi, pada beberapa jenis hewan dan dalam beberapa keadaan yang memungkinkan untuk proses metabolisme (Fraser & Broom, 2005). Tingkah Laku Bergerak Tingkah laku bergerak memiliki berbagai pola berbeda yang masing-masing disebut gaya berjalan. Gaya berjalan asimetris yaitu tungkai dari satu sisi tidak mengulangi yang lain. Gaya berjalan simetris meliputi berjalan cepat dan berlari. Gaya berjalan asimetris termasuk berbagai bentuk berderap, termasuk melompatlompat dan lari kencang berputar (Fraser dan Broom, 2005). Tingkah Laku Stereotypes Tingkah laku stereotypes, yaitu tindakan yang berulang dan tidak memiliki tujuan yang jelas. Tingkah laku ini biasanya muncul pada hewan yang berada dalam kandang dan melakukan rutinitas yang sama terus menerus. Tingkah laku ini seperti mengigiti pagar kandang, menggigiti kawat, mengunyah semu, menggigiti tempat pakan, menekan tempat minum, kepala gemetar, mengais-ngais dan menggosokkan badan pada dinding kandang (Fraser dan Broom, 2005). Perkandangan Sistem perkandangan merupakan faktor yang sangat penting karena berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam kandang tersebut sehingga akan mempengaruhi stress panas pada kelinci (Finzi et al., 1992). Jenis bangunan kandang dan peralatan yang digunakan untuk memelihara kelinci tergantung dari lokasi, iklim, keperluan pemeliharaan dan biaya yang dimiliki oleh peternak (Templeton, 1959). Kandang yang digunakan dalam pemeliharaan kelinci terdapat beberapa jenis seperti kandang sistem postal, kandang sistem battery, kandang bibit dan kandang model ranch. Kandang sistem postal, mempunyai ruangan agak luas dan diisi 4 6 ekor kelinci dengan ukuran ideal 100 cm x 100 cm x 55 cm. Kandang sistem battery seperti sangkar berderet biasanya satu sangkar untuk satu ekor dengan ukuran 1 m x 60 cm x 60 cm, kandang bibit berukuran panjang 1 m x 75 cm x 60 cm, sedangkan 9

kandang model ranch yang dilengkapi halaman umbaran biasanya berisi satu jantan satu betina dan anak-anaknya (Gunawan, 2008). Kepadatan kandang yang tinggi dapat memunculkan sifat agresif dan hal itu merupakan permasalahan yang dihadapi terutama pada saat mendekati dewasa kelamin. Kandang tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan namun berpengaruh terhadap tingkah laku kelinci (Verga et al., 2004). Ternak yang dikandangan pada kepadatan yang rendah memperlihatkan keragaman tingkah laku alami yang tinggi. Lingkungan tersebut mempengaruhi tingkah laku dan bukan pada performa produksi. Kepadatan kandang 15 ekor/m 2 (38 kg/m 2 ) dapat digunakan sebagai batasan untuk menjaga kenyamanan kelinci yang ditempatkan dalam kandang koloni. Pada kepadatan kandang tersebut menunjukkan tingkah laku yang normal (Morrise dan Maurice, 1996). Lantai Kandang Lantai kandang yang digunakan juga penting untuk merawat kelinci, menjaga sanitasi, dan mudah dibersihkan. Lantai kandang ada yang berupa papan, bambu dan kawat. Pada peternak kelinci komersial biasanya tidak menggunakan kandang bambu, tetapi menggunakan kandang dari kawat. Kandang yang tebuat dari kawat ini memiliki kelebihan yaitu vantilasi udara yang baik dan sistem pembersihan kotoran yang mudah (Cheek et al., 2000). Menurut Krisdianto (2007) bahan bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan. Sekam padi merupakan bagian terluar dari butir padi (kulit padi) dan merupakan salah satu hasil sampingan yang dihasilkan dari industri penggilingan padi. Sekam padi dapat digunakan dalam berbagai hal, diantaranya yaitu untuk alas kandang pada tipe ternak tertentu, sebagai pupuk dan sebagai penunjang media bagi sayuran hidroponik (Grist, 1995). 10

Kebutuhan Pakan untuk Pertumbuhan Kelinci Menurut Parakkasi (1999) konsumsi pakan merupakan faktor esensial untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan kadar zat makanan dalam ransum untuk memenuhi hidup pokok dan produksi. Menurut Gunawan (2008) pemberian pakan ditentukan berdasarkan bahan kering. Jumlah pemberian bervariasi pada periode pemeliharaan dan bobot badan kelinci. Kebutuhan zat gizi kelinci dapat dilihat pada (Tabel 1) dan kebutuhan bahan kering dapat dilihat pada (Tabel 2). Tabel 1. Kebutuhan Zat Gizi Kelinci Pada Kondisi Fisiologi yang Berbeda Status Kebutuhan gizi (%) Protein Lemak SeratKasar Bunting 15-17 3-6 12-16 Menyusui 20-22 3-6 12-16 Dewasa 12-15 2-4 12-16 Muda 16-18 3-6 12-16 Sumber : Cheeke (1987) Tabel 2. Kebutuhan Bahan Kering Pakan untuk Kelinci Pada Berbagai Periode Pemeliharaan Kelinci Bahan Kering Keb. BK Status Bobot (kg) (%) (g/ekor/hr) Bunting 2,3 6,8 3-5 115-250 Menyusui 2,3 3 5-7 350-520 Dewasa 2 4,5 3-5 100-150 Muda 0,6 2,7 3-5 40-100 Sumber : National Research Council s (NRC) (1977) dalam Ensminger (1991) 11