HASIL DA PEMBAHASA. Keadaan Umum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DA PEMBAHASA. Keadaan Umum"

Transkripsi

1 Kondisi Hewan HASIL DA PEMBAHASA Keadaan Umum Kondisi kancil betina selama penelitian secara keseluruhan dapat dikatakan baik dan sehat. Kondisi yang sehat dapat dilihat dari bulunya yang mengkilat, cara berjalannya yang normal, aktivitasnya normal, nafsu makannya lahap, sorot matanya tajam, feses dan urinnya normal (tidak mencret), serta tubuhnya yang gemuk. Kondisi Kandang Kandang kancil dibuat dari kerangka besi berdinding kawat loket sehingga udara mengalir bebas. Kandang berventilasi baik akan menjamin aliran udara yang terus menerus melewati kandang dan sekitar hewan (Tillman et al., 1991). Ventilasi yang baik juga akan mencegah seminimal mungkin debu dan menurunkan kadar bau-bauan yang berhubungan langsung dengan keadaan kesehatan hewan (Anggraeni, 2006). Tumbuhan dan pepohonan banyak tumbuh di sekitar kandang, salah satunya adalah tumbuhan granadila merah (Passiflora coccinea) yang tumbuh menjalar di atas kandang. Tumbuhan tersebut secara tidak langsung mempengaruhi suplai oksigen dan mengurangi cekaman suhu di sekitar kandang. Kisaran suhu di Penangkaran Mamalia selama pengamatan antara o C dan kelembaban antara 60-99%. Rataan suhu dan kelembaban dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Suhu dan Kelembaban di Penangkaran Waktu Temperatur ( 0 C) Rh (%) Pagi 23,75 90,83 Siang 30,13 69,67 Sore 25,08 86,25 Malam 24,04 96,21 Fajar 23,54 96,54 Kondisi suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada pagi dan malam hari, serta suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah pada siang hari akan berpengaruh terhadap kondisi dan aktivitas kancil, seperti aktivitas makan, lokomosi, dan istirahat. 20

2 Kondisi Lingkungan Lokasi kandang, tingkat kebisingan, suhu, kelembaban, bau-bauan, dan aktivitas makhluk hidup lain yang merupakan bagian dari lingkungan sekitar adalah faktor-faktor yang sangat penting dan perlu diperhatikan selama pengamatan karena akan mempengaruhi perilaku kancil yang diamati. Mukhtar (1986), menyatakan perilaku satwa dipengaruhi oleh dua macam rangsangan yaitu rangsangan dalam dan rangsangan luar. Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis, sekresi hormon, dan faktor motivasi. Rangsangan luar dapat berbentuk suara, pandangan, tenaga mekanis, dan rangsangan kimia. Kancil merupakan hewan nokturnal yang bersifat aktif pada malam hari, tidak banyak mengeluarkan suara, mudah stres, dan sangat peka terhadap lingkungan sekitar. Kebisingan maupun cekaman lingkungan lain di sekitar penangkaran mempengaruhi aktivitas yang diamati. Kebisingan ditimbulkan oleh suara-suara yang berasal dari lingkungan sekitar seperti suara satwa, suara manusia, dan suara yang berasal dari kendaraaan bermotor yang lewat di sekitar kandang. Tanggapan kancil terhadap gangguan ini ditunjukkan dengan sikap atau gerakan yang tiba-tiba lari menuju tempat persembunyian (gorong-gorong) untuk menghindar dari bahaya. Kancil termasuk hewan yang peka terhadap aktivitas makhluk hidup maupun benda lain yang berada di sekitar lingkungannya. Kancil mengenali lingkungan dan memberi tanggapan terhadap kondisi lingkungan dengan menggunakan indra pendengaran dan indra penciuman. Telinga akan digerak-gerakkan untuk mendeteksi suara. Bau-bauan dideteksi dengan cara menggerak-gerakkan kepalanya ke atas, ke bawah, ke kiri, dan ke kanan (seperti gerakan mencari sumber bau atau menciumcium). Kancil menoleh ke kiri, ke kanan, dan ke belakang untuk melihat objek. Hewan ini sesekali keluar dari tempat persembunyian untuk memeriksa lingkungannya dengan cara berputar-putar di kandang sambil mengendus-endus dan menggerak-gerakkan telinga. Jumailah (1999) melaporkan bahwa perilaku memeriksa situasi dilakukan jika kancil mencurigai sesuatu yang asing atau ingin mengetahui keadaan sekitarnya. Pemeriksaan dilakukan biasanya dengan cara mengendus-endus atau kepala didongakkan dan lubang hidung dibuka lebar. Aktifnya penggunaan indra penciuman ini, menurut Nurhidayat et al. (1992) dikarenakan kancil mempunyai otot M. Dilatator nares lateralis menuju ke lateral 21

3 cuping hidung. Otot ini sangat berperan dalam mendilatasikan cuping hidung sehingga kancil dapat dengan mudah mengendus-endus untuk memeriksa lingkungan sekitar. Aktivitas dan Tingkah Laku Kancil Aktivitas kancil yang diamati terdiri atas tingkah laku yang berhubungan langsung dengan makan, yaitu: makan, minum, urinasi, dan defekasi. Aktivitas lain yang diamati adalah tingkah laku yang mempengaruhi pola makan (lokomosi, grooming, memamahbiak, dan istirahat). Pengamatan kancil dilakukan mulai pukul sampai pukul WIB pagi berikutnya. Kancil memulai aktivitasnya dengan berjalan keluar dari gorong-gorong (bangun tidur) kemudian melakukan aktivitas lokomosi mengelilingi kandang. Tingkah laku berputar-putar ini bertujuan memeriksa keadaan sekitar. Aktivitas lokomosi ini juga penting untuk menyesuaikan diri terhadap suhu udara yang dingin sehingga panas tubuhnya meningkat dan kancil tidak kedinginan. Hewan ini akan mendekati tempat pakan jika keadaan sekitar dirasa aman. Persentase aktivitas kancil selama 24 jam disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Persentase Harian Aktivitas Kancil Selama Penelitian Aktivitas kancil yang paling dominan selama di penangkaran adalah istirahat, yaitu 36,371% atau sekitar 8,72 jam dari total aktivitas kancil selama 24 jam. Aktivitas istirahat yang tinggi ini dipengaruhi oleh suhu udara lingkungan sekitar. Aktivitas lain yang cukup tinggi adalah lokomosi (15,558% atau 3,73 jam). Kancil merupakan binatang ruminansia yang melakukan aktivitas memamahbiak untuk mencerna makanannya. Nilai persentase aktivitas memamahbiak adalah 15,312% 22

4 atau 3,67 jam dari total semua aktivitas. Aktivitas memamahbiak biasanya dilakukan saat kancil sedang istirahat. Aktivitas lain yang banyak dilakukan kancil dalam sehari-harinya adalah grooming, yaitu 13,814% atau 3,31 jam sehari. Grooming memiliki peranan penting sebagai bentuk perawatan tubuh. Aktivitas makan mempunyai nilai persentase sebesar (12,603% atau 3,03 jam), defekasi (3,058% atau 0,73 jam), urinasi (3,284% atau 0,79 jam), dan minum (0%). Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Aktivitas Makan Kancil Aktivitas Makan Aktivitas makan dimulai dengan proses pemilihan pakan yang diberikan. Kancil memilih jenis pakan menggunakan indra penciumannya, yaitu dengan mengendus-endus pakan yang disediakan. Hewan ini mengambil pakan dengan menggunakan bibir atas dan bibir bawah untuk selanjutnya dikunyah sebentar menggunakan gigi geraham sebelum ditelan. Pengunyahan yang dilakukan oleh kancil sedikit berbeda dengan yang dilakukan oleh hewan ruminansia lainnya. Pakan cenderung seperti di dorong ke kerongkongan yang diikuti dengan gerakan kepala ke atas dan ke bawah (seperti gerakan manggut-manggut atau menelan pakan dengan keras). Pakan akan dikunyah beberapa saat sesuai ukuran, keras lunaknya, dan jenis pakan yang dipilih. Menurut Nurhidayat et al. (1992), keadaan makan tersebut terjadi akibat otot-otot bibir kancil relatif kurang berkembang, yang menyebabkan pasifnya gerakan bibir dalam menangkap pakan. Bibir pada kancil berfungsi untuk mengambil dan menahan pakan untuk dimasukkan ke dalam mulut. Winarto et al. (1991) menyatakan penggunaan otot bibir pada kancil dalam mengambil pakan tidak terlalu aktif dibandingkan pada domba. Penggunaan bibir pada kancil hanya untuk mengangkat pakan, sedangkan pemotongan pakan dilakukan oleh gigi geraham. Pakan yang dipotong-potong menjadi bagian yang kecil dapat memudahkan proses pengambilan, pengunyahan, dan penelanan pakan oleh kancil. Aktivitas makan pada kancil biasanya dilakukan ketika keadaan lingkungan sekitar telah sepi. Kancil merupakan hewan yang sangat peka terhadap gangguan dari lingkungan luar. Kancil bersifat pemalu dan selalu berusaha untuk tidak terlihat. Hewan ini akan lari dan bersembunyi di gorong-gorong jika merasa terancam. Aktivitas makan kancil biasanya dilakukan terpisah dari tempat fesesnya. Kancil 23

5 akan melanjutkan aktivitas berikutnya seperti grooming, istirahat di gorong-gorong, defekasi, urinasi, maupun memamahbiak setelah selesai makan. Aktivitas makan kancil disajikan pada Gambar 7. Secara keseluruhan intensitas makan kancil terlihat lebih tinggi pada waktu malam hari dibandingkan dengan siang hari. Kondisi ini sesuai dengan sifat kancil sebagai hewan nokturnal (aktif pada malam hari). Aktivitas makan tertinggi terjadi pada pukul WIB, yaitu sebesar 9,61% dari keseluruhan waktu yang diperlukan untuk makan dalam sehari. Pada waktu tersebut bertepatan dengan waktu pemberian pakan dan merupakan waktu pergantian dari siang ke malam. Peningkatan aktivitas makan juga terjadi pada pukul WIB. Peningkatan aktivitas makan dapat juga diakibatkan oleh kondisi suhu lingkungan sekitar. Rata-rata suhu udara pada malam hari sebesar 24,04 o C dan pada waktu fajar 23,54 o C, sedangkan kelembaban pada malam hari sebesar 96,21% dan pada waktu fajar sebesar 96,54%. Kondisi udara tersebut cukup dingin. Hewan ini membutuhkan panas yang tinggi untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh sehingga dia akan mengkonsumsi pakan lebih banyak. Temperatur lingkungan yang tinggi menurunkan konsumsi sedangkan penurunan temperatur merangsang pusat makan untuk meningkatkan konsumsi pakan (Arora, 1989). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Winarto et al. (1991) yang melaporkan aktivitas makan kancil yang terendah terjadi pada periode antara pukul WIB. Gambar 7. Tingkah Laku Makan Kancil di Penangkaran 24

6 Aktivitas memamahbiak Aktivitas memamahbiak memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan aktivitas lain yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan, yaitu sebesar 15,312%. Kancil termasuk golongan hewan ruminansia yang melakukan aktivitas memamahbiak. Aktivitas memamahbiak ini dilakukan pada saat suasana tenang baik dalam kondisi kancil duduk, istirahat maupun berdiri. Aktivitas memamahbiak pada kancil dilakukan dengan mengembalikan pakan yang telah ditelan dan disimpan di rumen ke dalam mulut (proses regurgitasi), yang kemudian dikunyah kembali (proses remastikasi) dan setelah proses remastikasi selesai maka pakan akan ditelan kembali (proses redeglutasi). Pakan tersebut selanjutnya dicerna lagi oleh enzim-enzim mikroba rumen (microbial attack) seperti pada hewan ruminansia lainnya. Jumlah kecapan dalam proses memamahbiak tergantung dengan besar kecilnya pakan dan jenis bahan pakan yang dikonsumsi. Kancil membutuhkan suasana yang tenang untuk memamahbiak. Suasana yang gaduh akan mngganggu aktivitas memamahbiak, kancil kadang-kadang akan berhenti memamahbiak jika merasa dirinya terancam. Aktivitas memamahbiak dilakukan selama ada waktu luang sehingga pada setiap periode pengamatan ditemukan aktivitas memamahbiak. Aktivitas memamahbiak tertinggi terjadi pada pukul WIB yaitu sebesar 9,65% lalu menurun dari pukul sampai pukul WIB dan naik kembali pada pukul WIB seperti yang tampak pada Gambar 8. Jika dibandingkan dengan aktivitas makan (Gambar 7), tampak bahwa aktivitas memamahbiak dilakukan setelah aktivitas makan. Gambar 8. Tingkah Laku Memamahbiak Kancil di Penangkaran 25

7 Aktivitas memamahbiak terendah terjadi pada pukul WIB dengan nilai sebesar 0,13% dari keseluruhan total memamahbiak. Nilai yang rendah ini dimungkinkan karena pada waku tersebut adalah waktu pemberian pakan sehingga kancil akan banyak melakukan aktivitas lokomosi dan makan. Aktivitas Minum Aktivitas minum adalah aktivitas memasukkan air atau cairan ke dalam tubuh melewati mulut. Selama penelitian tidak ditemukan aktivitas minum pada kancil. Kancil tidak melakukan aktivitas minum diduga karena kebutuhan akan air sudah terpenuhi dari pakan yang dikonsumsi. Kondisi kandang yang sejuk dan tingginya curah hujan diduga juga berpengaruh terhadap aktivitas minum kancil. Menurut Rosyidi (2005), kancil memiliki dinding sel yang cukup tebal sehingga diduga saat sel-sel kancil memetabolisme pakan dapat mengefisiensi penggunaan air. Keadaan ini menyebabkan kancil tahan tidak minum beberapa hari bahkan beberapa minggu, sehingga kebutuhan minum kancil hanya berasal dari kandungan air yang ada dalam pakan maupun dari hasil metabolisme tubuh. Aktivitas Defekasi Aktivitas defekasi merupakan aktivitas membuang kotoran yang berbentuk padat. Kancil termasuk hewan yang bersih, hal ini ditandai jika kancil melakukan aktivitas defekasi maupun urinasi maka sebagian besar kotoran kancil akan ditempatkan di tempat yang sama di salah satu bagian sudut atau pinggir kandang dan kadang-kadang agak terpisah. Jika melihat sifat atau tingkah laku defekasi atau urinasi kancil maka hewan ini berpotensi untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan untuk kesenangan (pets) seperti kelinci. Aktivitas defekasi pada kancil rata-rata diawali dengan aktivitas urinasi. Feses kancil yang normal berbentuk bulat panjang hampir mirip dengan kotoran domba atau kambing namun ukurannya lebih kecil. Ukuran feses kancil beragam, besarnya kurang lebih sebesar pentol korek api. Tingkah laku dan posisi tubuh saat melakukan defekasi pada kancil mirip domba atau kambing, yaitu dilakukan dengan melebarkan kedua kaki bagian belakang sehingga menyebabkan bagian punggung belakang agak tertarik ke bawah. Kancil akan diam berkonsentrasi sebelum mengeluarkan feses dan ketika proses pengeluaran feses berlangsung ekor diangkat agak ke atas seperti yang ditunjukkan 26

8 pada Gambar. 9 (a). Ekor kembali diturunkan ke bawah jika proses pengeluaran feses sudah selesai seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 9 (b). Rosyidi (2005) menyatakan bahwa dari cara urinasi dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin pada kancil yaitu kancil betina saat melakukan eliminasi paha kancil dibuka lebar-lebar serta pantat diturunkan sangat rendah sekali hampir menyentuh lantai kandang. Hewan jantan pada waktu defekasi paha tidak dibuka lebar-lebar dan pantat tidak terlalu diturunkan. (a) Gambar 9. (a) Kancil pada saat Defekasi (b) Kancil Selesai Defekasi Sumber : Bagus (2009) Hasil pengamatan menunjukkan aktivitas defekasi tertinggi terjadi pada pukul WIB sebesar 13,42% dari keseluruhan waktu yang diperlukan untuk defekasi dalam sehari seperti yang terlihat pada Gambar 10. (b) Gambar 10. Tingkah Laku Defekasi Kancil di Penangkaran 27

9 Tingginya aktivitas defekasi ini disebabkan oleh hasil metabolisme konsumsi pakan pada waktu sebelumnya yang tidak dicerna dan tidak digunakan lagi oleh tubuh, sehingga harus dikeluarkan. Aktivitas Urinasi Aktivitas urinasi dilakukan untuk membuang kotoran yang berbentuk cair. Tingkah laku urinasi pada kancil tidak jauh berbeda dengan tingkah laku defekasi. Total aktivitas urinasi sebesar 3,284% (0,79 jam) dari total aktivitas kancil selama 24 jam seperti yang tampak pada Gambar 11. Gambar 11. Tingkah Laku Urinasi Kancil di Penangkaran Nilai ini menempati urutan ketiga terbesar dalam hasil persentase aktivitas yang berhubungan langsung dengan makan. Aktivitas urinasi kancil pada malam hari memiliki intensitas lebih tinggi daripada di siang hari (Gambar 11). Keadaan demikian dikarenakan suhu pada waktu malam hari adalah rendah (24,04 o C) dan kelembaban tinggi (96,21%). Keadaan ini mengakibatkan suhu udara menjadi cukup dingin. Kondisi udara yang dingin akan merangsang tubuh kancil untuk memproduksi panas tubuh lebih tinggi, hal ini bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil. Jumlah urin akan meningkat akibat dari aktivitas tubuh tersebut sehingga kancil akan banyak melakukan aktivitas urinasi. Jumlah dan komposisi urin sangat berubah-ubah dan tergantung pemasukan bahan makanan, berat badan, usia, jenis kelamin, dan lingkungan hidup seperti temperatur, kelembaban, aktivitas tubuh dan, keadaan kesehatan (Koolman dan Rohm. 2000). 28

10 Aktivitas yang Mempengaruhi Pola Makan Kancil Aktivitas Lokomosi Bergerak adalah salah satu ciri makhluk hidup. Aktivitas gerak dibagi menjadi tiga yaitu gerak statis, gerak dinamis, dan gerak kombinasi. Gerak statis adalah gerakan-gerakan tubuh tanpa proses perpindahan tempat seperti gerakan mengangkat kaki, grooming, memamahbiak, menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan, menggerakkan ekor dan lain sebagainya. Gerakan dinamis adalah gerakan pada hewan yang dilakukan dengan proses perpindahan tempat (lokomosi) seperti gerakan berjalan lurus tanpa dibarengi gerakan statis. Gerakan kombinasi adalah gerakan yang dilakukan hewan yang menggabungkan gerakan statis dan dinamis seperti gerakan menangkap mangsa dan gerakan mengitari daerah teritorial. Hasil pengamatan menunjukkan kancil lebih aktif pada malam hari dibandingkan dengan siang hari, hal ini dimungkinkan karena kancil di alam merupakan hewan malam (nokturnal). Suhu yang tinggi (30,13 o C) dan kelembaban yang rendah (69,67%) di siang hari menyebabkan udara panas. Kondisi ini akan menyebabkan kancil tidak banyak melakukan aktivitas gerak untuk menjaga kestabilan suhu tubuhnya agar tetap nyaman. Aktivitas lokomosi kancil tertinggi terjadi pada pukul WIB sebesar 9,23% seperti tampak pada Gambar 12. Gambar 12. Tingkah Laku Lokomosi Kancil di Penangkaran Aktivitas lokomosi yang tinggi pada waktu tersebut terjadi akibat suhu udara yang rendah (24.04 o C) dan kelembaban yang tinggi (96.21%). Kondisi lingkungan 29

11 seperti ini akan menyebabkan udara yang sangat dingin, sehingga kancil banyak melakukan aktivitas lokomosi untuk menjaga panas tubuhnya agar tetap stabil. Nilai persentase lokomosi kancil pada pukul WIB juga cukup tinggi sebesar 6,24%, hal ini diarenakan kancil mendapatkan rangsangan dari luar berupa pakan. Pemberian pakan yang dilakukan membuat kancil harus bergerak mendekati pakan yang diletakkan di depan gorong-gorong. Aroma pakan dan rasa lapar membuat kancil terangsang untuk bergerak mendapatkan makanan tersebut. Menurut Alikodra (1990) tingkah laku mendekati tempat pakan ini disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar (pakan) dan rangsangan dari dalam (adanya kebutuhan atau lapar). Hewan ini sangat aktif, kancil akan berjalan kesana kemari untuk melihat keadaan sekitar. Berdasarkan tingkah laku dari kancil yang sangat aktif maka kandang untuk memelihara kancil harus cukup luas. Kandang yang luas memungkinkan kancil bergerak bebas, sehingga hewan ini tidak mengalami stres. Lantai kandang dari tanah memungkinkan terjadinya penyerapan urin ke tanah lebih bagus sehingga urin tidak menggenang. Urin yang menggenang dapat menjadi sarang penyakit sehingga dapat mengganggu kesehatan kancil. Lantai yang berupa tanah juga dapat mengurangi luka pada kaki kancil yang sangat kecil. Aktivitas Merawat Diri atau Grooming Tingkah laku perawatan tubuh (grooming) merupakan tingkah laku yang sangat penting diperhatikan oleh perawat satwa. Hewan yang sehat dan bahagia akan memperlihatkan kebiasaan grooming yang memakan waktu cukup banyak. Tingkah laku perawatan dilakukan oleh hewan seperti menjilati bulu atau rambut, menelisik (mencari kutu) dan mandi pasir. Aktivitas grooming pada kancil dilakukan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada tubuhnya dan untuk merapikan bulu yang kusut agar tampak rapi dan mengkilap. Hewan ini akan melakukan aktivitas grooming baik dalam posisi duduk atau rebah maupun berdiri yaitu dengan cara menjilati bulu, kaki, dan anggota tubuh lainnya dengan menggunakan lidahnya. Kancil juga sesekali menggosokgosokkan kepala ke dinding kandang hal ini di dukung oleh penelitian Jumailah (1999) yang menyatakan bahwa perawatan tubuh pada kancil dilakukan dengan cara menggosok-gosokkan badannya (punggung dan kepala) ke benda keras. Hewan ini 30

12 hampir melakukan aktivitas grooming setiap jam selama pengamatan. Kancil merupakan hewan yang menyenangi kebersihan jika dilihat dari aktivitas yang suka merawat diri. Aktivitas grooming pada kancil cukup tinggi, yaitu 13,814% atau 3,31 jam sehari. Aktivitas grooming yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa kancil merasa bahagia dan sehat. Aktivitas grooming pada pukul dan WIB cukup tinggi sebesar 5,64% dan 5,79% (Gambar 13), hal ini dimungkinkan karena pada jam tersebut mendekati puncak pertengahan siang hari yang memiliki suhu tinggi sehingga kancil akan mendinginkan tubuhnya dan merelaksasi otot-ototnya dengan cara grooming. Aktivitas grooming pada selang waktu antara pukul WIB tergolong tinggi yaitu sebesar 16,84%, hal ini dimungkinkan karena pada selang waktu tersebut terjadi peralihan dari siang ke malam sehingga kancil akan melakukan adaptasi suhu dan merelaksasi otot-ototnya untuk menghadapi aktivitas malam. Aktivitas grooming secara umum pada siang hari memiliki nilai persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan malam hari. Kancil pada siang hari banyak melakukan aktivitas istirahat sehingga akan lebih banyak memiliki waktu luang untuk merawat diri atau grooming. Gambar 13. Tingkah Laku Grooming Kancil di Penangkaran Aktivitas Istirahat Aktivitas istirahat ini sangat penting dilakukan untuk memproduksi energi, mencerna pakan, memamah biak, dan memberikan kesempatan mengendurkan otototot yang tegang akibat aktivitas yang telah dilakukan oleh kancil. 31

13 Aktivitas istirahat pada kancil dibagi menjadi dua tipe yaitu istirahat total dan istirahat sementara. Istirahat total artinya kancil tidak melakukan aktivitas apa-apa yaitu kancil akan duduk dengan cara menekuk keempat kakinya dan kadang-kadang sambil menutup mata seperti orang mengantuk dengan meletakkan kepalanya di bawah, namun tetap dalam posisi duduk. Istirahat sementara artinya kancil akan berdiam beberapa menit untuk melepas lelah biasanya dilakukan dengan posisi tubuh berdiri. Kancil lebih suka beristirahat di dalam gorong-gorong (Gambar 14). Hewan ini menyukai habitat di tempat-tempat rimbun yang banyak jatuhan daun-daun kering yang diduga sebagai alas tidurnya dan juga di bawah rimbunan pohon-pohon salak dan umumnya tempat bersarang tidak jauh dari sungai (Farida et al., 2003). Sarang juga digunakan untuk berteduh dari hujan, berlindung dari teriknya sinar matahari, dan bersembunyi. Tempat persembunyian diperlukan dalam manajemen perkandangan kancil karena sifat kancil yang suka bersembunyi di gorong-gorong. Gambar 14. Kancil Istirahat di Gorong-Gorong Sumber : Bagus (2009) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kancil lebih banyak melakukan aktivitas istirahat pada siang dibanding pada malam hari seperti tampak pada Gambar 15. Hal ini diduga karena di alam kancil merupakan hewan malam (nokturnal). Aktivitas istirahat, memamahbiak, dan grooming cukup tinggi (lebih dari 50%). Ketiga aktivitas ini membutuhkan tempat yang aman dengan sedikit gangguan dan tenang. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, dalam kandang kancil sebaiknya disediakan tempat persembunyian misalnya gorong-gorong. 32

14 Gambar 15. Tingkah Laku Istirahat Kancil di Penangkaran Pemilihan Pakan Pakan diberikan dalam bentuk segar dan diletakkan dalam sebuah wadah, karena bila pakan sudah dalam keadaan layu dan kotor, maka kancil enggan memakannya. Rosyidi (2005) menyatakan bahwa kancil menyukai pakan yang segar, kandungan air tinggi, memiliki daya cerna tinggi, serta kandungan serat kasarnya rendah. Urutan pemilihan pakan digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui tingkat kesukaan (preferensi) pakan yang diberikan. Church (1976), mengatakan bahwa satwa memiliki sifat seleksi yang cukup tinggi terhadap pakan yang tersedia, sehingga satwa akan lebih banyak memakan jenis pakan yang paling disukainya. Jenis pakan yang diberikan pada penelitian ini ada 12 buah, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok siang dan kelompok malam. Pembagian ini didasarkan pada kecenderungan pakan yang dikonsumsi kancil pada siang dan malam hari. Bahan pakan pada kelompok siang adalah ubi jalar merah, jambu biji merah, oyong, labu siam, labu air, dan buncis. Bahan pakan pada kelompok malam adalah kecambah, sawi putih, kulit pisang, daun brojo lego, daun jaat liar, dan daun meniran. Ubi jalar merah, jambu biji merah, oyong, labu siyam, labu air, buncis, sawi putih, dan kulit pisang dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dengan ukuran kurang lebih sebesar dadu untuk memudahkan kancil dalam memakan pakan tersebut. Tumbuhan brojo lego dan jaat liar masing-masing hanya diambil daunnya. Kecambah diberikan secara langsung. Urutan ranking pakan atau ranking jenis pakan yang diberikan pada kancil dapat dilihat pada Tabel 4 33

15 Tabel 4. Urutan Pemilihan Pakan pada Kancil di Siang Hari Rangking Jenis Pakan Siang Malam 1 Ubi jalar merah Kulit pisang 2 Labu siam Daun meniran 3 Jambu biji merah Kecambah 4 Oyong Sawi putih 5 Labu air Daun brojo lego 6 Buncis Daun jaat liar Keterangan : Angka 1 sampai dengan angka 6 menunjukkan nomor urutan pemilihan pakan dari pakan yang pertama kali dipilih sampai pakan yang terakhir dipilih untuk dikonsumsi. Pakan yang dipilih pertama kali pada pengamatan siang hari adalah ubi. Ubi dipilih karena sebagian besar umbinya terdiri atas karbohidrat yang mudah dicerna, sehingga dapat segera dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh, teksturnya halus, dan kadar serat kasar yang rendah (2,56%) (Rosyidi, 2005). Labu siam menduduki peringkat kedua karena memiliki kandungan karbohidrat dan kadar air yang cukup tinggi masing-masing sebesar 6,7 g dan 92,3 g. Labu siam juga memiliki aroma yang khas dan kadar serat kasar yang rendah (Mahmud et al., 2009). Peringkat ketiga ditempati oleh jambu biji merah. Buah ini dipilih karena daging buahnya berbau harum, berkadar air tinggi 86,0 g, berwarna cerah, serta memiliki kandungan karbohidrat cukup tinggi sebesar 12,2 g (Rukmana, 2008). Peringkat keempat ditempati oleh oyong. Jenis pakan ini cukup disukai karena memiliki kandungan karbohidrat sebesar 4,1 g dan air sebesar 94,5 g. Peringkat kelima ditempati oleh labu air. Jenis pakan ini kurang disukai karena memiliki kandungan karbohidrat yang cukup rendah yaitu sebesar 3,8 g. Jenis pakan yang paling tidak disukai pada waktu siang hari adalah buncis. Jenis pakan ini tidak disukai diduga karena faktor aroma. Hasil pengamatan pemilihan pakan pada siang hari menunjukkan bahwa kancil memilih pakan berkadar air tinggi. Pilihan ini mencukupi kebutuhan air bagi kancil sehingga kancil tidak perlu minum. Hal ini didukung oleh aktivitas minum kancil yang 0%. Jenis pakan yang dipilih pertama kali pada periode malam hari adalah kulit pisang lampung. Pakan ini dipilih karena digunakan sebagai sumber karbohidrat, beraroma harum, berwarna cerah, dan bertekstur empuk. Jumailah (1999), melaporkan bahwa bahan pakan yang dipilih kancil pertama kali adalah pisang. Kecenderungan kancil terhadap pisang berkaitan dengan preferensi. Pisang 34

16 mempunyai aroma yang wangi, bentuk dan tekstur yang lunak. Hasil pengamatan Winarto et al. (1991) menyebutkan bahwa pakan yang paling disukai kancil adalah pisang. Peringkat kedua ditempati oleh daun meniran. Jenis pakan ini cukup disukai karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi 10,65%. Tekstur daun yang lembut dan aroma yang khas juga menjadi faktor penyebab pakan ini dipilih. Peringkat ketiga ditempati oleh kecambah. Kecambah dipilih karena memiliki kandungan air yang besar (90,4 g) dan protein yang cukup tinggi (3,7 g). Peringkat keempat ditempati oleh sawi putih. Pakan ini cukup disukai karena mengandung 1,7 g karbohidrat dan 96,6 g air. Peringkat kelima ditempati oleh daun brojo lego pakan ini tidak begitu disukai karena kandungan airnya rendah (10,58%) dan serat kasarnya cukup tinggi (17,44%). Jenis pakan yang paling tidak disukai adalah daun jaat liar. Jenis pakan ini tidak disukai karena memiliki kandungan air yang rendah sebesar 9,61% dan serat kasar yang cukup tinggi sebesar 20,02%. Kancil dalam memilih pakan cenderung pada pakan yang mengandung sedikit serat kasar dan cukup banyak mengandung air (Jumaliah, 1999). Peringkat selanjutnya berturut-turut ditempati oleh oyong, labu air, buncis. Hasil pengamatan pemilihan pakan pada malam hari menunjukkan bahwa kancil memilih pakan berkadar air rendah dengan kandungan karbohidrat, protein, dan serat kasar agak tinggi. Hal ini didukung oleh proses ruminasi yang tinggi di malam hari. Kancil merupakan satwa ruminansia yang memiliki alat pencernaan sederhana, lambung kancil hanya memiliki 3 ruangan yaitu rumen, retikulum, dan abomasum (Sigit, 1984) yang tidak mampu mencerna bahan pakan yang kadar serat kasarnya tinggi sehingga kancil sebaiknya diberikan pakan dengan kadar serat kasar rendah dan energi cukup tinggi. Jumailah (1999), menyatakan kancil dalam memilih pakan cenderung pada pakan yang mengandung sedikit serat kasar dan mengandung cukup banyak air. Pakan pilihan tersebut dapat dikatakan merupakan pakan yang berkualitas baik. Kancil juga termasuk dalam jenis kelompok satwa peranggas atau browsers atau concentrate selectors yang menyukai daun-daunan, umbi-umbian, bijibijian dan buah-buahan yang mudah dicerna (Kay et al., 1980). Hal ini dilakukan agar kancil dapat memperoleh nutrisi sesuai dengan habitat aslinya. 35

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kondisi Penangkaran Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor terletak di Jalan Raya Bogor-Jakarta KM 46, Desa Sampora, Kecamatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan di

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penampilan Produksi Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sapi PO maupun sapi Brahman, turunan dari Bos indicus. Sapi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Nilai Gizi Pakan Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kecamatan Cimalaka memiliki populasi kambing PE sebanyak 1.858 ekor. Keberadaan kambing PE di kecamatan Cimalaka diawali dengan adanya usaha pemanfaatan lahan kritis,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Bangsa sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Zebu dan Banteng. Tubuh dan tanduknya relatif kecil, warna bulu pada jantan dan betina sama seperti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2011. Lokasi penelitian di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas, berlokasi di lereng Gunung Tampomas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan protein yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan protein yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan protein yang tinggi, rendah kolestrol dan lemak. Kelinci mempunyai kemampuan tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi bali merupakan

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas)

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas) Cara Memandikan Kelinci Putih Agar Bersih Via : Tuliat.com Kelinci Putih adalah salah satu warna bulu kelinci yang paling disukai banyak orang atau para pencinta binatang piaraan karena warnanya yang terlihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Kegiatan yang dilakukan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan tidak sama. Tetapi gejala yang ditunjukkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan sama. Gejala atau ciri yang ditunjukkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung karena ukuran tubuhnya yang kecil, warnanya bermacam-macam,

Lebih terperinci

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya

Lebih terperinci

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron

Lebih terperinci

TI JAUA PUSTAKA. Kancil (Tragulus javanicus)

TI JAUA PUSTAKA. Kancil (Tragulus javanicus) TI JAUA PUSTAKA Kancil (Tragulus javanicus) Klasifikasi dan Morfologi Ruminansia adalah jenis hewan yang mempunyai kebiasaan memamahbiak. Ruminansia dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan jenis makanannya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 3 1.3.Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura memiliki ciri-ciri antara lain berwana kecoklatan hingga merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut Sugeng(2005) sapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak

Lebih terperinci

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna 1 Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna Kita semua pasti tahu kalau di gurun sangatlah panas. Fakta lainnya kurang dikenal, tetapi akan jadi penting jika menyangkut tentang hewan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak 22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Mikro Suhu dan kelembaban udara merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak homeothermic,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci

JMSC Tingkat SD/MI2017

JMSC Tingkat SD/MI2017 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara menyilang (X)abjad jawaban pada lembar jawaban kerja yang disediakan. 1. Pada sore hari jika kita menghadap pada matahari, bayangan tubuh kita tampak lebih...

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Super Ayam kampung super merupakan hasil dari proses pemuliaan yang bertujuan untuk peningkatan produksi daging. Dalam jangka pendek metode persilangan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

ILMU BETERNAK Suatu Tinjauan dari Sisi Pakan Ternak Oleh : Ir. H. Anggodo Marnomo Praktisi & Pengamat Pakan Ternak

ILMU BETERNAK Suatu Tinjauan dari Sisi Pakan Ternak Oleh : Ir. H. Anggodo Marnomo Praktisi & Pengamat Pakan Ternak ILMU BETERNAK Suatu Tinjauan dari Sisi Pakan Ternak Oleh : Ir. H. Anggodo Marnomo Praktisi & Pengamat Pakan Ternak Ransum diartikan sebagai satu atau beberapa jenis pakan yang diberikan untuk seekor ternak

Lebih terperinci

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8 5 Hidup Sehat Pola hidup akan menentukan kualitas kesehatan seseorang. Pola hidup yang baik akan membawa seseorang pada kesehatan jasmani. Sebaliknya, pola hidup yang buruk dapat menimbulkan berbagai masalah.

Lebih terperinci

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Penangkaran UD Anugrah Kediri, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Juni-Juli 2012.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Garut

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Garut TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba termasuk ordo Actiodactyla, sub ordo Ruminantia, famili Bovidae, genus Ovis, dan species Ovis aries (Mason, 1984). Domba hidup secara berkelompok-kelompok. Tiap kelompok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama dan di bawah program PT. Taman Safari Indonesia didampingi oleh Bapak Keni Sultan,

Lebih terperinci

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah kelinci Menurut Kartadisatra (2011) kelinci merupakan hewan mamalia dari family Leporidae yang dapat ditemukan di banyak bagian permukaan bumi. Dulunya, hewan ini adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS. Kemampuan Fisik. 1. Menggali (digging)

BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS. Kemampuan Fisik. 1. Menggali (digging) BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS Kemampuan Fisik 1. Menggali (digging) Tikus terestrial akan segera menggali tanah jika mendapat kesempatan, yang bertujuan untuk membuat sarang, yang biasanya tidak melebihi

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA BAB 1 CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA Tujuan Pembelajaran: 1) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus hewan dengan lingkungannya; 2) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler 29 IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh lama penggunaan litter pada kandang panggung terhadap konsumsi ransum disajikan pada Tabel 5. Tabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

UJI KONSUMSI PAKAN dan AKTIVITAS MAKAN PADA KUKANG (Nycticebus coucang) SECARA Ex situ

UJI KONSUMSI PAKAN dan AKTIVITAS MAKAN PADA KUKANG (Nycticebus coucang) SECARA Ex situ UJI KONSUMSI PAKAN dan AKTIVITAS MAKAN PADA KUKANG (Nycticebus coucang) SECARA Ex situ Astuti Kusumorini, Sekarwati Sukmaningrasa, Risna Octaviani Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1 Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Peta Konsep Ciri khusus mahkluk hidup 1. Mencari makan 2. Kelangsungan hidup 3. Menghindari diri dari Hewan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ternak Kelinci Konsumsi daging kelinci di Indonesia dimasa mendatang diprediksikan akan meningkat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia, mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et al., 2002). Murtidjo

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015 di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton, Bandar Lampung. Peta

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedet Pedet merupakan ternak replacement stock. Pemberian suplemen pada pedet prasapih pada awal laktasi diharapkan akan dapat mengendalikan penyebab terjadinya penurunan kemampuan

Lebih terperinci

HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet

HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet HASIL Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan Pengamatan perilaku walet rumahan diamati dengan tiga unit kamera IR- CCTV. Satu unit kamera IR-CCTV tambahan digunakan untuk mengamati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Pemeliharaan Komponen utama dalam beternak puyuh baik yang bertujuan produksi hasil maupun pembibitan terdiri atas bibit, pakan serta manajemen. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah. Kata pengantar Saat akan makan, pertama-tama yang kamu lakukan melihat makananmu. Setelah itu, kamu akan mencium aromanya kemudian mencicipinya. Setelah makanan berada di mulut, kamu akan mengunyah makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam

PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan ayam ras pedaging yang waktu pemeliharaannya relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam broiler perlu ditingkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena dagingnya selain rasanya enak juga merupakan bahan pangan sumber protein yang memiliki kandungan gizi lengkap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2 1. Cara adaptasi tingkah laku hewan mamalia air yang hidup di air laut

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian studi perilaku dan pakan Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Studi Satwa Primata IPB dan Taman Nasional Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida Pengujian tingkat kejeraan tikus sawah dan tikus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia akan gizi menuntut dikembangkannya berbagai industri pangan. Salah satu sektor yang turut berperan penting dalam ketersediaan bahan pangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,

Lebih terperinci

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD Disusun oleh : Cristin Dita Irawati/ 111134027/ PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Standar Kompetensi Makhluk Hidup dan Proses kehidupan 1. Mengidentifikasi fungsi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci