UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI TUGAS KERJA KELOMPOK

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

B. Kajian Teoritis dan Metode Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PENUGASAN PADA SISWA KELAS X1 SMA NEGERI 1 MARE

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS IX-F SMP NEGERI 1 PADEMAWU TAHUN PELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORI. yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak. 2

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

Oleh : Retnosari Widiastuti ABSTRAKSI

Peningkatan Hasil Belajar Perawatan Sistem Pendingin Dengan. Metode Diskusi Kelompok Pada Siswa

PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING

Pendidikan Akuntansi

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Kondisi Awal

Saeful Karim, Masrudin

Oleh: Supardi SDN 2 Watulimo, Trenggalek

BAB II LANDASAN TEORITIK

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

JURNAL PUBLIKASI. Oleh : HERU SANTOSO NIM. A

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Bagi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 2 Galang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PERAGA BENDA KONKRIT SEMESTER I TAHUN 2010/2011

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Program Pendidikan Akuntansi

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

Jurusan Pendidikan Ekonomi Prodi S1 Pendidikan Ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berikut: Terdapat Hubungan Positif dan Signifikan Kebiasaan Belajar

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

Oleh: Maelah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG LUAS BANGUN DATAR MELALUI KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI SDN PATEMON 01 TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

MOHAMAD YASIN SMA Negeri 1 Kauman Kab. Tulungagung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEDUNGSIGIT TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB II KAJIAN TEORI. belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

PEMBELAJARAN MENYATU DENGAN BENGKEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATERI DAN PERUBAHANNYA DI SMK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pengaruh Penerapan Metode Resitasi Terhadap Hasil Pembelajaran Mata Pelajaran IPS Bagi Peserta Didik

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

Efektivitas Penggunaan Metode Kooperatif Learning Model Jigsaw Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Teknik Pembelajaran Pusat Rotasi. Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Hamzah B Uno bahwa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

Peningkatan Keaktifan Belajar Subtema Kerjasama Ekonomi Internasional melalui Pendekatan Ekspositori pada Siswa Kelas IX

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar merupakan hal yang selalu dilakukuan setiap individu dari lahir

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI KELISTRIKAN MELALUI PEMANFAATAN ALAT PERAGA KIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

IMPLEMENTASI STRATEGI GO TO YOUR POST UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB V PEMBAHASAN. yang diharapkan. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair And Share (tps)

Oleh: Purningsih, S.Pd. SMK YPT Purworejo Abstrak

DENGAN MATERI PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

BAB II KAJIAN TEORI. tujuan-tujuan dalam pembelajaran tercapai. digunakan, makin efektif pula pencapaian tujuan.

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2013/2014

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya.

I. PENDAHULUAN. komunikasi, baik komunikasi secara lisan, maupun komunikasi secara tertulis.

JURNAL PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR TUMBUHAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP DHARMA WANITA PARE

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan

BAB VI PENUTUP. mengambil kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 18/I DESA TELUK

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dapat diketahui dari hasil belajar yang diperoleh dan menjadi

Transkripsi:

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI TUGAS KERJA KELOMPOK Oleh: Dra. Neneng Kusmijati Guru SMP Negeri 2 Purwokerto I. PENDAHULUAN Banyak permasalahan yang dihadapi para pendidik dalam usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, baik timbulnya dari siswa maupun dari guru sendiri. Permasalahan yang timbul dari siswa antara lain: kesulitan siswa untuk memahami materi pelajaran dalam buku paket, kurangnya perhatian siswa pada materi pelajaran, dan banyak siswa yang kurang mengetahui cara belajar yang baik. Sedangkan persoalan yang timbul dari pihak guru diantaranya adalah pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang kurang tepat, hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kerja kelompok merupakan cara pemecahan masalah sebagai akibat siswa kurang dapat belajar dengan baik dan efisien. Kerja kelompok akan menimbulkan proses berfikir saling mengisi. Mereka akan saling mendorong kegairahan dan mempertahankan pendapatnya, sehingga akan timbul berbagai alternatif pemecahan masalah yang mendekati kebenaran. Siswa akan terlatih melakukan pemecahan masalah dan berlatih bertanggung jawab terhadap pendapat yang dikemukakan, serta menghargai pendapat yang dikemukakan rekannya. Faktor kerja sama juga akan menjadi kebiasaan belajar mereka, sehingga kesulitan belajar yang mungkin timbul akan lebih mudah terselesaikan dari pada jika siswa belajar sendiri. Berdasarkan pengamatan selama penyusun menjadi guru, jarang siswa melakukan kerja kelompok. Permasalahan tersebut kemungkinan disebabkan karena, antara lain: siswa memiliki sifat individual, guru jarang memberi tugas kelompok, siswa banyak melakukan beban kerja di rumah, dan siswa belum mengerti arti pentingnya kerja kelompok. Permasalahan tersebut dimungkinkan menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar Penyusun berasumsi bahwa rendahnya prestasi belajar siswa diantaranya disebabkan berasal dari guru, yaitu guru jarang memberi tugas kerja kelompok. Untuk membuktikan asumsi tersebut penting disusun makalah dengan judul: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Tugas Kerja Kelompok. Kerja kelompok dipilih sebagai alternatif pemecahan masalah, dengan alasan tugas kerja kelompok mempunyai kelebihan dapat meberikan kesempatan kepada para siswa untuk: (1) menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah, (2) lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah, (3) mengembangkan bakat 1

2 kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi, (4) memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajarnya, (5) lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi, dan (6) mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, serta menghargai pendapat orang lain. II. PEMBAHASAN MASALAH Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai serta kemajuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan tugas. Chasiyah (1998 : 35) menyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang diperoleh setelah mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya bisa ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai seorang individu secara nyata melalui kegiatan belajar yang proses pengukurannya menggunakan tes. Machmud Dimyati (1995:36) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman. Roestiyah (1996:148) menyatakan bahwa belajar merupakan proses aktivitas yang dapat membawa perubahan pada individu. Poerwodarminto (1999:700), menjelaskan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Hasil evaluasi belajar atau prestasi belajar dapat digunakan sebagai balikan atau feedback yang dipakai untuk memperbaiki dan merevisi bahan atau metode pengajaran (Nasution, 1998:78; Dimyati dan Mudjiono, 1999:193). Nasution (1996: 168-169) menyebutkan penilaian berguna untuk: (1) mengetahui keberhasilan anak dalam mencapai tujuan, (2) menunjukkan kekurangan dan kelemahan anak, (3) menunjukkan kelemahan metode mengajar, dan (4) memberi dorongan kepada siswa untuk belajar dengan giat. Kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok menurut Nana Sudjana (2000:82) mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok). Ulihbukit Karo-karo (1995:56) menyatakan "kerja kelompok adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompokkan) mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran". Suharyono (1994:107) menerangkan kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih untuk suatu kerja atau suatu tujuan. Kelompok belajar adalah kelompok siswa yang mengerjakan pelajaran secara bersama dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Djauzak Ahmad (1995:33); menjelaskan kerja kelompok adalah metode mengajar untuk membawa siswa-siswa sebagai kelompok dan

3 secara bersama-sama beruasaha untuk memecahkan suatu masalah atau melakukan suatu tugas. Roestiyah (1996:15) menjelaskan kerja kelompok adalah suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 (lima) atau 7 (tujuh) siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru. Dari pendapat kelima pakar tersebut di atas, maka dapat dirangkum bahwa kerja kelompok adalah proses aktivitas yang dapat membawa perubahan pada individu yang dilaksanakan dua orang atau lebih yang masing-masing individu mempunyai status dan peranan yang sama. Antara siswa satu dengan siswa yang lain saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja kelompok menurut Suharyono (1994:111), sebagai berikut: 1. Tujuan kerja kelompok. Kejelasan dan kemantapan tujuan kerja kelompok akan sangat mempengaruhi kehidupan kelompok. Makin jelas dan mantap tujuan kerja kelompok akan makin kuat ikatan perasaan kelompok dan akan makin mendorong semangat kerja anggotanya. 2. Sifat-sifat anggota pimpinan kelompok. Manusia merupakan faktor yang sangat penting di dalam kelompok, karena justru manusialah yang menjadi subyek dan pelaku kelompok. Oleh karena itu maka iklim kehidupan kelompok sangat dipengaruhi oleh perbedaan sifat dan kesanggupan kerja sama dari setiap anggota dan pimpinan kelompok. Heterogenitas kondisi kelompok ini perlu mendapatkan perhatian agar tidak mengganggu kelancaran kerja. Dalam hal ini peranan pimpinan kelompok sangat penting dan menentukan. Langkah yang perlu ditempuh oleh pimpinan kelompok antara lain : 1) Penetapan dan kejelasan tujuan sesuai dengan kebutuhan anggota. 2) Kembangkan kepemimpinan yang demokratis serta ciptakan suasana kekeluargaan, saling percaya, saling menghargai dan tenggang rasa. 3) Kembangkan terjadinya komunikasi timbal balik. 4) Pengambilan keputusan atas dasar prinsip musyawarah. Roestiyah (1996:17), menyebutkan kelebihan kerja kelompok, sebagai berikut: a. Dapat meberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah. b. Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah. c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi. d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memprhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.

4 e. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi. f. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain; hal mana telah saling membantu keompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama. Tetapi disamping memiliki kelebihan, kerja kelompok juga memiliki kelemahannya, sebagai berikut: a. Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakp memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang. b. Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula. c. Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri. (Roestiyah, 1996:17): Landasan teori yang digunakan dalam pemberian tugas kerja kelompok adalah Hukum Jost (Jost's Law), yaitu siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ditekuni. Berdasarkan Hukum Jost, belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih baik daripada 3 x 5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut sama. Maksudnya, mempelajari materi pelajaran dengan alokasi waktu tiga jam per hari selama lima hari akan lebih baik dan efektif daripada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu lima jam sehari tetapi hanya selama tiga hari (Muhibbin Syah, 1997:127). Kerja kelompok dipilih sebagai alternatif pemecahan masalah dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa, dengan alasan belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dalam kerja kelompok, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Prestasi belajar siswa akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Salah satu faktor yang memiliki peran dalam rangka mencapai tujuan adalah ketepatan dalam mengorganisir peserta didik atau siswa. Kerja kelompok memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan pengertian yang berguna sebagai dasar belajar selanjutnya tanpa meninggalkan prinsip yang berorientasi pada Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kerja kelompok yang dipergunakan dalam pengajaran merupakan suatu strategi

5 yang memilih penyajian bahan pelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa secara bersama-sama. 1. Persiapan penggunaan tugas kerja kelompok: Ulihbukit Karo-Karo (1995: 61) menjelaskan dalam menggunakan kerja kelompok kecil, harus dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut: a. Menentukan masalah-masalah apa yang akan didiskusikan atau tugas dikerjakan itu harus dirumuskan dengan jelas dan dipahami dengan baik oleh setiap siswa. b. Memilih saat yang tepat, misalnya ketika sedang dibicarakan sesuatu masalah yang hangat dan tiap siswa ingin mengeluarkan pendapatnya. c. Menentukan peserta-peserta dalam tiap kelompok. Cara ini harus efisien dan tidak boleh banyak memakan waktu. Biasanya suatu kelompok kecil terdiri dari lima orang, akan tetapi dapat juga tiga sampai enam orang. Bila kelompok itu terlampau kecil sumber buah pikiran baru terlampau terbatas. Bila kelompok terlampau besar, maka ada bahayanya misalnya sejumlah siswa berdiam diri dan tidak turut mengeluarkan pendapatnya. d. Menentukan lamanya kelompok itu bekerja dan berdiskusi. Waktunya harus singkat dan masing-masing didesak untuk berfikir dan bekerja cepat, bicara singkat dan berpegang erat dengan pokok persoalan. Bila waktu terlampau banyak, besar kemungkinan pembicaraan panjang lebar dan menyimpang dari inti persoalan. Tentu tak ada salahnya guru memperpanjang waktu yang ditentukan bila ternyata, bahwa siswa-siswa masih sibuk semuanya. e. Menentukan organisasi kelompok. Organisasi kelompok sederhana saja, cukup dengan seorang ketua dan seorang penulis/pelapor. Untuk menghemat waktu, guru dapat menentukannya lebih dahulu atau membiarkan siswa memilih ketuanya sendiri. f. Meminta laporan kelompok. Pelapor harus mencatat dan melaporkan secara singkat hasil pembicaraan atau pekerjaan kelompaok. Ia harus mampu menangkap segala pokok pembicaraan dan merangkumkannya dalam bentuk laporan. 2. Cara Pembentukan Kelompok Beberapa cara pembentukan kelompok menurut Ulihbukit Karo-Karo (1995:61), Suharyono (1994: 113-114), dan Nana Sudjana (2000:82-83): a. Pembentukan kelompok menurut tempat duduk. Siswa-siswa sebaris, apakah ke samping, atau ke belakang dijadikan suatu kelompok, dengan jumlah lima orang bagi setiap kelompok. b. Pengelompokkan lebih dahulu ditentukan. Ini dapat dilakukan berdasarkan: 1) Nama-nama menurut abjad; 2) Hasil sosiometry yang memperlihatkan hubungan psikologis antar individu, misalnya: pengelompokkan atas dasar keakraban berteman. Siswa diminta untuk menuliskan tiga temannya yang akan diundangnya seandainya ia ulang tahun; 3) Bakat dan minat siswa;

6 4) Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa-siswa yang ada hubungannya dengan masalah yang dibicarakan disebarkan ke dalam tiap kelompok. c. Pengelompokkan menurut bilangan. Guru dapat menghitung siswa dari satu sampai tujuh (bila ada 35 siswa) atau delapan (bila ada 40 siswa) sampai setiap siswa mendapat nomor tertentu. Kemudian guru menentukan bahwa tiap nomor satu membentuk satu kelompok, demikian pula semua nomor dua, nomor tiga dan seterusnya sehingga terbentuk 7-8 kelompok menurut besar kelas. d. Pembentukan kelompok berdasarkan kartu nomor. Ini suatu variasi dari cara ketiga di atas. Guru membuat kartu-kartu dan tiap kartu ditulisnya nomor 1 sampai 7 atau 8 (bergantung pada jumlah siswa). Kartu ini dapat dikocok dan kepada setiap siswa diberikan satu nomor. Sesudah itu guru mengatakan, bahwa tiap nomor satu membentuk kelompok, demikian pula nomor dua, nomor tiga, dan seterusnya. Melalui cara ini kelompok itu setiap kali dapat berganti, sehingga siswa-siswa belajar bekerja sama dengan siswa yang berlainan pada setiap kerja kelompok. Siswa-siswa hendaknya dibiasakan cepat membentuk kelompok kecil dan setelah selesai diskusi segera pula kembali kepada situasi kelas biasa tanpa kegaduhan dan membuang waktu. e. Ada kalanya kelas harus diorganisasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang bekerja sama dalam jangka panjang. Misalnya, suatu kelompok baru dapat diselesaikan dalam beberapa minggu. Bila dalam waktu jangka pendek semua kelompok diberi tugas yang sama, maka pada kelompok jangka panjang, setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda yakni salah satu bagian atau aspek dari suatu masalah penting yang luas yang dihadapi oleh kelas sebagai keseluruhan. III. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan masalah tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilakukan melalui tugas kerja kelompok. Saran-saran Berdasarkan simpulan di atas, penyusun ingin menyampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan upaya peningkatan prestasi belajar siswa. Adapun upaya yang perlu dilaksanakan antara lain sebagai berikut: 1. Guru dalam mengajar untuk tetap menggunakan secara bervariasi metode kerja kelompok dengan metode-metode mengajar lainnya. 2. Kejelasan dan kemantapan tujuan kerja kelompok perlu disampaikan terlebih dahulu kepada peserta didik. 3. Masalah-masalah yang akan ditugaskan untuk dikerjakan itu harus dirumuskan dengan jelas dan dipahami dengan baik oleh setiap siswa. 4. Memilih saat yang tepat, misalnya ketika sedang dibicarakan sesuatu masalah yang hangat dan tiap siswa ingin mengeluarkan pendapatnya.

7 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Djauzak. 1995. Didaktik/Metodik Umum. Jakarta: Depdikbud Chasiyah. 1998. Psikologi Pendidikan. Surakarta: UNS Press. Dimyati, Machmud. 1995. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: BPFE Karo-Karo, Ulihbukit, 1995. Metodologi Pengajaran. Salatiga : Penerbit CV Saudara Nasution. 1996. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars. Poerwodarminto W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Roestiyah. 1996. Didaktik Metodik. Jakarta: Bumi Aksara. Soedjana, Nana 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suharyono. 1994. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press. Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.