BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato

di JAW A TE N GAH S E LATAN

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri membawa pengaruh besar terhadap bidang arsitektur dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Prambanan yang meliputi Kabupaten Sleman DIY dan. Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu wilayah yang

BAB I. PENDAHULUAN A.

INTERAKSI KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

UNIVERSITAS INDONESIA RELIEF TOKOH PADA BILIK CANDI INDUK PLAOSAN LOR: SKRIPSI

Pertemuan X & XI Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

III. TEMA KONSEP Tema yang digunakan dalam perancangan ini adalah Soul Of The Temple, dimana penjabarannya adalah sebagai berikut : - Soul : Jiwa, ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari

KATA PENGANTAR. Akhirnya penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

BAB III TINJAUAN KHUSUS

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kerangka berpikir Arkeologi maka digunakan penelitian kualitatif.

Gb 3.9 Denah Candi Jiwa

RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3 Februari 2018

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II

BAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gedung bouwpleog..., Yuri Arief Waspodo, FIB UI, 2009

BAB III: TINJAUAN LOKASI

Cagar Budaya Candi Cangkuang

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

TINJAUAN PERATURAN / KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRAMBANAN DAN SEKITAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kebudayaan India yang dipengaruhi agama Hindu-Budha (Pamungkas, 1986: 7).

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

MOTIF HIAS PADA PELIPIT CANDI CORNICE AND PLINTH DECORATIVE MOTIFS ON TEMPLE

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pertemuan IX. Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Tengah. Universitas Gadjah Mada 1

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA BEJIJONG KECAMATAN TROWULAN MOJOKERTO DAN KEBEBERDAAN CANDI BRAHU

BAB I PENDAHULUAN. 2. bagaimana cara menjaga kebersihan, ketertiban dan kenyamanan pengunjung?

UNIVERSITAS INDONESIA CANDI MIRI GAMBAR : TINJAUAN ARSITEKTUR PERCANDIAN MAJAPAHIT ABAD KE M SKRIPSI

ARSITEKTUR DAN FUNGSI CANDI PARI DENGAN CANDI RIMBI PADA MASA MAJAPAHIT (ARCHITECTURE AND FUNCTION OF RIMBI WITH PARI TEMPLE IN THE MAJAPAHIT AGE)

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub

Perkembangan Arsitektur 1

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. dalam seni amat dipengaruhi oleh rasa (feeling, emotion).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1 BENTUK CANDI PRAMBANAN DAN BOROBUDUR (15 Februari 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

Fungsi agama dalam pemerintahan pada masa kejayaan majapahit (abad ke-14 masehi) HB. Hery Santosa

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

87 Universitas Indonesia

ABSTRAK PERANCANGAN MEDIA PROMOSI CANDI MUARA TAKUS PROVINSI RIAU. Oleh: Elvin Winardy

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

Cermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

PENEMUAN SEBUAH CANDI BATA DI DAERAH PANTURA JAWA TENGAH THE FINDING OF BRICK CONSTRUCTED TEMPLE IN THE NORTHERN COASTAL OF CENTRAL JAVA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

1 Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Inda Citraninda Noerhadi meneliti

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

ANALISIS ARCA DWARAPALA CANDI SEWU DAN PLASOAN JAWA TENGAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu dan Buddha mengenal adanya bangunan suci tempat pemujaan dewa, yang di Indonesia dikenal dengan nama candi. Istilah candi berasal dari bahasa Sansekerta yaitu, can d ikāgr ha. Can d ikā merupakan nama lain untuk Dewi Durga, sedangkan gr ha berarti rumah, jadi can d ikāgr ha berarti rumah untuk Dewi Can d ikā atau Dewi Durga. Adanya hubungan nama candi dengan pemujaan Dewi Can d ikā sebagai dewi maut, maka candi sering kali dihubungkan dengan kematian atau dengan kata lain, candi merupakan tempat pemakaman (Soekmono 1974, 13-14). Namun, pada penelitian lebih lanjut, candi terbukti berfungsi sebagai kuil atau tempat pemujaan, bukan sebagai tempat pemakaman sebagaimana anggapan sebelumnya (Soekmono 1974, 241). Candi sebagai tempat pemujaan, memiliki latar belakang keagamaan yang berbeda-beda. Secara umum, latar belakang keagamaan sebuah candi dapat dibagi menjadi dua, yaitu, candi yang berlatar belakang agama Hindu dan Buddha. Pada perkembangan selanjutnya, ada candi yang mempunyai dua latar belakang antara agama Hindu dan agama Buddha. Salah satu candi yang mempunyai latar belakang agama Buddha ialah Candi Plaosan. Candi ini merupakan candi agama Buddha terbesar, selain Candi Borobudur dan Candi Sewu, sehingga Candi Plaosan diduga merupakan kompleks percandian kerajaan (Wirasanti 2000, 110).

2 Candi Plaosan secara administratif terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kompleks Candi Plaosan terdiri dari dua kelompok bangunan yang saat ini sering disebut dengan Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul 1. Candi Plaosan Lor memiliki dua candi induk yang berderet utara-selatan, masing-masing candi induk, memiliki halaman sendirisendiri yang dibatasi pagar dengan pintu gerbang. Candi Induk memiliki tiga bilik dengan dua lantai. Pada masing-masing bilik yang ada pada lantai dasar, terdapat sebuah lapik arca yang diapit oleh dua arca batu. Selain itu, terdapat juga relung yang mungkin terdapat arca (Atmosudiro 2001, 55). Bangunan lain yang ada pada kompleks candi Plaosan ialah suatu bangunan berupa batur dengan umpak yang sering disebut dengan Candi Mandapa Plaosan 2. Bangunan Candi Mandapa Plaosan terletak di sisi utara dari Candi Induk Plaosan Lor dan menghadap ke barat. Bangunan ini berdenah persegi panjang dengan dikelilingi oleh beberapa Candi Perwara yang berbentuk stūpa. Kata mandapa berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu man d apa, yang berarti bangunan semacam aula tempat pemujaan yang terdiri dari konstruksi tiang (Liebert 1976, 168). Bangunan sejenis Candi Mandapa Plaosan banyak ditemukan pada kuil-kuil di India, sedangkan temuan bangunan suci dengan konstruksi tiang, juga ditemukan di Jawa seperti, Candi Batujaya di Karawang, Jawa Barat, Situs Ratu Boko di Sleman, DIY, dan Candi Panataran di Jawa Timur 3. Hal yang menarik pada Candi Mandapa Plaosan ialah susunan arca-arca yang berjumlah 21 arca. Arca-arca tersebut diletakkan pada suatu batur dengan denah yang berbentuk huruf U, dimana 11 buah arca menempati altar utama yang menghadap ke barat, sedangkan di samping kanan dan kirinya, masingmasing terdapat lima buah arca. Seperti umumnya bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan, arca-arca yang ditempatkan pada Candi Mandapa Plaosan merupakan obyek pemujaan. Hal ini berkaitan dengan kedudukan arca

3 sebagai yantra, yakni sebagai alat atau sarana yang digunakan dalam meditasi (Pott 1966, 28). Susunan arca-arca tersebut berhubungan dengan lantai ruang pada Candi Mandapa Plaosan yang membentuk pola lingkaran konsentris, ada dugaan bahwa lingkaran-lingkaran konsentris sengaja dibuat karena dilandasi adanya suatu konsep keagamaan, yaitu sebuah man d ala (Kusen, 1994/1995: 31-32). Keberadaan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan merupakan obyek yang menarik untuk diteliti. Sampai saat ini, penelitian mengenai arca-arca yang ada pada kompleks candi Plaosan masih relatif jarang dilakukan. Tulisan mengenai arca-arca yang terdapat pada Candi Induk Plaosan pertama kali dilakukan oleh N.J. Krom, dimana pada tulisannya Inleiding tot de Hindoe- Javaansche Kunst, Krom berusaha mengidentifikasi arca-arca pada Candi Induk Plaosan Lor (Krom 1923, 7-11). Tulisan selanjutnya ditulis oleh Soediman yang membahas mengenai latar belakang keagamaan Candi Plaosan, pada tulisannya, beliau juga menyinggung masalah arca-arca bodhisattwa pada kedua Candi Induk Plaosan Lor yang mengacu pada tulisan Krom (Soediman 1976, 165-181). Edi sedyawati juga pernah melakukan penelitian mengenai perbandingan gaya seni arca pada Candi Induk Plaosan Lor dengan arca-arca pada Candi Prambanan, yang ditulis dalam laporan penelitian yang berjudul, Perbandingan Seni Arca Rara Jonggrang dengan Plaosan Lor (1977) (Sedyawati 2009, 145-172). Tulisan lainnya yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Parjana dalam Skripsi yang berjudul, Latar Belakang Keagamaan dan Fungsi Candi Plaosan Lor (1996), yang menyinggung mengenai arca-arca pada Candi Induk Plaosan Lor dan fungsi dari Candi Induk itu sendiri. Tulisan mengenai ikonografi di Candi Plaosan yang ditulis oleh Suaka Peninggalan Sejarah Purbakala (SPSP) Jawa Tengah (1998), dimana tulisan ini membahas mengenai tinjauan ikonografi secara umum dan ikonografi arca-arca yang terdapat pada

4 gudang penyimpanan arca Candi Plaosan Lor. Tulisan mengenai Kompleks Candi Plaosan juga ditulis oleh Mark Long dalam suatu artikel yang dimuat dalam situs web, yang berjudul In Praise of Candi Plaosan, dimana tulisan ini membahas mengenai arsitektur dan arca-arca Candi Plaosan. Mark Long juga mengidentifikasi mengenai arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan (http://www.borobudur.tv/plaosan_2.html, diakses pada tanggal 1 Februari 2011), namun identifikasi yang dilakukannya hanya baru sebatas dugaan, karena belum dikaji secara mendalam. Berbagai tulisan mengenai arca-arca pada Candi Plaosan, belum ada yang membahas mengenai identifikasi arca-arca Candi Mandapa Plaosan berdasarkan kajian ikonografi dan latar belakang keagamaan dari pola susunan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan. Dapat dikatakan bahwa kajian mengenai identifikasi arca-arca yang terdapat pada Candi Mandapa Plaosan belum dilakukan secara signifikan. Tulisan yang ditulis oleh Mark Long masih sebatas dugaan dan belum diuraikan berdasarkan kajian ikonografi mengenai alasan-alasan pengidentifikasian tokoh, terutama identifikasi berdasarkan atribut yang ada pada arca. Kajian mengenai Candi Mandapa Plaosan dengan pola susunan arca-arca yang berjumlah 21 buah sangat menarik untuk dikaji karena arca-arca pada bangunan tersebut masih diragukan keaslian pola susunannya, mengingat arca-arca tersebut tidak ditemukan dalam keadaan in-situ. B. RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui atas rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini. Penelitian ini akan mencoba menjawab beberapa permasalahan, yaitu: ini disusun rumusan masalah, sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penggambaran arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan?

5 2. Apakah latar belakang konsep keagamaan penempatan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan? 3. Apakah susunan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan yang merupakan hasil pemugaran sesuai dengan ikonografi dan konsep keagamaan? Permasalahan tersebut akan dikaji untuk mencapai beberapa tujuan. Tujuan pertama adalah untuk mengetahui penggambaran arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan berdasarkan kajian ikonografi, yang meliputi, reidentifikasi penggambaran identitas tokoh, pemerincian ukuran, dan penggambaran arca beserta komponennya. Kajian ini diharapkan dapat mengetahui identitas tokoh dewa dalam pantheon Buddha dan gaya pengarcaan Candi Mandapa Plaosan yang dapat menunjukan keterkaitan masing-masing arca. Penelitian ini juga mengkaji mengenai konsep keagamaan yang melatarbelakangi penempatan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan berupa konsep pantheon dalam agama Buddha. Kajian mengenai konsep keagamaan diharapkan dapat menemukan man d ala yang dipakai sebagai dasar dalam penyusunan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan. Konsep man d ala diharapkan mampu menjadi dasar dalam menggambarkan susunan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan. Susunan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan merupakan susunan yang dilakukan berdasarkan teknik anastilosis yang masih diragukan keasliannya. Penelitian ini berusaha menjawab mengenai susunan arca-arca tersebut apakah sesuai dengan konsep keagamaan, yakni man d ala yang digunakan sebagai dasar penyusunan arca-arca. Hasil yang hendak dicapai ialah rekonstruksi susunan arca-arca Candi Mandapa Plaosan berdasarkan konsep man d ala yang sudah ditemukan.

6 C. BATASAN PENELITIAN Obyek utama penelitian ini ialah arca-arca Candi Mandapa Plaosan yang berjumlah 21 buah. Selain arca-arca yang terdapat pada Candi Mandapa Plaosan, akan dibahas juga sejumlah bangunan candi dan arca yang digunakan sebagai data pembanding dalam menganalisa arca-arca yang terdapat pada Candi Mandapa Plaosan. Data berupa Candi atau arca yang digunakan sebagai data pembanding ialah data yang dianggap relevan dengan obyek penelitian seperti memiliki kesamaan konsep keagamaan, bentuk, atau masa pembuatan. Selain data berupa arca atau bangunan, akan dikaji juga data lain berupa data tertulis seperti, prasasti dan kitab keagamaan. Data tertulis yang digunakan ialah data berupa prasasti yang berhubungan dengan Kompleks Candi Plaosan, dan data berupa kitab keagamaan yang digunakan ialah kitab keagamaan yang dinilai berisi konsep keagamaan yang sesuai dengan konteks aliran keagamaan, ruang, dan waktu dengan obyek penelitian. D. METODE PENELITIAN Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, yang berarti cara atau jalan. Dalam penelitian ilmiah, metode merupakan sesuatu yang berhubungan dengan cara kerja, dimana cara kerja tersebut bertujuan untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dalam ilmu yang bersangkutan. Dalam suatu penelitian, metode merupakan hal yang penting. Penggunaan metode yang benar akan menghasilkan hasil yang berkualitas, sedangkan penggunaan metode yang tidak tepat akan menghasilkan hasil yang kurang berkualitas (Tanudirdjo 1988/1989, 52). Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis, dimana pada tahap awal penelitian dilakukan penggambaran data atau obyek penelitian,

7 berdasarkan fakta-fakta yang kelihatan, kemudian dilakukan langkah-langkah analitis mengenai variabel-variabel yang ada, sehingga gejala-gejala tertentu dapat terlihat dengan jelas (Tanudirdjo 1988/1989, 52; Nawawi 2003, 63). Penelitian ini menggunakan metode penalaran induktif, yaitu metode untuk menjelaskan suatu masalah berdasarkan data yang ada, sehingga menghasilkan suatu pemecahan atau generalisasi secara umum (Tanudirdjo 1988/1989, 34). Penelitian yang menggunakan metode ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan dan mendapatkan ide baru mengenai suatu data yang dijadikan bahan kajian (Tan 1983, 42). Secara garis besar, tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini akan dibahas dalam penyajian berikut ini. 1. Tahap Pengumpulan Data Berdasarkan cara memperolehnya, data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan. Dalam penelitian ini, data primer berupa data mengenai catatan ikonografis arca, ukuran arca, foto, dan gambar Candi Mandapa Plaosan. Data sekunder ialah data yang didapat dari sumber lain, seperti: tulisan atau karya ilmiah orang lain, laporan-laporan, denah, sketsa, dan dokumentasi yang telah dilakukan oleh pihak lain. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a. Observasi Observasi ialah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung di lokasi penelitian melalui pengamatan, pencatatan, dan dokumentasi terhadap gejalagejala yang ada pada obyek penelitian. Observasi akan dilakukan pada Candi Mandapa Plaosan dan arca-arca yang terdapat pada bangunan tersebut. Observasi ini bertujuan untuk mendapatkan data berupa unsur-unsur ikonografis, ukuran arca beserta komponennya, dan foto arca pada Candi Mandapa Plaosan.

8 Selain itu, observasi juga dilakukan pada data pembanding berupa arca-arca atau bangunan yang diduga terkait dengan bangunan Candi Mandapa Plaosan. b. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data-data mengenai konsep-konsep agama Buddha dan konsep man d ala Buddha. Selain itu, studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data berupa dokumentasi Candi Mandapa Plaosan, seperti gambar dan foto atau hal lain yang terkait dengan obyek penelitian. 2. Tahap Pengolahan Data Tahap pengolahan data dilakukan dengan pengelompokan data. Data yang sudah dikelompokan, kemudian dideskripsikan secara verbal maupun dengan bantuan gambar dan tabel. Data yang dideskripsikan terlebih dahulu adalah data berupa bangunan dan arca-arca, kemudian dilanjutkan dengan pendeskripsian data yang memuat konsep-konsep keagamaan yang berkaitan dengan data sebelumnya. Setelah data dideskripsikan, kemudian dilakukan analisis dengan memadukan data yang didapatkan dari hasil observasi di lokasi penelitian, dengan data yang didapatkan melalui studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan dengan menggunakan pendekatan ikonografi untuk mengetahui identitas arca. Analisis ikonografi dilakukan terhadap arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan dan arca-arca pembanding seperti arca pada bilik Candi Induk Plaosan Lor dan arca-arca pada candi Lain yang diketahui identitasnya melalui pendekatan ikonografi. Analisis ikonografi dilakukan terhadap arca dan komponennya untuk mengetahui gaya pengarcaan pada Candi Mandapa Plaosan. Selain itu juga dilakukan analisis kontekstual untuk mengetahui pola dan latar belakang penempatan arca-arca tersebut (Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional 2008, 104-108). Hasil dari analisis data yang berupa indikasi-indikasi tertentu, kemudian disintesiskan dengan konsep-konsep keagamaan dalam penempatan arca-arca. Hasil sintesis

9 ini kemudian dilakukan interpretasi, diharapkan hasil interpretasi ini mampu menjawab rumusan masalah yang ada. 3. Kesimpulan Tahap kesimpulan merupakan tahap akhir dari penelitian ini. Pada tahap ini, akan disimpulkan hasil-hasil penelitian, yaitu: a. Ikonografi arca-arca Candi Mandapa Plaosan yang meliputi, identitas tokoh dan gaya pengarcaan. b. Latar belakang konsep keagamaan penempatan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan yang meliputi, susunan pantheon Buddha dan man d ala yang digunakan sebagai konsep penyusunan arca. c. Kesesuaian antara susunan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan yang merupakan hasil pemugaran dengan ikonografi dan konsep keagamaan susunan arca-arca Candi Mandapa Plaosan. Kesimpulan yang berupa hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan dalam penelitian selanjutnya, terutama penelitian mengenai Candi Mandapa Plaosan atau Kompleks Candi Plaosan secara keseluruhan.

10 CATATAN 1 Hasil Penelitian yang dilakukan oleh BPCB Jawa Tengah pada tahun 1993/1994, telah menemukan adanya parit yang mengelilingi kedua kelompok candi tersebut menjadi satu kesatuan, sehingga sebutan untuk Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul sebenarnya sudah tidak relevan lagi (Suaka Peninggalan Sejarah Purbakala Jawa Tengah 1998, 45). 2 Penyebutan Candi Mandapa Plaosan oleh pihak BPCB Jawa Tengah disebut dengan Bangunan Candi Pendapa, sedangkan penduduk sekitar, terutama yang telah berusia lanjut, menyebut bangunan ini dengan sebutan Candi Jago. 3 Beberapa situs arkeologi dengan latar belakang agama Buddha yang ditemukan di Sumatera hingga Semenanjung Malaya, diketahui juga ditemukan bangunan yang berupa man d apa.