BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INFLASI TERHADAP JUMLAH DEPOSITO BERJANGKA PADA BANK UMUM DI INDONESIA TAHUN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Muchdarsyah Sinungan (2003;3) dalam bukunya

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

BAB I PENDAHULUAN. menopang hampir seluruh program-program pembangunan ekonomi. Peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk

BAB V PEMBAHASAN. ketahui hasil nya adalah sebagai berikut: Indonesia pada Periode Tahun

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

Bab 10 Pasar Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Perbankan nasional mengalami krisis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menekankan pada komponen atau suatu elemen (Jogiyanto 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan sangat ditentukan oleh

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

I. PENDAHULUAN. badan di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk kelancaran usahanya. Perkembangan perekonomian nasional dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh investasi: pembelian aset seperti saham, pembelian barang modal untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB II LANDASAN TEORI

kemaslahatan, Keseimbangan, dan Universalisme.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa pengaruh pada. berbagai sektor ekonomi, baik sektor riil maupun sektor moneter.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA SBI, DAN NILAI TUKAR RP/USD TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu,

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB V PENUTUP. a. Korelasi (hubungan) antar variabel independen : signifikansi sebesar < Artinya setiap kenaikan inflasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purwokerto Tahun , membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB 11 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor penyebab dan mempunyai dampak negatif yang sangat parah

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keputusan investasi yang sebelumnya sudah dilakukan diantaranya sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan

PENGARUH STRATEGI PENGEMBALIAN PINJAMAN TERHADAP RENTABILITAS PT. BPR RESTUDHANA CITRA SEJAHTERA ROGOJAMPI BANYUWANGI RAHAYUNINGSIH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

Kartika Sari, SKom., MM Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.7 Tahun 1992 tentang bank dengan sistem bagi hasil. Kemudian. (BPR), dan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan.

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

Transkripsi:

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Tabungan dan Investasi Menurut Aliran Klasik Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan, secara matematis dapat ditulis S = f(i). Artinya, keinginan masyarakat untuk menabung sangat bergantung pada tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya untuk menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat bunga menurut pendapat klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung/menyimpan uangnya atau hadiah yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk melakukan investasi. Hal tersebut dikarenakan keuntungan yang diharapkan dari investasi akan relatif kecil terhadap tingkat bunga. Sebaliknya, apabila tingkat bunga rendah maka keuntungan relatif dari investasi terhadap tingkat bunga yang dibayarkan akan besar sehingga investasi akan meningkat. Karena tingkat bunga merupakan biaya pinjaman dan pengembalian akibat meminjamkan dana ke pasar keuangan, maka untuk memahami lebih baik tentang tingkat bunga dalam perekonomian dapat dituliskan dalam persamaan berikut ini:

11 Y = C + I + G (2.1) Y C G = I (2.2) Y C G adalah output yang tersisa setelah permintaan konsumen dan pemerintah terpenuhi; inilah yang disebut tabungan nasional (national saving) atau ringkasnya tabungan (S). Dalam bentuk ini, identitas pos pendapatan nasional manunjukkan bahwa tabungan sama dengan investasi. Untuk memahami identitas ini secara lebih lengkap, kita bisa memacah tabungan nasional menjadi dua bagian. Satu bagian menunjukkan tabungan sektor swasta dan bagian lain menunjukkan tabungan pemerintah: S = (Y T C) + (T G) = I (2.3) Untuk melihat bagaimana tingkat bunga menyeimbangkan pasar keuangan, substitusikan fungsi konsumsi dan fungsi investasi kedalam pos pendapatan nasional: Y C(Y T) G = I(r) (2.4) Selanjutnya, nyatakan bahwa G dan T ditetapkan oleh kebijakan serta Y ditetapkan oleh faktor-faktor produksi dan fungsi produksi. (2.5) (2.6) Gambar 2 menunjukan tingkat keseimbangan suku bunga di pasar keuangan. Ketika suku bunga berada pada level i 1 (dibawah suku bunga keseimbangan), masyarakat akan menabung lebih sedikit dan lebih banyak membelanjakan uangnya. Pada kondisi ini tingkat tabungan berada pada S 1 sedangkan tingkat investasi yang diinginkan sebesar I 1. Artinya, terdapat

12 kelebihan permintaan untuk investasi sedangkan dana yang tersedia dalam bentuk tabungan tidak mencukupi. Keadaan ini mendorong pelaku usaha bersedia untuk membayar lebih atas dana yang dipinjamnya. Hal ini akan memberikan tekanan pada naiknya suku bunga dan pada gilirannya akan meningkatkan tabungan. Proses ini berlanjut terus hingga jumlah tabungan yang tersedia setara dengan investasi yang diinginkan, yakni pada tingkat suku bunga i 2, dimana jumlah tabungan (S 2 ) sama dengan Investasi (I 2 ). Pada tingkat bunga ekuilibrium, hasrat rumah tangga untuk menabung seimbang dengan hasrat perusahaan untuk menanamkan modal dan jumlah dana pinjaman yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta. i (interest rate) S(r) i 2 A i 1 I(r) S 1 I 2 =S 2 I 1 Sumber : Mankiw (2005) Investasi, Tabungan, I, S Gambar 2. Kurva Investasi dan Tabungan

13 Teori Tingkat Bunga Fischer, terdapat dua tingkatan bunga, yaitu bunga nominal dan bunga riil. Tingkat bunga yang dibayar oleh bank adalah tingkat bunga nominal dan kenaikan dalam daya beli masyarakat adalah tingkat bunga riil. Hubungan antara ketiga variabel tersebut dalam dinyatakan dalam persamaan Fischer sebagai berikut: r = i π (2.7) dimana: r = real interest rate (tingkat bunga riil) i = nominal interest rate (tingkat bunga nominal) π = tingkat inflasi Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi dengan tingkat inflasi. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa perubahan tingkat bunga dapat terjadi karena adanya perubahan tingkat bunga riil atau perubahan tingkat inflasi. 2.1.2 Teori Tabungan dan Investasi Menurut Aliran Keynes Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga adalah balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima seseorang karena mengorbankan preferensi likuiditasnya. Menurut teori preferensi likuditas, ada tiga motif yang mendasari seseorang memegang uang: Pertama, motif transaksi. Permintaan uang untuk tujuan melakukan transaksi. Permintaan uang ini sangat tergantung pada tingkat pendapatan seseorang. Jika pendapatan mengalami peningkatan maka uang tunai yang ditahan akan semakin besar, begitupun sebaliknya. Permintaan uang atas dasar motif ini

14 sangat dipengaruhi pula oleh tingkat harga. Bila tingkat harga mengalami kenaikan (inflasi) akan mempengaruhi besarnya permintaan uang tunai untuk tujuan transaksi. Kedua, motif berjaga-jaga, yaitu tindakan seseorang untuk menyimpan sebagian dari pendapatan atau kekayaan dalam bentuk uang tunai, karena banyak pengeluaran yang tidak terduga sebelumnya. Besar kecilnya uang untuk motif ini sangat ditentukan oleh besar kecilnya uang untuk transaksi. Semakin besar nilai transaksi yang dilakukan oleh seseorang, maka semakin banyak uang yang dibutuhkan untuk berjaga-jaga. Ketiga, motif spekulasi. Disamping untuk memperlancar transaksi dan untuk berjaga-jaga, tujuan orang memegang uang tunai juga dimaksudkan untuk tujuan spekulasi. Uang untuk tujuan ini akan dipergunakan untuk membeli suratsurat berharga (obligasi) pada saat harganya murah dan akan menjualnya kembali ketika harganya mahal. Menurut Keynes, semakin besar liquidity prefefence seseorang, semakin besar keinginan orang tersebut untuk menahan uang tunai, maka semakin besar pula tingkat bunga yang diterima orang tersebut bilamana ia meminjamkan uang tersebut kepada orang lain. Pendapat Keynes ini sangat berbeda dengan pendapat aliran klasik, dimana tingkat bunga menurut teori klasik adalah premi yang diterima karena menunda konsumsinya pada masa yang akan datang. Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat bunga ini dapat diterangkan oleh Keynes. Dia mengatakan bahwa masyarakat mempunyai

15 pendapat tentang adanya tingkat bunga nominal. Bilamana tingkat bunga turun dari tingkat bunga normal, dalam masyarakat ada suatu keyakinan akan naik suku bunga masa yang akan datang. Bila masyarakat memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik, pemegang obligasi tersebut akan mengalami kerugian. Guna menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah menjual obligasi yang dengan sendirinya akan mendapatkan uang tunai dan uang tunai ini yang dipegang pada saat suku bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang tunai, karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi di masa yang akan datang. Teori Tingkat Bunga Keynes. Bunga adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Dalam teori preferensi likuiditas, Keynes menjelaskan pandangannya mengenai bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek. Teori preferensi likuiditas adalah kerangka kurva LM. Teori ini memiliki asumsi adanya penawaran uang riil tetap dan biasanya tidak tergantung oleh tingkat bunga, yaitu: (M/P) s = M/P (2.8) Bunga adalah salah satu determinan dalam memutuskan berapa banyak uang yang ingin dipegang oleh seseorang. Ketika tingkat bunga naik, maka masyarakat cenderung memilih sedikit memegang uang, sehingga: (M/P) d = L(r) (2.9) Teori Loanable Funds. Teori loanable funds meramalkan dan menganalisis perubahan suku bunga dengan menggunakan penawaran dan permintaan dana sebagai dasarnya.

16 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kebutuhan dana Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Namun peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan bank cukup banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit maka bunga simpanan akan turun. 2. Target laba yang diinginkan Hal ini disebabkan target laga merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Namun untuk menghadapi persaingan, target laba dapat diturunkan seminimal mungkin. 3. Kualitas jaminan Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk suku bunga pinjaman. Semakin mudah jaminan dapat dicairkan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan, dan sebaliknya. 4. Kebijakan pemerintah Dalam menentukan bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Artinya ada

17 batasan maksimal dan minimal untuk suku bunga yang diizinkan. Tujuannya adalah agar bank-bank dapat bersaing secara sehat. 5. Jangka waktu Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor jangka waktu merupakan faktor yang sangat penting. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya. Hal tersebut disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet dimasa mendatang. 6. Reputasi perusahaan Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman. Perusahaan yang telah memiliki reputasi baik akan mudah memperoleh kredit dengan bunga yang relatif lebih rendah. 7. Produk yang kompetitif Produk yang kompetitif menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar. 8. Hubungan baik Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang atau perusahaan. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabahnya kedalam nasabah utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah

18 utama biasanya mempunyai hubungan baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya berbeda dengan nasabah biasa. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan bank tentu bunganya lebih rendah. 9. Persaingan Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat persaingan dalam memperebutkan dana masyarakat cukup ketat, maka bank-bank harus berupaya untuk menarik minat masyarakat menyimpan dana di banknya. Dalam kondisi ini dibutuhkan kejelian untuk menangkap informasi tentang suku bunga yang diberikan oleh bank pesaing. Oleh karena itu dalam kondisi persaingan, maka bank harus rela memangkas margin laba yang biasa diperolehnya demi memperoleh nasabah. 2.1.4 Teori Inflasi Inflasi adalah kecendrungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Diartikan juga sebagai naiknya terus menerus tingkat harga pada suatu perekonomian akibat kenaikan permintaan agregat/penurunan penawaran agregat. Indeks harga konsumen adalah ukuran tingkat harga sebagai indikator inflasi. IHK dihitung setiap bulan berdasar perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga seluruh ibu kota propinsi di Indonesia (Soebagiyo dan Prasetyawati, 2002). Nopirin (1996), inflasi dapat digolongkan ke dalam tiga macam penggolongan :

19 1. Inflasi berdasarkan sifatnya laju inflasi berbeda-beda antara negara satu dengan negara lainnya atau dalam satu negara untuk kurun waktu yang berbeda. Atas dasar perkembangannya, inflasi dapat dibedakan kedalam tiga kategori yaitu: a. Creeping inflation (inflasi merayap), adalah inflasi tahap awal dengan kenaikan harga secara lambat atau juga sering disebut dengan inflasi lunak. Biasanya creefing inflation ditandai dengan inflasi yang rendah (<10%/tahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat dengan prosentase yang kecil dalam jangka waktu yang relatif lama. b. Galloping inflation, adalah inflasi menengah yang ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta memiliki akselerasi, artinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. c. Hyper inflation, adalah kondisi inflasi yang paling parah akibatnya terhadap perekonomian, harga-harga naik sampai lima atau enam kali. Hyper inflation merupakan hal yang sering terjadi akibat tindakan pemerintah untuk menutup defisit anggarang belanja dengan jalan mencetak uang baru, sehingga jumlah uang beredar dimasyarakat tinggi dan mengakibatkan laju inflasi bertambah tinggi. Sedangkan menurut Boediono (1985), Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi berdasarkan tingkat keparahannya, yakni : a. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun) b. Inflasi sedang (antara 10-30% setahun)

20 c. Inflasi tinggi (antara 30-100% setahun) d. Hiperinflasi ( diatas 100% setahun) 2. Inflasi berdasarkan asalnya Inflasi dapat dibedakan menjadi inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) dan inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Inflasi yang berasal dari dalam negeri adalah inflasi yang sumber penyebabnya berasal dari keadaan perekonomian dalam negeri sendiri. Timbulnya inflasi ini karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang yang baru, panen yang gagal dan sebagainya. Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan hargaharga di luar negeri, sehingga akan mempengaruhi barang-barang yang di impor. 3. Inflasi berdasarkan penyebabnya Sebelum kebijaksanaan untuk mengatasi inflasi diambil, terlebih dahulu diketahui faktor-faktor yang menyebabkan inflasi. Atas dasar ini kita bedakan menjadi : a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Sehingga antara jumlah barang dengan jumlah permintaan berjalan tidak seimbang, akibatnya harga barang menjadi lebih tinggi atau naik inflasi semacan ini disebut demand pull inflation. b. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Sehingga membawa dampak bagi produsen dimana akan mengurangi keinginan mereka untuk menjual hasil produksinya pada tingkat harga yang berlaku sebelumnya.

21 Berkurangnya penawaran yang tidak diikuti dengan pengurangan permintaan yang sama besarnya akan menyebabkan kenaikan harga. Ini disebut cost push inflation. Akibat atau efek dari terjadinya inflasi bagi ekonomi adalah : 1. Efek terhadap pendapatan (Equity Effect) Efek inflasi terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Pihak-pihak yang dirugikan dengan adanya inflasi : - Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap. - Seseorang yang menumpukkan kekayaan dalam bentuk uang kas. - Seseorang yang memberikan pinjaman uang dengan bunga lebih rendah dari laju inflasi. 2. Efek terhadap output (Output Effect) Inflasi yang mengakibatkan perubahan pada alokasi faktor produksi melalui : - Kenaikan output. Dengan alasan bahwa dengan adanya inflasi dalam tingkat yang rendah, maka permintaan akan barang cenderung naik sehingga mendorong pengusaha untuk meningkatkan produksinya, dan akibatnya harga barang tidak melonjak tinggi. - Penurunan output. Apabila inflasi mengalami kenaikan dan cenderung kearah hiperinflasi maka kondisi perekonomian akan mengalami kelesuhan karena harga barang cenderung naik sehingga terjadi penurunan

22 permintaan yang pada akhinya membawa dampak bagi produsen dalam pengurangan jumlah produksinya. 3. Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect). Inflasi dapat membawa efek bagi perubahan alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan adanya inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien. Secara garis besar inflasi adalah perubahan dalam pola distribusi kekayaan dan pendapatan. Ada efek inflasi yang kurang nyata yaitu bahwa umumnya orang-orang yang memegang asset liquid seperti uang tunai dan deposito akan rugi karena penurunan daya beli asset tersebut. Sedangkan orang yang mempunyai asset fisik seperti tanah akan menerima manfaat. Dari sudut produksi, terdapat perbedaan yang penting antara efek inflasi kecil dan efek inflasi besar. Umumnya para ekonom sependapat bahwa inflasi kecil lebih baik daripada deflasi. Kesimpulan ini diperoleh dari beberapa faktor. Salah satunya adalah untuk mencapai laju inflasi sama dengan nol atau negatif, permintaan agregat harus dikurangi sampai sistemnya mengalami pengangguran, atau untuk mencapai tingkat kegiatan ekonomi yang sesuai dengan pekerjaan penuh (full employment). Kita mengalami inflasi karena sumber-sumber yang harus dipakai dengan tenaga kerja, akan cenderung lebih sedikit.

23 2.2 Pengertian dan Fungsi Bank Bank komersial adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan jenisnya, bank hanya dibedakan menjadi dua, yaitu bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (pasal 1 UU No. 10 tahun 1998). Perbedaan antara bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat meliputi beberapa aspek, diantaranya; kegiatan usaha, permodalan, alokasi kredit, badan hukum, kepemilikan, dan double principle. Secara umum, fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services a. Agent of trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.

24 Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa pihak debitur tidak akan menyalagunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjamannya dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo. b. Agent of development Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kerugian perekonomian di sektor rill. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian.

25 c. Agent of servies Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan. Ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai funsi bank dalam perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution). 2.3 Pengertian Deposito Simpanan deposito dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dinyatakan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Berbeda dengan tabungan dan giro, simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) yang lebih panjang dan dapat ditarik atau dicairkan hanya setelah jatuh tempo. Begitu pula dengan suku bunga yang diberikan relatif lebih tinggi dibanding dengan tabungan dan giro. Bunga disesuaikan dengan perkembangan pasar dan biasa diberikan setiap bulan sesuai dengan tanggal jatuh temponya. Tabungan deposito juga dapat berfungsi sebagai alat investasi jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan menginvestasikan uang dalam deposito berjangka, nasabah mempunyai pilihan jatuh tempo dalam waktu satu, tiga, enam,

26 dua belas bulan atau dua puluh empat bulan. Nasabah akan dikenakan denda (penalty) dengan tidak mendapat hasil apapun apabila mencairkan dana deposito sebelum jatuh tempo. Dengan demikian, bila nasabah berniat menggunakan uang tersebut dalam jangka pendek sebaiknya membuka tabungan. Karena dengan membuka tabungan, dana sewaktu-waktu dapat diambil tanpa harus dikenakan denda. Namun, perlu ketahui bahwa suku bunga tabungan yang diberikan biasanya lebih kecil dari suku bunga deposito bank. Uang yang simpan di bank dan memenuhi persyaratan tertentu, seratus persen dijamin pemerintah dari resiko kegagalan bayar. Skema garansi tersebut masih diberlakukan oleh pemerintah untuk jangka waktu yang belum dapat ditentukan. Nasabah tidak perlu khawatir akan kehilangan uang yang disimpan apabila bank tersebut ditutup atau diambil alih. Pemerintah akan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa uang nasabah akan dibayarkan kembali sesuai dengan jumlah yang disimpan. Deposito berjangka juga tersedia dalam mata uang asing, seperti dolar AS. Dalam situasi ekonomi yang tidak pasti, seorang nasabah dapat memilih untuk tidak menyimpan uang seluruhnya dalam bentuk tabungan deposito rupiah melainkan juga dalam dollar AS. Hal ini didasarkan pada pertimbangan kemungkinan anjloknya nilai mata uang rupiah dimasa depan disebabkan iklim ekonomi dunia yang kian tidak pasti. 2.4 Penelitian Terdahulu Wahyu Setyaningsih (1999). Berjudul Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Deposito Berjangka Rupiah sesudah Deregulasi Perbankan 1 juni

27 1983 di Indonesia kurun waktu 1984-1998. Penelitian ini menggunakan data tahunan dari tahun 1984-1998. Variabel dependen yang digunakan adalah jumlah deposito berjangka rupiah sedangkan variabel independennya adalah PDB riil perkapita, suku bunga deposito berjangka, nilai tukar valas (Dollar AS terhadap rupiah). Untuk pengujian yang digunakan model pendekatan PAM (Partial Adjusment Model). Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah PDB riil perkapita dan suku bunga deposito berjangka rupiah sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan kurs valuta dolar AS terhadap rupiah tidak berpengaruh terhadap deposito berjangka rupiah. Dalam analisis hubungan antara variabel dependen dan variabel independen pada penelitian ini membuktikan penggunaan model regresi berganda non linier adalah tepat. Hasil uji asumsi klasik terdapat model regresi yang menunjukkan tidak terdapat gejala multikolinearitas, heteroskedatisitas, dan autokorelasi. Hasil estimasi PAM diperoleh bahwa elastisitas jangka panjang lebih besar dari elastisitas jangka pendek. Artinya dalam elastisitas jangka panjang sudah tidak dipengaruhi lagi oleh tingkat deposito berjangka rupiah periode sebelumnya. Siti Fatimah Nurhayati (2002). Berjudul Analisis Permintaan Deposito Dalam Valuta Asing Pada Bank Swasta Nasional Di Indonesia dari tahun 1985-2001. Variabel dependen yang digunakan adalah Permintaan Deposito dalam Valuta Asing sedangkan variabel independennya adalah PDB, Suku Bunga Deposito, kurs valuta asing (Rupiah terhadap Dollar AS) dan Libor.

28 Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah bahwa pengujian t menunjukkan ada 3 variabel yang berpengaruh terhadap simpanan valuta asing di Indonesia yaitu variabel suku bunga deposito Rupiah berpengaruh negatif pada jangka pendek dan positif dalam jangka panjang, suku bunga internasional LIBOR berpengaruh positif dalam jangka panjang, sedangkan variabel pendapatan perkapita riil dan kurs tidak berpengaruh. Romauli Putri M. Marbun (2005). Berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Jumlah Deposito Berjangka Pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara dari tahun 1993 2003. Variabel dependen yang digunakan adalah jumlah deposito pada bank-bank pemerintah di Propinsi Sumatera Utara, sedangkan yang menjadi variabel independen adalah pendapatan perkapita dan tingkat suku bunga deposito. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa pendapatan perkapita memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan jumlah deposito berjangka. Begitu pula dengan tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap jumlah deposito berjangka. Pengujian dilakukan dengan model regresi linier berganda dengan koefisien determinasi sebesar 0,976. Tuti (2006). Berjudul Analisis Permintaan Deposito Berjangka Dalam Negeri Pada Bank Umum di Indonesia, periode tahun 1990 sampai 2004. Data yang digunakan adalah data triwulanan. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dan suku bunga deposito terhadap permintaan deposito dalam negeri pada bank umum di Indonesia.

29 Model persamaan awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi dengan Partial Adjusment Model (PAM). Namun, karena pada model regresi PAM itu tidak menghasilkan signifikansi pada variabel Y(-1), sehingga model PAM ini tidak bisa dipakai selanjutnya untuk melakukan pegujian statistik dan pengujian asumsi klasik. Untuk itu digunakan metode OLS dengan fungsi dan persamaan regresi linier. Dari pengujian-pengujian yang dilakukan, ternyata hasil estimasi masih menyimpang asumsi klasik yaitu mengandung heteroskedastisitas, namun setelah diobati ternyata model regresi ini telah dinyatakan sehat dan memenuhi asumsi klasik kembali. Kesimpulan yang diperoleh adalah inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan deposito dalam negeri, sedangkan perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito. Variabel independen lainnya, yakni suku bunga deposito, menunjukan pengaruh yang tidak signifikan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yang pertama adalah periode penelitian yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya belum didapai penelitian tentang jumlah deposito berjangka untuk periode tahun 2004-2010. Kedua, data series yang digunakan, pada penelitian sebelumnya menggunakan data tahunan dan triwulanan, sedangkan penelitian ini menggunakan data bulanan. Ketiga, dalam hal variabel independen yang digunakan. Penelitian sebelumnya, Wahyu Setyaniningsih (1999) menggunakan PDB riil perkapita, suku bunga, dan kurs rupiah sebagai variabel independen, sedangkan penelitian Siti Fatimah (2002) variabel independennya adalah PDB,

30 suku bunga, Kurs rupiah, dan suku bunga Libor. Keempat, perbedaannya terletak pada metode pembentukan model yang digunakan. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, model estimasi yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan metode OLS dan Partial Adjustment Model (PAM), sedangkan penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan Metode Garch (1,1). 2.5 Kerangka Pemikiran Inflasi dan suku bunga deposito diduga memiliki pengaruh terhadap perkembangan jumlah deposito yang terhimpun, selain itu terdapat pula pengaruh dari faktor lain seperti stabilitas keamanan dan politik dan tingkat suku bunga di luar negeri. Tingkat inflasi itu sendiri merupakan fenomena yang terjadi sebagai akibat dari kondisi makro ekonomi yang dipengaruhi oleh jumlah uang beredar, nilai tukar, situasi ekonomi internasional dan lain-lain. Sedangkan suku bunga deposito merupakan produk perbankan yang menjadi kewenangan masing-masing bank untuk menetapkan berdasarkan perhitungan beban operasional, margin keuntungan, tingkat kompetisi, dan lain-lain. Pada saat Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan melalui instrumen moneter yang dimilikinya, kebijakan tersebut akan mempengaruhi perekonomian melalui berbagai jalur transmisi. Kebijakan OPT akan berimbas pada jumlah uang beredar dan nilai tukar, sedangkan kebijakan BI Rate akan menjadi acuan perbankan dalam menetapkan suku bunga tabungan maupun pinjaman. Dalam kerangka kebijakan Inflation Targeting, dimana sasaran akhirnya adalah inflasi, kebijakan moneter tersebut diharapkan akan direspon oleh dunia usaha, sehingga dapat menghasilkan target inflasi yang diinginkan.

31 BANK INDONESIA OPT BI Rate Instrumen Moneter Respon Perbankan & Dunia Usaha Kondisi Makro: 1. JUB 2. Nilai tukar 3. Situasi eko internasional 4. dll INFLASI SUKU BUNGA DEPOSITO Respon Bank: 1. Beban Ops 2. Margin laba 3. Faktor resiko 4. Kompetisi 5. dll JUMLAH TABUNGAN DEPOSITO Stabilitas keamanan dan politik INVESTASI Suku bunga Luar Negeri Keterangan : Didalam ruang lingkup penelitian Diluar ruang lingkup penelitian PERTUMBUHAN EKONOMI Gambar 3. Kerangka Pemikiran

32 Dengan tingkat inflasi dan suku bunga yang terkendali maka diharapkan terjadi akumulasi tabungan masyarakat, salah satunya dalam bentuk deposito. Tabungan masyarakat ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber dana bagi investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2.6 Hipotesis Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah: a. H 0 : Suku bunga deposito tidak berpengaruh positif terhadap jumlah deposito berjangka. Ha : Suku bunga deposito berpengaruh positif terhadap jumlah deposito berjangka. b. H 0 : Inflasi tidak berpengaruh negatif terhadap terhadap jumlah deposito berjangka. Ha : Kurs rupiah berpengaruh negatif terhadap jumlah deposito berjangka. c. H 0 : Suku bunga deposito dan inflasi secara simultan tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito berjangka. Ha : Suku bunga deposito dan inflasi secara simultan berpengaruh terhadap jumlah deposito berjangka. Keterangan : H 0 : Hipotesis Awal Ha : Hipotesis Alternatif