I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Isu-Isu Strategis

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara Geografis Sorong terletak pada kawasan persilangan empat penjuru

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BERITA RESMI STATISTIK

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa, dagang ataupun industri. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

8.1. Keuangan Daerah APBD

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Bahkan hasil dari banyak studi menyatakan bahwa transportasi itu merupakan kekuatan pembentuk ekonomi (transportation is as the formative of economic development and growth) ataupun perkembangan wilayah. Seringkali pula dikatakan bahwa transportasi lebih merupakan suatu akibat dari pada suatu sebab. Pernyataan yang sederhana tersebut menunjukan adanya keterkaitan yang kuat antara transportasi dan pembangunan. (Adisasmita, 2008). Pembangunan sektor transportasi merupakan bagian yang penting dalam pembangunan nasional, sedangkan tujuan pembangunan transportasi menurut Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh Bappenas, adalah untuk meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, handal, berkualitas, teratur, cepat, lancar, aman dan harga terjangkau serta mewujudkan sistem transportasi nasional secara intermoda dan terpadu dengan pembangunan wilayahnya dan menjadi bagian dari suatu sistem distribusi yang mampu memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, termasuk meningkatkan jaringan desa kota yang memadai. Sistem jaringan transportasi dapat dilihat dari segi efektivitas, dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, rendah polusi serta dari segi efisiensi dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan sistem transportasi. (KPDT, 2006) Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang membentang di sekitar garis Katulistiwa (equator), yang terdiri dari ribuan pulau (besar dan kecil), yang 19

berpenghuni ataupun yang tidak berpenghuni yang dikelilingi oleh laut dan perairan, dengan berbagai ragam penduduk serta berbagai kegiatan ekonomi dan sosialnya yang tersebar di tiap tiap pulau yang terpencar letaknya. Untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan berbagai kegiatan ekonomi dan sosial serta pembangunan di pulau pulau maka harus ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana transportasi laut yang cukup berkapasitas, andal dan tersedia setiap waktu bila dibutuhkan. Dengan demikian transportasi laut merupakan suatu hal yang sangat mutlak bagi Indonesia mengingat luas wilayah laut yang dimiliki, serta untuk menghubungkan pulau pulau dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia. Propinsi Maluku yang terletak di sebelah timur Indonesia merupakan propinsi kepulauan dengan ibukotanya Ambon memiliki 2 kota dan 9 kabupaten dengan jumlah penduduk sebanyak 1.440.014 jiwa yang tersebar di 599 pulau besar dan kecil dengan laju pertumbuhan penduduk 0,37% dan luas wilayah 581.376 km 2 yang terdiri dari 527.121 km 2 luas lautan dan 54.185 km 2 luas daratan. Potensi sumberdaya yang sangat menonjol di propinsi ini adalah sektor perikanan yang menghasilkan antara lain ikan cakalang, tuna, pelagis, udang, teripang, lobster dan cumi. Disamping itu juga propinsi ini sangat kaya dengan hasil tanaman perkebunan seperti kelapa, cengkeh, pala, kakao, kopi dan jambu mete, serta memiliki wisata alam bahari, sejarah dan budaya. Kondisi ini menyebabkan sarana transportasi laut sangat diperlukan sebagai sarana pemberdayaan potensi daerah, distribusi bahan pokok dan hasil hasil pertanian serta pemerataan hasil hasil pembangunan. Untuk medistribusikan potensi daerah, saat ini Provinsi Maluku memiliki 7 (tujuh) kapal yang dioperasikan oleh PT. Pelni, 8 (delapan) kapal perintis, 10 (sepuluh) kapal penyeberangan dan 1 (satu) kapal subsidi pemerintah daerah. Untuk kelancaran kapal kapal tersebut, provinsi ini juga memiliki 1 (satu) pelabuhan kelas II, 7 (tujuh) pelabuhan kelas IV, 5 (lima) pelabuhan kelas V dan 14 (empat belas) pelabuhan tidak berkelas serta 6 (enam) dermaga feri. 20

Gambar 1.1 Peta Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Maluku yang terletak di bagian tenggara dari Provinsi Maluku, pada zaman pendudukan Belanda di Indonesia, lebih dikenal dengan sebutan the forgotten island, karena daerah ini sangat sulit untuk dijangkau baik oleh transportasi maupun komunikasi. Secara geostrategik Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki 3 (tiga) karakteristik wilayah yang menonjol dan khas yakni sebagai kabupaten perbatasan antara Indonesia Australia, kawasan pulau pulau kecil terluar dan merupakan salah satu daerah tertinggal di Indonesia. Disamping itu, kabupaten ini juga merupakan pintu masuk lomba perahu layar Indonesia Darwin yang telah dimulai lagi pada tahun 2008. Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki pulau pulau besar dan kecil yang berjumlah kurang lebih 85 (delapan puluh lima) pulau dan sebanyak 54 (lima puluh empat) pulau diantaranya telah berpenghuni dengan penyebaran penduduk yang tidak merata dan konsentrasi penduduk terdapat di Kota Saumlaki. Secara umum Kabupaten ini memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup melimpah diantaranya 21

potensi pertambangan yang meliputi minyak bumi dan gas alam dengan potensi 10 trilyun kaki kubik serta potensi perikanan yang meliputi berbagai macam jenis ikan, teripang, lola, batu laga, mutiara dan rumput laut yang diharapkan dapat diangkut secepatnya dari desa untuk diperjualbelikan ke pasar. Untuk menangani masalah aksesibilitasi antar pulau, menurut data tahun 2008 Kabupaten ini memiliki 2 (dua) unit kapal yang dioperasikan oleh PT. PELNI, 5 (lima) unit kapal perintis, 2 (dua) unit kapal subsidi pemerintah dan 1 (satu) unit kapal penyeberangan dengan 1 (satu) dermaga kelas IV dan 1 (satu) dermaga penyeberangan yang terletak di Kota Saumlaki. Dengan PDRB perkapita Kabupaten MTB berdasarkan harga berlaku tahun 2008 adalah sebesar Rp. 4.266.694,- sedang PDRB perkapita berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 adalah sebesar Rp. 2.500.756,- Melihat potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, jumlah pulau dengan jarak antar pulau yang berjauhan dan terpisah oleh lautan serta jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki, maka transportasi laut di Provinsi Maluku khususnya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat memegang peranan sangat penting. Untuk itu perlu dilakukan sebuah kajian, Bagaimana pengembangan transportasi laut antar pulau dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat? I.2 Perumusan Masalah Transportasi merupakan salah satu sektor ekonomi yang memegang peranan kunci dalam perekonomian wilayah. Sektor ini memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian. Perkembangan sektor ini, ditentukan oleh perkembangan sektor-sektor lain seperti sektor industri, pertambangan dan galian, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, serta sektor perdagangan. Sering sektor ini justru menjadi stimulus bagi perkembangan sektor lainnya. Kasus seperti ini sangat terjadi di kawasan-kawasan terpencil dan terisolir, atau pada daerah-daerah yang baru dibuka. Karena itu, transport promote trade artinya transportasi membuka isolasi suatu daerah yang membawa manfaat ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut (Kamaluddin, 2003) 22

Menurut Tamin (1991) dalam Rajudinnor (1999), bahwa kebutuhan akan transportasi selalu menimbulkan masalah dalam masyarakat, terutama pada saat dimana setiap orang yang melakukan perjalanan untuk suatu maksud yang sama pada tempat yang sama dan pada waktu yang bersamaan pula. Keterlambatan, polusi udara dan suara, pencemaran lingkungan dan getaran merupakan sebagian dari masalah masalah yang ditimbulkan oleh adanya kebutuhan akan transportasi. Disisi lain adanya aktivitas transportasi mendorong berkembangnya sektor sektor ekonomi di suatu wilayah yang berdampak kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas. Hampir semua sektor dalam perekonomian membutuhkan peran sektor transportasi untuk mendatangkan inputnya dari pasar atau mendistribusikan outputnya ke pasar. Dalam tahapan ini, sektor-sektor tersebut merupakan (supply side) input produksi sektor transportasi. Produksi sektor transportasi ini kemudian merupakan salah satu komponen sektoral dalam produksi total perekonomian sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan per kapita penduduk. Disisi lain, distribusi produksi sektor transportasi ini kepada pengguna jasa transportasi akan menciptakan pengeluaran melalui permintaan (demand side) untuk transportasi, baik permintaan dari konsumsi maupun permintaan untuk investasi peralatan/barang modal dan infrastruktur transportasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa transportasi itu bukan merupakan tujuan tetapi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Propinsi Maluku yang biasanya disebut daerah seribu pulau memiliki luas lautan sekitar sembilan puluh persen dan luas daratan hanya sepuluh persen, dengan penduduk yang tersebar pada pulau pulau yang besar dan kecil serta sumberdaya alam dengan jumlah yang tidak banyak namun tersebar pada pulau pulau yang banyak. Kondisi geografi demikian merupakan salah satu faktor yang menjadikan Provinsi Maluku dengan seluruh kabupatennya menjadi daerah tertinggal. Karena memiliki banyak pulau dengan sumberdaya alam yang tersebar, mengakibatkan pihak swasta tidak tertarik untuk berinvestasi. Hal ini jika terus dibiarkan maka akan menjadikan kabupaten kabupaten di Provinsi Maluku akan semakin tertinggal, terisolasi dan terpencil, yang memicu terjadinya kesenjangan sosial ekonomi. Untuk itu campur tangan pemerintah sangat diperlukan. Selama ini keberpihakan pemerintah 23

masih berorientasi daratan, hal ini dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada sektor transportasi laut lebih kecil dari sector transportasi darat pada APBD yang tersedia. Oleh karena itu sektor transportasi laut antara lain sebagai jembatan antar pulau untuk mendistribusikan barang dan jasa antar pulau baik dalam skala nasional maupun skala internasional sangatlah penting, terutama untuk provinsi kepulauan. Berdasarkan gambaran di atas maka pertanyaan kajian berikutnya adalah: Bagaimana pola pergerakan orang dan barang melalui transportasi laut di Provinsi Maluku? Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator ekonomi guna mengukur tingkat kemampuan daerah/region untuk mengelola potensi yang dimilikinya. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Propinsi Maluku atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 sebesar 6.269.710 juta rupiah, mengalami peningkatan sebesar 10,02 persen dari tahun 2007 yang hanya sebesar 5.698.799 juta rupiah. Sementara PDB Indonesia sebesar 4.954 trilyun. Sehingga rasio PDRB Provinsi Maluku pada tahun 2008 berdasarkan harga berlaku sebesar 0,13 persen. Bila dilihat atas dasar harga konstan 2000, maka PDRB pada tahun 2008 sebesar 3.757.392 juta rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 4,23 persen dari tahun 2007 yang sempat mencapai 3.633.475 juta rupiah. Selanjutnya profil perekonomian daerah Maluku yang tergambar pada PDRB bahwa sejak tahun 2004 2008 sektor yang dominan adalah sektor pertanian. Peranan sektor transportasi laut dalam perekonomian wilayah tidak dapat hanya dilihat dari besarnya kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB, akan tetapi hendaknya juga dilihat dari peran sektor transportasi laut tersebut dalam melancarkan kegiatan sektor-sektor lain. Dari uraian dan permasalahan tersebut, maka rumusan pertanyaan kajian adalah: Seberapa besar kontribusi sektor transportasi laut dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Propinsi Maluku? 24

1.3 Tujuan Penulisan Tesis Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan utama penulisan kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan transportasi laut antar pulau dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Untuk menjawab tujuan utama tersebut, maka tujuan spesifiknya dari kajian ini adalah : 1. Menganalisis pola pergerakan orang dan barang antar pulau di Propinsi Maluku; 2. Menganalisis peranan transportasi laut antar pulau dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Propinsi Maluku; 3. Merumuskan strategi pengembangan transportasi antar pulau dalam meningkatkan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. 25