BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

K35-K38 Diseases of Appendix

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apendisitis akut merupakan radang akut pada apendiks vermiformis, yang

A. Pemeriksaan Fisik

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

SAKIT PERUT PADA ANAK

BAB 4 HASIL. 23 Universitas Indonesia. Gambar 4.1 Sel-sel radang akut di lapisan mukosa

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. 2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

APPENDICITIS (ICD X : K35.0)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan

BAB II TINJAUAN TEORI. penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

1.2. Batasan Masalah Case ini membahas tentang etiologi, patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan apendisitis.

BAB II KONSEP DASAR. pada sekum tepat dibawah katup ileocecal (Smeltzer, 2001). Apendisitis

BAB II KONSEP DASAR. pada sekum tepat dibawah katub ileocekal (Smeltzer & Bare, 2002)

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang

BAB II KONSEP DASAR. rentan terhadap infeksi (Smeltzer & Bare, 2002)

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak dari suatu akut abdomen.

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagian kanan bawah (Anderson, 2002).Komplikasi utama pada apendisitis adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat

LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi. B. Anatomi. Apendisitis undefined undefined

BAB I. PENDAHULUAN. terhentinya migrasi kraniokaudal sel krista neuralis di daerah kolon distal pada

APENDISITIS PADA ANAK

HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN DARAH SISTEM ABO DENGAN KEJADIAN APENDISITIS AKUT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN PASCA BEDAH APPENDICTOMY DI PERAWATAN BEDAH RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTIM PENCERNAAN : POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI KE-2 DI RUANG ANGGREK RSUD SUKOHARJO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Appendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Manual Keterampilan Pemeriksaan Apendisitis dan Hernia

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26

Oleh : Iftina Amalia NIM :

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008

BAB II LANDASAN TEORI. Penyakit usus buntu adalah saluran usus yang terjadinya pembusukan dan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

Windy C.S. 1, M. Sabir 2*

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi apendiks vermiformis Apendiks vermiformis adalah organ berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm di bawah junctura iliocaecal dengan lainnya bebas. Apendiks adalah satu-satunya organ tubuh yang tidak mempunyai posisi anatomi yang konstan. Lumennya melebar di bagian distal dan menyempit di bagian proksimal. 3,18 Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di regio iliaca dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus yang di sebut titik McBurney. Apendiks didarahi oleh arteri appendicularis yang merupakan arteri tanpa kolateral dan vena appendicularis, sedangkan persarafannya berasal dari cabang-cabang saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari plexus mesentericus superior. Aliran limfenya ke satu atau dua nodi dalam mesoapendiks dan di alirkan ke nodi mesenterici superiores. 2,18 8

9 2.2 Fisiologi apendiks vermiformis Apendiks vermiformis menghasilkan lendir sebanyak 1-2 ml per hari yang secara normal di curahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Adanya hambatan aliran pada lendir di muara apendiks vermiformis berperan dalam patogenesis apendisitis. 2 GULT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran pencernaan, termasuk apendiks vermiformis menghasilkan IgA yaitu suatu imunoglobulin sekretoar. IgA sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Tetapi karena jumlah jaringan limfe pada apendiks vermiformis kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna menyebabkan pengangkatan apendiks vermiformis tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. 2 2.3 Epidemiologi apendisitis Di Amerika Serikat setiap tahunnya terdapat 250.000 kasus apendisitis. Insiden apendisitis paling tinggi pada usia 10-30 tahun, dan jarang ditemukan pada anak usia kurang dari 2 tahun. Setelah usia 30 tahun insiden apendisitis menurun, tapi apendisitis bisa terjadi pada setiap umur individu. Pada remaja dan dewasa muda rasio perbandingan antara laki-laki dan perempuan sekitar 3 : 2. Setelah usia 25 tahun, rasionya menurun sampai pada usia pertengahan 30 tahun menjadi seimbang antara laki-laki dan perempuan. 19,20

10 Sekitar 20-30% kasus apendisitis perforasi terjadi di Afrika, sedangkan di Amerika sebanyak 38,7% insidensi apendisitis perforasi terjadi pada laki-laki dan 23,5% pada wanita. 2.4 Etiologi apendisitis Faktor predisposisi utama terjadinya apendisitis akut adalah obstruksi lumen apendiks vermiformis. Fekalit adalah penyebab utama terjadinya obstruksi apendiks vermiformis. 7 Disamping hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks vermiformis, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Erosi mukosa apendiks vermiformis akibat parasit E.histolytica merupakan penyebab lain yang dapat menimbulkan apendisitis. 2 Pada tahun 1970, Burkitt mengatakan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan kandungan lemak serta gula yang tinggi pada orang Barat, serta pengaruh konstipasi, berhubungan dengan timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks vermiformis dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon. Semua 2, 21 ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut. 2.5 Patogenesis apendisitis Patologi apendisitis berawal dari mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks vermiformis dalam waktu 24-48 jam pertama. Jaringan mukosa pada apendiks vermiformis menghasilkan mukus (lendir) setiap harinya. Terjadinya obstruksi lumen menyebabkan sekresi mukus dan cairan,

11 akibatnya terjadi peningkatan tekanan luminal sebesar 60 cmh 2 O, yang seharusnya hanya berkapasitas 0,1-0,2 ml. 2,21,22 Bakteri dalam lumen apendiks vermiformis berkembang dan menginvasi dinding apendiks vermiformis sejalan dengan terjadinya pembesaran vena dan kemudian terganggunya arteri akibat tekanan intraluminal yang tinggi. Ketika tekanan kapiler melampaui batas, terjadi iskemi mukosa, inflamasi dan ulserasi. Pada akhirnya, pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam lumen dan invasi bakteri ke dalam mukosa dan submukosa menyebabkan peradangan transmural, edema, stasis pembuluh darah, dan nekrosis muskularis yang dinamakan apendisitis kataralis. Jika proses ini terus berlangsung, menyebabkan edema dan kongesti pembuluh darah yang semakin parah dan membentuk abses di dinding apendiks vermiformis serta cairan purulen, proses ini dinamakan apendisitis flegmonosa. Kemudian terjadi gangren atau kematian jaringan yang disebut apendisitis gangrenosa. Jika dinding apendiks vermiformis yang terjadi gangren pecah, tandanya apendisitis berada dalam keadaan perforasi. 2,21,22 Untuk membatasi proses radang ini tubuh juga melakukan upaya pertahanan dengan menutup apendiks vermiformis dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. 2 Pada anak-anak dengan omentum yang lebih pendek, apendiks vermiformis yang lebih panjang, dan dinding apendiks vermiformis yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, dapat

12 memudahkan terjadinya apendisitis perforasi. Sedangkan pada orang tua, apendisitis perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah. 23 Apendiks vermiformis yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi membentuk jaringan parut yang melengket dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Sehingga suatu saat, organ ini dapat mengalami peradangan akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut. 2 2.6 Manifestasi klinis apendisitis 2.6.1 Gejala Nyeri perut adalah gejala utama dari apendisitis. Perlu diingat bahwa nyeri perut bisa terjadi akibat penyakit penyakit dari hampir semua organ tubuh. Tidak ada yang sederhana maupun begitu sulit untuk mendiagnosis apendistis. Gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium sekitar umbilikus. Nyeri perut ini sering disertai mual serta satu atau lebih episode muntah dengan rasa sakit, dan setelah beberapa jam, nyeri akan beralih ke perut kanan bawah pada titik McBurney. Umumnya nafsu makan akan menurun. Rasa sakit menjadi terus menerus dan lebih tajam serta lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat, akibatnya pasien menemukan gerakan tidak nyaman dan ingin berbaring diam, dan sering dengan kaki tertekuk. Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan

13 obat pencahar. Hal ini sangat berbahaya karena dapat mempermudah terjadinya perforasi. Bila terdapat rangsangan peritoneum, biasanya penderita mengeluh sakit perut bila berjalan atau batuk. 2, 3 2.6.2 Pemeriksaan fisik Temuan fisik ditentukan terutama oleh posisi anatomis apendiks vermiformis yang mengalami inflamasi, serta organ yang telah mengalami ruptur ketika pasien pertama kali diperiksa. Tanda vital seperti peningkatan suhu jarang >1 o C (1.8 o F) dan denyut nadi normal atau sedikit meningkat. Apabila terjadi perubahan yang signifikan dari biasanya menunjukkan bahwa komplikasi atau perforasi telah terjadi atau diagnosis lain harus dipertimbangkan. Perforasi apendiks vermikularis akan menyebabkan peritonitis purulenta yang di tandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat berupa nyeri tekan dan defans muskuler yang meliputi seluruh perut, disertai pungtum maksimum di regio iliaka kanan, dan perut menjadi tegang dan kembung. Peristalsis usus dapat menurun sampai menghilang akibat adanya ileus paralitik. 2, 7 Pasien dengan apendisitis biasanya berbaring dengan terlentang, karena gerakan apa saja dapat meningkatkan rasa sakit. Jika diminta untuk menggerakkan paha terutama paha kanan pasien akan melakukan dengan perlahan-lahan dan hati-hati. 7 Jika dilakukan palpasi akan didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, biasanya di sertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya

14 rangsangan parietal. Tanda rovsing adalah apabila melakukan penekanan pada perut kiri bawah maka akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Peristalsis usus sering didapatkan normal tetapi dapat menghilang akibat adanya ileus paralitik yang disebabkan oleh apendisitis perforata. 2 Uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks vermiformis. Cara melakukan uji psoas yaitu dengan rangsangan otot psoas melalui hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Tindakan ini akan menimbulkan nyeri bila apendiks vermiformis yang meradang menempel di otot psoas mayor. Pada pemeriksaan uji obturator untuk melihat bilamana apendiks vermiformis yang meradang bersentuhan dengan otot obturator internus. Ketika peradangan apendiks vermiformis telah mencapai panggul, nyeri perut kemungkinan tidak ditemukan sama sekali, yaitu misalnya pada apendisitis pelvika. Sehingga dibutuhkan pemeriksaan colok dubur. Dengan melakukan pemeriksaan colok dubur nyeri akan dirasakan pada daerah lokal suprapubik dan rektum. Tanda tanda iritasi lokal otot pelvis juga dapat dirasakan penderita. 2, 7

15 Tabel 1. Sensitivity and Specificity of Clinical Findings for the Diagnosis of Acute Appendicitis 2.7 Diagnosis apendisitis Dikutip dari kepustakaan 24 2.7.1 Apendisitis akut pada bayi dan anak Sulit dalam menentukan diagnosis apendisitis akut pada bayi dan anakanak karena berbagai alasan. Gejala klinis yang diberikan kurang adekuat dalam menentukan diagnosis, dan meskipun apendisitis jarang terjadi, nyeri perut nonspesifik umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak. 20 Anak-anak <5 tahun memiliki 25% negative appendectomy dan 45% perforasi. Ratio ini dibandingkan dengan tingkat negative appendectomy yaitu <10% dan tingkat perforasi 20% untuk anak-anak 5 sampai 12 tahun. Kejadian

16 perforasi pada bayi kurang dari 1 tahun hampir mencapai 100%, dan meskipun hal tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia, 50% kejadian perforasi dapat ditemukan pada usia 5 tahun. Angka kematian dalam kelompok usia ini adalah 5%. 20 2.7.2 Apendisitis pada populasi lanjut usia Dibandingkan dengan dewasa muda, apendisitis memiliki tingkat mortalitas jauh lebih besar pada usia tua, karena dari presentasi atipikal, diagnosis diferensial yang luas, dan kesulitan komunikasi. Faktor-faktor ini mungkin berkorelasi tinggi untuk tingkat perforasi yang besar pada orang tua. Tingkat perforasi pada usia >80 tahun meningkat berkisar 50% sampai 70%, sedangkan pada populasi umum, tingkat perforasi berkisar dari 20% sampai 30%. 7, 20 Pada 50% orang tua dengan apendisitis memiliki skor alvarado 7. Meskipun saat ini tidak ada kriteria yang pasti mengidentifikasi pasien usia lanjut dengan apendisitis akut yang berisiko terjadinya ruptur, prioritas lebih diberikan kepada pasien laki laki dengan anorexia, nyeri perut yang berkepanjangan dengan suhu > 38 o C (100.4 o F) dan kurva pergeseran ke kiri dalam penilaian hitung leukosit yaitu > 76%. Pada akhirnya, komorbiditas, perforasi, morbiditas pasca bedah, mortalitas, dan lama tinggal meningkat pada orang tua dibandingkan dengan populasi usia muda dengan apendisitis. 7

17 Tabel 2. Skor Alvarado untuk mendiagnosis apendisitis Manifestations Value Symptoms Migration of pain Anorexia Nausea and/or vomiting 1 1 1 Signs Right lower quadrant 2 tendernes Rebound Elevated temperature 1 1 Laboratory Values Leukocytosis Left shift in leukocyt 2 1 count Total Points 10 Interpretation of Alvarado score : 1 4 : Acute appendicitis very unlikely 5 7 : Acute appendicitis probable 8-10: Acute appendicitis definite Tabel di kutip dari kepustakaan 7 2.7.3 Pemeriksaan penunjang 2.7.3.1 Pemeriksaan laboratorium 2.7.3.1.1 Leukosit Darah Pemeriksaan laboratorium rutin sangat membantu dalam mendiagnosis apendisitis akut, terutama untuk mengesampingkan diagnosis lain. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan adalah jumlah leukosit darah. Jumlah leukosit darah biasanya meningkat pada kasus apendisitis. Hitung jumlah leukosit darah

18 merupakan pemeriksaan yang mudah dilakukan dan memiliki standar pemeriksaan terbaik. Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi berupa perforasi. Penelitian yang dilakukan oleh Guraya SY menyatakan bahwa peningkatan jumlah leukosit darah yang tinggi merupakan indikator yang dapat menentukan derajat keparahan apendisitis. Tetapi, penyakit inflamasi pelvik terutama pada wanita akan memberikan gambaran laboratorium 2, 11, 21, 25, 26, 27 yang terkadang sulit dibedakan dengan apendisitis akut. Terjadinya apendisitis akut dan adanya perubahan dinding apendiks vermiformis secara signifikan berhubungan dengan meningkatnya jumlah leukosit darah. Temuan ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah leukosit berhubungan dengan peradangan mural dari apendiks vermiformis, yang merupakan tanda khas pada apendisitis secara dini. 28 Beberapa penulis menekankan bahwa leukosit darah polimorfik merupakan fitur penting dalam mendiagnosis apendisitis akut. Leukositosis ringan, mulai dari 10.000-18.000 sel/mm 3, biasanya terdapat pada pasien apendisitis akut. Namun, peningkatan jumlah leukosit darah berbeda pada setiap pasien apendisitis. Beberapa pustaka lain menyebutkan bahwa leukosit darah yang meningkat >12.000 sel/mm 3 pada sekitar tiga-perempat dari pasien dengan apendisitis akut. Apabila jumlah leukosit darah meningkat >18.000 sel/mm 3 menyebabkan kemungkinan terjadinya komplikasi berupa perforasi. 3, 7

19 2.7.3.1.2 Urinalisis Sekitar 10% pasien dengan nyeri perut memiliki penyakit saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium urin dapat mengkonfirmasi atau menyingkirkan penyebab urologi yang menyebabkan nyeri perut. Meskipun proses inflamasi apendisitis akut dapat menyebabkan piuria, hematuria, atau bakteriuria sebanyak 40% pasien, jumlah eritrosit pada urinalisis yang melebihi 30 sel per lapangan pandang atau jumlah leukosit yang melebihi 20 sel per lapangan pandang menunjukkan terdapatnya gangguan saluran kemih. 24 2.7.3.2 Radiografi konvensional Pada foto polos abdomen, meskipun sering digunakan sebagai bagian dari pemeriksaan umum pada pasien dengan abdomen akut, jarang membantu dalam mendiagnosis apendisitis akut. Pasien dengan apendisitis akut, sering terdapat gambaran gas usus abnormal yang non spesifik. Pemeriksaan tambahan radiografi lainnya yaitu pemeriksaan barium enema dan scan leukosit berlabel radioaktif. Jika barium enema mengisi pada apendiks vermiformis, diagnosis apendisitis ditiadakan. 7 2.7.3.3 Ultrasonografi Ultrasonografi berguna dalam memberikan diferensiasi penyebab nyeri abdomen akut ginekologi, misalnya dalam mendeteksi massa ovarium. Ultrasonografi juga dapat membantu dalam mendiagnosis apendisitis perforasi dengan adanya abses. Apendisitis akut ditandai dengan (1) adanya perbedaan

20 densitas pada lapisan apendiks vermiformis / hilangnya lapisan normal (target sign); (2) penebalan dinding apendiks vermiformis; (3) hilangnya kompresibilitas dari apendiks vermiformis ; (4) peningkatan ekogenitas lemak sekitar (5) adanya penimbunan cairan. Keadaan apendisitis dengan perforasi ditandai dengan (1) tebal dinding apendiks vermiformis yang asimetris ; (2) cairan bebas intraperitonial, dan (3) abses tunggal atau multipel. 3,20,21,26 2.8 Diagnosis banding Diagnosis banding apendisitis akut pada dasarnya adalah diagnosis dari nyeri abdomen akut yang disebabkan karena manifestasi klinis yang tidak spesifik untuk fungsi fisiologis tertentu. Diagnosis banding tergantung dari beberapa faktor yaitu: lokasi anatomi dari inflamasi apendiks vermiformis, proses stage ( misalnya simpel atau ruptur), umur pasien, dan jenis kelamin pasien. 7 Beberapa pustaka menyebutkan bahwa diagnosis banding dapat dipertimbangkan berdasarkan beberapa kondisi sebagai berikut : (1) penyebab nyeri akut intra-abdominal lainnya, (2) nyeri akut yang berasal dari ginekologi, (3) penyakit saluran kemih, (4) penyakit thoraks, (5) penyakit sistem saraf pusat dan, (6) kondisi medis lainnya. 3

21 Tabel 3. Diagnosis banding apendisitis akut Differential diagnosis of acute appendicitis Surgical Intestinal obstruction Intussusception Acute cholecystitis Perforated peptic ulcer Mesenteric adenitis Meckel s diverticulitis Colonic/appendicular diverticulitis Pancreatitis Rectus sheath haematoma Urological Right ureteric colic Right pyelonephritis Urinary tract infection Differential diagnosis of acute appendicitis Medical Gastroenteritis Pneumonia Terminal ileitis Diabetic ketoacidosis Preherpetic pain on the right 10th and 11th dorsal nerves Porphyria Gynaecological Ectopic pregnancy Ruptured ovarian follicle Torted ovarian cyst Salpingitis/pelvic inflammatory disease Dikutip dari kepustakaan 29