BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian. Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan. modal (money and capital markets atau macro finance), investasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

ANALISA BREAK EVENT POINT

BAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS BREAK EVEN POINT

VIII. ANALISIS FINANSIAL

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Bahan Kuliah. Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan VII. Analisis Break Even. Dosen : Suryanto, SE., M.Si

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

BAB VIII Analisis BEP (Break Even Point)

TITIK PULANG POKOK SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

ANALISA BREAK EVEN POINT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISA BIAYA PRODUKSI

BAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA. datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, tugas

MANFAAT LEVERAGE BAGI PERUSAHAAN. Ana Mufidah 1. Abstrak

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Point telah banyak dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BREAK EVEN PADA PERUSAHAAN PABRIK MINUMAN UD. USAHA BARU MAKASSAR ZAINAL ABIDIN STIE YPUP MAKASSAR

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENJUALAN UNTUK MENCAPAI LABA YANG DIINGINKAN (STUDI PADA QUICK CHICKEN CABANG KOTA BLITAR)

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik

Department of Business Adminstration Brawijaya University

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

VII. RENCANA KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

Andri Helmi M, SE., MM.

2.2.2 Penggolongan Biaya Menurut sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya

ABSTRAK. Kata kunci: Analisis Cost Volume Profit (CVP), dan memaksimalkan laba. Universitas Kristen Maranatha

NET PROFIT: Penjualan : 40 Biaya : 26-14

How to Build a Good Financial Plan

ANALISIS LEVERAGE DAN BEP

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BREAK EVEN POINT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK KEUANGAN UNTUK BISNIS AWAL

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER)

BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN. Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan peluang dan harapan bagi kesejahteraan warga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan, diperlukan kemampuan untuk membaca, menganalisa, dan menafsirkan

Akuntansi Biaya. Cost Behaviour Analysis. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks

BAB II LANDASAN TEORI

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

Bab 5 Penganggaran Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII. ANALISIS FINANSIAL

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian manajemen, antara lain : Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu : Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. G.R. Terry ( 2007 ) mendefinisikan manajemen sebagai berikut : Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber sumber lainnya. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adal suatu ilmu dan seni untuk melakukan perencanaan, pengorganisasiaan, pengarahan dan pengendalian sumber daya sumber daya yang ada pada perusahaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. 2.2 Pengertian Manajemen Keuangan 2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Sule dan Saefullah (2005 : 15), manajemen keuangan adalah sebagai berikut : Manajemen keuangan adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk 6

7 memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis, yaitu diukur berdasarkan profit". Menurut Sutrisno (2005 : 3) Manajemen keuangan adalah : Manajemen yang sering disebut pembelanjaan dapat diartikan semua aktivitas perusahan yang berhubungan dengan usahausaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. 2.2.2 Tujuan Manajemen Keuangan Menurut Abdul Halim (2007 : 4 ), tujuan manajemen keuangan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan atau memaksimalkan nilai perusahaan. Secara teori, manajer keuangan setuju terhadap tujuan manajemen keuangan, yaitu memaksimalkan kesejahteraan stakeholders atau meningkatkan value of the firm, yang konsekuensinya adalah penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif. 2.2.3 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan menurut Manullang (2007 : 2) adalah sebagai berikut : a. Fungsi Pengendalian Likuiditas ( Funcition Leading to Liquidity ) Untuk mencapai liquiditas yang tepat, manajemen keuangan harus melaksanakan fungsi berikut ini : 1) Peramalan aliran kas ( Forecasting Cash Flows )

8 Forecasting cash flows adalah fungsi manajer keuangan untuk meramalkan sumber sumber uang kas dan waktu penggunaannya dalam berbagai macam pembayaran, seperti untuk kreditor maupun penyuplai ( forecasting sources and timing of cash in flows and cash out fllows ). 2) Mencari sumber dana ( Rising Funds ) Dapat diperoleh dari dua sumber utama, yaitu : a) Dari dalam perusahaan ( sumber dana internal ), yaitu dari keuntungan yang ditahan, penyusutan, saham pemilik, dan lain lain. b) Dari luar perusahaan ( sumber dana eksternal ), Sumber dana jangka pendek, diperoleh dari kredit dagang, kredit bank, surat berharga, dan lain-lain. Sumber dana jangka panjang, dapat diperoleh dari pijaman obligasi dan pinjaman hipotek. 3) Penggunaan dana Dana dapat diinvestasikan dalam aktiva tetap and aktiva lancer. Manajemen keuangan juga harus memperhatikan penggunaan dana dalam aktivitas perusahaan dan asal sumber dana tersebut. b. Fungsi Pengendalian Laba ( Function Leading of Profitability )

9 Dalam melakukan fungsi ini, manajemen melakukan kegiatan sebagai berikut : 1) Melakukan pengawasan atas biaya ( cost control ) 2) Menetapkan kebijaksanaan harga ( pricing ) 3) Meramalkan laba yang akan dating ( forcasting future profits ) 4) Mengukur atau menjajaki biaya modal kerja ( measuring the cost of capital ) 2.3 Pengertian Analisa Break Even Point Ada beberapa pendapat mengenai pengertian titik impas atau break even point. Berikut ini beberapa definisi break even point maupun analisanya menurut pakar-pakar ekonomi dalam literaturnya. Menurut Sutrisno (2005 : 192) defiinisi break even point adalah : Break even point adalah suatu kondisi di mana pada periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Menurut Manullang (2005 : 173) analisa break even point adalah sebagai berikut : Analisa break even point adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Menurut Sjahrial (2006 : 83) analisa titik impas ialah :

10 Analisis titik impas merupakan suatu teknik analisa yang mempelajari hubungan antara biaya-biaya tetap, biaya-biaya variabel, dan laba perusahaan. Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa analisa break even point adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui dan mempelajari hubungan antara biaya-biaya, volume kegiatan dan laba perusahaan. 2.4 Asumsi-asumsi Dalam Analisa Break Even Point Ada beberapa asumsi dalam penerapan analisa break even menurut Carter and Usry (2006), yaitu : a. Biaya dikelompokkan berdasarkan perilaku biaya dalam kaitannya dari volume produksi, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. b. Harga jual per satuan produk adalah tetap pada berbagai tingkat kegiatan dalam periode yang bersangkutan sehingga grafik total penerimaan (total revenue) berbentuk garis lurus. c. Biaya variabel per unit adalah tetap untuk setiap produk yang diproduksi dan dijual pada periode yang bersangkutan. d. Total biaya tetap adalah konstan dalam batas kapasitas tertentu dan dalam periode yang bersangkutan. e. Perhitungan analisa break even point tidak mengakui adanya persediaan awal dan akhir. Semua barang yang diproduksi terjual pada periode yang bersangkutan.

11 f. Bauran penjualan (sales mix) akan tetap konstan. Bauran penjualan adalah kombinasi relatif dari kuantitas berbagai produk perusahaan yang menghasilkan total penjualan. g. Efisiensi dan produktivitas tidak berubah. h. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan relatif konstan. Perubahan dalam kapasitas produksi akan berakibat perubahan pada biaya tetap yang akhirnya akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba. 2.5 Klasifikasi Biaya Pada umumnya pola perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total biaya dengan perubahan volume kegiatan. Berdasarkan perilaku biaya yang dihubungkan dengan volume dan penjualan dan biaya per unit, maka menurut Bustani dan Nurlela ( 2006 : 47 ) biaya dibedakan menjadi : 2.5.1 Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam rentang relevan, tetapi per unit berubah. Dengan kata lain, biaya tetap merupakan biaya yang dalam batas-batas kapasitas normal perusahaan secara total tidak berubah walaupun tingkat kegiatan perusahaan berubah. Biaya tetap juga merupakan biaya yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu. Besarnya biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi dan metode serta strategi manajemen. Biaya

12 tetap per unit besarnya berbanding terbalik dengan perusahaan volume kegiatan. Semakin rendah volume kegiatan, semakin tinggi biaya tetap per unit dan sebaliknya semakin tinggi volume kegiatan, maka akan semakin rendah biaya tetap per unitnya. Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Jumlah keseluruhan yang tetap dalam rentang keluaran yang relevan. b. Penurunan biaya per unit jika volume bertambah dalam rentang keluaran yang relevan. c. Dapat dibebankan ke departemen-departemen berdasarkan keputusan manajer atau menurut metode alokasi biaya. d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak dipikul oleh manajemen eksekutif daripada penyelia operasi. Contoh biaya tetap diantaranya biaya penyusutan/depresiasi, biaya gaji, biaya sewa, biaya asuransi, biaya bunga, dan biaya pemeliharaan. 2.5.2 Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan aktivitas atau volume kegiatan atau produksi. Biaya variabel per unit konstan. Semakin besar volume kegiatan, semakin besar pula biaya totalnya, sebaliknya semakin kecil volume kegiatan, semakin kecil pula biaya totalnya.

13 Perubahan biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Penurunan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan. b. Biaya per unit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang yang relevan. c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi dengan mudah dan tetap. d. Dapat dikendalikan oleh seorang penyelia operasi Contoh biaya variabel diantaranya adalah biaya pemakaian bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya pemasaran langsung. 2.5.3 Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang pada aktivitas tertentu memperlihatkan karakteristik biaya tetap dan biaya variabel didalamnya. Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk penyediaan jasa, sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel ini mencakup suatu jumlah yang sebagian lainnya bervariasi sebanding dengan jumlah keluaran. Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai berikut :

14 a. Totalnya berubah mengikuti perubahan volume, tetapi perubahannya tidak proporsional. b. Per unitnya juga berubah, tetapi terbalik dengan perubahan volume dan tidak sebanding. Contoh biaya semi variabel : selling expenser, administrasi dan umum, biaya perawatan dan perbaikan. 2.5.4 Metode Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel dari Biaya Semi Variabel Pemisahan biaya dari biaya campuran atau semi variabel diperlukan dalam rangka penggunaannya sebagai perencanaan, pengendalian, dan sebagai informasi pengambilan keputusan. Menurut Bustani dan Nurlela ( 2006 : 53 ), metode yang dapat digunakan dalam pemisahan tersebut antara lain : a. Metode Titik Tertinggi Terendah (high and low point method) Dalam metode ini diadakan perbandingan biaya semi variabel dimasa lalu pada suatu tingkat kegiatan yang paling tinggi dengan tingkat kegiatan yang paling rendah. Metode ini adalah metode yang sering digunakan karena perhitungannya sederhana dan mudah penggunaannya. Rumus yang digunakan dalam perhitungannya adalah : Biaya variabel = Bt Kt Br Kr x Kt

15 Dimana : Bt = Jumlah biaya pada kapasitas tertinggi Br = Jumlah biaya pada kapasitas terendah Kt = Tingkat kapasitas produksi tertinggi Kr = Tingkat kapasitas produksi terendah Biaya tetap = Bt ( Bt Br) Kt Kr x Kt b. Metode Kuadrat Terkecil Metode ini memperhitungkan seluruh faktor dan meniadakan unsur-unsur subyektifitas, maka unsur-unsur yang diperhitungkan adalah : Y = a + bx ΣXY = a (ΣX) + b. ΣX 2 ΣY = n. a + b. ΣX Dimana : Y = Biaya semi variabel a b x n = Jumlah biaya tetap = Biaya variabel per unit = Volume produksi = Jumlah sampel

16 c. Metode Titik Sebar Statistik ( Metode Scattegraph ) Metode ini merupakan suatu plot dari biaya terhadap tingkatan kegiatan di masa lalu. Metode ini juga menunjukkan setiap perubahan yang berarti dalam hubungan antara biaya dan kegiatan pada tingkatan kegiatan yang berbeda. 2.6 Cara Menghitung Tingkat Break Even Analisis break even adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat keseimbangan antara biaya, tingkat penjualan, dan keuntungan dalam perusahaan. Analisis ini merupakan alat untuk menetapkan titik dimana hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Jadi tidak terdapat laba atau rugi. Alat analisis yang dapat digunakan untuk mencapai tingkat break even menurut Sutrisno ( 2005 : 193 ) adalah : 2.6.1 Mathematical Approach a. Perhitungan break even atas dasar unit dapat dilakukan dengan menghitung rumus : BEP (Q) = FC P Vc Dimana : BEP (Q) FC P = Break even point atas dasar unit = Biaya tetap = Harga jual per unit

17 Vc = Biaya variabel per unit Contoh : Sebuah perusahaan berproduksi dengan biaya tetap Rp. 900.000,00 biaya variabel per unit Rp. 90,00, harga jual per unit Rp. 180,00 kapasitas produksi maksimal 17.000 unit. Penyelesaian : BEP (dalam unit) = Rp. 900.000,00 Rp. 180,00 Rp. 90,00 = 10.000 unit b. Perhitungan break even atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : BEP (Rp) = FC VC 1 S Dimana : BEP (Rp) = Break even point atas dasar rupiah FC VC S = Biaya tetap = Biaya variabel per unit = Volume penjualan Contoh : Perhitungan sales dari soal tersebut adalah :

18 BEP (dalam rupiah) = = Rp. 900.000 Rp. 90 x 17.000 1 Rp. 180 x 17.000 Rp. 900.000 1 0,5 = Rp. 1.800.000,00 2.6.2 Graphical Approach Secara grafik titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost. TR ost (Rp) BEP Laba TC VC Rugi FC Sales (unit) BEP Graphical approach ini didasarkan pada pendekatan linier. Dimana : TC = FC + VC TR = P. Q BEP = O = TR TC

19 Keterangan : TC = Total cost/biaya total FC = Fixed cost/biaya tetap VC = Variabel cost/biaya variabel atau berubah TR = Total revenue/penerimaan total P Q = Price/harga = Kuantitas/jumlah BEP = Break even point 2.7 Profitabilitas 2.7.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas ialah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut. Untuk memperoleh laba di atas rata-rata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan (revenue) dan mengurangi semua beban (expenses) atas pendapatan. Itu berarti manajemen harus memperluas pangsa pasar dengan tingkat harga yang menguntungkan dan menghapuskan aktivitas yang tidak bernilai.

20 2.7.2 Perencanaan Laba Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba semaksimal mungkin dengan pengorbanan biaya tertentu. Untuk mencapai laba yang direncanakan, perusahaan perlu merencanakan berapa tingkat laba yang akan dicapai melalui penjualan produknya. Hal ini perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengambil keputusan tentang perencanaan laba. Untuk mencapai laba yang besar (dalam rencana maupun realisasinya), manajemen dapat menempuh berbagai langkah, misalnya: a. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada. b. Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang diinginkan. c. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin. Perlu diingat bahwa ketiga langkah tersebut mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Biaya akan menentukan harga jual, harga jual akan mempengaruhi volume produksi dan akan mempengaruhi biaya secara langsung. Oleh karena itu, akan sangat bermanfaat bagi manajemen untuk menganalisa keterkaitan tersebut, salah satunya dengan teknik analisa break even point, sehingga dapat menghasilkan laba yang optimal. Dalam hal ini, penulis lebih

21 menekankan pada kebijakan penetapan harga untuk mencapai optimalisasi profitabilitas perusahaan. Dengan demikian perusahaan mampu melakukan pengendalian terhadap biaya-biaya dan mencapai laba yang diharapkan. 2.8 Manfaat Analisa Break Even Point Ada beberapa manfaat yang bisa diambil dengan menggunakan konsep break even point menurut Sutrisno (2005 : 199), antara lain : a. Analisis break even point digunakan untuk menganalisis pada unit berapa atau pada omset penjualan berapa perusahaan tidak menderita rugi dan tidak menerima keuntungan. b. Perencanaan penjualan atau produksi Rencana produksi dan penjualan bisa direncanakan dengan menggunakan konsep break even point. Penjualan yang direncanakan perusahaan tentunya disertai dengan target laba yang diinginkan. c. Perencanaan harga jual normal Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajer adalah penentuan harga jual. Bagi perusahaan harga jual harus bisa menutup biaya dan target keuntungan. d. Perencanaan metode produksi Analisa break even juga sering digunakan untuk menentukan alternatif pemilihan metode produksi atau mesin produksi.

22 e. Titik tutup pabrik Apabila kondisi perusahaan sudah menunjukkan biaya total melebihi penjualan totalnya, yang artinya bahwa perusahaan beroperasi di bawah titik break even point, apakah perusahaan sebaiknya ditutup atau dipertahankan. Untuk itu manajer harus menganalisa apakah kondisi demikian akan berlanjut dalam waktu lama atau tidak sehingga ada kemungkinan manajer harus memutuskan sementara atau seterusnya. 2.9 Penentuan Harga Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan adalah penentuan harga jual. Harga jual merupakan jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan. Penentuan harga adalah proses menentukan apa yang akan diterima suatu perusahaan dalam penjualan produknya. Harga jual harus dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut dan menutup target keuntungan pada periode yang bersangkutan. Dalam membuat rencana penetapan harga, perusahaan mendasarkannya pada proyeksi penjualan yang telah direncanakan, biaya-biaya (biaya variabel maupun biaya tetap), serta target laba pada periode yang bersangkutan. 2.9.1Tujuan penetapan harga antara lain : a. Untuk tujuan memaksimalkan laba = harga rendah unit terjual banyak, harga tinggi unit terjual sedikit, maka perlu dicari harga optimal untuk memaksimalkan laba.

23 b. Tujuan pangsa pasar = harga rendah rugi, dilakukan untuk mendapatkan pangsa pasar. c. Untuk menutup kerugian 2.9.2 Alat-alat penetapan harga antara lain : a.. Penetapan harga berorientasi biaya Dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan perusahaan untuk memperoleh laba dan kebutuhan untuk menutup biaya-biaya produksi. b. Analisis titik impas (break even point) Yaitu dengan menganalisa hubungan antara volume penjualan, biaya-biaya dan target laba perusahaan. Contoh : Perusahaan sedang merencanakan harga jual bagi produknya untuk tahun 2008. proyeksi penjualan tahun 2008 sebesar 50.000 unit, biaya variabel per unit Rp. 25.000,00 dan biaya tetap setahun Rp 600.000.000,00.Bila perusahaan menargetkan laba sebesar Rp 400.000.000,00, berapa perusahaan harus menjual produknya per unit? Penyelesaian : VC = Rp. 25.000,00 FC = Rp. 600.000.000,00 Q = 50.000 unit

24 Laba = Rp. 400.000.000,00 Harga (P) =...? Q = FC P + laba VC 50.000 = Rp. 600.000.000,00 + Rp. 400.000.000,00 P Rp. 25.000,00 50.000 P Rp. 1.250.000.000 = Rp. 1.000.000.000,00 P = Rp. 2.250.000.000,00 50.000 P = Rp. 45.000,00 2.9.3 Metode Penetapan Harga Metode penetapan harga menurut Laksana (2008 : 116-117), yaitu : a. Cost Orienting Pricing, adalah penetapan harga yang semata mata memperhitungkan biaya biaya dan tidak berorientasi pada pasar. Metode ini terdiri atas dua macam metode, yaitu : 1) Mark up pricing dan cost plus pricing, cara penetapan harga sama, yaitu menambahkan biaya per unit dengan laba yang diharapkan. 2) Target pricing, yaitu suatu penetapan harga jual berdasarkan target rate of return dari biaya total yang dikeluarkan ditambah laba yang diharapkan pada volume penjualan yang diperkirakan.

25 b. Demand Oriented Pricing, yaitu penentuan harga dengan mempertimbangkan keadaan permintaan, keadaan pasar dan keinginan konsumen. Metode ini terdiri atas dua macam, yaitu : 1) Perceived value pricing, yaitu berapa nilai produk dalam pandangan konsumen terhadap yang dihasilkan perusahaan. 2) Demand differential pricing atau price discrimination, yaitu penetapan harga jual produk dengan dua macam harga atau lebih. c. Competition Oriented Pricing, yaitu penetapan harga jual yang berorientasi pada pesaing. Metode ini terdiri atas : 1) Going rate pricing, yaitu suatu penetapan harga di mana perusahaan berusaha menetapkan harga setingkat dengan rata rata industri. 2) Sealed bid pricing, yaitu suatu penetapan harga didasarkan pada tawaran yang diaukan oleh pesaing. 2.10 Analisa Break Even Sebagai Dasar Kebijaksanaan Penetapan Harga yang Tepat Dalam Mengoptimalkan Profitabilitas Dengan analisa break even point, perusahaan dapat memperoleh acuan untuk menetapkan harga yang tepat dalam mencapai laba yang diharapkan. Dengan mengetahui tingkat margin kontribusi melalui perhitungan terhadap penjualan, biaya tetap, dan biaya variabel manajer dapat menggunakannya untuk membantu menetapkan perencanaan harga, yang dapat menutup biaya

26 yang ada sehingga dapat mencapai tingkat laba yang maksimal. Selain itu, dengan menggunakan analisa break even point, manajer juga bisa memperhitungkan efek dari perubahan harga jual dan biaya variabel terhadap EBIT (Earning Before Interest and Tax). Harga jual produk baru dapat dirancang untuk mencapai target tingkat EBIT.