KEBUTUHAN BENIH DAN PERMASALAHANNYA DI IUPHHHK

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Bisnis Kehutanan Indonesia dan Permasalahannya

Perkembangan Bisnis Kehutanan Indonesia dan Permasalahannya

PERAN LITBANG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN SEKTOR KEHUTANAN

RPI 7 : PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN TANAMAN, RESTORASI EKOSISTEM DAN ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM YOGYAKARTA, NOPEMBER 2014

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

Latar belakang pembangunan HTI LOGO. Latar Belakang Pembangunan HTI. Meningkatkan produktivitas kawasan hutan yg kurang produktif

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

STRUKTUR ORGANISASI BPTPTH

PENDIRIAN PT INHUTANI II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

PROGRAM : PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN USAHA KEHUTANAN (Renstra Ditjen PHPL )

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

KERTAS KERJA PROYEK PERUBAHAN INSTANSIONAL BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

Oleh : Mohammad Na iem. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya disebabkan oleh beberapa hal seperti berkurangnya luas kawasan hutan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

POSTUR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN PRODUK KEHUTANAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Nomor : S. /PHM-1/2011 Januari 2012 Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Laporan Rekap Berita Minggu IV & V Bulan Desember 2011

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

2 dilakukan adalah redesign manajemen hutan. Redesign manajemen hutan mengarah pada pencapaian kelestarian hutan pada masing-masing fungsi hutan, teru

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. PRODUKSI HASIL HUTAN

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN TANAMAN BADAN LITBANG KEHUTANAN

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

BAB I. PENDAHULUAN. daerah tropis sebagai hutan tanaman. Di Indonesia saat ini spesies ini

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

PENGUMPULAN DATA KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.19/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.0/Menhut-II/2008 Tanggal : 11 Maret 2008 Tentang : Pedoman Penyelenggaraan Statistik Kehutanan

Lampiran I Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 3/Menhut-II/2012 Tanggal : 12 Januari 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL (RKTN)

RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN PENYERAPAN DAN/ATAU PENYIMPANAN KARBON PADA HUTAN PRODUKSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN INDUSTRI KEHUTANAN BERBASIS HUTAN TANAMAN penyempurnaan P.14/2011,P.50/2010, P.38 ttg SVLK) dan update peta P3HP.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERTUMBUHAN TINGGI AWAL TIGA JENIS POHON MERANTI MERAH DI AREAL PT SARPATIM KALIMANTAN TENGAH

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 3/Menhut-II/2012

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONTAK Untuk informasi lebih lanjut mengenai :

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KEBIJAKAN REVITALISASI SEKTOR KEHUTANAN KHUSUSNYA INDUSTRI KEHUTANAN DAN HASIL YANG DICAPAI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN

Bismillahirrahmanirrahim,

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. IKH termuat di dalam Akte Pendirian Perseroan. Akte ini telah disahkan oleh

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

SINTESA HASIL PENELITIAN PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI KOORDINATOR: DARWO

HUTAN TANAMAN RAKYAT Oleh : Agus Budhi Prasetyo PENDAHULUAN

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

BESARNYA HARGA LIMIT LELANG

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

Demplot sumber benih unggulan lokal

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menhut-II/2014 TENTANG

Tujuan Pembanguan Persemaian

LUAS KAWASAN (ha)

KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI OLEH DIREKTUR JENDERAL BUK SEMINAR RESTORASI EKOSISTEM DIPTEROKARPA DL RANGKA PENINGKATAN PRODUKTIFITAS HUTAN

CAPAIAN OUTPUT DAN OUTCOME

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 251 TAHUN 2006 TENTANG

LESTARI PAPER NO. 03 PERAN HPH DALAM MENJAGA KEBERLANJUTAN HUTAN ALAM. Nana Suparna

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

KRITERIA CALON AREAL IUPHHK-RE DALAM HUTAN PRODUKSI

Membuka Kebuntuan Program HTR

LATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016

disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

Jenis prioritas Mendukung Keunggulan lokal/daerah

HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR

Transkripsi:

KEBUTUHAN BENIH DAN PERMASALAHANNYA DI IUPHHHK Oleh : TERIMA Ir. Nana Suparna KASIH Ketua Bidang Produksi Hutan Tanaman APHI Disampaikan dalam acara : Workshop Pembangunan Sumber Benih : Pemanfaatan Benih Unggul dari Sumber Benih Bersertifikat yang diselenggarakan oleh Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Badan Litbang, Kementerian Kehutanan Yogyakarta, 5 Juli 2012 PROFIL ASOSIASI PENGUSAHA A HUTAN INDONESIA (APHI) Keanggotaan APHI : Keanggotaan APHI bersifat sukarela terdiri dari IUPHHK- HA dan IUPHHK-HT Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) sebanyak 270 UM (luas areal 24.506.741 Ha) dari 295 UM Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) sebanyak 151 UM (luas areal 7.159.769) dari 231 UM 1

KONDISI SEKTOR KEHUTANAN INDONESIA SAAT INI Tropical Sawnwood Eksport, Major Countries (1996-2011) EKSPORT SAWNWOOD INDONESIA KALAH OLEH THAILAND & MALAYSIA SEJAK TAHUN 2004 2

Tropical Countries Export of Secondary Products (2000-2010) PRODUK SEKUNDER KAYU INDONESIA, MULAI TAHUN 2009 DIKALAHKAN OLEH VIETNAM DAN MALAYSIA Tropical Plywood Production (1995-2011) PRODUKSI PLYWOOD INDONESIA YANG SEBELUMNYA SELALU UNGGUL, MULAI TAHUN 2004 DIKALAHKAN OLEH MALAYSIA DAN CHINA 3

Posisi Eksport Produk Kayu Indonesia di Asia Timur HARAPAN BISNIS KEHUTANAN SAAT INI ADA PADA PRODUK PULP DAN KERTAS Perkembangan IUPHHK-HA Jumlah HPH (unit) Luas Areal (x Juta Ha) Produksi (X Juta M3) Produktivitas Hutan alam (m3/ha/th) Tahun Keterangan SK Efektif Kuota Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 (6/4) 8 1992 580 61.38 42.97-26.05 0.61 1993 575 61.70 43.19-25.19 0.58 1994 540 61.03 42.72-22.25 0.52 1995 487 56.17 39.32-22.93 0.58 1996 447 54.09 37.86-25.29 0.67 1997 429 52.28 36.60-15.78 0.54 1998 420 51.58 36.11-10.18 0.40 1999 387 41.84 29.29-10.37 0.35 2000 362 39.16 27.41-3.45 0.12 Transisi Orba Reformasi 2001 351 36.42 25.49 5.6 1.81 (32%) 0.07 Transisi Orba Reformasi 2002 270 28.08 19.66 5.3 3.02 (57%) 0.15 2003 267 27.80 19.46 6.1 4.10 (67%) 0.19 2004 287 27.82 19.47 6.7 2.67 (40%) 0.14 2005 285 27.72 19.40 7.2 6.15 (85%) 0.32 2006 322 28.78 20.15 9.1 5.42 (60%) 0.27 2007 323 28.16 19.71 9.1 6.11 (67%) 0.31 HPH aktif : 2008 308 25.90 18.13 9.1 4.69 (52%) 0.26 69 % 2009 304 25.66 19.96 9.1 5.41 (59%) 0.27 62 % 2010 303 24.95 17.46 9.1 5.56 (61%) 0.32 55% 2011 293 23.24 16.27 9.1 5.19 (57%) 0.32 46% JUMLAH UNIT HPH MAKIN BERKURANG, YANG BEROPERASI SAAT INI HANYA 46%, PRODUKSI TERUS MENURUN 4

Perkembangan pengesahan RKT IUPHHK-HA Tahun 2004 sampai dengan 31 Maret 2012 Prosentase 53% 48% 59% 70% 71% 69% 62% 46% Sumber : Direktorat Bina Usaha Hutan Alam, Ditjen Bina Usaha Kehutanan, 2012 Perkembangan Rencana dan Realisasi Produksi Kayu Bulat RKT Tahun 2004 sampai dengan 31 Maret 2012 % 44% 89% 59% 53% 45% 56% 60% 56% Sumber : Direktorat Bina Usaha Hutan Alam, Ditjen Bina Usaha Kehutanan, 2012 5

Luas (Juta Ha) Perkembangan IUPHHK-HT Tahun Jumlah Unit Luas Areal (Ha) Luas Tanaman (Ha) Luas Tanaman Akumulatif (Ha) 2003 219 4,626,099 124,691 3,121,093 2004 227 5,802,704 131,914 3,253,007 2005 227 5,734,980 163,125 3,416,132 2006 236 6,187,272 231,953 3,648,085 2007 247 9,883,499 334,838 4,005,285 2008 229 9,923,232 305,463 4,310,748 2009 206 8,673,046 422,311 4,522,705 2010 289 10,726,043 457,758 4,980,463 2011 231 9,633,539 401,205 5,381,668 JUMLAH UNIT HTI MAKIN BANYAK, TANAMAN MAKIN LUAS, NAMUN YANG BEROPERASI HANYA 39% (TAHUN 2011) Perkembangan Kawasan Hutan Alam Produksi 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 T o t a l L u a s K a w a s a n H u t a n 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Kebun = 10 Juta Ha Kawasan Hutan Alam Produksi tidak dibebani hak ( terlantar ) = Sekitar 40 Juta Ha HT = 9,6 Juta Ha HPH = 23 Juta Ha Tahun KAWASAN HUTAN ALAM PRODUKSI TERLANTAR/OPEN AKSES MAKIN LUAS POTENSI HUTAN ALAM EKS HPH MAKIN MENURUN 6

TARGET PENANAMAN HUTAN TANAMAN TIAP TAHUN (RENSTRA) Target Berdasarkan RENSTRA 2010 2011 2012 2013 2014 450.000 Ha 550.000 Ha 500.000 Ha 600.000 Ha 550.000 Ha Rencana Revisi 2010 2011 2012 2013 2014 400.000 Ha 400.000 Ha 400.000 Ha 400.000 Ha 400.000 Ha 400.000 Ha 800.000 Ha 1.200.000 Ha 1.600.000 Ha 2.000.000 Ha Sumber : BUHT, Ditjen BUK PENDEKATAN KEBUTUHAN/VOLUME/JENIS/ SUMBER BENIH PADA IUPHHK 7

Strategi Optimalisasi Pembangunan Hutan Tanaman a. Road Map HT : - Arah Pengembangan Industri Kayu (Jenis industri, kapasitas, lokasi dll) - Penataan kawasan hutan produksi, terutama eks HPH-HPH terlantar - Evaluasi Kinerja HT yang ada, termasuk inventarisasi kendala - Rencana aksi mengatasi kendala, terutama terhadap HTI yang kurang/tidak aktif b. Optimalisasi pemanfaatan ruang HTI (tanaman pokok, tanaman kehidupan, tanaman unggulan, areal perlindungan, sarana/prasarana), sesuai dengan peruntukkannya secara tepat tempat, tepat luas dan tepat manajemen, dimana secara ekonomi layak, secara lingkungan dapat dipertanggung jawabkan, dan secara sosial dapat diterima. c. Peningkatan produktivitas hutan tanaman melalui pemilihan jenis tanaman dengan penggunaan benih unggul dan input produksi dengan teknologi yang efisien dan sistem silvikultur yang tepat. d. Perluasan jenis usaha yaitu jasa lingkungan pada hutan tanaman (carbon trade ekowisata) e. Peningkatan nilai tambah areal hutan tanaman melalui pengembangan HHBK, penerapan pola tumpangsari, pola agroforestry, silvopastura, silvofishery dll. f. Membangun cita/opini HTI yang positif REALISASI PENANAMAN HUTAN TANAMAN Realisasi penanaman tahun 2010 seluas 457.758 ha dari target 400.000 ha (101,72%) Realisasi penanaman tahun 2011 seluas 401.205 ha dari target 550.000 ha (72,95%) Realisasi penanaman tahun 2012 sampai dengan 7 Juni 2012 seluas 97.878 dari target seluas 500.000 ha (19,57%). 8

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME/JENIS/ASAL a BENIH) 1. Dasar penghitungan kebutuhan benih untuk pemegang IUPHHK-HT : a. Asumsi penghitungan : Realisasi penanaman hutan tanaman setiap tahun rata-rata seluas 500.000 ha Jumlah IUPHHK-HT : 231 UM, yang aktif /memperoleh RKT tahun 2011 sebanyak 91 UM Peruntukan kayu dari HTI didominasi untuk industri pulp KEBUTUHAN BENIH (VOLUME/JENIS/ASAL BENIH) Jenis tanaman HTI : Akasia mangium, Akasia crassicarpa, Jabon, Sungkai, Gmelina arborea, Meranti, Eucalyptus pellita, Pinus, Jelutung, Pulai, Tengkawang, Balsa, Sengon, Karet Komposisi jenis tanaman HTI yang ditanam adalah Acacia mangium (tanah kering) ± 60%, Acacia crassicarpa (gambut) ± 10%, Eucalyptus pellita ± 10% dan jenis lain 20% b. Penghitungan kebutuhan benih untuk beberapa jenis tanaman HTI per ha per tahun : Benih Acacia mangium : berkisar antara 40 90 gram per ha (rata-rat a 50 gram per ha) dengan jarak tanam di lapangan 2,5 x 3 m dan 2 x 3 m. Kebutuhan benih per tahun 500.000 ha x 50 gram/ha x 60% = 15.000 kg Benih Acacia crassicarpa : berkisar antara 80 100 gram per ha (rata-rata 90 gram per ha) dengan jarak tanam di lapangan 2,5 x 3 m dan 2 x 3 m. Kebutuhan benih per tahun 500.000 ha x 90 gram/ha x 10% = 450 kg Benih Eucalyptus pellita : rata-rata 34 gram per ha dengan jarak tanam di lapangan 2,5 x 3 m dan 2 x 3 m. Kebutuhan benih per tahun 500.000 ha x 34 gram/ha x 10% = 170 kg 9

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME/JENIS/ASAL BENIH) 2. c. Pemenuhan kebutuhan benih pada IUPHHK-HT : Untuk group besar (Sinar Mas Group) pemenuhan benih 80% dari kebun benih sendiri dan 20% pembelian dari luar, target pada tahun 2015 dipenuhi dari kebun benih sendiri. PT. Musi Hutan Persada kebutuhan benih sudah terpenuhi sendiri Group PT. RAPP 60% dipenuhi sendiri dan 40% pembelian dari luar. Untuk HTI yang kecil hampir seluruh kebutuhan benihnya dari luar. KEBUTUHAN BENIH (VOLUME/JENIS/ASAL BENIH) 2. 2. Penghitungan kebutuhan benih untuk kegiatan TPTII pada IUPHHK-HA (26 perusahaan di 8 propinsi) : Rencana tanam 2000 s/d 2010 seluas 109.371 realisasi 70.005 Ha (64%), realisasi tanaman setiap tahun terus menurun. Benih/bibit dipenuhi sendiri dari cabutan, biji dan stek. Sebagian besar menggunakan bibit cabutan karena musim buah 3 tahun sekali dan bibit tidak tahan lama maksimal 1 minggu. Teknologi penyimpanan bibit Meranti agar tahan lama belum diketahui. Dari 26 HPH model TPTII, hanya 5 HPH yang sekarang kegiatannya masih aktif. 3. Penghitungan kebutuhan benih untuk kegiatan penanaman TPTI pada IUPHHK-HA berdasarkan realisasi data tahun 2011 : Pengkayaan/rehabilitasi LOA = 9.104 Ha (Meranti) Penanaman tanah kosong/areal tidak produktif = 5.692 Ha (Sungkai, Tengkawang, Karet, Akasia, Sengon, Gmelina, dll) Sebagian besar benih/bibit dipenuhi sendiri, kecuali Akasia, Sengon dan Gmelina. 10

PERMASALAHAN PEMENUHAN BENIH 1. Terbatasnya sumber benih berkualitas/bersertifikat. 2. Terbatasnya kesediaan benih berkualitas di pasaran. 3. Belum mantapnya sistem informasi perbenihan. 4. Kualitas dan kuantitas SDM perbenihan di perusahaan masih kurang. Antara lain keahlian pemanjat pohon. 5. Penguasaan Iptek perbenihan terbatas. A.l. belum bisa mengatasi serangan hama penyakit Ceratocystis sp pada kebun benih semai A. mangium yang menyebabkan banyak tanaman mati. PERMASALAHAN PEMENUHAN BENIH 6. Koordinasi dan sinergitas stakeholders perbenihan untuk mendukung pembangunan Hutan Tanaman masih kurang. 7. Anomali cuaca dengan tingginya curah hujan pada saat musim kemarau yang menyebabkan buah menjadi rontok. 8. Benih/biji Meranti tidak tahan lama, sedangkan teknologi penyimpanan benihnya belum ditemukan. 11

P E N U T U P Hutan Tanaman merupakan masa depan sektor kehutanan Indonesia. Hutan tanaman berpotensi untuk terus dikembangkan. Namun iklim usahanya belum kondusif, sehingga banyak yang tidak aktif. Optimalisasi Hutan Tanaman perlu dan dapat terus ditingkatkan salah satunya melalui dukungan pemenuhan kebutuhan benih baik kuantitas maupun kualitasnya. Benih untuk IUPHHK-HA, sebagian besar dipenuhi sendiri Benih untuk IUPHHK-HT yang belum dapat dipenuhi sendiri per tahun : A. mangium 10.380 kg, A. crassicarpa 321 kg, E. pellita 133 kg TERIMA KASIH 2012 12