PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

Produk Domestik Bruto (PDB)

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

BERITA RESMI STATISTIK

Statistik KATA PENGANTAR

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik KATA PENGANTAR

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BERITA RESMI STATISTIK

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

TABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013

Analisis Perkembangan Industri

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PROYEKSI EKONOMI MAKRO : Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Analisis Perkembangan Industri

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR


BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG TRIWULAN II 2017

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Statistik

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

Highlight PDRB Kota Magelang Tahun

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara

Transkripsi:

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN 2005-2007 Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan Kerja Sama Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik Desember 2009

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN 2005-2007 Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan Kerja Sama Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik Sumber Foto : Pusat Informasi Kehutanan Diterbitkan Oleh : DEPARTEMEN KEHUTANAN Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

KATA PENGANTAR Kegiatan Penyusunan PDB Industri Primer Kehutanan menurut Kelompok Komoditi Tahun 2005 2007 ini merupakan hasil kerjasama antara Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik yang dilaksanakan oleh Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan Departemen Kehutanan dan Direktorat Neraca Produksi Badan Pusat Statistik. Publikasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan penting dalam penghitungan alternatif terhadap kontribusi subsektor kehutanan dalam penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) secara nasional serta sebagai masukan dalam penentuan berbagai kebijakan di subsektor kehutanan. Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan publikasi ini, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini, khususnya Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan diucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Jakarta, Desember 2009 Direktur Jenderal Planologi Kehutanan, Ttd. Ir. SOETRISNO, MM NIP. 19530723 198102 1 001

DAFTAR ISI Kata Peng/antar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel...iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Maksud dan Tujuan... 2 1.3. Konsep dan Definisi... 3 1.4. Ruang Lingkup dan Cakupan... 5 BAB II SUMBER DATA DAN METODOLOGI... 7 2.1. Sumber Data... 7 2.2. Metodologi... 7 BAB III ANALISIS... 13 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 19 4.1. Kesimpulan... 19 4.2. Saran... 19 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Klasifikasi Departemen Kehutanan (Miliar Rupiah),... 13 Tabel 2. Peranan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Subsektor Kehutanan Menurut Klasifikasi Departemen Kehutanan Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia (%)... 14 Tabel 3. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Klasifikasi Departemen Kehutanan (Miliar Rupiah)...15 Tabel 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Klasifikasi Departemen Kehutanan (%)... 16 Tabel 5. Laju Implisit Produk Domestik Bruto Kehutanan dan Industri Kehutanan... 18

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram Logika Framework PDB Industri Primer Kehutanan... 12

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi 5 Digit KBLI Industri Primer Kehutanan... 21 Lampiran 2. PDB Tahunan atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 2007 (Miliar Rp)... 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor kehutanan merupakan salah satu subsektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan, pemanfaatan hasil-hasil hutan dan pelestarian lingkungan. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil hutan ini diharapkan dapat dilakukan secara lebih terencana dengan pemanfaatan yang optimum serta dapat dinikmati oleh seluruh penduduk Indonesia. Dilain pihak, pelestarian sumber daya hutan berdampak luas terhadap ekosistem kehidupan dan generasi yang akan datang. Oleh karena itu, masalah kehutanan menjadi sangat kompleks kerena berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan lainnya. Bila dilihat dari sisi pandang ekonomi makro, peran subsektor kehutanan secara konvensional ditunjukkan oleh besaran persentase Nilai Tambah Bruto (NTB) yang disumbangkan subsektor ini terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam penyajian angka PDB Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), subsektor Kehutanan hanya mencakup komoditi primer dari kehutanan seperti kayu log, rotan, jasa kehutanan, dan lain-lain. Sementara itu sesuai Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, cakupan binaan oleh Departemen Kehutanan meliputi hasil produk primer kehutanan sampai industri kehutanan seperti industri penggergajian kayu, industri kayu lapis, panel kayu, dan veneer. Sampai saat ini penyajian Nilai Tambah Bruto Industri Kehutanan di PDB masih tergabung di dalam subsektor Industri Pengolahan Non Migas. Keadaan ini menyebabkan peranan subsektor kehutanan didalam penciptaan Produk Domestik Bruto belum 1

mencerminkan keadaan yang sebenarnya, bahkan cenderung lebih rendah (underestimate) dalam konteks Kehutanan secara luas (Departemen Kehutanan). Berdasarkan pada uraian di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan suatu upaya Penyempurnaan Penyusunan Nilai Tambah Kehutanan melalui penambahan cakupan sesuai dengan binaan Departemen Kehutanan yaitu dengan menyusun Nilai Tambah Bruto Industri Kehutanan sesuai dengan cakupan yang ada di Departemen Kehutanan, sehingga diharapkan persentase penciptaan nilai tambah bruto kehutanan terhadap PDB Indonesia lebih mendekati realitas. Tahap awal dalam penyusunan NTB tersebut adalah melakukan penghitungan Nilai Tambah Bruto Industri Kehutanan yang merupakan industri primer dari hasil hutan berupa kayu maupun bukan kayu produk kayu. Kegiatan ini merupakan tahap awal penyempurnaan penyusunan Nilai Tambah Bruto Subsektor Kehutanan. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakannya kegiatan ini ialah untuk melakukan penyempurnaan penghitungan terhadap kontribusi subsektor kehutanan dalam PDB, sehingga diperoleh penilaian yang lebih proporsional dalam penghitungan PDB subsektor kehutanan dari hulu sampai hilir. Penyempurnaan ini dilakukan dengan cara memperluas cakupan subsektor kehutanan, khususnya industri primer kehutanan yang mengacu pada PP No. 6 Tahun 2007 jo. PP No. 3 Tahun 2008. Tujuan yang hendak dicapai ialah tersedianya hasil analisis penghitungan kontribusi subsektor kehutanan terhadap PDB Indonesia berdasarkan kegiatan kehutanan dari hulu sampai hilir. 2

1.3. Konsep dan Definisi 1. Industri Primer Kehutanan Industri Primer Kehutanan meliputi Industri Primer Hasil Hutan Kayu dan Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu. 2. Industri Primer Hasil Hutan Kayu adalah pengelolaan kayu bulat dan/atau kayu bahan baku serpih menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. 3. Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu adalah Pengolahan hasil hutan berupa bukan kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. 4. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi yang beroperasi dalam suatu wilayah atau suatu Negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya 1 tahun). 5. Nilai Tambah Bruto adalah besaran pertambahan nilai yang terjadi akibat adanya suatu proses produksi, atau diartikan juga sebagai besarnya nilai yang harus ditambahkan terhadap nilai pokok produk yang digunakan dalam proses produksi. Besaran nilai tambah tersebut mencakup balas jasa faktor produksi. 6. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) adalah pedoman pengklasifikasian lapangan usaha (kegiatan ekonomi) yang cakupannya telah disesuaikan dengan perkembangan perekonomian Indonesia terkini dan juga telah disesuaikan dengan The international Standard Industrial Classification of All Economic Activites (ISIC) revisi 3 tahun 1990. KBLI hanya mengelompokkan unit produksi menurut kegiatan ekonomi, tidak membedakan unit produksi menurut kepemilikan, jenis badan hukum, formal atau informal. 3

7. PDB Atas Dasar Harga Berlaku (PDB ADHB) adalah PDB yang dinilai atas dasar harga yang berlaku pada tahun-tahun bersangkutan. PDB yang dihasilkan disebut PDB Nominal, yang menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu Negara. 8. PDB Atas Dasar Harga Konstan (PDB ADHK) adalah PDB yang dinilai atas dasar harga yang tetap (tahun dasar). PDB yang dihasilkan disebut PDB Real, yang dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. 9. Peranan (share) menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara. 10. Laju Pertumbuhan adalah besarnya perubahan PDB atas dasar harga konstan pada suatu periode dibandingkan periode sebelumnya yang mencerminkan perubahan riil volume produksi barang dan jasa tanpa terjadinya perubahan harga (inflasi). 11. Laju implisit mencerminkan besarnya perubahan harga yang terjadi pada tingkat produsen barang dan jasa pada suatu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya. 12. Establishment adalah suatu kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang terletak dalam suatu lokasi, mempunyai catatan adninistrasi sendiri, dan ada satu atau lebih orang yang bertanggung jawab atas risiko usaha. 13. Industri Besar dan Sedang adalah kegiatan industri pengolahan yang mempunyai tenaga kerja 20 orang atau lebih. 14. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga adalah kegiatan industri pengolahan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 20 orang. 4

15. Indeks Harga adalah indikator harga yang digunakan untuk menghitung perubahan harga yang terjadi terhadap harga pada tahun dasar, dimana nilai indeks pada tahun dasar adalah 100. 16. Deflator adalah indikator harga (biasanya berupa indeks harga) yang digunakan untuk membagi suatu nilai pada tahun berjalan untuk memperoleh suatu nilai konstan dengan tahun dasar tertentu. 17. Coding adalah kegiatan untuk memberikan identitas pada setiap komoditi sesuai dengan klasifikasi yang sesuai, misalnya menggunakan KBLI 2005. 18. Destinasi adalah kegiatan untuk melakukan identifikasi terhadap sektorsektor ekonomi yang menggunakan suatu barang atau jasa sebagai input antara dalam proses produksinya. 19. Transfer In Transfer Out (TITO) adalah kegiatan untuk melakukan homogenisasi suatu kegiatan ekonomi dengan cara memasukkan output suatu kegiatan ekonomi sektor tertentu beserta seluruh inputnya yang dihasilkan oleh establishment lain ke dalam suatu kegiatan ekonomi yang sejenis serta mengeluarkan output kegiatan ekonomi sektor lain beserta seluruh inputnya yang dihasilkan oleh establishment tersebut untuk digabungkan ke dalam kegiatan ekonomi yang sejenis. 1.4. Ruang Lingkup dan Cakupan Cakupan yang disusun untuk keperluan Penyusunan PDB Industri Kehutanan sesuai dengan kesepakatan antara BPS dengan Departemen Kehutanan menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 5 digit adalah : 5

1. 20101 Industri Penggergajian Kayu 2. 20102 Industri Pengawetan Kayu 3. 20103 Industri Pengawetan Rotan, Bambu dan Sejenisnya 4. 20104 Industri Pengolahan Rotan 5. 20211 Industri Kayu Lapis 6. 20212 Industri Kayu Lapis Laminasi, Termasuk Decorative Plywood 7. 20213 Induatri Panel kayu Lainnya 8. 20214 Industri Veneer Hasil penyusunan PDB Industri Kehutanan yang dihasilkan dari delapan KBLI di atas dimaksudkan untuk menambahkan PDB Kehutanan yang sudah dirilis oleh BPS sebelumnya. 6

BAB II SUMBER DATA DAN METODOLOGI 2.1. Sumber Data Data yang digunakan untuk penyusunan Produk Domestik Bruto Industri Primer Kehutanan adalah: 1. Industri Besar dan Sedang; diperoleh dari publikasi Industri Besar dan Sedang, BPS. Data yang digunakan meliputi produksi yang dihasilkan, bahan baku dan penolong serta biaya-biaya lain. 2. Industri Kecil dan Rumah Tangga; diperoleh dari hasil pengolahan Sensus Ekonomi 2006. Data yang digunakan meliputi output dan biaya-biaya produksi. 3. Indeks harga; diperoleh dari pengolahan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dari Subdit Statistik Harga Perdagangan Besar, BPS. Data yang tersedia lengkap sampai komoditi adalah data Industri Besar dan Sedang, sehingga penjelasan selanjutnya lebih banyak diuraikan mengenai Industri Besar dan Sedang (IBS) saja. 2.2. Metodologi Data Industri besar dan sedang dihasilkan dari survei tahunan industri yang dilakukan secara sensus. Survei ini dilakukan dengan pendekatan establishment. Tabulasi akhirnya disajikan secara rinci menurut kelompok komoditi berdasarkan KBLI 5 digit. Penentuan suatu establishment masuk ke 7

dalam KBLI 5 digit tertentu didasarkan kepada produk utamanya (main characteristic product). Produk utama adalah produk yang nilai outputnya paling besar dibandingkan dengan nilai produk-produk lainnya yang dihasilkan oleh suatu establishment. Pada kenyataannya terlihat bahwa dalam satu establishment ternyata dapat menghasilkan beberapa jenis produk disamping produk utama. Dengan kata lain digunakannya pendekatan establishment tersebut mengakibatkan bahwa seluruh jenis komoditi yang dihasilkan oleh suatu establishment akan masuk ke dalam KBLI 5 digit tertentu mengikuti produk utamanya. Oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa produk lainnya di luar produk utama tersebut mempunyai ciri produk yang tidak sesuai lagi dengan ciri produk utamanya. Ada kemungkinan bahwa produk lainnya tersebut memiliki Kode KBLI 5 digit yang berbeda dengan produk utamanya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh suatu gambaran bahwa penyajian hasil survei tahunan industri besar dan sedang yang dirinci menurut KBLI 5 digit belum secara murni memperlihatkan identitas dari KBLI 5 digit tertentu, karena di dalamnya masih terdapat produk-produk di luar produk utama. Agar data hasil survei tahunan Industri besar dan sedang (IBS) ini dapat digunakan untuk kebutuhan penyusunan PDB Industri Primer Kehutanan perlu dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Proses pengolahan data pada laporan ini dilakukan dengan tahapantahapan sebagai berikut: 1. Melakukan identifikasi establishment IBS yang sebagian atau seluruh barang-barang yang dihasilkan adalah barang-barang dari kayu dan bukan kayu. 2. Melakukan pengkodean (Coding) setiap komoditi dari barang-barang yang dihasilkan untuk seluruh establishment yang terpilih pada butir 1 ke dalam 8

KBLI 5 digit meskipun hasil pengkodean berbeda dari KBLI yang akan disusun PDB-nya. 3. Melakukan pengkodean (Coding) setiap komoditi dari bahan baku dan bahan tambahan (penolong) untuk seluruh establishment yang terpilih pada butir 1 ke dalam KBLI 5 digit. 4. Menjumlahkan nilai dari barang-barang yang dihasilkan dengan kode KBLI yang sama pada setiap establishment. 5. Melakukan destinasi terhadap bahan baku dan penolong setiap komoditi sesuai dengan industri pemakai (hasil butir 4). 6. Melakukan proses Transfer In Transfer Out (TITO) terhadap bahan baku maupun biaya lainnya sesuai dengan output yang sesuai. Output ini terdiri dari barang-barang yang dihasilkan, listrik yang dijual, jasa industri, selisih nilai stok barang setengah jadi, dan penerimaan lainnya. 7. Setelah proses TITO selesai, maka dilakukan penjumlahan (agregasi) barang-barang yang dihasilkan serta bahan baku dan biaya produksi lainnya, termasuk komponen nilai tambah sesuai dengan KBLI 5 digit Industri Primer Kehutanan yang telah ditentukan. 8. Memeriksa kelayakan rasio nilai tambah menurut KBLI yang telah disepakati. 9. Membuat neraca produksi IBS menurut KBLI 5 digit. Setelah neraca produksi Industri Besar dan Sedang diperoleh, artinya nilai tambah untuk Industri Besar dan Sedang atas dasar harga berlaku diperoleh pula. Kemudian untuk menghitung nilai tambah industri Besar dan Sedang atas dasar harga konstan 2000 diperlukan suatu deflator yaitu Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Dari Output industri besar dan sedang atas dasar 9

harga berlaku dibagi dengan indeks harga perdagangan besar maka diperoleh output industri besar dan sedang atas dasar harga konstan. Kemudian output atas dasar harga konstan tersebut dikalikan rasio nilai tambah terhadap output tahun dasar diperoleh NTB industri besar dan sedang atas dasar harga konstan. Dari uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: Output b,t = Pengolahan hasil TITO Ind. Besar dan Sedang NTB b,t = Output b,t Biaya antara b,t Dimana: Output b,t = Output/nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku tahun t NTB b,t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun t Biaya antara b,t = Biaya yang habis dikeluarkan untuk proses produksi tahun t Output k,t = Output t : (Indeks Harga t : 100) NTB k,t = Output k,t x Rasio NTB 0 Dimana: Output k,t = Output/nilai produksi bruto atas dasar harga konstan tahun t NTB k,t = Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun t Indeks Harga t = Indeks Harga Perdagangan Besar tahun t Rasio NTB t = Rasio nilai tambah bruto terhadap output pada tahun dasar 10

Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga, dasar penghitungannya adalah output hasil pengolahan Sensus Ekonomi (SE) 2006. Output hasil SE 2006 dibagi dengan IHPB tahun yang sama untuk memperoleh output atas dasar harga konstan. Kemudian untuk output atas dasar harga konstan tahun 2005 dan 2007 diestimasi dengan menggunakan indikator tenaga kerja. Setelah output atas dasar harga konstan masing-masing tahun diperoleh, selanjutnya dikalikan dengan IHPB untuk mendapatkan output atas dasar harga berlaku masingmasing tahun. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari output atas dasar berlaku dikalikan dengan rasio NTB tahun berjalan. Demikian juga NTB atas dasar harga konstan dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB tahun dasar. Produk Domestik Bruto Industri Primer Kehutanan atas dasar harga berlaku dan konstan dihasilkan dari penjumlahan nilai tambah industri besar dan sedang dan nilai tambah industri kecil dan kerajinan rumah tangga untuk masing-masing harga berlaku dan harga konstan. Diagram alur metodologi tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut : 11

Gambar 1. Diagram Logika Framework PDB Industri Primer Kehutanan Departemen Kehutanan Badan Pusat Statistik Identifikasi Industri Primer Kehutanan 8 KBLI 20101 Ind. Penggergajian kayu 20102 Ind. Pengawetan kayu 20103 Ind. Pengawetan rotan, bambu, dsj. 20104 Ind. Pengolahan rotan 20212 Ind. Kayu lapis laminasi 20213 Ind. Panel kayu lainnya Pengolahan PDB Industri Primer Kehutanan Industri Besar Sedang (IBS) Industri Kecil & Kerajinan RT Proses TITO Data IBS 2005-2007 Pengolahan Data SE 2006 (UMK) Neraca Produksi Indikator Tenaga Kerja 2005 2007 PDB Ind. Primer Kehutanan (IBS) PDB Ind. Primer Kehutanan (IKKR) 12 PDB Ind. Primer Kehutanan

BAB III ANALISIS Berdasarkan ketersediaan data yang ada, penyempurnaan penyusunan PDB subsektor Kehutanan menurut Klasifikasi Departemen Kehutanan adalah PDB subsektor Kehutanan yang biasa dirilis oleh BPS ditambah dengan PDB Industri Primer Kehutanan. Untuk penyusunan tahap awal yang telah selesai dihitung adalah tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. ini: Hasil penghitungan yang telah disusun dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Klasifikasi Departemen Kehutanan (Miliar Rupiah) KBLI Deskripsi - KBLI 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) 20101 Ind. Penggergajian Kayu 2.463,1 2.069,9 2.799,2 20102 Ind. Pengawetan Kayu 2.134,2 2.929,5 3.961,6 20103 Ind. Pengawetan Rotan, Bambu, Dan Sejenisnya 774,3 1.051,1 1.421,5 20104 Ind. Pengolahan Rotan 137,5 161,1 217,8 20211 Ind. Kayu Lapis 2.032,7 2.790,0 3.773,0 20212 Ind. Kayu Lapis Laminasi, Termasuk Décorative 7.906,6 10.849,7 14.672,4 20213 Ind. Panel Kayu Lainnya 1.238,0 1.686,9 2.281,2 20214 Ind. Veneer 37,5 50,7 68,6 Industri Primer Kehutanan 16.723.7 21.588,9 29.195,4 Subsektor Kehutanan 22.561.8 30.065,7 35.883,7 Total Kehutanan dan Ind. Primer Kehutanan 39.285.5 51.654,6 65.079,1 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 2.774.281.1 3.339.216,8 3.949.321,4 13

Sebelum dilakukan penyempurnaan penghitungan PDB subsektor Kehutanan terlihat bahwa pada rilis sebelumnya oleh BPS, PDB Subsektor Kehutanan atas dasar harga berlaku tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing adalah 22.561,8 miliar rupiah, 30.065,7 miliar rupiah dan 35.883,7 miliar rupiah. Setelah dilakukan penyempurnaan penghitungan, PDB subsektor kehutanan bertambah 16.723,7 miliar rupiah dari subsektor Industri primer kehutanan menjadi 39.285,5 miliar rupiah tahun 2005, sementara tahun 2006 dan 2007 masing-masing bertambah 21.588,9 miliar rupiah dan 29.195,4 miliar rupiah sehingga menjadi 51.654,6 miliar rupiah dan 65.079,1 miliar rupiah. Tabel 2. Peranan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Subsektor Kehutanan Menurut Klasifikasi Departemen Kehutanan Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia (%) KBLI Deskripsi -KBLI 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) 20101 Ind. Penggergajian Kayu 0,09 0,06 0,07 20102 Ind. Pengawetan Kayu 0,08 0,09 0,10 20103 Ind. Pengawetan Rotan, Bambu, Dan Sejenisnya 0,03 0,03 0,04 20104 Ind. Pengolahan Rotan 0,00 0,00 0,01 20211 Ind. Kayu Lapis 0,07 0,08 0,10 20212 Ind. Kayu Lapis Laminasi, Termasuk Decorative 0,28 0,32 0,37 20213 Ind. Panel Kayu Lainnya 0,04 0,05 0,06 20214 Ind. Veneer 0,00 0,00 0,00 Industri Primer Kehutanan 0,60 0,65 0,74 Subsektor Kehutanan 0,81 0,90 0,91 Total Kehutanan dan Industri Primer Kehutanan 1,42 1,55 1,65 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 100,00 100,00 100,00 14

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dengan metode penghitungan yang lama, penciptaan PDB oleh Subsektor Kehutanan hanyalah sebesar 0,81 persen terhadap PDB Indonesia pada tahun 2005. Dengan ditambahkannya PDB Industri Primer Kehutanan dalam penghitungannya, maka peranan Subsektor kehutanan bertambah sebesar 0,60 persen sehingga menjadi menjadi 1,42 persen. Pada tahun 2006 dan 2007, dengan metode penghitungan yang sama, peranan Subsektor Kehutanan dalam penciptaan PDB Indonesia juga mengalami peningkatan menjadi 1,55 persen dan 1,65 persen dari sebelumnya hanya 0,90 persen dan 0,91 persen. Kontribusi Kehutanan, baik pada produk primer maupun hasil olahannya cenderung menunjukkan peningkatan. Selama periode 2005-2007, perubahan kontribusi industri primer kehutanan terhadap PDB Indonesia lebih besar daripada perubahan kontribusi dari subsektor kehutanan. Kontribusi industri primer kehutanan selama tahun 2005-2007 naik sebesar 0,14 persen, dari 0,60 persen menjadi 0,74 persen, sementara pada periode yang sama, subsektor kehutanan hanya naik sebesar 0,1 persen, yaitu dari 0,81 persen menjadi 0,91 persen. Tabel 3. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Klasifikasi Departemen Kehutanan (Miliar Rupiah) KBLI Deskripsi KBLI 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) 20101 Ind. Penggergajian Kayu 1.359,5 610,7 791,8 20102 Ind. Pengawetan Kayu 1.166,4 1.261,6 1.322,2 20103 Ind. Pengawetan Rotan, Bambu, Dan Sejenisnya 423,3 449,2 472,6 20104 Ind. Pengolahan Rotan 75,4 60,7 68,1 20211 Ind. Kayu Lapis 1.241,6 1.458,8 1.468,2 20212 Ind. Kayu Lapis Laminasi, Termasuk Decorative 4.829,6 5.704,4 5.725,8 20213 Ind. Panel Kayu Lainnya 756,3 876,9 884,9 20214 Ind. Veneer 22,9 26,3 26,6 Industri Primer Kehutanan 9.875,1 10.448,6 10.760,3 Subsektor Kehutanan 17.176,9 16.686,9 16.503,6 Total Kehutanan dan Ind. Primer Kehutanan 27.052,0 27.135,5 27.263,9 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 1.750.815,2 1.847.126,7 1.963.091,8 15

Nilai dan peranan kehutanan dari sisi PDB atas dasar harga berlaku telah ditunjukkan pada Tabel 1 dan 2. Untuk melihat perubahan nilai dan peranan secara lebih riil, maka dapat dilihat dari sisi PDB atas dasar harga konstannya. Tabel 3 memperlihatkan bahwa nilai PDB atas dasar harga konstan pada industri primer kehutanan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 nilai PDB atas dasar harga konstan industri primer kehutanan sebesar 9.875,1 miliar rupiah, dan meningkat menjadi 10.448,6 miliar rupiah pada tahun 2006, dan di tahun 2007 naik menjadi 10.760,3 miliar rupiah. Peningkatan nilai tersebut secara sederhana dapat diartikan bahwa terjadi peningkatan volume produksi pada industri primer kehutanan terus meningkat. Kondisi sebaliknya justru terjadi pada subsektor kehutanan, karena pada periode 2005-2007 nilai PDB atas dasar harga konstannya justru terus mengalami penurunan. Pada tahun 2005 nilai PDB atas dasar harga konstan subsektor kehutanan sebesar 17.176,9 miliar rupiah, kemudian turun menjadi 16.686,9 miliar rupiah pada tahun 2006, dan di tahun 2007 turun kembali menjadi 16.503,6 miliar rupiah. Penurunan nilai tersebut secara sederhana dapat diartikan bahwa pada subsektor kehutanan terjadi penurunan dari sisi volume produksinya. Tabel 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Klasifikasi Departemen Kehutanan (%) KBLI Deskripsi -KBLI 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) 20101 Ind. Penggergajian Kayu (55,08) 29,67 20102 Ind. Pengawetan Kayu 8,16 4,81 20103 Ind. Pengawetan Rotan, Bambu, Dan Sejenisnya 6,12 5,21 20104 Ind. Pengolahan Rotan (19,51) 12,26 20211 Ind. Kayu Lapis 17,49 0,64 20212 Ind. Kayu Lapis Laminasi, Termasuk Decorative 18,11 0,38 20213 Ind. Panel Kayu Lainnya 15,95 0,92 20214 Ind. Veneer 14,93 0,99 Industri Primer Kehutanan 5,81 2,98 Subsektor Kehutanan (2,85) (1,10) Total Kehutanan dan Ind. Kehutanan 0,31 0,47 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 5,50 6,28 16

Tabel 4 memperlihatkan laju pertumbuhan (%) dari industri primer kehutanan dan subsektor kehutanan. Pada tahun 2006 dan 2007, industri primer kehutanan mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,81 persen dan 2,98 persen, sedangkan pada subsektor kehutanan justru mengalami pertumbuhan negatif, yaitu minus 2,85 persen dan minus 1,10 persen. Apabila digabungkan, maka secara total kehutanan dan industrinya hanya naik masingmasing sebesar 0,31 persen pada tahun 2006 dan 0,47 persen di tahun 2007. Apabila hasil penghitungan PDB yang ditampilkan pada tabel 2 dan 4 dikaji secara bersamaan, maka ada hal yang menarik dari subsektor kehutanan. Sekalipun peranan total industri primer kehutanan dan subsektor kehutanan terus mengalami peningkatan terhadap PDB (berdasarkan nilai PDB atas dasar berlaku seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2), tetapi peningkatan volume produksinya tidak secepat peningkatan yang terjadi pada PDB Indonesia secara umum seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Pada tahun 2006 dan 2007, laju pertumbuhan total industri primer kehutanan dan subsektor kehutanan masingmasing hanya meningkat 0,31 dan 0,47 persen, sementara pertumbuhan PDB Indonesia meningkat 5,50 persen dan 6,28 persen. Tabel 5 menunjukkan laju implisit (%) dari PDB kehutanan dan industri primer kehutanan. Pada tahun 2006, laju implisit pada subsektor kehutanan adalah sebesar 37,17 persen dan pada industri primer kehutanan adalah sebesar 22,01 persen. Ini dapat mencerminkan bahwa tingkat perubahan harga pada produsen kegiatan kehutanan jauh lebih tinggi daripada prubahan harga pada tingkat produsen industri primer kehutanan. Artinya, terjadi kenaikan harga yang lebih tinggi pada penyedia bahan baku industri primer kehutanan. Hal sebaliknya justru terjadi pada tahun 2007, dimana laju implisit pada subsektor kehutanan sebesar 20,68 persen yang artinya lebih rendah dari pada yang terjadi pada industri primer kehutanan yang laju implisitnya meningkat menjadi 31,32 persen dibandingkan periode sebelumnya. 17

Tabel 5. Laju Implisit Produk Domestik Bruto Kehutanan dan Industri Kehutanan Menurut Klasifikasi Departemen Kehutanan (%) KBLI Deskripsi -KBLI 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) 20101 Ind. Penggergajian Kayu 87,10 4,29 20102 Ind. Pengawetan Kayu 26,91 29,03 20103 Ind. Pengawetan Rotan, Bambu, Dan Sejenisnya 27,93 28,54 20104 Ind. Pengolahan Rotan 45,55 20,46 20211 Ind. Kayu Lapis 16,82 34,37 20212 Ind. Kayu Lapis Laminasi, Termasuk Decorative 16,18 34,73 20213 Ind. Panel Kayu Lainnya 17,52 34,01 20214 Ind. Veneer 17,75 33,90 Industri Primer Kehutanan 22,01 31,32 Subsektor Kehutanan 37,17 20,68 Total Kehutanan dan Ind. Kehutanan 31,08 25,40 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 14,09 11,28 18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Penyempurnaan penyusunan PDB produk kehutanan dari hulu sampai hilir menyebabkan naiknya kontribusi subsektor ini sekitar dua per tiga kali, yaitu dari sekitar 0,9 persen menjadi 1,6 persen. 2. Laju pertumbuhan industri primer kehutanan lebih cepat peningkatannya dibandingkan subsektor kehutanan sebagai kegiatan ekonomi yang menjadi penyedia bahan bakunya. 3. Indeks harga perdagangan besar industri primer kehutanan menurut 5 dijit KBLI belum tersedia seluruhnya, sehingga masih ada beberapa KBLI yang menggunakan indeks harga sejenis. Hal ini dapat mendorong adanya bias, mengingat pergerakan indeks harga dapat berbeda walaupun tidak terpaut banyak. 4. Naik turunnya pertumbuhan pada level 5 dijit KBLI selain dari pertumbuhan establishment industri itu sendiri juga berasal dari migrasi komoditi-komoditi yang sejenis yang berasal dari KBLI lain sebagai hasil proses Transfer In Transfer Out (TITO). Hal ini menyebabkan pertumbuhan yang terjadi pada suatu industri dengan kode 5 dijit KBLI tertentu menjadi sangat fluktuatif. 4.2 Saran Penyempurnaan penyusunan PDB Kehutanan menurut binaan Departemen Kehutanan perlu terus dikembangkan cakupannya sesuai dengan peraturan yang berlaku, khususnya subsektor atau kegiatan yang menjadi binaan Departemen Kehutanan. 19

LAMPIRAN-LAMPIRAN 20

Lampiran 1. Deskripsi 5 Digit KBLI Industri Primer Kehutanan No. KBLI Deskripsi 1. 20101 2. 20102 3. 20103 4. 20104 5. 20211 6. 20212 7. 20213 8. 20214 Industri Penggergajian Kayu Kelompok ini mencakup usaha penggergajian kayu gelondongan menjadi balok, kaso (usuk), reng, papan, dan sebagainya. Industri Pengawetan Kayu Kelompok ini mencakup usaha pengawetan barang-barang setengah jadi mupun barang jadi yang terbuat dari kayu. Industri Pengawetan Rotan, Bambu, dan Sejenisnya Kelompok ini mencakup usaha pengawetan rotan, bambu, dan sejenisnya. Industri Pengolahan Rotan Kelompok ini mencakup usaha pengolahan rotan menjadi bahan setengah jadi, seperti rotan poles, hati rotan, dan kulit rotan. Industri Kayu Lapis Kelompok ini mencakup usaha pembuatan kayu lapis biasa, seperti: kayu lapis tripleks, multipleks, kayu lapis interior, ekstrior, dan sejenisnya. Termasuk juga kayu lapis konstruksi, seperti: kayu lapis cetak beton, kayu lapis tahan air, dan sejenisnya. Industri Kayu Lapis Laminasi, Termasuk Decorative Plywood Kelompok ini mencakup usaha pembuatan kayu lapis yang dilaminasi, seperti: teak wood, rose wood, polyester plywood, dan sejenisnya. Industri Panel Kayu Lainnya Kelompo ini mencakup usaha pembuatan panel kayu lainnya, seperti: block board, particle board, chip board, lamin board, fibre board, Medium Density Fibreboard (MDF), dan sejenisnya. Industri Veneer Kelompok ini mencakup usaha pembuatan serutan pelapis (veneer) dengan cara pengupasan (rotary), penyayatan (slicer), dan sejenisnya. 21

LAMPIRAN 2 Tabel 1. PDB TAHUNAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2005-2007 (MILIAR RP) LAPANGAN USAHA Tahun 2005 2006 2007* (1) (2) (3) (4) 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, 364.169,3 433.223,4 541.592,6 KEHUTANAN DAN PERIKANAN a. Tanaman Bahan Makanan 181.331,6 214.346,3 265.090,9 b. Tanaman Perkebunan 56.433,7 63.401,4 81.595,5 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 44.202,9 51.074,7 61.325,2 d. K e h u t a n a n 22.561,8 30.065,7 35.883,7 e. P e r i k a n a n 59.639,3 74.335,3 97.697,3 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 309.014,1 366.520,8 441.006,6 a. Minyak dan gas bumi 177.605,9 200.081,6 234.189,4 b. Pertambangan tanpa Migas. 104.599,1 130.716,0 160.607,4 c. Penggalian. 26.809,1 35.723,2 46.209,8 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 760.361,3 919.539,3 1.068.653,9 a. Industri M i g a s 138.440,9 172.094,9 182.324,3 1). Pengilangan Minyak Bumi 89.629,6 117.952,2 122.118,3 2). Gas Alam Cair 48.811,3 54.142,7 60.206,0 b. Industri tanpa Migas 621.920,4 747.444,4 886.329,6 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 177.753,1 212.738,0 264.100,5 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 77.087,2 90.116,5 93.598,4 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 35.247,5 44.602,6 54.880,9 4). Kertas dan Barang cetakan 33.898,8 39.637,0 45.403,1 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 76.213,6 94.078,8 110.769,6 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 24.589,1 29.013,3 32.814,3 7). Logam Dasar Besi & Baja 18.382,7 20.687,0 22.907,7 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 172.957,1 209.460,1 254.278,4 9). Barang lainnya 5.791,3 7.111,1 7.576,7 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 26.693,8 30.354,8 34.724,6 a. L i s t r i k 19.175,1 21.203,5 23.051,5 b. Gas Kota 3.897,7 5.036,1 6.912,1 c. Air bersih 3.621,0 4.115,2 4.761,0 5. B A N G U N A N 195.110,6 251.132,3 305.215,6 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 431.620,2 501.542,4 589.351,8 a. Perdagangan Besar dan Eceran 338.667,2 393.047,4 465.782,0 b. H o t e l 14.146,9 16.074,2 17.320,4 c. R e s t o r a n 78.806,1 92.420,8 106.249,4 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 180.584,9 231.523,5 264.264,2 a. P e n g a n g k u t a n 110.157,3 142.770,0 149.974,4 1). Angkutan Rel 1.238,3 1.355,4 1.397,5 2). Angkutan Jalan raya 58.133,0 81.270,6 85.183,4 3). Angkutan laut 13.974,4 16.106,1 16.043,4 4). Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 3.881,9 4.487,5 4.656,5 5). Angkutan Udara 11.979,2 14.669,3 16.547,2 6). Jasa Penunjang Angkutan 20.950,5 24.881,1 26.146,4 b. K o m u n i k a s i 70.427,6 88.753,5 114.289,8 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 230.522,7 269.121,4 305.213,5 a. B a n k 88.287,4 95.708,4 105.536,8 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 20.808,7 26.778,9 32.581,5 c. Jasa Penunjang Keuangan 1.581,3 2.011,1 2.490,1 d. Sewa Bangunan 81.474,3 97.396,9 110.239,9 e. Jasa Perusahaan 38.371,0 47.226,1 54.365,2 9. JASA - JASA 276.204,2 336.258,9 399.298,6 a. Pemerintahan Umum 135.132,8 167.799,7 205.343,9 1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan 83.795,6 103.508,8 124.760,3 2). Jasa Pemerintahan lainnya 51.337,2 64.290,9 80.583,6 b. S w a s t a 141.071,4 168.459,2 193.954,7 1). Sosial Kemasyarakatan 48.678,5 58.182,9 70.657,7 2). Hiburan dan Rekreasi 8.739,4 10.172,3 11.324,3 3). Perorangan dan Rumah tangga 83.653,5 100.104,0 111.972,7 PRODUK DOMESTIK BRUTO 2.774.281,1 3.339.216,8 3.949.321,4 PDB TANPA MIGAS 2.458.234,3 2.967.040,3 3.532.807,7 * Angka sementara

LAMPIRAN 2 Tabel 2. PDB TAHUNAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2005-2007 (MILIAR RP) LAPANGAN USAHA Tahun 2005 2006 2007* (1) (2) (3) (4) 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, 253.881,7 262.402,8 271.401,2 KEHUTANAN DAN PERIKANAN a. Tanaman Bahan Makanan 125.801,8 129.548,6 133.888,5 b. Tanaman Perkebunan 39.810,9 41.318,0 43.135,6 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 32.346,5 33.430,2 34.220,7 d. K e h u t a n a n 17.176,9 16.686,9 16.503,6 e. P e r i k a n a n 38.745,6 41.419,1 43.652,8 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 165.222,6 168.031,7 171.422,1 a. Minyak dan gas bumi 96.894,6 95.853,1 94.757,0 b. Pertambangan tanpa Migas. 52.694,2 55.242,4 58.272,2 c. Penggalian. 15.633,8 16.936,2 18.392,9-1,1 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 491.561,4 514.100,3 538.084,6 a. Industri M i g a s 48.658,8 47.851,2 47.823,0 1). Pengilangan Minyak Bumi 21.207,2 20.806,9 20.780,6 2). Gas Alam Cair 27.451,6 27.044,3 27.042,4 b. Industri tanpa Migas 442.902,6 466.249,1 490.261,6 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 121.395,6 130.148,9 136.722,4 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 54.277,1 54.944,2 52.922,5 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 20.138,5 20.006,2 19.657,6 4). Kertas dan Barang cetakan 23.944,2 24.444,8 25.861,0 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 59.293,1 61.947,9 65.470,0 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 15.618,1 15.700,1 16.233,3 7). Logam Dasar Besi & Baja 7.712,0 8.076,8 8.213,3 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 136.744,6 147.063,8 161.375,6 9). Barang lainnya 3.779,4 3.916,4 3.805,9 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 11.584,1 12.251,0 13.517,1 a. L i s t r i k 7.967,6 8.474,7 9.122,5 b. Gas Kota 1.745,8 1.838,9 2.393,5 c. Air bersih 1.870,7 1.937,4 2.001,1 5. B A N G U N A N 103.598,4 112.233,6 121.901,0 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 293.654,0 312.518,7 338.807,2 a. Perdagangan Besar dan Eceran 241.887,1 257.845,0 280.485,9 b. H o t e l 12.313,2 12.950,5 13.645,6 c. R e s t o r a n 39.453,7 41.723,2 44.675,7 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 109.261,5 124.808,9 142.327,2 a. P e n g a n g k u t a n 66.404,7 70.796,0 72.791,6 1). Angkutan Rel 585,3 623,0 631,0 2). Angkutan Jalan raya 28.367,1 29.764,2 30.868,2 3). Angkutan laut 8.855,8 9.497,4 9.278,7 4). Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 2.342,7 2.431,9 2.512,8 5). Angkutan Udara 10.362,3 11.466,2 12.385,3 6). Jasa Penunjang Angkutan 15.891,5 17.013,3 17.115,6 b. K o m u n i k a s i 42.856,8 54.012,9 69.535,6 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 161.252,2 170.074,3 183.659,3 a. B a n k 71.366,9 72.474,4 78.241,0 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 13.074,9 14.009,2 15.149,8 c. Jasa Penunjang Keuangan 1.128,3 1.213,5 1.331,0 d. Sewa Bangunan 47.714,6 51.755,3 55.819,1 e. Jasa Perusahaan 27.967,5 30.621,9 33.118,4 9. JASA - JASA 160.799,3 170.705,4 181.972,1 a. Pemerintahan Umum 73.700,1 76.618,4 80.778,2 1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan 46.889,6 48.644,3 51.148,9 2). Jasa Pemerintahan lainnya 26.810,5 27.974,1 29.629,3 b. S w a s t a 87.099,2 94.087,0 101.193,9 1). Sosial Kemasyarakatan 22.604,5 24.178,0 26.022,2 2). Hiburan dan Rekreasi 6.713,1 7.246,7 7.773,1 3). Perorangan dan Rumah tangga 57.781,6 62.662,3 67.398,6 PRODUK DOMESTIK BRUTO 1.750.815,2 1.847.126,7 1.963.091,8 PDB TANPA MIGAS 1.605.261,8 1.703.422,4 1.820.511,8 * Angka sementara

LAMPIRAN 2 Tabel 3. DISTRIBUSI PDB TAHUNAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2005-2007 (%) LAPANGAN USAHA Tahun 2005 2006 2007* (1) (2) (3) (4) 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, 13,13 12,97 13,71 KEHUTANAN DAN PERIKANAN a. Tanaman Bahan Makanan 6,54 6,42 6,71 b. Tanaman Perkebunan 2,03 1,90 2,07 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,59 1,53 1,55 d. K e h u t a n a n 0,81 0,90 0,91 e. P e r i k a n a n 2,15 2,23 2,47 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 11,14 10,98 11,17 a. Minyak dan gas bumi 6,40 5,99 5,93 b. Pertambangan tanpa Migas. 3,77 3,91 4,07 c. Penggalian. 0,97 1,07 1,17 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 27,41 27,54 27,06 a. Industri M i g a s 4,99 5,15 4,62 1). Pengilangan Minyak Bumi 3,23 3,53 3,09 2). Gas Alam Cair 1,76 1,62 1,52 b. Industri tanpa Migas 22,42 22,38 22,44 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 6,41 6,37 6,69 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 2,78 2,70 2,37 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 1,27 1,34 1,39 4). Kertas dan Barang cetakan 1,22 1,19 1,15 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 2,75 2,82 2,80 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 0,89 0,87 0,83 7). Logam Dasar Besi & Baja 0,66 0,62 0,58 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 6,23 6,27 6,44 9). Barang lainnya 0,21 0,21 0,19 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 0,96 0,91 0,88 a. L i s t r i k 0,69 0,63 0,58 b. Gas Kota 0,14 0,15 0,18 c. Air bersih 0,13 0,12 0,12 5. B A N G U N A N 7,03 7,52 7,73 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 15,56 15,02 14,92 a. Perdagangan Besar dan Eceran 12,21 11,77 11,79 b. H o t e l 0,51 0,48 0,44 c. R e s t o r a n 2,84 2,77 2,69 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 6,51 6,93 6,69 a. P e n g a n g k u t a n 3,97 4,28 3,80 1). Angkutan Rel 0,04 0,04 0,04 2). Angkutan Jalan raya 2,10 2,43 2,16 3). Angkutan laut 0,50 0,48 0,41 4). Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,14 0,13 0,12 5). Angkutan Udara 0,43 0,44 0,42 6). Jasa Penunjang Angkutan 0,76 0,75 0,66 b. K o m u n i k a s i 2,54 2,66 2,89 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 8,31 8,06 7,73 a. B a n k 3,18 2,87 2,67 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,75 0,80 0,82 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,06 0,06 0,06 d. Sewa Bangunan 2,94 2,92 2,79 e. Jasa Perusahaan 1,38 1,41 1,38 9. JASA - JASA 9,96 10,07 10,11 a. Pemerintahan Umum 4,87 5,03 5,20 1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan 3,02 3,10 3,16 2). Jasa Pemerintahan lainnya 1,85 1,93 2,04 b. S w a s t a 5,08 5,04 4,91 1). Sosial Kemasyarakatan 1,75 1,74 1,79 2). Hiburan dan Rekreasi 0,32 0,30 0,29 3). Perorangan dan Rumah tangga 3,02 3,00 2,84 PRODUK DOMESTIK BRUTO 100,00 100,00 100,00 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 88,61 88,85 89,45 * Angka sementara

LAMPIRAN 2 Tabel 4. LAJU PERTUMBUHAN PDB TAHUNAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TERHADAP TAHUN SEBELUMNYA TAHUN 2005-2007 (%) LAPANGAN USAHA Tahun 2005 2006 2007* (1) (2) (3) (4) 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, 2,72 3,36 3,43 KEHUTANAN DAN PERIKANAN a. Tanaman Bahan Makanan 2,60 2,98 3,35 b. Tanaman Perkebunan 2,48 3,79 4,40 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,13 3,35 2,36 d. K e h u t a n a n -1,47-2,85-1,10 e. P e r i k a n a n 5,87 6,90 5,39 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3,20 1,70 2,02 a. Minyak dan gas bumi -1,77-1,07-1,14 b. Pertambangan tanpa Migas. 12,24 4,84 5,48 c. Penggalian. 7,69 8,33 8,60 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4,60 4,59 4,67 a. Industri M i g a s -5,67-1,66-0,06 1). Pengilangan Minyak Bumi -5,00-1,89-0,13 2). Gas Alam Cair -6,19-1,48-0,01 b. Industri tanpa Migas 5,86 5,27 5,15 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2,75 7,21 5,05 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 1,31 1,23-3,68 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -0,92-0,66-1,74 4). Kertas dan Barang cetakan 2,39 2,09 5,79 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 8,77 4,48 5,69 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3,81 0,53 3,40 7). Logam Dasar Besi & Baja -3,70 4,73 1,69 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 12,38 7,55 9,73 9). Barang lainnya 2,61 3,62-2,82 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 6,30 5,76 10,33 a. L i s t r i k 6,68 6,36 7,64 b. Gas Kota 6,48 5,33 30,16 c. Air bersih 4,53 3,57 3,29 5. B A N G U N A N 7,54 8,34 8,61 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 8,30 6,42 8,41 a. Perdagangan Besar dan Eceran 8,82 6,60 8,78 b. H o t e l 6,23 5,18 5,37 c. R e s t o r a n 5,88 5,75 7,08 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 12,76 14,23 14,04 a. P e n g a n g k u t a n 6,25 6,61 2,82 1). Angkutan Rel -2,98 6,44 1,28 2). Angkutan Jalan raya 4,84 4,93 3,71 3). Angkutan laut 8,75 7,24-2,30 4). Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 3,94 3,81 3,33 5). Angkutan Udara 10,42 10,65 8,02 6). Jasa Penunjang Angkutan 5,56 7,06 0,60 b. K o m u n i k a s i 24,58 26,03 28,74 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 6,70 5,47 7,99 a. B a n k 4,50 1,55 7,96 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 8,35 7,15 8,14 c. Jasa Penunjang Keuangan 6,66 7,55 9,68 d. Sewa Bangunan 8,17 8,47 7,85 e. Jasa Perusahaan 9,28 9,49 8,15 9. JASA - JASA 5,16 6,16 6,60 a. Pemerintahan Umum 1,90 3,96 5,43 1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan 1,81 3,74 5,15 2). Jasa Pemerintahan lainnya 2,06 4,34 5,92 b. S w a s t a 8,09 8,02 7,55 1). Sosial Kemasyarakatan 7,22 6,96 7,63 2). Hiburan dan Rekreasi 6,52 7,95 7,26 3). Perorangan dan Rumah tangga 8,62 8,45 7,56 PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,69 5,50 6,28 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 6,57 6,11 6,87 * Angka sementara

LAMPIRAN 2 Tabel 5. LAJU IMPLISIT PDB TAHUNAN TERHADAP TAHUN SEBELUMNYA TAHUN 2005-2007 (%) Tahun 2005 2006 2007* (1) (2) (3) (4) LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, 7,72 15,10 20,87 KEHUTANAN DAN PERIKANAN a. Tanaman Bahan Makanan 6,75 14,79 19,67 b. Tanaman Perkebunan 10,96 8,25 23,27 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 6,51 11,80 17,30 d. K e h u t a n a n 12,86 37,17 20,68 e. P e r i k a n a n 6,26 16,60 24,70 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 45,89 16,63 17,94 a. Minyak dan gas bumi 52,59 13,88 18,40 b. Pertambangan tanpa Migas. 43,10 19,20 16,48 c. Penggalian. 15,01 23,00 19,11 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 12,82 15,63 11,04 a. Industri M i g a s 55,69 26,41 6,01 1). Pengilangan Minyak Bumi 59,73 34,13 3,66 2). Gas Alam Cair 47,81 12,59 11,21 b. Industri tanpa Migas 6,80 14,17 12,77 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 5,78 11,63 18,17 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 6,46 15,48 7,83 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 13,93 27,38 25,23 4). Kertas dan Barang cetakan 6,67 14,53 8,27 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 9,46 18,15 11,41 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 9,72 17,38 9,39 7). Logam Dasar Besi & Baja 18,16 7,45 8,89 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 5,44 12,61 10,63 9). Barang lainnya 11,48 18,49 9,64 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 5,82 7,52 3,68 a. L i s t r i k 2,69 3,96 1,00 b. Gas Kota 18,37 22,67 5,45 c. Air bersih 10,50 9,74 12,01 5. B A N G U N A N 19,96 18,81 11,90 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 8,13 9,19 8,39 a. Perdagangan Besar dan Eceran 8,23 8,87 8,94 b. H o t e l 4,98 8,03 2,26 c. R e s t o r a n 8,94 10,90 7,37 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 12,55 12,24 0,09 a. P e n g a n g k u t a n 17,40 21,57 2,17 1). Angkutan Rel 4,72 2,83 1,80 2). Angkutan Jalan raya 28,46 33,24 1,07 3). Angkutan laut 4,23 7,47 1,96 4). Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 15,52 11,36 0,43 5). Angkutan Udara 11,52 10,67 4,43 6). Jasa Penunjang Angkutan 6,47 10,93 4,46 b. K o m u n i k a s i 4,72-0,01 0,03 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 11,13 10,69 5,02 a. B a n k 7,58 6,75 2,14 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 15,37 20,11 12,51 c. Jasa Penunjang Keuangan 15,27 18,25 12,89 d. Sewa Bangunan 13,94 10,21 4,95 e. Jasa Perusahaan 10,28 12,41 6,44 9. JASA - JASA 10,88 14,68 11,40 a. Pemerintahan Umum 9,48 19,44 16,07 1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9,34 19,07 14,63 2). Jasa Pemerintahan lainnya 9,69 20,02 18,34 b. S w a s t a 12,77 10,55 7,05 1). Sosial Kemasyarakatan 16,86 11,75 12,83 2). Hiburan dan Rekreasi 7,88 7,83 3,79 3). Perorangan dan Rumah tangga 11,16 10,34 4,00 PRODUK DOMESTIK BRUTO 14,33 14,09 11,28 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 10,73 13,74 11,41 * Angka sementara