BAB II KERANGKA TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

WELCOME. Saat ini Anda memasuki session

BAB II TELAAH TEORITIS. Dalam telaah teoritis, dibahas landasan teori dan penelitian terdahulu

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

III KERANGKA PEMIKIRAN

Bab 3. Model Perilaku Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

Perilaku Konsumen. Pengantar. Hikmah Ubaidillah, M.IKom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Marketing Communication

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam perolehan, pengonsumsian, dan

BAB II LANDASAN TEORI. sistematis segala masalah yang timbul dari masyarakat usaha. Kegiatan pemasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Arti dan Tujuan Pemasaran

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. dan mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan tersebut. menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU KONSUMEN. Keluarga. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap masyarakat selalu mengembangkan suatu sistem dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk lebih cerdas mempertahankan pasarnya dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPATU MEREK DONATELLO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembeli yaitu ketika konsumen benar-benar membeli produk. Dimana. mengarah kepada keputusan pembelian.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

2.1 Motif Pembelian Penggunaan internet di masa sekarang semakin hari semakin meningkat di Indonesia, kebutuhan akan internet semakin dirasa penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minat Beli

BAB III METODE PENELITIAN. lain populasi dan sampel, jenis data, dan teknik pengumpulan data, pengukuran

PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kritis dan komparatif terhadap teori dan hasil penelitian yang relevan, dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan kebutuhan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan. tangga dalam pengambilan keputusan untuk membeli minyak goreng.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi.

III KERANGKA PEMIKIRAN

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis restoran cepat saji. Makanan asing yang disajikan oleh restoran-restoran

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku Konsumen

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari perilaku konsumsi untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan penjualan. Pemasar perlu memiliki strategi pemasaran agar

VI PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN TUNGKU SEKAM

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai potensi untuk melakukan pembelian sendiri secara murni (primary

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. ukuran iklan (air time untuk media penyiaran), penggunaan warna (spot atau full

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat, karena setiap

BAB I PENDAHULUAN. cepat serta menghasilkan sumber pendapatan yang cukup besar bagi negara. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi individu yang lebih tanggap akan suatu produk yang ditawarkan. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pengambilan keputusan membeli merupakan suatu proses pemecahan masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemasar, hal ini berarti perlunya terus melakukan riset-riset pemasaran,

BAB II KERANGKA TEORI. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU KONSUMEN. Sikap. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. merupakan salah satu kegiatan jual beli yang di dalamnya meliputi kegiatan. penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Pengambilan Keputusan Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pebisnis berusaha untuk mencari strategi yang tepat dalam memasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

adalah kebutuhan dan gaya hidup (life style) masyarakat yang semakin yang tergolong berpikiran relatif maju. Mereka dihadapkan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dapat membeli suatu secara online. Seiring dengan. pintar, akses internet yang mudah dan praktis, kini berbelanja online

BAB II KERANGKA TEORI, HIPOTESIS, DAN MODEL PENELITIAN

PERILAKU KONSUMEN : Pengetahuan Produk dan Keterlibatan Konsumen

Transkripsi:

BAB II KERANGKA TEORITIS Bab ini akan memaparkan konsep yang digunakan dan definisi masingmasing konsep tersebut, nalar konsep, nalar kaitan antar konsep, proposisi, dan pengembangan model dari penelitian ini. 2.1 Anak Sebagai Pemengaruh (Influencer) Anak sebagai Influencer merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh anak untuk mempengaruhi orang tuanya agar melakukan pembelian terhadap produk atau jasa yang diingin kan atau dibutuhkanya (Santoso, 2008). Peran anak sebagai pemengaruh didorong kekuatan pengaruh anak yang dikenal dengan istilah pester power. Usaha yang dilakukan anak-anak untuk mempengaruhi orang tua atau orang di sekitar mereka yang dilakukan secara frontal dan berhasil (Nicholls and Cullen, 2004). Mikkelsen (2007) mendefinisikan influencer sebagai usaha aktif dan pasif untuk mencapai persetujuan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan beli orang tua sehingga mencapai hasil tertentu. Active influence disebut juga sebagai direct influencer dimana seorang anak berinteraksi langsung dengan orang tua dengan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan (Kotler, 2003). Passive influence atau indirect influence merupakan bentuk perhatian atau kesadaran dari orang tua akan keinginan anak yang dipenuhi tanpa adanya interaksi langsung terlebih dahulu diantaranya (Mikkelsen, 2007). 6

Anak-anak mempengaruhi keputusan pembelian dalam berbagai macam produk, Jensen (1995) melakukan penelitian pada tiga macam kategori produk yaitu: kategori produk untuk anak-anak, produk untuk konsumsi keluarga, dan produk untuk orang dewasa ia menyatakan bahwa pengaruh anak tidak terbatas hanya pada produk dimana mereka terlibat sebagai pengguna saja. Lebih lanjut lagi di katakan bahwa pada produk yang terkait dengan anak-anak (mainan, sereal dan snack), mereka akan menjadi pencari informasi, inisiator aktif, dan pembeli (Kaur dan Singh, 2006). 2.2 Gaya Anak Sebagai Influencer Untuk membuat orang tua membelikan produk yang diinginkanya, anak seringkali membuat permintaan dengan cara verbal meupun bahasa tubuh. Tujuanya tentu saja untuk mendapatkan produk yang diinginkanya, walaupun terkadang hanya untuk kepuasaan sesaat. Seringkali permintaan anak untuk dibelikan oleh orang tuanya satu produk atau jasa disertai dengan berbagai macam gaya. Menurut McNeal (1992), gaya anak tersebut secara umum dapat dikelompokan kedalam tujuh kelompok, yaitu : 1. Peading- gaya ini biasanya disertai dengan kata-kata seperti aku mohon.., tolong aku.., dan terkadang dengan repitisi ibu, ibu, ibu. 2. Persistent- Gaya ini termasuk mengulang-ulang permintaan terus-menerus baik ketika ada peluang maupun saat tidak ada peluang. Kadang-kadang permintaanya disertai kata-kata aku hanya meminta sekali ini saja. 7

3. Forceful- Gaya ini menggunakan kata-kata yang harus keras dan forceful, seperti aku harus mempunyainya, tidak ada yang dapat menghalangi aku untuk memilikinya, aku akan memintanya pada nenek jika kamu tidak mau membelikanya untukku. 4. Demonstrative- Gaya ini menujukan akting yang berlebihan. Contoh dengan cara menolak untuk meninggalkan pertokoan, menolak untuk melihat-lihat atau berbicara dengan orang tua, kadang-kadang anak yang lebih kecil akan menjatuhkan diri ke lantai dan menjerit. 5. Sugar-coated- kata-kata cinta dan luar biasa seringkali termasuk dalam gaya ini. Sebagai contoh : aku akan mencintai ibu selamanya jika ibu membelikan aku satu, belikan aku satu berarti engkau ayahku yang luar biasa di dunia ini. 6. Threatening- Gaya ini seringkali berfokus pada hal negatif jika pembelian tidak dilakukan oleh orang tuanya. Contoh kata-kata yang seringkali digunakan: aku akan membencimu selamanya jika engkau tidak membelikan aku satu, aku akan meninggalkan rumah jika aku tidak dibelikan satu. 7. Pitty- Gaya ini biasanya akan menghasilkan hasil negatif bagi anak, karena anak akan mengasihani diri sendiri. Contoh : tidak ada seorangpun yang mau berbicara kepadaku jika aku tidak memilikinya, semua orang memilikinya kecuali aku, dan engkau tidak pernah membelikanku apaapa. 8

Semua gaya permohonan di atas dapat digunakan dalam bentuk kombinasi, tetapi anak cenderung memakai satu atau dua gaya saja yang telah terbukti paling efektif dalam mempengaruhi orang tuanya untuk membelikannya suatu produk. 2.3 Persepsi Orang Tua Tentang Keinginan Anak Kotler (2003) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang memilih, mengelola dan menafsirkan masuknya informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan. Lebih lanjut lagi Schiffman dan Kanuk (2007) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses dimana individu memilih, mengelola dan menginterpretasi stimulus ke dalam sebuah gambaran yang jelas dan berarti. Senada dengan hal tersebut Prasetijo dan Ihalauw (2005) menyampaikan bahwa persepsi merupakan proses dimana rangsangan yang diterima seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan di interpretasikan. Rangsangan dalam penelitian ini mengacu pada keinginan anak sewaktu menginginkan sebuah produk barang maupun jasa, yang kemudian rangsangan tersebut membentuk persepsi dari orang tua mengenai keinginan anaknya yang membawa pengaruh terhadap keputusan beli orang tua. Persepsi orang tua merupakan proses penerimaan stimulus oleh orang tua dari anaknya, yang pada akhirnya membentuk gambaran tentang kebutuhan anak yang telah terarah ke obyek tertentu yang mungkin dapat memuaskan kebutuhan anak (Santoso, 2008). Sebagian besar seorang anak belajar menjadi konsumen pada saat berbelanja dengan orang tua. Anak belajar menjadi konsumen dengan 9

mengamati perilaku dan meniru perilaku orang tuanya, pada saat itu perlu bagi orang tua untuk mengatur perilaku anak dengan otoritasnya sebagai orang tua dan melakukan sosialisasi terhadap mereka (Kaur dan Singh, 2006). Penting bagi orang tua untuk mensosialisasikan atau mendidik anaknya sebagai seorang konsumen, yaitu dengan memberikan pemahaman singkat mengenai alasan-alasan mengapa orang tua menolak atau mengabulkan permintaan dari anak. 2.4 Keputusan Beli Orang Tua 2.4.1 Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), perilaku konsumen merupakan tindakan langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (1987) merupakan tindakan konsumen dalam mencari, membel, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk, jasa, dan ide yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan. Kotler dan Amstrong (1997) juga mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal. Selanjutnya Schiffman dan kanuk (1987) menjabarkan bahwa studi perilaku konsumen merupakan pembelajaran bahwa studi perilaku konsumen merupakan pembelajaran masing-masing individu membuat sebuah keputusan dalam membelanjakan sumber dayanya (uang, waktu, tenaga) melalui proses pemecahaan masalah yang mengacu pada tindakan bijaksana dan bernalar yang 10

dijalankan untuk menghasilkan pemenuhan kebutuhan. Banyak faktor dapat membentuk hasil akhirnya, seperti motivasi internal dan pengaruh eksternal seperti tekanan sosial, pengaruh keluarga terutama anak dan kegiatan pemasaran. 2.4.2 Proses Pengambilan Keputusan Beli Konsumen Keputusan Pembelian adalah sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan mengevaluasi seberapa baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian (Kotler, 2008). Keputusan pembelian dalam penelitian ini mengacu pada pemenuhan kebutuhan yang dilakukan orang tua dalam membelanjakan sumber dayanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan anaknya. Pengambilan keputusan konsumen dalam membeli suatu produk merupakan suatu proses yang melewati tahap-tahap tertentu. Kotler (2000) membagi proses pengambilan keputusan pembelian kedalam lima langkah : 1. Pengenalan kebutuhan yaitu konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. 2. Pencarian informasi yaitu konsumen mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). 11

3. Evaluasi alternatif yaitu: konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih. 4. Keputusan pembelian yaitu: konsumen telah memiliki alternatif yang dipilih atau alternatif pengganti yang dapat juga dipilih. 5. Perilaku setelah pembelian yaitu: konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. 2.5 Fase Perkembangan Psikologis Pengamatan Anak Oswald Kroh dalam Kartono, (1979) menyatakan bahwa perkembangan fungsi pengamatan anak terdiri dari empat periode, yaitu: 1. Periode Sintese-Fantastis (7-8 tahun) Segala hasil pengamatan merupakan kesan totalitas/global, sedangkan sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak. 2. Periode Realisme-naif (8-10 tahun) Anak sudah dapat membedakan bagian, tapi belum mampu untuk menghubungkan satu dengan yang lain dalam hubungan yang totalitas. Unsur fantasi sudah mulai digantikan dengan pengalaman konkrit. 3. Periode Realisme-kritis (10-12 tahun) Pengamatan yang bersifat realistis. Anak pada masa ini sudah dapat mengadakan sintesa logis karena muncul pengertian, insight/wawasan, dan 12

akal sudah mencapai taraf kematangan anak untuk bisa menggabungkan bagian menjadi satu kesatuan. 4. Periode Subjektif (12-14 tahun) Unsur emosi atau perasaan muncul kembali, dengan kuat mempengaruhi penilaian anak terhadap semua pengetahuan dan pengalamannya. Pada penelitian ini menggunakan usia anak yang berumur 7-8 tahun. Usia 7-8 tahun dipilih karena anak pada masa ini anaj mengingat segala hasil pengamatan yang merupakan kesan totalitas/global, sedangkan sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak (kartono, 1979). Pada usia tersebut anak yang pernah makan di KFC dan mendapatkan kesan yang baik dari program-program yang disediakan KFC bagi anak, sehingga membuat anak mepunyai kesan yang positif terhadap KFC. 2.6 Nalar Antar Konsep 2.6.1 Pengaruh Persepsi Orang Tua Tentang Keinginan Anak terhadap Keputusan Beli Orang Tua Persepsi orang tua merupakan proses penerimaan stimulus oleh orang tua dari anaknya, yang pada akhirnya membentuk gambaran tentang kebutuhan anak yang telah terarah ke obyek tertentu yang mungkin dapat memuaskan kebutuhan anak (Santoso, 2008). Pada dasarnya orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga makanan yang dikonsumsi.banyak orang tua yang akhirnya memilih untuk sama-sama bekerja, 13

dengan tujuan untuk meningkatkan keadaan ekonomi keluarga. Peran anak sebagai pemengaruh lebih besar dalam keluarga yang memiliki penghasilan tinggi (Atkin, 1978). Perhatian yang dilakukan oleh orang tua dengan cara memperhatikan tingkah laku anaknya, yang pada akhirnya akan menjadi stimulus bagi orang tua. Stimulus tersebut semakin jelas terlihat pada saat anak menginginkan sebuah produk maupun jasa, mereka akan memberikan stimulus dengan cara mereka meminta, merengek, merajuk, bahkan menangis. Reaksi akibat stimulus tersebut membentuk persepsi dari orang tua mengenai keinginan anaknya serta akan mengarahkan orang tua pada objek yang diinginkan oleh anak (Nicholls and Cullen, 2004). Sewaktu anak memiliki keinginan untuk membeli sebuah produk mereka akan menggunakan influence power mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, keinginan yang terpenuhi tersebut akan tersimpan sebagai pengalaman yang menyenangkan (Haryanto, 2008). Pada saat orang tua menyadari hal tersebut, orang tua akan membentuk sebuah persepsi mengenai keinginan anaknya. Oleh karena itu, persepsi orang tau tentang keinginan anak berpengaruh terhadap keputusan beli orang tua. Berdasrkan nalar kosnep diatas, maka diambil hipotesis sebagai berikut : H1 : Persepsi orang tua tentang keinginan anak berpengaruh signifikan terhadap keputusan beli orang tua. 14

2.6.2 Pengaruh Anak Senagai Influencer Terhadap Keputusan Beli Orang Tua Anak sebagai Influencer merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh anak untuk mempengaruhi orang tuanya agar melakukan pembelian terhadap produk atau jasa yang diingin kan atau dibutuhkanya (Santoso, 2008). Penelitian menunjukkan bahwa 2/3 anak berusia 6-14 tahun memasak untuk dirinya sendiri 1-5 kali dalam seminggu dan 49% dari mereka juga membeli bahan makanan atau berpartisipasi dalam kegiatan belanja keluarga. Banyaknya waktu yang dihabiskan kedua orang tua diluar rumah karena bekerja menimbulkan konsekuensi dimana orang tua tidak memiliki tenaga dan waktu yang cukup untuk memonitor konsumsi (food) dan konsumsi media (advertising) untuk anaknya (Cook, 2003 dalam Suwandinata, 2009). Maka dari itu sebagai timbal balik dari perasaan yang bersalah (guity feeling) karena sering meninggalkan anaknya, salah satu contoh dengan melakukan pembelian sesuai dengan keinginan anaknya (anak sebagai infuencer). Sehingga anak mempunyai kecenduerungan untuk mempengaruhi keputusan beli orang tuanya (Santoso, 2008). Oleh karena itu, anak sebagai influencer berpengaruh terhadap keputusan beli orang tua. Berdasrkan nalar kosnep diatas, maka diambil hipotesis sebagai berikut : H2 : Anak sebagai influencer berpengaruh signifikan terhadap keputusan beli orang tua. 15

2.7 Pengembangan Model Berdasarkan hasil telaah pustaka dan pengembangan proposisi yang sebelumnya maka dapat dibuat sebuah model untuk menjawab masalah penelitian sebagai berikut : Gambar 2.1 Pengembangan Model H2 Persepsi Orang Tua (-) Tentang Keinginan anak H1 Keputusan Beli Orang Tua Anak Sebagai Influencer H2 16