PERCOBAAN 6 KONSTANTA KECEPATAN REAKSI

dokumen-dokumen yang mirip
I. TUJUAN Menentukan konstanta kecepatan reaksi dengan menggunakan polarimeter.

Gambar 1. Mekanisme hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa

Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula

PERCOBAAN 03 LAJU INVERSI GULA

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI)

Laporan Kimia Fisik KI-3141

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISI MATERIAL POLARIMATER. Oleh: :ahmad zainollah NIM : Kelompok :1A

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Cara Penentuan Nilai BRIX kadar gula Dalam Tanaman Tebu. Oleh: Khairul Nurcahyono

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

PENENTUAN KONSENTRASI GULA DI DALAM LARUTAN DENGAN KONSTANTA VERDET HESTY RIYAN P M

Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../...

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

Pengaruh Kadar Gula Dalam Darah Manusia Terhadap Sudut Putar Sumbu Polarisasi Menggunakan Alat Polarmeter Non-Invasive

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN

PENGARUH KOSENTRASI GULA DAN VARIASI MEDAN LISTRIK DALAM MADU LOKAL TERHADAP PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI

POLARIMETRI. A. Pendahuluan

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Agenda. SPEKTROSKOPI BERBASIS HAMBURAN Turbidimetri & Nefelometri. Asal Hamburan Turbidimetri atau Nefelometri Aplikasi turbidimetri dan nefelometri

Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia

π, maka pengertian stereoisomer Stereoisomer konfigurasi.

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu

Sulistyani, M.Si.

P O L A R I M E T E R

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN

STUDI EFEK KERR UNTUK PENGUJIAN TINGKAT KEMURNIAN AQUADES, AIR PAM DAN AIR SUMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA LAJU REAKSI 24 MARET 2014

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU

PERCOBAAN 3 PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan.

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 99

Bab 10 Kinetika Kimia

KESETIMBANGAN KIMIA A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

BAB 9. KINETIKA KIMIA

Soal-Soal. Bab 4. Latihan. Laju Reaksi. 1. Madu dengan massa jenis 1,4 gram/ cm 3 mengandung glukosa (M r. 5. Diketahui reaksi:

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP :

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

LEMBAR KERJA SISWA 3

LEMBAR KERJA SISWA 4

c. Suhu atau Temperatur

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

Ciri karbohidrat lain :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU

KARBOHIDRAT. Sulistyani, M.Si

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

KINETIKA REAKSI HIDROLISA PATI DARI KULIT NANGKA DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN TANGKI BERPENGADUK

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum

PENGUKURAN DI LABORATORIUM

BAB 1 PENDAHULUAN. energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

LAMPIRAN 0,5 M 0,75 M 1 M 30 0,6120 % 1,4688 % 5,0490 % 45 2,2185 % 4,7838 % 2,9197 % 60 1,1016 % 0,7344 % 3,3666 %

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK KI3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI. : Ricky Iqbal Syahrudin.

A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

yang berkaitan dengan Laju Reaksi, diberikan pada tabel berikut ini.

PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR

LAPORAN PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

MENYARING DAN MENDEKANTASI

wanibesak.wordpress.com

ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

ANALISIS KUALITAS MINYAK KEDELAI MELALUI PUTARAN OPTIK MENGGUNAKAN POLARIMETER

METODELOGI PENELITIAN

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II POLARIMETRI

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Laju Reaksi KIM 2 A. KEMOLARAN B. LAJU REAKSI C. UNGKAPAN LAJU REAKSI LAJU REAKSI. materi78.co.nr

PENENTUAN KONSENTRASI GLUKOSA DALAM GULA PASIR MENGGUNAKAN METODE EFEK FARADAY

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

KESETIMBANGAN. titik setimbang

Jason Mandela's Lab Report

KESEIMBANGAN ASAM BASA

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pendahuluan Stereokimia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DEAMINASI TEMPE (TMP)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

Prof. Jumina, Ph.D dan Robby Noor Cahyono, M.sc. STEREOKIMIA

BAB II LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh makhluk hidup yang disebut dengan metabolisme

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

ANALISIS SUDUT PUTAR JENIS PADA SAMPEL LARUTAN SUKROSA MENGGUNAKAN PORTABLE BRIX METER

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Transkripsi:

PERCOBAAN 6 KONSTANTA KECEPATAN REAKSI A. TUJUAN Mempelajari kecepatan reaksi hidrolisa sukrosa dengan pengaruh H + sebagai katalisator dan menentukan konstanta kecepatan reaksinya dengan menggunakan polarimeter. B. LATAR BELAKANG Sukrosa (gula ) dapat terhidrolisis karena pengaruh asam atau enzim invertase, membentuk glukosa dan fruktosa. Pada hidrolisis sukrosa terjadi pemmbalikan sedut (inversi) dari pemutaran kanan menjadi pemutaran kiri. Sukrosa adalah pemutaran kanan (putaran jenis +66,53), glukosa juga pemutaran kanan putaran jenis +52,7), tetapi fruktosa adalah pemutaran kiri (putaran jenis -92,4), daya pemutaran kiri fruktosa ternyata lebih besar dari daya pemutaran kanan glukosa. Sukrosa glukosa + Fruktosa +66,53 +52,7-92,4 (Sumarno, 1994 : 80) Sebelum membicarakan persoalan hidrolisa sukrosa, perlu diketahui dasar-dasar kimia kinetik. Kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi per satuan waktu, atau ditulis dc/dt. Dalam reaksi kimia, zat-zat kimia dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: a. Reaktan = zat bereaksi b. Produk = zat hasil Kecepatan reksi dapat ditinjau dari segi reaktan ataupun produk artinya simbol C pada dc/dt dapat dipilih untuk reaktan ataupun produk. Hanya harus diingat bahwa selama reaksi berjalan konsentrasi reaktan selalu berkurang dan konsentrasi produk selalu bertambah, sehngga kecepatan reaksinya adalah: Untuk reaktan = -dc/dt Untuk produk = dc/dt Secara umum kecepatan reaksi searah dapat ditulis: -dc/dt = kc n.....(1) dalam hal ini: C = konsentrasi reaktan (mol/l) 1

t = waktu n = orde reaksi k = konstanta kecepatan reaksi pada reaksi orde satu, persamaan kecepatan reaksi menjadi: -dc/dt=kc atau dc/c= dt...(2) Bila di integrasikan akan menghasilkan persamaan sebagai berikut: -lnc=kt+konstanta...(3) Untuk t = 0, maka C = C 0 (konsentrasi mula-mula) maka: lnc 0 /C=Kt...(4) Reaksi hidrolisa sukrosa pada dasarnya termasuk rekasi orde dua: C 12 H 22 O 11 + H 2 O C 6 H 12 O 6 + C 6 H 12 O 6 Sukrosa glukosa fruktosa Tetapi, karena konsentrasi air tetap, maka: -dc s /dt = K C s C H2O = K C s...(5) Oleh karena itu, reaksi hidrolisa sukrosa dapat digolongkan reaksi orde satu. ln C sc /C = Kt....(6) K s = (1/b) l (C sc /C s ) Untuk mencari K 1 dari persamaan tersebut perlu diketahui konsentrasi sukrosa mula-mula pada waktu t. Pada umumnya konsentrasi reaktan dapat diketahui dengan jalan titrasi. Tetapi sangat sukar menitrasi campuran sukrosa, glukosa dan fruktosa. Karena itu untuk mengetahui konsentrasi sukrosa dipakai cara polarimeter. Hal ini berdasarkan pemutaran bidang polarisasi dimana sukrosa dan glukosa memutar bidang polarisasi ke kanan dan fruktosa ke kiri. Larutan sukrosa murni memutar bidang polarisasi ke kanan. Ketika hidrolisa berjalan, glukosa dan fruktosa terbentuk sehingga pemutaran bidang polarisasi ke kanan akan diperkecil. Pada akhir reaksi dimana sukrosa habis, larutan memutar bidang polarisasi ke kiri. K = (1/t) ln (C/C 0 ) = (1/t) ln (α-α 0 )/(α t -α a ) Dimana: α 0 = sudut pemutaran mula-mula α t α a = sudut pemutaran waktu t = sudut pemutaran akhir Prinsip kerja polarimeter adalah meneruskan sinar yang mempunyai arah getar yang sama dengan arah polarisator. Larutan gula yang merupakan larutan optis aktid berfungsi untuk memebelokkan cahaya yang telah melalui polarisator. Utnuk menemukan sinar yang telah dibelokkan oleh larutan gula, kita gunakan analisator yang sudutnya dapat diubah-ubah. Besarnya sudut yang ditunjukkan analisator 2

setelah sinar tersebut yang dinamakan sudut putar. Setiap larutan mempunyai sudut putar yang berbeda tergantung konsentrasi dan jenis larutannya (Anonim.2010) Yang dimaksud dengan kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi persatuan waktu,atau dapat ditulis dc/dt. Dalam reaksi kimia zat-zat kimia dapat dibagi menjadi 2 yaitu produk dan reaktan, dimana produk adalah zat yang bereaksi dan reaktan adalah zat hasil.reaktan selalu bertambah dan produk selalu berkurang selama reaksi berlangsung sehingga kecepatan reaksinya adalah : Untuk reaktan =-dc/dt Untuk produk =dc/dt Secara umum kecepatan reaksi searah dapat ditulis dc/dt=kc n dimana dalm hal ini C adalah konsentrasi reaktan (mol/l),t adalah waktu, n adalah orde reaksi dan k adalah konstanta kecepatan reaksi. Pada orde satu persamaan kecepatan reaksi menjadi dc/dt= k C atau dc/c=k dt dan bila di integralkan menghasilkan persamaan ln C=K t+konstanta. Dimana untuk t=0, maka C=C 0 (konstrasi mula mula) maka ln C 0 /C = Kt. Reaksi hidrolisis sukrosa pada dasarnya termasuk kedalam reaksi orde dua, tetapi karena konstrasi air tetap maka reaksi hidrolisis sukrosa dapat digolongkan kedalam reaksi orde satu, C 12 H 22 O 11 + H 2 O C 6 H 12 O 6 +C 6 H 12 O 6. Dan rumus yang digunakan ln C sc /C = Kt dan Ks = (1/b) ln(c cs /C s ) untuk mencari K 1 dari persamaan tersebut perlu diketahui konsentrasi sukrosa mula-mula pada waktu t. Pada umumnya konstrasi reaktan dapat diketahui dengan jalan titrasi, tetapi untuk menitrasi campuran sukrosa,glukosa,dan fruktosa adalah sangat sulit. Krena itu untuk mengetahui konsentrasi sukrosa dapat dipakai cara polarimeter. Hal ini berdasarkan pemutaran bidang polarisasi, dimana sukrosa dan glukosa akan memutar bidang polarisasi ke kanan dan fruktosa akan memutar sudut polasrisasi kekiri yang lebih kuat. Larutan sukrosa murni memutar bidang polarisasi ke kanan. Walaupun hidrolisis sudah berjalan, maka glukosa dan fruktosa akan terbentuk, sehingga pemutaran bidang polarisasi ke kanan akan diperkecil. Pada akhir reaksi, dimana sukrosa habis, larutan menjadi memutar bidang polarisasi ke kiri. 3

K = (1/t) ln(c/c 0 ) = (1/t) ln(ɑ 0 -ɑ a )/(ɑ t -ɑ a ) dimana ɑ 0 adalah sudut pemutar mula-mula, ɑ t adalah pemutaran waktu t, dan ɑ a adalah sudut pemutaran akhir. Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi, luas permukaan sentuhan, suhu, dan katalis. Oleh karena itu, reaksi kimia dapat berjalan cepat atau lambat. Dalam industri, reaksi kimia perlu dilangsungkan pada kondisi tertentu agar produknya dapat diperoleh dalam waktu yang sesingkat mungkin. Reaksi dapat dikendalikan dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan kopi atau teh yang menggunakan pelarut bersuhu tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan laju reaksi. Dalam hidrolisia sukrosa, H dari asam klorida atau sam saetat berfungsi sebagai katalisator. Katalisator adalah zat yang/ion/atau gugus yang mempercepat atau memperlambat reaksi, tetapi pada akhir reaksi dikepas kembali dalam bentuk asalnya (tidak mengalami perubahan). Katalisator dibagi menjadi dua jenis yaitu katalisator positif dan katalisator negatif. Dimana katalisator positif adalah katalisator yang mempercepat reaksi dan katalisator negatif adalah katalisator yang memperlambat/ menghentikan reaksi. Istilah katalisator biasanya digunakan untuk katalisator positif,sedangkan katalisator negatif digunakan istilah inhibitor atau poisen (racun). Polarimeter adalah instrumen ilmiah yang digunakan untuk mengukur sudut rotasi yang cara penggunaannya adalah dengan melewatkan cahaya terpolarisasi melalui zat optik aktif. Beberapa zat kimia aktif optik dan terpolarisasi (searah) cahaya akan berputar balik ke kiri (berlawanan arah jarum jam) atau kanan (searah jarum jam) ketika melewati zat ini. Dan jumlah dimana cahaya diputar dikenal dengan sudut rotasi. Sebelum digunakan polarimeter haruslah dikalibrasikan dulu hal ini ditujukan untuk mempermudah dalam hal pengamatan. 4

Gambar di atas adalah gambar dari cara kerja polarimeter C. ALAT DAN BAHAN a. Alat Percobaan Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah : 1. Satu sel polarimeter 2. Dua tabung polarimeter 3. Stopwatch b. Bahan Percobaan : Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : 1. Sukrosa murni 2. HCl 4 M 3. CH3COOH 4 M 5

D. CARA KERJA urutannya cara kerjanya adalah sebagai berikut : Menimbang 10 gram sukrosa, larutkan dalam 25 ml aquades Saring, diencerkan lagi dengan aquades sampai 50 ml. Kalibrasi dengan aquades sebagai penentu titik awal. Menyiapkan alat polarimeter Masukan sukrosa murni sebagai penentu harga α 0, Ambil 20 ml HCl 4 M + 20 ml larutan sukrosa Catat sudut putarnya. Isikan dalam polarimeter, baca sudut putarannya selama interval waktu 10 menit. 6

E. DATA PENGAMATAN Sudut Pemutaran Mula-mula : 03.90 Sudut Pemutaran Akhir : 00.65 Data 1: Larutan sukrosa + HCl Tabel data pengamatan : No t (menit) Sudut Putar 1 0-2,65 2 10 menit -04,50 3 20 menit -06,30 4 30 menit -07,15 5 40 menit -07,90 6 50 menit -07,55 7 60 menit -07,25 8 70 menit -06,30 9 80 menit -05,20 10 90 menit -04,60 11 100 menit -04,00 F. ANALISIS DATA Sudut putar sukrosa murni = α 0 Sudut putar campuran pada saat t menit = α t Sudut putar campuran setelah konstan = α a Dari data 1: Larutan sukrosa + HCl 4 M ( α 0 = 03.90 dan α a = 00.65 ) No Waktu (menit) Sudut putar (ɑ 0 -ɑ a )/(ɑ t - ɑ a ) In (ɑ 0 -ɑ a )/(ɑ t - ɑ a ) 1 10 menit -04,50-0,9864 2 20 menit -06,30 0,231-1,463 3 30 menit -07,15 0,196-1,627 4 40 menit -07,90 0,173-1,753 5 50 menit -07,55 0,183-1,696 6 60 menit -07,25 0,193-1,645 7 70 menit -06,30 0,231-1,463 8 80 menit -05,20 0,301-1,199 7

(ɑ 0 -ɑ a )/(ɑ t -ɑ a ) 9 90 menit -04,60 0,407-0,898 10 100 menit -04,00 0,449-0,801 Grafik Sukrosa dengan HCl 0-0.2-0.4-0.6-0.8-1 -1.2-1.4-1.6-1.8-2 0 20 40 60 80 100 120 waktu (menit) y = 0.017x - 2.575 R² = 0.941 G. PEMBAHASAN Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui besarnya sudut putar (polarisasi) suatu larutan sukrosa dengan menggunakan polarimeter. Prinsip kerja dari polarimeter yaitu berkas sinar yang masuk akan diteruskan oleh polarizer dallam berbagaibentuk sinar terpolarisasi, dimana berkas sinar yang masuk akan diteruskan ke analizer. Pada percobaan ini, hal pertama yang dilakukan yaitu mengukur sudut putar dari air (aquades) yang dijadikan sebagai larutan blanko. Air digunakan sebagai larutan blanko karena air tidak dapat memutar bidang polarisasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran sudut putar dari larutan sampel berupa sukrosa. Bila cahaya dilewatkan ke dalam laruutan sukrosa, maka cahaya akan dibelokkan dengan sudut putar tertentu. Adanya prisma nikol dalam polarimeter, separuh dari berkas cahaya hasil polarisasi tampak sebagai bayangan gelap, sedangkan berkas cahaya yang separuh lagi melintas melalui jendela pelindung dan sampel kemudian melalui analizer nikol untuk sampai pada mata pengamat. Dari hasil percobaan, diketahui bahwa larutan sukrosa dan fruktosa dengan konsentrasi berbeda-beda mampu memutar cahaya terpolarisasi. Hal ini menandakan bahwa laruutan sukrosa dan fruktosa memiliki atom C asimetri (atom C yang mengikat empat gugus yang berbeda-beda), sehingga dapat dikatakan kedua larutan tersebut mempunyai sifat optis aktif 9aktivtas optik). Hal penting yang harus diperhatikan pada percobaan ini yaitu pada pengisian tabung (kuvet) tidak boleh menghasilkan gelembung udara, sebab gelembung udara 8

tersebut membentuk cekungan pada larutan sehingga dapa mempengaruhi intensitas cahaya yang terpolarisasi, akibatnya berpengaruh pada besarnya sudut putar suatu sampel. Besarnya sudut putar suatu sampel bergantung pada jenis senyawa, suhu panjang gelombang cahaya terpolarisasi dan konsentrasi. Hidrolisis sukrosa dalam percobaan ini menghasilkan glukosa dan fruktosa sesuai dengan reaksi: C 12 H 22 O 11 + H 2 O C 6 H 12 O 6 + C 6 H 12 O 6 Sukrosa glukosa fruktosa Berdasarkan pemutaran bidang polarisasi dimana sukrosa ke kanan (rotasi positif) dengan rotasi +27.20º. Glukosa memutar bidang polarisasi ke kanan (rotasi positif) dengan rotasi +52,7º dan fruktosa memutar bidang polarisasi ke kiri (rotasi negatif) dengan rotasi -92,4º sehingga walaupun hidrolisa sudah berjalan, glukosa dan fruktosa masih terbentuk. Akibatnya pemutaran bidang polarisasdi ke kanan akan diperkecil. Pada akhir reaksi, dimana sukrosa habis, larutan menjadi memutar bidang polarisasi ke kiri. Pada percobaan ini ditunjukkan oleh sudut putar campuran setelah konstan yang nilainya negatif yaitu -03.45º untuk yang menggunakan katalisator HCl. HCl digunakan sebagai katalisator pada percobaan ini. Sudut putar campuran dengan katalisator HCl lebih cepat turun. Hal ini disebabkan HCl merupakan asam kuat sehingga mempercepat reaksi hidrolisa sukrosa. Sesuai dengan grafik diperoleh k dari data 1 (larutan sukrosa + HCl) adalah 10 detik -1 Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi reaktan, orientasi molekul, suhu dan katalisator. Pada percobaan ini kecepatan reaksi dipengaruhi oleh orientasi molekul dan katalisator. H. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan 1. Kecepatan reaksi hidrolisa sukrosa semakin besar dengan katalisator HCl 2. Sudut putar sukrosa murni sebesar 03.90 3. Sudut putar campuran setelah konstan dengan katalisator HCl adalah sebesar 00.65 4. Konstanta kecepatan reaksi dengan katalisator HCl adalah sebesar 10 detik -1 b. Saran 1. Praktikan harus mempersiapkan segala sasuatunya sebaik mungkin. 2. Praktikan lebih hati-hati dalam melaksanakan percobaan. 3. Praktikan lebih teliti dalam memperhatikan sudut putarnya. 9

I. DAFTAR PUSTAKA 1. Tim Dosen Kimia Fisika. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika I. Semarang. Jurusan Kimia FMIPA UNNES. 2. Tony Bird.1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta.PT Gramedia. 3. Sumarno,dkk.1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : Semarang Press. 4. Anonim.2010. Polarimeter. http://www.infojoournals.blogspot.com/2010/03/ polarimet er.html. Diakses pada tanggal 29 April 2012. 10

J. JAWABAN PERTANYAAN Kalibrasi yang digunakaan dalam polarimeter dilakukan dengan cara : 1. Menyambungkan polarimeter dengan arus listrik melalui stabilizer, biarkan sampai alat menjadi panas (warming up) agar stabil. 2. Mengisi tabung polarimeter dengan aquades, uahakan jangan ada gelembung yang seminimal mungkin 3. Setting dengan tombol pengatur (dizerokan) Kalibrasi alat polarimeter adalah cara menstandarkan alat polarimeter tersebut. K. LAMPIRAN Analisis dan perhitungan data : 1. Sukrosa + larutan HCl 4m ɑ 0 = -02,65 ɑ a = -01,55 1. t = 10 ɑ t = -04,50 K = (1/t) ln(c/c0) = (1/t) ln(ɑ 0 -ɑ a )/(ɑ t -ɑ a ) K = (1/10) ln(-02,65+01,55)/(-04,50+01,55) K = 0,1 ln-1,1/-2,95 K = -0,0986 2. t = 20 ɑ t = -06,30 K = (1/20) ln (-02,65+01,55)/(-06,30+01,55) K = 0,05 ln-1,1/-4,75 K = -0,07315 3. t = 30 ɑ t = -07,15 K = (1/30) ln(-02,65+01,55)/(-07,15+01,55) K = 0,033 ln-1,1/-5,6 K = -0,0542 11

4. t = 40 ɑ t = -07,90 K = (1/40) ln(-02,65+1,55)/(-7,90+1,55) K = 0,025 ln-1,1/-6,35 K = - 0,0438 5. t = 50 ɑ t = -07,55 K = (1/50) ln(2,65+1,55)/(-7,55+1,55) K = 0,02 ln -1,1/-6 K = -0,03392 6. t = 60 ɑ t = -07,25 K = (1/60) ln(-2,65+1,55)/(-07,25+1,55) K = 0,016 ln -1,1/-5,7 K = -0,0274 7. t = 70 ɑ t = -06,30 K = (1/70) ln(-2,65+1,55)/(-06,30+1,55) K = 0,0143 ln -1,1/-4,75 K = -0,0209 8. t = 80 ɑ t = -05,20 K = (1/80) ln(-2,65+1,55)/(-05,20+1,55) K = 0,0125 ln -1,1/ - 3,65 K = -0,0149 9. t = 90 ɑ t = -04,00 K = (1/90) ln(-2,65+1,55)/(-04,00+1,55) K = 0,011 ln -1,1/ -2,45 K = -9,978 x 10-3 12

10. t = 100 ɑ t = -03,60 K = (1/100) ln(-2,65+1,55)/(-03,60+1,55) K = 0,01 ln -1,1/ -2,05 K = 0,0153 2. Sukrosa + larutan HCL 4m ɑ 0 = 27.20 ɑ a = 07,25 1. t = 10 ɑ t = 06,95 K = (1/10) ln(27,20+07,25)/(06,95+07,25) K = 0,1 ln19,95/-0,3 K = 0,4197 2. t = 20 ɑ t = 07,05 K = (1/20) ln(27,20+07,25)/(07,05+07,25) K = 0,05 ln99,75 K = 0,2301 3. t = 30 ɑ t = 07,20 K = (1/30) ln(27,20+07,25)/(07,20+07,25) K = 0,33 ln399 K = 0,1976 4. t = 40 ɑ t = 07,30 K = (1/40) ln(27,20+07,25)/( 07,30+07,25) K = 0,025 ln399 K = 0,1497 5. t = 50 ɑ t = 07,55 13

K = (1/50) ln(27,20+07,25)/(07,55+07,25) K = 0,02 ln66,5 K = 0,0839 6. t = 60 ɑ t = 07,85 K = (1/60) ln(27,20+07,25)/(07,85+07,25) K = 0,0166 ln33,25 K = 0,0582 7. t = 70 ɑ t = 07,95 K = (1/70) ln(27,20+07,25)/( 07,95+07,25) K = 0,0142 ln28,5 K = 0,0475 8. t = 80 ɑ t = 08,05 K = (1/80) ln(27,20+07,25)/(08,05+07,25) K = 0,0125 ln24,937 K = 0,04020 9. t = 90 ɑ t = 08,15 K = (1/90) ln(27,20+07,25)/(08,15+07,25) K = 0,0111 ln22,166 K = 0,03441 10. t = 100 ɑ t = 08,25 K = (1/100) ln(27,20+07,25)/(08,25+07,25) K = 0,01 ln19,95 K = 0,0299 14