PENDEKAR ANEH NAGA LANGIT (THIAN LIONG KOAY HIAP) Oleh: Marshall Jilid 5 Beberapa saat kemudian, kedua tokoh tua yang sedang berbincang-bincang itu

dokumen-dokumen yang mirip
ngan tulus dia berkata: Bocah, jika engkau dapat mengingat-ingat kembali rangkaian gerakanku, maka engkau akan menemukan pelengkap ilmumu yang luar

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.


Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

Belajar Memahami Drama

AKU AKAN MATI HARI INI

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

Kecakapan Antar Personal

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

y lainnya.? Aku akan sangat berterima kasih kepada Ciangbudjin dan hanya akan mengurung semua Susiok dalam penjara yang sama dengan Ciangbudjin,

Kisah Dari Negeri Anggrek

jawaban yang jujur dan sesuai dengan kenyataan dan kondisi kelas kami. Bangunan tempat kami belajar mungkin kurang layak untuk disebut sekolah.

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan -

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

Kura-kura dan Sepasang Itik

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

Butterfly in the Winter

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

Yang Mencinta dalam Diam

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

Putri Sinar Alam dan Putri Sinar Kaca (Cerita Rakyat dari daerah Jabung)

2. Gadis yang Dijodohkan

Seorang pria menyelinap keluar dari balik pohon, dan Endra mengenalinya sebagai pemandunya, Lole.

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Kegiatan Sehari-hari

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Setelah memberi isyarat mata kepada Yu Lian, maka merekapun segera berlalu dan meninggalkan Mo Hwee Hud dan Bu Te Hwesio di arena tersebut.

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Batu yang Menjadi Roti

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

Belasan kota kudatangi untuk menjadi tempat pelarianku. Kuharap di sana bisa kutemukan kedamaian atau cinta yang lain selainmu.

Dongeng Motivasi Emas dan Ular

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR

Pernikahan Kristen Sejati (2/6)

PENDEKAR ANEH NAGA LANGIT (THIAN LIONG KOAY HIAP) Oleh: Marshall Jilid 2 Setelah sebulan berlatih siulan dan samadhi, kini percayalah Koay Ji jika

Tetapi, menjelang subuh, sebagaimana pesan Lam Hay Sinni, benar saja Koay Ji kembali munculkan dirinya kembali sebagai Thian Liong Koay Hiap.

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.

Aira Arsitha THE DARKA LAIA. Pertarungan Belum Selesai. Penerbit Gia Book Community

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

AYAH MENGAPA AKU BERBEDA?

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata)

Alifia atau Alisa (2)

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? 16. Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

Mengajarkan Budi Pekerti

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

László Hankó: Kebahagiaan Marina

BAB I MANUSIA BISA TUMBUH SAYAP

Dengan berhati-hati dan waspada Kyai Singoprono mengelilingi sawahnya, dan Kyai Singoprono merasa tentram, sebab tanamannya tak satupun yang rusak.

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

SAAT TERJADI KONFLIK

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

.satu. yang selalu mengirim surat

APOCRYPHA SUSANNA KING JAMES BIBLE Susanna

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Angin senja terasa kencang berembus di antara

SATU. Plak Srek.. Srek

yang ikut bergabung memperkuat Bu Tek Seng Pay. Tidak heran jika banyak perguruan kecil yang kemudian lebih memilih untuk bersembunyi dan melenyapkan

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu:

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri

Intro. Cupve - Izzi - Guardian

Transkripsi:

PENDEKAR ANEH NAGA LANGIT (THIAN LIONG KOAY HIAP) Oleh: Marshall Jilid 5 Beberapa saat kemudian, kedua tokoh tua yang sedang berbincang-bincang itu sudah tidak kelihatan lagi, nampaknya sudah masuk kedalam gua tempat tinggal Bu In Sin Liong. Mereka meninggalkan Koay Ji dan Tio Lian Cu, nama murid Thian Hoat Tosu, untuk bercakap-cakap dan berkenalan di luar. Sesungguhnya Koay Ji sudah merasakan getaran hebat dan mengetahui kedatangan Thian Hoat Tosu. Tapi dia sadar kakek itu kelihatannya sahabat Suhunya dan tentunya bukan orang yang lemah hati dan gemar melukai orang dari balik kegelapan. Karena itu dia segera berbalik dan memandang untuk kemudian memberi hormat kepada Thian Hoat Tosu. Dia belakangan melihat di belakang si Kakek, bediri seorang nona cilik yang sedang memandangnya dengan mata yang jernih. Gadis itu sesungguhnya memang menarik, matanya bersinar-sinar tanda cerdik luar biasa dan penampilannya sama sederhana dengan suhunya, Thian Hoat Tosu. Seperginya Thian Hoat Tosu dan Bu In Sin Liong, Koay Ji yang bertindak sebagai tuan rumah dengan senang dan ramah menyambut Tio Lian Cu, dan berkata: Selamat datang di tempat kami yang sederhana ini namaku Koay Ji, siapakah namamu nona.? Koay Ji adalah anak yang jarang bergaul secara umum, karena pergaulannya paling banyak dengan Khong Yan di perguruan Thian Cong Pay. Tetapi, meskipun sangat terbatas, dia masih ingat dan tahu cara bertutur sapa dan menyambut tamu. Itulah sebabnya, tidak kaku dia menyambut Tio Lian Cu yang berdiri tidak jauh dari tempatrnya berdiri saat itu. Koay Ji. masak itu menjadi namamu.. ini baru benar-benar aneh. Berkata si gadis cilik dengan lagak orang dewasa, tetapi Koay Ji yang kenyang dihina dan diperlakukan tidak layak semasa kecilnya tidak menjadi kecil hati. Memang itulah namaku nona, sejak kecil aku tidak mengetahui namaku yang sebenarnya, bahkan juga tidak mengenal siapa ayah dan bundaku. Aku hanya mengenal Ang Sinshe yang terlampau baik kepadaku, Khong Yan sahabatku yang tidak pernah mengejekku dan kemudian Suhuku yang mendidik dan mengajarku selama tujuh tahun terakhir ini, selebihnya, terus terang aku tidak mengetahui apa-apa lagi. Beruntung engkau banyak berkelana dengan Suhumu nona Koay Ji berkata dengan wajar dan wajah sedikit berduka, baru kali ini dia sadar dia tidak memiliki keluarga dan entah berada dimana ayah bundanya Achhhhh maafkan aku jika begitu Koay Ji aku sudah membuatmu bersedih. Mari, kita berteman, namaku Tio Lian Cu dan sudahlah, tidak perlu perduli siapa yang lebih tua dan siapa yang lebih muda.. bagaimana kalau kita bermain-main.? Tio Lian Cu yang sadar sudah menyebabkan datangnya duka dalam hati Koay Ji cepat berubah haluan, kini meminta bersahabat dengan si bocah aneh. Ach, terima kasih Nona Tio Lian Cu, setidaknya bertambah lagi seorang yang kukenal dan menjadi sahabatku ujar Koay Ji tulus, dan memang bocah aneh itu merasa senang kembali memperoleh seorang kenalan. Sedang mereka berdua bercakap-cakap dan dengan cepat menjadi akrab karena Tio Lian Cu yang memag supel dan suka bergaul, tiba-tiba datang 2 ekor monyet besar dan bercuit-cuit di depan Koay Ji. Tio Lian Cu terkejut dan hendak menyerang mereka, tetapi belum lagi dia menyerang, lengannya tiba-tiba ada yang memegang dari belakang Monyet Putih memandangnya dengan pandang mata menegur, dan dengan cepat Koay Ji berkata: Sabar Nona, sahabat-sahabatku ingin melaporkan sesuatu.. Dan Monyet Putih itupun mengangguk dan sinar matanya mulai bersahabat dengan Tio Lian Cu yang batal menyerang sepasang monyet yang baru datang itu; Apa..? mereka sahabat-sahabatmu? Koay Ji mengangguk sambil berkata: Benar Nona, jika engkau mau, mereka juga akan dapat menganggapmu sebagai sahabat, mereka sesungguhnya sangat baik. Sebentar Nona. Ternyata kedua monyet yang adalah suami istri itu datang memberitahu sekaligus meminta pertolongan Koay Ji karena anak mereka butuh perawatan. Nampaknya terjadi perkelahian antar anak-anak monyet yang sedang nakal-nakalnya, dan mendengar laporan itu Koay Ji tersenyum dan kemudian menyatakan kesediaannya. Kedua monyet besar itu Nampak menundukkan kepala dan mencium tangan Koay ji sebagai tanda terima kasihnya. Setelahnya Koay Ji memandang si Monyet Putih dan

berbicara sejenak dalam bahasa yang tak dipahami Tio Lian Cu, dan nampak Monyet Putih itu mengangguk-angguk serta bahkan mendorong tubuh Koay Ji untuk segera pergi menolong anak kera yang terluka itu Nona, ijinkan aku pergi sebentar mengobati beberapa ekor monyet yang terluka. Jika engkau suka, engkau boleh mengikuti aku, jangan takut, mereka tidak akan mengapa apakanmu dan akan menganggapmu teman mereka Mendengar Koay Ji akan pergi mengobati seekor monyet, awalnya Tio Lian Cu ngeri dan tidak suka, tetapi bahwa dia akan dianggap sahabat ratusan atau mungkin ribuan monnyet, membuat Tio Lian Cu akhirnya mengiayakan dan berangkat bersama. Kurang dari 10 menit, mereka sudah berada di rimba lebat yang semua pepohonannya digelayuti oleh monyet-monyet besar dan kecil. Nampak mereka kegirangan melihat kedatangan Koay Ji, dan bercuit-cuit mengutarakan rasa senang mereka. Tetapi merekapun terkejut karena adanya orang yang lain, Tio Lian Cu. Koay Ji dan Lian Cu akhirnya tiba di bawah sebatang pohon yang besarnya luar biasa, mungkin sebesar gabungan lingkaran tangan 5 atau 6 orang dewasa, dan disana, dua ekor monyet besar yang mendatangi Koay Ji sedang menunggui anak mereka yang sedang terluka. Begitu Koay Ji tiba, kedua monyet itu terlihat menguik-nguik dan berbicara kepada Koay Ji. Tio Lian Cu menganggap mereka sedang melapor dan memberitahu keadaan anak mereka dan membuatnya takjub dengan kemampuan Koay Ji yang aneh seaneh namanya sendiri. Astaga, anak ini benar-benar aneh, sama anehnya dengan namanya sendiri berkata Lian Cu dalam hatinya dan terus mengikuti percakapan Koay Ji dengan induk monyet yang terluka itu. Tidak lama kemudian, Tio Lian Cu melihat Koay Ji bergerak cepat, memeriksa tubuh monyet yang terluka dan jarijemarinya bergerak cermat dalam memeriksa keadaan si anak monyet. Hanya luka biasa. gumam Koay Ji tidak lama setelah dia menyelesaikan pemeriksaannya atas tubuh monyet yang terbaring itu. Dan gumamannya itu disampaikan kepada kedua monyet yang menjadi induk anak monyet yang sedang terluka itu. Lain kali, ajar agar dia jangan terlalu ganas kepada sesama monyet, jika tidak, dia akan sering terluka seperti ini.. tegur Koay Ji yang diyakan dan dianggukkan dengan penuh hormat oleh kedua monyet itu. Siapa orang aneh ini sampai monyetpun taat kepadanya. makin pusing Tio Lian Cu memikirkan keanehan Koay Ji ini. Sementara itu, Koay ji terlihat tertarik atas percakapannya dengan kedua induk monyet yang percakapannya kira-kira seperti ini; Mereka berebut untuk memasuki sebuah gua di atas tebing sana, mereka berebut dapat duluan disana guna mempersembahukan temuan mereka kepada Monyet Putih dan tuan penolong.. demikian informasi kedua monyet besar itu yang disampaikan dalam bahasa khas mereka kepada Koay Ji Apa..? mereka berebut masuk kedalam gua.? dimana mereka menemukan gua itu? coba tunjukkan kepadaku.. Dimana letak gua tempat kalian berkelahi itu..? tanya induk monyet yang masih gemas kepada anaknya yang sudah selesai diobati Koay Ji itu Anak monyet itu menjawab sambil menunjuk-nunjuk kearah puncak yang dipenuhi pepohonan besar dan lebat luar biasa. Koay Ji segera berkata kepada anak monyet itu; Antarkan aku kesana. Baik.. Setelah bersepakat dengan induk kera yang baru diobatinya dan juga mendapat arah yang benar, Koay Ji berkata kepada Tio Lian Cu; Anak monyet ini berkelahi memperebutkan akses masuk ke gua yang mereka temukan beberapa hari lalu. Mereka berebut masuk karena ingin duluan menemukan sesuatu yang ingin mereka persembahkan kepadaku, apapun yang mereka temukan nantinya. Tetapi, mereka semua akhirnya terluka dalam pertempuran itu.. dan sekarang, katanya Gua itu sudah ada yang khusus menjaga.. apakah Nona ingin ikut aku menengok keadaan gua itu..? Tio Lian Cu yang semakin lama semakin kaget dengan banyaknya keanehan dalam diri Koay Ji dengan segera mengiyakan tanpa mengatakan apa-apa. Maka berangkatlah mereka menuju Gua itu yang ternyata harus dicapai dengan susah payah, terutama bagi Tio Lian Cu. Berbeda dengan Koay Ji, gaya dan cara manjat pohon sudah lama belajar dari monyet putih dan kawanan monyet itu, karenanya lebih mudah baginya. Untung saja Tio Lian Cu memiliki ilmu ginkang yang tidak rendah, karenanya mereka dapat terus maju meski dengan susah payah. Merekapun akhirnya tiba di gua yang dimaksud setelah berjuang lebih kurang 60 menit alias nyaris sejam.

Padahal, jaraknya tidaklah terlampau jauh dari gua pertapaan Bu In Sin Liong, hanya karena harus bergelayutan di pepohonan karena memang medan tujuan mereka agak miring dan nyaris tegak lurus ketika mendekati gua itu. Monyet yang tadi terluka namun sudah diobati kemudian menunjuk-nunjuk ke atas, ada kurang lebih 30 meter dengan medan agak terjal dalam kemiringan kira-kira 70 derajat menuju goa itu. Disana ada sebatang pohon yang menjulur keluar dan duduklah seekor monyet besar lainnya dalam posisi berjaga tetapi, begitu melihat dibawah sudah datang Koay Ji, monyet itu terlihat sangat gembira. Gembira bagai menemukan sahabat sejatinya. Dan memang, Koay Ji mengenal monyet besar itu sebagai monyet yang diselamatkannya dari perkelahian dengan harimau pada berapa tahun silam. Sejak saat itu, seiring berangkat besarnya monyet itu, sering dia datang dan belajar dari Monyet Putih dan Koay Ji, itu sebabnya Monyet itupun ditakuti dan dihormati oleh seluruh monyet yang berada di rimba itu. Dia sepertinya dianggap dan diposisikan sebagai wakil dari Koay Ji dan Monyet Putih. Engkau juga disana..? sapa Koay Ji kepada sahabatnya itu Menjaga agar jangan ada sembarang monyet yang datang dan berkelahi. Mari tuanku, kita bisa memeriksa gua ini bersama-sama.. panggil si monyet mengajak Koay Ji naik memeriksa gua Mari Nona.. kita sama-sama memeriksa Baik.. aku ikut. Dengan beberapa loncatan, Koay Ji dan Tio Lian Cu sudah berada di mulut gua yang dijaga monyet besar tadi. Begitu Koay Ji tiba, monyet itupun menguik-nguik senang dan mencium tangan Koay Ji, tetapi memandang aneh dan asing Tio Lian Cu. Dia teman baik kita. beri salam kepadanya.. Dan benar saja, monyet itu kemudian menghormati Tio Lian Cu dengan gaya yang aneh, khas binatang hutan.. Mari, kita boleh masuk dan memeriksanya. Ketika melakukan pemeriksaan, bukan main terkejutnya Koay Ji dan Tio Lian Cu, karena gua itu seperti benar pernah ditinggali orang, tetapi sudah pasti lama tidak ada yang mengurusi lagi. Karena didalamnya jelas ada bebatuan dalam bentuk-bentuk meja dan juga tempat duduk. Kemudian ada juga ruang istirahat sejenis kamar, tetapi kamar itu kosong alias tidak ada isinya, jikapun ada benda yang mereka temukan, itu hanyalah benda-benda sejenis perkakas dapur yang sudah rada jauh tertinggal jaman. Panjang kedalam gua itupun hanya kira-kira 10-15 meter belaka, dan selebihnya buntu. Setelah melakukan pemeriksaan dan tidak menemukan satu jenis bendapun, Koay Ji memandang Tio Lian Cu yang anehnya masih memandangi sekitar kamar dan ruang tamu tadi. Bahkan beberapa kali Nona cilik itu memegangi dinding gua dan terus berjalan meneliti hingga ke ruas menuju keluar. Sekali-sekali dia mengetukkan lengannya, dan kemudian kembali lagi masuk kedalam. Ketika Koay Ji akan memanggil Tio Lian Cu keluar, pada saat yang sama nona itu memandangnya dan kemudian berkata dengan suara penuh kepastian: Dibalik dinding ini pasti ada ruangan lainnya. cetusnya penuh keyakinan.. Engkau yakin Nona..? Sangat yakin. sebentar, aku akan mencoba menggedor dinding ruangan ini sambil berkata demikian Tio Lian Cu mundur sedikit ke belakang dan kemudian memasang kuda-kuda dan meluncurlah segulung angin serangan mengarah dinding yang dicurigainya itu.. Bummmmmmm Hanya terjadi guncangan kecil, selebihnya dinding itu tidak retak sedikitpun. Hanya debu yang bertebaran akibat terjadi guncangan oleh pukulan Tio Lian Cu melihat itu, gadis itu diam-diam bergumam: Nampaknya kita harus memanggil Suhu untuk menggedor dinding ini. Aku curiga dibalik dinding ini ada ruangan rahasia. Tapi, tuunggu aku masih akan tetap mencobanya sekali lagi Dan kembali si nona bersiap, sekali ini dengan segenap kekuatan dia memukul kembali dinding gua yang dicurigainya itu. Tetapi, tetap saja hasilnya nihil, dinding itu tetap tidak bergerak dan tidak ada tanda akan bobol. Nona, sebentar, biarkan aku mencoba. Akhirnya Koay Ji menawarkan diri Apa.. engkau? Ach, mari, mari, engkau tentunya boleh mencobanya Koay Ji. Silahkan mencobanya.. awalnya Tio Lian Cu memandang remeh. Bukan apa-apa, meski Suhunya sering memuji kehebatan Bu In Sin Liong, tetapi dia tidak pernah mendengar orang-orang persilatan memuji kehebatan nama tokoh itu, maka jelas dia

ragu. Ragu akan kehebatan tokoh itu, dan tentu meragukan muridnya. Dan mendengar murid tokoh yang diragukan kebesarannya itu hendak mencoba, dalam hati dia berpikir aku saja murid tokoh dewa Suhu tidak mampu, apalagi engkau.? pikirnya sengit, tetapi tetap dia memberi ruang bagi Koay Ji untuk mencoba. Berbeda dengan Tio Lian Cu yang harus pasang kuda-kuda, Koay Ji dengan gaya dan cara seenaknya memukul dinding itu. Dan tidak ada angin serangan sedikitpun juga, dan ini membuat Tio Lian Cu mencibir dalam hati tol., tetapi belum lagi kata TOLOL itu selesai diucapkan dalam hatinya, tiba-tiba dia mendengar suara berderak derak dan dinding itu perlahan-lahan terdorong oleh satu kekuatan dahsyat yang tidak nampak oleh mata manusia dan Buuuuuuuuuuummmmmmmmmm.. Dinding itupun berlobang besar, dan seiring dengan itu terdengar teriakan dan pujian dari monyet besar yang datang bersama mereka. Tio Lian Cu terbelalak, sukar dia mempercayai pandang matanya. Dia sudah mencoba mengerahkan dengan setaker kekuatannya mencoba menjebol dinding itu, tetapi bergerakpun dinding itu tidak. Sebaliknya, bocah aneh itu, dengan gaya seenaknya dan memukul seperti tak ada tenaganya, tapi justru mampu membobol dinding gua itu hingga bolong sebesar tubuh anak manusia.. sulit dipercaya, dan mulailah dia percaya dengan kisah gurunya mengenai tokoh sakti yang dikunjunginya bersama suhunya ini. Mari Nona. dengan lagak biasa saja Koay Ji mengundang Tio Lian Cu masuk setelah dia mendahului masuk bersama monyet kawannya. Tio Lian Cu yang masih belum percaya dengan pandangannya, ternganga dan mau tidak mau secara tulus dia berkata kepada Koay Ji: Koay Ji, engkau sungguh hebat.. Achhh, biasa saja Nona, Suhu sering sekali memintaku berlatih dengan memukul gundukan-gundukan batu Dan keduanyapun berjalan masuk lebih jauh kedalam. Setelah 5 meter berjalan masuk, merekapun menemukan sudut yang merupakan ujung dari ruangan bercabang dari gua yang mereka masuki. Dan, keduanya tertegun ketika melihat dan menemukan adanya kerangka manusia dengan sebatang pedang seperti dengan sengaja diarahkan ke sudut tertentu dalam posisi dan awal gerakan yang agak aneh. Jika sebelumnya Koay Ji mempertunjukkan keanehannya, maka sekali ini adalah Tio Lian Cu yang mempertunjukkan kecerdikan dan kemampuannya yang juga tidak kalah hebatnya. Berbeda dengan Koay Ji yang kegirangan, Tio Lian Cu tidak terpengaruh oleh rasa girang berlebihan dan memilih mengamati secara teliti posisi kerangka itu. Dan tiba-tiba dia berseru.: Astaga.. Mendengar teriakan Tio Lian Cu itu, Koay Ji terkejut dan segera berpaling kearah si Nona cilik dan bertanya: Nona, ada apakah.. engkau menemukan sesuatu..? Bukankah.. bukankah. posisi itu. ach, tetapi engkau sudah pasti kurang paham dengan itu Koay Ji. Nona, apa maksudmu? Tanya Koay Ji semakin penasaran dan menuntut jawaban atas pertanyaannya itu Tio Lian Cu mengerti, tidak mungkin dia berlaku licik dengan kawannya yang begitu polos dan mempercayainya itu perlahan-lahan dia berpaling memandang Koay Ji dan berkata dengan suara perlahan: Koay Ji. aku ingin mengatakan secara jujur kepadamu, posisi bersilat kerangka itu merupakan salah satu posisi kunci dari gaya Hoa San Pay kami. Suhu kelihatannya akan sangat senang dengan penemuan ini. Bolehkah kerangka ini kita biarkan terlebih dahulu sampai aku mencoba memahami seutuhnya..? Ach benar-benarkah itu posisi khusus gaya ilmu Hoa San Pay kalian.? Sejujurnya aku belum pasti benar, tetapi aku memiliki keyakinan sedikit banyak seperti itulah Koay Ji Ach, jika demikian, engkau yang berhak untuk memeriksa lebih jauh nona. Biarlah aku dan monyetku ini keluar sebentar dan menunggumu selesai. Koay Ji bentak Tio Lian Cu murka. Ada apa Nona.? kaget Koay Ji Apa engkau kira kami manusia Hoa San Pay begitu kemaruk pusaka dan tidak tahu rasa setia kawan? Apa maksudmu nona aku kurang mengerti Tio LIan Cu sadar, kawan mudanya ini adalah manusia polos yang tidak punya pamrih dalam menolong, dan juga tidak punya sifat-sifat iri dan licik sebagaimana insan dunia persilatan lainnya. Diapun menyesal sudah membentaknya

. Koay Ji, kita bersama mencari dan menemukan, benar atau tidak posisi itu adalah posisi Ilmu Mujijat Hoa San Pay adalah masalah lain, tetapi kita tetap harus terus mengerjakan dan menemukan yang lainnya bersama-sama, engkau tidak boleh meninggalkan aku sendirian. Achhhh, kalau menurut Nona seperti itu, Koay Ji menurut saja, biarlah Koay ji akan berupaya membantu sedapat mungkin Nona Begitulah, keduanya akhirnya bekerjasama menemukan jika masih ada benda rahasia yang tertinggal disana. Dan, kecerdasan Tio Lian Cu kembali teruji dan terbukti. Dia memandangi dan mengamati posisi tubuh kerangka itu, dan setelah lama menimbang, dengan penuh keyakinan gadis muda itu menunjuk ke dinding kemana arah ujung pedang itu menunjuk. Diapun mendatangi bagian tersebut, dan meneliti sedapat mungkin meski dengan cahaya yang sangat terbatas setelah itu, dia kembali memandangi posisi ujung pedang, kemana menunjuk. dan benar saja, dia menemukan sesuatu yang dicarinya. Sungguh cerdik nona itu. Posisi runcing ujung pedang memang menunjuk ke sebuah titik yang memang tak akan dapat dijangkau dengan mata biasa jika tidak dengan teliti mencarinya. Tetapi, patokan ujung runcing pedang menuju kemana, membimbing Tio Lian Cu menemukan sebuah batu kecil yang menonjol sendiri. Batu sebesar jempol orang dewasa itu terlihat nyembul sendiri keluar dan benda itu yang ditemukan oleh kecerdasan nalar seorang Nona kecil. Luar biasa. Dan tanpa ragu dia kemudian menarik batu kecil tersebut, dan benar, memang ternyata batu itu menjadi semacam penopang ataupun sejenis tombol yang membuka tempat rahasia si pemilik pedang yang sudah berbentuk kerangka tersebut. Penemuan Lian Cu ini membuat Koay Ji mau tidak mau terkejut dengan kemampuan hebat dan kecerdasan Nona itu..: Nona, Koay Ji betul-betul takluk kepadamu. ujarnya kagum dengan nada yang penuh kejujuran, tiada sedikitpun nada sirik atau dengki dalam suara pujian Koay Ji tersebut dan inilah awal kedekatan kedua anak manusia yang kelak mewarnai dunia persilatan Tionggoan dengan keunggulan mereka masing-masing yang di luar kenormalan manusia. Ach, engkau mengejekku saja Koay ji, mana mampu aku menandingi pukulanmu yang luar biasa tadi itu. Keduanya saling memuji dengan nada tulus waktu itu, dan Tio Lian Cu sendiri kaget, karena itulah pertama kali dia memuji orang secara jujur. Dan tak lama kemudian Tio Lian Cu membawa sebuah kotak dan kemudian meletakkanya di atas tanah dan diapun memandang Koay Ji dan bertanya: Kita berdua sama sekali belum tahu benar apa gerangan isi kotak ini, apakah engkau akan menginginkan isinya Koay Ji..? Engkau bercanda Nona engkau yang menemukannya, Koay Ji akan bertarung dengan siapa saja yang berusaha mengambilnya darimu Tetapi, tempat ini ditemukan oleh monyet-monyetmu dan engkau tentu berhak untuk setidaknya ikut memiliki.. Tidak.. jika engkau berpikiran demikian, maka kotak dan isinya itu anggaplah kuhadiahkan kepadamu Nona. hitung-hitung merupakan hadiah menyambut tamu yang datang dari jauh. Kembali Tio Lian Cu terenyuh dan kagum dengan keadaan dan sikap Koay Ji. Dan hal itu semakin membuat dia mengenal watak dan kepribadian Koay Ji yang selain masih polos tetapi juga tidak tamak. Berpikir demikian, Tio Lian Cu menganggap tanggung jika Koay ji hanya tahu sebagian. Maka diapun perlahan dengan menggunakan pedang yang selalu dibawanya membuka kaitan yang merupakan penutup kotak itu. Menggunakan pedang karena dia takut dengan racun ataupun senjata rahasia yang terdapat dalam kotak itu. Tetapi ternyata, tidak ada apa-apa yang menyelimuti kotak itu lagi, dan kini isinya segera terpampang dihadapan mereka.. kotak itu berisi sebutir mutiara yang memancarkan hawa dingin pembeku. Kelihatannya sejenis mutiara soat lian (teratai saldju) dan memancarkan cahaya yang cukup terang dan menjaga suhu udara dalam kotak agar tetap terjaga dingin dan mengurangi efek pembusukan benda dalam kotak itu. Dan tentunya bukan hanya mutiara itu yang berada dalam kotak. Karena mutiara justru berguna untuk menahan dan menunda pembusakan benda lain, selain itu benda itulah yang mestinya teridentifikasi duluan karena cahaya dan hawa dingin menusuk yang disiarkannya. Tak lama Lian Cu menemukan sebuah kitab yang sudah cukup lusuh. Tetapi, kitab dan tulisan didepan sampulnya yang membuat Tio Lian Cu berteriak kaget: Astaga.. Pit Kip Tian-To Im Yang Ngo Heng Kiam Hoat?

Tio Lian Cu sampai berdiri terngaga dan bingung melihat isi kotak yang ternyata adalah sebuah kitab pusaka, dan dia akan menjadi lebihkaget lagi nantinya. Karena ada sebuah tulisan lain yang membuatnya kaget tak terkira, tulisan yang terpisah dari kitab pusaka itu berbunyi demikian: Kitab Pusaka ini adalah kerja keras melalui penelitian dan ciptaan terakhirku, Ciangbudjin Hoa San Pay Angkatan ke-7, Kwan Kim ceng To-Pi Sin-kiam In Kiam (Si Pedang Saktii Berlengan Banyak). Ilmu pusaka ini sejatinya adalah ciptaan Ciangbudjin Angkatan ke-4, namun sayang sudah puluhan tahun lenyap dan tinggal menyisakan helai-helai kitab yang tidak lagi lengkap sebagai satu ilmu perguruan. Di penghujung hidupku, kucoba merangkai kembali Ilmu Mujijat ini hingga menemukan bentuk yang tidak kurang lihay dari ilmu aslinya, dan semoga kelak suatu saat dapat diwarisi oleh penerus Hoa San Pay untuk menegakkan Perguruan bagi yang menemukan, semoga bermurah hati untuk menyampaikannya kepada Ciangbudjin Hoa San Pay. Tetapi jika karena peruntungan anak murid Hoa San Pay yang menemukannya, maka engkau berhak mengaku sebagai pewarisku. Pedang Toa Hong Kiam (Pedang Angin Badai), adalah Pusaka Pengenal Ciangbudjin Hoa San Pay sejak Ciangbudjin angkatan ke-5 dan dalam catatan para couwsu Hoa San Pay selalu disebutkan dan ditegaskan bahwa siapapun yang menjadi Pemegang Pedang Pusaka, berarti memiliki kekuasaan hak memerintah Hoa San Pay sebagai Ciangbudjin. Dimana ada pedang, disana ada Ciangbudjin Hoa San Pay. Kwan Kim Ceng Ciangbudjin Hoa San Pay Angkatan ke-7 Begitu selesai membaca surat yang mengantarkan Kitab Pusaka Tian To Im Yang Ngo Heng Kiam Hoat, Tio Lian Cu nampak gembira sampai berlinang air mata. Dengan segera dia berdiri dan pergi berlutut dihadapan kerangka Kwan Kim Ceng: Couwsu, tecu Tio Lian Cu, murid Hoa San Pay datang memberi hormat dan mengucap terima kasih atas anugerah Couwsu setelah berkata demikian, Tio Lian Cu dengan hikmat memberi hormat kepada kerangka itu. Tetapi, setelah memberi hormat untuk ketiga kalinya, dengan bantuan sinar Soat Lian yang masih terus memancarkan cahaya, dia menemukan adanya tulisan-tulisan kecil di lantai tempatnya berlutut dan menyembah itu. Rupanya, lantai tempat dia menyembah bukanlah terbuat dari bebatuan ataupun tanah dasar gua, tetapi justru adalah lapisan besi namun sudah dipenuhi oleh debu dan tanah yang menebal. Adalah jodoh Lian Cu, karena ujung besi tempat tulisan itu justru menyibak oleh gerakangerakan menyembahnya dan membuatnya mampu menemukan tulisan itu: Perhatikan dengan seksama posisi lenganku, posisi telapak, posisi dada untuk penyaluran tenaga, maka itulah kunci rahasia jurus pamungkasnya Sesuai perintah couwsunya, maka Tio Lian Cu memandang semua letak dan posisi tubuh Couwsu tersebut, mencatatnya dalam hati dan kemudian secara perlahan mengambil Pedang Toa Hong Kiam. Begitu memegang pedang yang masih dalam sarungnya, terdengar Koay Ji berkata: Nona, bukankah sebaiknya engkau meneliti terlebih dahulu dan mengingat-ingat posisi khusus kerangka itu? Benar, tetapi menurut Couwsuku, tidak perlu lagi. Penjelasannya sudah ada dalam Kitab ini.. jawab Lian Cu Hmmmm, posisi itu rada aneh Nona selain berpengaruh terhadap pergeseran jalan darah, tetapi juga mempengaruhi jalannya tenaga iweekang. Jika aku tidak salah, dibutuhkan kekuatan iweekang yang luar biasa baru dapat menjalankan posisi aneh dan mujijat itu. Kemungkinan besar, couwsumu meninggal ketika berusaha membentuk ataupun menemukan dan mempraktekkan posisinya ini. Entah apa alasan dia orang tua untuk mempertunjukkan posisi yang tidak lazim ini, tetapi buatmu Nona tentu saja besar faedahnya Kaget Tio Lian Cu tidak terkira. Tetapi, kelak dia akan lebih kaget lagi. Karena dia tidak tahu jika posisi gerak itu diketahui secara jelas oleh Koay Ji dan posisi itu berasal dari daerah Thian Tok, salah satu posisi mengerahkan tenaga yang mujijat tetapi sulit ditiru oleh orang dengan kemampuan yang cetek. Engkau juga dapat mengenali posisi gerak seperti itu? Tanya Nona Tio Lian Cu kaget setengah mati Nona, posisi ini adalah salah satu yang paling rumit dari Thian Tok, tetapi tidak akan dapat ditiru dan dilakukan oleh mereka yang berkekuatan iweekang yang masih rendah. Dibutuhkan latihan minimal 50 tahun untuk mampu mengeluarkan efek mujijat dari gerak tersebut.. itu yang kutahu nona.. Tio Lian Cu mendengar tetapi tidak menganggap itu sangat penting. Tetapi ada saat dia akan merasakan betapa pentingnya penjelasan Koay Ji hari ini, bukan sekarang tetapi kelak di kemudian hari..

Baiklah, mari kita pergi.. akhirnya Tio Lian Cu mengajak mereka pulang setelah tidak lagi menemukan apa-apa dalam goa tersebut. Alangkah terkejutnya mereka ketika saat mereka kembali, Thian Hoat Tosu dan Bu In Sin Liong sudah menunggu mereka di depan pintu goa, karena hari sudah menjelang sore dan sebentar lagi malam tiba. Begitu melihat kedatangan kedua muda-mudi tanggung yang ditemani seekor monyet besar, Thian Hoat Tosu dan Bu In Sin Liong sudah tersenyum dengan Thian Hoat Tosu yang menegur mereka: Ach kemana saja kalian berdua anak-anak.? Mengapa tidak memberitahukan kami jika kalian berdua hendak jalan-jalan agak jauhan..? Ach Suhu, kami kan bukan anak-anak lagi, lagipula Suhu kelihatannya asyik sekali bercengkrama dengan Bu In Locianpwee dan jika tidak sedikit nakal, maka tecu tidak akan menemukan benda-benda ini. Tio Lian Cu berkata sambil menyodorkan kotak berisi buku pusaka yang dipandangi sepintas saja oleh Suhunya. Sudahlah, hari sudah menjelang malam. Kita akan beristirahat dan tinggal selama beberapa hari di kedaiaman pamanmu ini LIan Cu karena itu, jagalah kata-kata dan tindakanmu selama berada disini.. tegur Thian Hoat Tosu meski jelas tidak dalam nada marah. Suhu, tecu menjamin engkau orang tua akan terkejut setengah mati jika melihat dan mengetahui apa gerangan isi kotak ini berkata Tio Lian Cu dengan suara tegas dan penuh dengan keyakinan Thian Hoat Tosu yang tadinya sudah berniat untuk segera beranjak, segera menahan langkahnya dan kembali melirik muridnya yang memang selalu menang kalau berdebat dengannya itu; Cu ji, mainan apalagi yang engkau temukan hari ini? Suhu, lihatlah sendiri apa isinya.. ujar Tio Lian Cu sambil menyerahkan kotak itu kepada Thian Hoat Tosu suhunya.. Benar saja, begitu membuka penutup kotak itu, wajah Thian Hoat Tosu berubah hebat, tetapi hanya sebentar. Perlahan dengan nada serius dia memandangi muridnya dan kemudian berkata dalam nada berat: Cu ji, dimana engkau menemukan kitab pusaka leluhur kita ini..? Tio Lian Cu tidak menjawab, hanya melirik Koay Ji, sementara monyet besar yang menyertai mereka sudah berlalu. Koay Ji.. engkau yang menemukannya? Tanya Thian Hoat Tosu dengan tekanan suara berat namun bernada gembira Sebenarnya Nona Tio Lian Cu yang menemukannya locianpwee, dia sangat teliti dan hebat menemukan Kitab itu, Koay Ji hanya mengajaknya ikut mengobati kawanan monyet yang ternyata terluka karena berebut masuk goa itu.. selebihnya, dia sendiri yang menemukan pusaka itu Cu ji. Bagaimana kisahnya..? Suhu, sucouw sendiri sudah menuliskannya sendiri secara jelas dan dalam tulisan tangannya mengenai peninggalannya itu Kionghi.. kionghi benar-benar anugerah besar bagi Hoa San Pay terdengar Bu In Sin Liong bersuara ikut gembira, karena melihat wajah Thian Hoat Tosu yang berubah hebat, dia paham bahwa temuan itu pastilah berharga sangat mahal Hmmmmm, benar-benar berkah tak terhingga mengunjungi engkau Bu In. karena kepingan paling berharga dalam ilmuku dan ilmu Hoa San Pay justru ditemukan di dekat tempat pertapaanmu ini. Apakah engkau dapat menebak kitab pusaka apa gerangan yang ditemukan kedua anak itu.? Apakah bukannya Pit Kip Tian-To Im Yang Ngo Heng Kiam Hoat? Karena hanya benda pusaka itulah yang dapat menggerakkan hatimu hingga berubah menjadi begitu tegang namun sangat gembira. Hahahahahaha, Thian Hoat Tosu, apakah lohu keliru menebak beda itu..? Hahahahaha, engkau sungguh jeli, memang benar, selain benda itu, mana ada benda lain lagi yang akan merangsang rasa gembiraku yang berlebihan. Jika demikian, sekali lagi Kionghi Thian Hoat Tosu. engkau dapat mengejar setitik kecil ketertinggalanmu dari Sinni dan Bu Te. Tepat sekali. selama ini sudah puluhan tahun kuusahakan menemukan keeping terakhir dari rahasia ilmu Hoa San Pay, tak kusangka ditempatmu kutemukan bagian yang paling rahasia itu Sudahlah. Kita dapat bercakap lebih jauh di dalam. Ajak Bu In Sin Liong yang merasa ikut gembira dengan temuan berharga itu. Dan pedang apalagi yang engkau pegang Cu ji..? tegurnya melihat masih ada benda lain yang berada di genggaman muridnya Suhu, inipun tidak kurang berharganya.. sambil berkata demikian LIan Cu

kemudian menarik keluar pedang Toa Hong Kiam dari sarungnya dan, luar biasa tiba-tiba angin lesus bagai bertebaran keluar dari dan mengiringi sinar cemerlang menyakitkan mata yang memancar dari badan pedang yang berwarna bening sebening kaca itu. Sungguh-sungguh sebatang pedang pusaka yang bernilai luar biasa. Astaga, bagaimana bisa Toa Hong Kiam juga muncu disini jika demikian, Pedang apa gerangan yang berada di tangan Ciangbudjin sekarang ini..? Kupastikan pedang palsu Suhu Sembarangan engkau Cu ji Karena pedang ini tidak mungkin palsu Suhu ujar Lian Cu sambil kemudian meloncat ke belakang dan menggetarkan pedang untuk kemudian mengibaskannya dalam jurus sederhana memotong sinar rembulan. Dan akibatnya luar biasa, suara dan letikan sinar bagai petir menyambar dari pedang itu dan terlontar hingga jarak serang 7, 8 meter. Dan akibatnya, benda-benda yang kena serangan pedang tersebut berhamburan bagai tercabut dari akarnya. Sungguh-sungguh dahsyat dan sampai berapa lama benda-benda itu masih berhamburan di udara sebelum akhirnya terlontar jauh ke bumi. Luar biasa. Hebat.. sungguh-sungguh pusaka yang hebat /// gumam Koay Ji melihat efek dan pengaruh mujijat pedang itu Astaga, jika demikian, maka Hoa San Pay ada cara untuk ketolongan. desis Thian Hoat Tosu nyaris tak didengar orang lain. Malam itu dilewati Thian Hoat Tosu dan Tio Lian Cu dengan sangat bergembira. Secara tak sengaja kedatangan mereka ke Thian Cong San justru berujung kegembiraan yang membuat mereka berharap banyak atas masa depan dan keselamatan Hoa San Pay. Meskipun demikian, Thian Hoat Tosu yang belum lama mendidik Tio Lian Cu memiliki kesabaran dan persiapan yang dibuat lebih matang agar upayanya menyelamatkan Hoa San Pay tidak terkendala karea terburu-buru. Keesokan harinya, Koay Ji tidak bertemu dengan Tio Lian Cu. Juga tidak melihat dimana gerangan suhunya berada. Tetapi, ketiadaan suhunya tidak membuat Koay Ji berhenti melatih diri. Tetap saja dengan seorang diri dia berlatih dengan dikawani Monyet Putih dan memainkan Ilmu Silat Sam Im Ciang dengan penuh tenaga dan dengan kegesitan yang mengagumkan. Dia tidak menyadari jika seseorang mengamati latihannya dan memandang cara berlatih dan ketekunannya dengan kekaguman yang tak tersembunyikan. Setelah selesai berlatih Sam Im Ciang, tibatiba Koay Ji sadar ada yang mengamatinya ketika mendengar suara: Luar biasa Koay Ji engkau bersilat secara terukur dan tenaga yang tepat. Tetapi, meskipun demikian sesungguhnya ada beberapa bagian luang yang dapat menjadi ancaman jika engkau bergerak agak ayal-ayalan dengan jurus-jurus dari ilmu tadi. Apakah engkau menyadarinya Koay Ji.? Koay Ji sudah tahu jika Thian Hoat Tosu adalah salah seorang tokoh mujijat sebagaimana kisah Suhunya dulu-dulu, karena itu, dengan rendah hati dia menjawab: Locianpwee, maukah engkau memberikan aku beberapa petunjuk.? Perlahan Koay Ji, jika engkau dapat memahami kekuranganmu, maka apa yang menjadi petunjukku baru akan menjadi sesuatu yang sangat berguna. Koay Ji terlihat berpikir serius sejenak. Bukan sejenak tetapi menjadi semakin panjang dan lama. Tetapi, memang demikian adanya Koay ji jika sedang berusaha keras guna memecahkan satu persoalan, utamanya dalam Ilmu Silat. Dan sekarang dia berusaha dengan membayangkan kembali jurus-jurus dan gerakan-gerakan ilmu yang tadi dia mainkan dan latih, dan dia seperti melihat dalam bayangannya tubuhnya sendiri yang bergerak, meloncat, memukul, menghindar dengan kekuatan dan kecepatan yang hebat. Dalam memandang bayangannya itu, dia mencoba menilai dan meneliti, dimana gerangan kekuarangan-kekurangan yang disebutkan menjadi titik luang yang dapat diisi dan diperbaiki lagi? Cukup lama Koay ji dalam posisi seperti itu dan tidak diganggu sedikitpun oleh Thian Hoat Tosu. Beberapa saat kemudian dia berseru..: Acccccch, dapat apakah locianpwee ingin mengatakan bahwa terdapat begitu banyak peluang diserang dari bagian atas tubuhku.? Kali ini Thian Hoat Tosu yang kaget tak terkira. Apakah dia dapat membaca pikiranku? desisnya dalam hati, tetapi dimulut Thian Hoat Tosu berkata: Tidak sepenuhnya benar, tetapi memang dengan pemusatan perhatian kepada tinjumu maka engkau mengabaikan serangan dari udara, apalagi dalam ilmu-ilmu yang justru mengutamakan serangan cakar elang dan sejenisnya. Menghadapi itu, maka engkau akan mengalami kerepotan besar Koay Ji ////

Acchhhh, benar, engkau benar Locianpwee, sebetulnya boanpwee sendiri sudah merasakannya sejak lama, tetapi, Suhu meminta untuk berlatih setahap demi setahap sehingga dapat menemukan beberapa peluang sendiri dalam mengembangkan ilmu silat. Tetapi, terima kasih atas petunjuk locianpwee.. Koay Ji, apakah engkau ingin mencoba kita bertarung dengan gaya berbeda biar engkau dapat melihatnya lebih jelas? tantang Thoan Hoat Tosu Acccch, boanpwee tidak berani locianpwee. Anggap saja engkau membantuku untuk melemaskan otot-otoku Koay Ji. Apakah boanpwee tidak berlaku lancang dengan berbuat begitu locianpwee? Kutanggung suhumu tidak akan murka Koay Ji, ayo.. Baiklah, Koay Ji menurut locianpwee.. Nach, engkau mulailah anak baik.. Maka tanpa diperintah lebih jauh lagi, mulailah Koay Dji menyerang Thian Hoat Tosu dengan menggunakan jurus-jurus serangan dari Ilmu Sam Im Ciang. Pertama dia menggunakan jurus Sin Hoan Put Le (Berputar-putar tanpa henti) dan dilanjutkan dengan To Tha Kim Ciong (Memukul Jatuh Lonceng Emas). Kecepatannya sudah tepat dan kekuatan pukulannya juga seudah sesuai dengan tuntutan yang diajarkan Suhunya. Tetapi dalam kagetnya, dia melihat gerakan sederhana Thian Hoat Tosu sudah memegatnya dengan jurus sederhana jurus San-tian-keng-hong (Kilat mengejutkan pelangi). Otomatis semua serangan yang disusun dan disasarnya gagal di tengah jalan, maka dia mencoba lagi dengan menukar jurus masing-masing jurus Kau-hu-bun-lu (Pencari kayu bakar bertanya jalan) dan Ceng-cui-boan-ta (Meniup ringan memukul pelan). Kedua jurus itu dilakukannya dengan mengelakkan terjangans ederhana Thian Hoat Tosu dan berbalik cepat menyasar bagian samping dan bawah tubuh Thian Hoat Tosu. Tetapi, kembali seperti kejadian pertama, hanya dengan bergerak dalam jurus yang sederhana jurus Liu-in-hui-siu (Awan mengalir lengan baju terbang) semua sasaran serangannya buyar dan dia kembali harus bergerak dengan jurus yang baru. Seperti itu selalu, setiap kali Koay Ji menyerang dengan dua atau tiga jurus, selalu dengan sangat sederhana Thian Hoat Tosu memunahkan dan mencegatnya untuk mendesak lebih jauh dan membuat Koay Ji harus memulai kembali menyusun dan menata serangan dari awal. Setelah menyelesaikan Ilmu Sam Im Ciang, dengan cepat Koay Ji mundur dan berkata serius: Benar sekali locianpwee, sungguh-sungguh pengajaran yang luar biasa Kalimatnya ini membuat Thian Hoat Tosu menjadi kaget kembali. Sungguh bocah yang tahu diri dan tidak takut dihajar, tidak malu ditegur.. karena berpikir demikian, maka de