BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana

BAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan

EKO SAPUTRO F

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa lulus dari mata kuliah tersebut. selalu menilai negatif, tidak mengikuti ujian, belum mengambil mata kuliah

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di. bidang ekonomi antar negara ASEAN (

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi merupakan istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan komunikasi memiliki kaitan yang sangat erat, segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. tulis ilmiah atau skripsi merupakan persyaratan wajib bagi mahasiswa yang

PENDAHULUAN. Mahasiswa yang menjalani kuliah di kampus ada yang merasa kurang

PENDAHULUAN. mengajar yang berkaitan dengan program studi yang diikutinya serta hasil

1. Kegiatan selama liburan

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi semakin diperbaharui dan sumber daya manusia dituntut untuk

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN KECEMASAN SAAT PRESENTASI PADA MAHASISWA UNIVERISTAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan, Ujian Nasional (UN) bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembawan diri yang tepat. Kemampuan mahasiswa berbicara di depan umum

LAMPIRAN. 4. Menurut kamu sudah baik kah pelayanan humas? Ya mereka sudah bekerja dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. peluang kegagalan akan semakin tinggi (dalam Yusuf & Nurihsan J,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa unggul merupakan salah satu Universitas swasta yang

A. Latar Belakang Kondisi keyakinan seseorang yang tidak menentu akan membuat kinerja menjadi tidak stabil, sedangkan untuk mencapai keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di

BAB I. Di era globalisasi saat ini, sungguh tak asing lagi berbicara mengenai dunia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. Sepak Bola yang berdiri pada tahun 1978 di Cengkareng-Jakarta Barat, dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kak Rya = Batak Admin service

I #GALAUSEKOLAH Penggalauan pada bab ini menceritakan kegalauankegalauan yang terjadi di sekolah, mulai dari guru sampai pelajaran yang bikin galau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia (2005). Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang

mati cepet-cepet. Aku sih pengin ngerasain jadi kakekkakek. Nah kalo gitu, nanti pas aku jadi kakek berarti kamu yang jadi neneknya dong? Kan namanya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

We see, we observe, we investigate, we conclude, we solve

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual dan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN II VERBATIM DAN FIELD NOTE RESPONDEN IC

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

This is the beginning of everything

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

INTERVIEW GUIDE A. Company Profil B. Tahap Perencanaan strategi Positioning C. Tahap Pelaksanaan strategi Positioning

ANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BELAJAR DASAR FOOTPRINT halaman 1 BELAJAR DASAR FOOTPRINT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB II. 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau)

HASIL WAWANCARA. Pertanyaan Jawaban Koding Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal, yaitu dan tahun (Monks, dkk.,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu

a. Berapa lama mereka menikah b. Apa yang diharapkan dari hubungan pernikahan yang sedang dijalani 4. Perbedaan Tingkat Pendidikan

LAMPIRAN TRANSKIP WAWANCARA SUBJEK 1

Disusun oleh Lusi Nurfaridah

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa

Appendix. Interview Guidline

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam bertingkah laku selalu berhubungan dengan lingkungan tempat

DAFTAR PUSTAKA. Alwasilah, A. Chaedar. (2011). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 yaitu :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

Research Question Theory Interview question

Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan peserta didik di tingkat perguruan tinggi yang akan mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pengembangan kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir kritis, dan moral reasoning (Montgomery dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Artinya, di perguruan tinggi mahasiswa akan mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian terutama kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir kritis, dan moral reasoning. Salah satu tugas yang diberikan universitas untuk mengembangkan kemampuan verbal adalah tugas presentasi. Saat melakukan presentasi, mahasiswa akan menyampaikan gagasannya di depan banyak orang. Tak terkecuali mahasiswa Universitas Esa Unggul (UEU) Jakarta. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara Kepala Kantor Penjaminan Mutu (KPM) UEU Jakarta: Berbagai tugas diberikan dosen kepada mahasiswa, ya,termasuk tugas presentasi. Tugas presentasi yang diberikan memang termasuk suatu cara untuk meningkatkan mutu kampus sekaligus menunjang visi Universitas Esa Unggul. (Wawancara pribadi, 24 Februari 2015) 1

2 Kepala KPM UEU Jakarta menyatakan bahwa tugas presentasi merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa. Tugas presentasi merupakan cara untuk meningkatkan mutu dan mendukung visi UEU Jakarta, yaitu untuk menjadi perguruan tinggi kelas dunia yang berbasis kewirausahaan yang unggul dalam mutu pengelolaan (proses) dan hasil (output) kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi (esaunggul.ac.id). Untuk dapat menghasilkan lulusan yang berjiwakewirausahaan, perlu ditunjang dengan kemampuan menyampaikan gagasan di depan banyak orang. Salah satu langkah untuk meningkatkan kemampuan ini adalah melalui tugas presentasi. Tugas presentasi yang diberikan UEU Jakarta dapat melatih kemampuan mahasiswa dalam berbicara di depan umum karena saat presentasi mahasiswa akan berada di depan kelas dan berbicara di depan banyak orang. Sehingga secara tidak langsung, tugas presentasi dapat mendukung visi UEU Jakarta dalam bidang kewirausahaan. Keterampilan berbicara di depan umum yang baik dapat membantu mahasiswa menyampaikan gagasan tentang produk yang ia miliki. Hal ini akan berpengaruh pada ketertarikan dan keyakinan orang lain sehingga dapat membantu mahasiswa dalam menjalankan usaha dan menjalin relasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Winsor, Curtis, & Stephens (Beebe, S. A. & Beebe, S. J. 2003) yaitu kemampuan berbicara secara lisan memang merupakan keterampilan pertama yang paling dibutuhkan mahasiswa dalam pekerjaan dan mengalahkan 15 keterampilan lainnya.

3 Tugas presentasi yang merupakan konteks berbicara di depan umum akan memerlukan persiapan dan kemampuan untuk dapat menyampaikan gagasan dengan baik di depan banyak orang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Tubbs & Moss (2006) bahwa berbicara di depan umum memerlukan persiapan dan kemampuan untuk mengendalikan situasi karena kondisinya lebih formal dan terstruktur. Dengan kata lain, persiapan dan kemampuan yang dimiliki mahasiswa maka akan membantu mahasiswa menghadapi situasi berbicara di depan kelas. Situasi yang formal, terstruktur serta membutuhkan kesiapan dan kemampuan membuat mahasiswa menjadikan tugas presentasi sebagai beban dan mengakibatkan kecemasan saat berbicara di depan kelas. Sejalan dengan pernyataan Beebe S. A. & Beebe, S. J., (2003) bahwa konteks berbicara di depan umum berbeda dengan konteks komunikasi biasa di antara dua orang atau pun komunikasi di dalam kelompok, sehingga dapat menimbulkan beban bagi pembicara. Kecemasan berbicara di depan kelas sendiri merupakan hal yang umum dialami oleh mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan McCroskey (Beatty, 1988) yaitu pelajar yang berbicara di depan kelas merasa lebih cemas dibandingkan saat menyampaikan materi yang sama pada orang yang sama dalam situasi pertemuan biasa. Walaupun merupakan hal yang umum terjadi di kalangan mahasiswa, kecemasan berbicara di depan kelas sebaiknya dapat dikelola dengan tepat agar dapat menyampaikan gagasan dengan baik. Jika mahasiswa sama sekali

4 tidak merasa cemas untuk berbicara di depan kelas, ia bisa bersikap terlalu santai sehingga tidak mempersiapkan diri dengan baik atau bahkan tidak berusaha mempersiapkan apa pun untuk tampil. Kecemasan berbicara di depan kelas juga dialami oleh mahasiswa UEU Jakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Riani (2014) yang berjudul Hubungan antara Self-Efficacy dan Kecemasan Presentasi pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul menunjukkan bahwa sebanyak 32% mahasiswa UEU Jakarta mengalami kecemasan yang rendah saat melakukan presentasi, 38,3% mengalami kecemasan sedang, dan 29,7% mengalami kecemasan yang tinggi. Data menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami kecemasan rendah lebih banyak daripada mahasiswa yang mengalami kecemasan yang tinggi, namun hal ini tetap menjadi masalah yang memerlukan perhatian, karena baik kecemasan rendah maupun tinggi tetap dapat menyebabkan kesulitan dalam menyampaikan gagasan di depan banyak orang. Kecemasan berbicara di depan kelas ditunjukkan oleh beberapa hasil wawancara yang dapat dilihat dalam kutipan wawancara di bawah ini. Y (20 tahun), Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan: pas lagi ngomong tuh agak deg-degan, Kak. Kadang kalo apal materi pun pertanyaan temen-temen tuh ngerasa bakal susah dijawab ya khawatir juga, sih. Kak, aku jadi berasa udah nggak bangetlah di depan anak-anak. Iya, jadi suka gemeteran tangannya. (Wawancara pribadi, 20 September 2015)

5 Z (21 tahun), Fakultas Psikologi: aku ngerasanya takut aja kan dipandang sama orang-orang, takut jadinya malah nggak bisa ngomong, deg-degan, terus gemeteran biasanya pas awal maju jadi pas udah di depan aku tarik napas dalem-dalem biar nggak begitu keliatan gemetarannya ya aku takut kalo aku nggak bisa jawab walaupun sebelumnya udah belajar (Wawancara pribadi, 5 Desember 2015) Hasil kedua wawancara di atas menunjukkan bahwa Y mengalami peningkatan debar jantung, gemetar, dan merasa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Begitu juga dengan Z yang debar jantungnya juga meningkat serta khawatir tidak mampu menjawab pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa baik Y maupun Z mengalami peningkatan debar jantung, gemetar, dan berpikir tidak kompeten. Meningkatnya debar jantung, gemetar, dan berpikir tak kompeten dalam menjawab pertanyaan merupakan respon yang dialami individu saat mengalami kecemasan saat menghadapi presentasi (McCroskey dkk. dalam Bodie, 2010). Kecemasan berlebihan yang dialami mahasiswa diharapkan dapat dikelola dengan tepat karena mahasiswa yang sering merasa cemas saat berbicara di depan umum bisa menghindari setiap konteks berbicara di depan umum (Beatty & Behnke; McCroskey & Beatty, 1984; McCroskey, Ralph & Barrick, 1970 dalam Bodie, 2010). Seperti petikan wawancara di bawah ini.

6 A (21 tahun), Fakultas Ilmu Komunikasi: aku ya emang nggak suka tugas presentasi, nggak suka aja. Paling males deh kalo dosen udah nyuruh bikin kelompok buat presentasiin materi apaaaa gitu. Gimana ya, soalnya deg-degan terus kalo maju di depan temen-temen, sama takut nggak apal materi, jadi nggak suka aja. Pernah sih nggak masuk kuliah pas hari itu mestinya presentasiin tugas kelompok, tapi nggak papalah, kan masih ada temen kelompok (Wawancara pribadi, 5 Desember 2015) Kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa A mengalami kecemasan berbicara di depan kelas yang berlebihan sehingga ia menghindari tugas presentasi. Padahal penolakan dan penghindaran terhadap tugas presentasi akan mengakibatkan mahasiswa mendapatkan nilai yang lebih rendah pada mata pelajaran tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Edwards & Walker (Swenson, 2011) bahwa mahasiswa yang selalu menolak situasi komunikasi akan memperoleh dampak yang secara negatif dapat memengaruhi akademik. Namun hal berbeda ditunjukkan oleh hasil wawancara berikut. I (20 tahun), Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan: deg-degan sih enggak, paling dikit doang. Kalo ditanya yaaa jawab, nggak perlu takutlah orang udah belajar materinya, yang penting berusaha sebaik-baiknya, Kak. Hahaha, walaupun ada yang ngomenin ya nggak papa. Emang sebelumnya khawatir bakal ada yang nanyain, makanya aku belajar dulu sebelum maju. Wawancara pribadi, 10 Oktober 2015) Kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa I tetap mengalami respon kecemasan yaitu peningkatan debar jantung. Namun I tetap berpikir positif dan akan berusaha sebaik mungkin, tetap yakin dalam menjawab pertanyaan sehingga

7 tidak takut akan kritik yang diberikan orang lain dan I tetap mempersiapkan diri sebelum presentasi. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang berpikir positif dan tidak takut kritik walaupun mengalami kecemasan, ia justru dapat mempersiapkan diri sebelum presentasi. Mahasiswa yang berpikir positif mengenai diri dan kemampuannya berarti memiliki gambaran diri yang positif. Gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya yang muncul dari interaksi sosial dan memengaruhi perilaku individu dinamakan konsep diri (Fitts dkk., 1971). Kecemasan berbicara di depan kelas yang dialami mahasiswa diduga dipengaruhi oleh konsep diri. Individu yang menggambarkan dirinya secara positif berarti memiliki konsep diri yang positif sedangkan individu yang menggambarkan dirinya secara negatif memiliki konsep diri yang negatif pula. Kedudukan konsep diri dalam kecemasan berbicara di depan kelas ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ayres dan Heuett yang berjudul The Relationship between Visual Imagery and Public Speaking Apprehension (Ford, 2007) yang mendapatkan hasil bahwa responden dengan kecemasan berbicara di depan umum yang tinggi memandang diri mereka secara keseluruhan dengan lebih negatif dibandingkan responden yang memiliki kecemasan berbicara di depan umum sangat rendah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Restiny (2012) yang berjudul Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan Berbicara pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi

8 Universitas Negeri Malang memeroleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dan kecemasan berbicara di depan umum. Gambaran tentang diri mahasiswa dan kecemasan saat berbicara di depan kelas ditunjukkan oleh hasil wawancara dengan seorang mahasiswa UEU berikut. Y (20 tahun), Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan: Aku ya, kan emang bukan orang yang pinter ngomong di depan, takut jelek. Eee, pasti diketawain pas maju, ya dari sebelum maju udah mikir takut aja ntar ada yang ngomen jelek. Pas lagi ngomong tuh jadi deg-degan, Kak. Nggak yakin aja. Kadang kalo apal materi pun pertanyaan temen-temen tuh ngerasa bakal susah dijawab ya khawatir juga, sih. Kak, aku berasa udah nggak yakin bangetlah presentasinya di depan anakanak. Iya, jadi suka gemeteran tangannya. (Wawancara pribadi, 20 September 2015) Y yang telah memiliki persiapan dalam menghafal materi tetap merasakaan cemas yang berlebih. Hal ini dikarenakan Y menyatakan bahwa ia bukan orang yang pandai berbicara sehingga memiliki gambaran negatif tentang dirinya. Selain itu Y yang merasa akan ditertawakan menunjukkan bahwa ia merasa tidak disenangi orang lain, takut mendapatkan kritik, dan tidak yakin dapat membawakan presentasi dengan baik. Gambaran negatif, perasaan tidak disenangi, takut kritik, dan merasa tidak yakin akan kemampuan menunjukkan mahasiswa memiliki konsep diri negatif. Hal ini membuat Y tidak nyaman saat berbicara di depan kelas dan cenderung

9 mengalami tanda kecemasan saat berbicara di depan kelas yaitu meningkatnya debar jantung, berpikir tak kompeten dalam menjawab pertanyaan, dan gemetar. Namun hasil wawancara dengan seorang mahasiswa UEU berinisial I (20 tahun) yang memberi pendapat mengenai pengalaman berbicara di depan kelas menunjukkan hasil yang berbeda: deg-degan sih enggak, paling dikit doang. Kalo ditanya yaaa jawab, nggak perlu takutlah orang udah belajar materinya, yang penting berusaha sebaik-baiknya, Kak. Hahaha, walaupun ada yang ngomenin ya nggak papa. Tetep oke-oke ajalah kalo udah maju di depan, nggak akan dinilai jelek atau nggak menarik, ya terserah orang mau mikir apa, bisa bawa suasananya aja sih, Kak. Ya apa gara-gara aku udah bawaannya lumayan jago ngomong. (Wawancara pribadi, 10 Oktober 2015) I berpikiran positif tentang dirinya sebagai orang yang cukup pandai berbicara, tidak takut mendapat komentar negatif, tidak merasa tak disenangi, dan yakin dapat berbicara lebih baik. Hal ini membuat I cenderung tidak mengalami respon kecemasan berbicara di depan kelas yang berlebihan yaitu tidak meningkatnya debar jantung secara signifikan dan tetap berpikir kompeten dalam menjawab pertanyaan. Kutipan dua wawancara menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki ciri konsep diri positif tidak menunjukkan respon kecemasan berbicara di depan kelas yang berebihan. Sebaliknya, mahasiswa yang menunjukkan ciri konsep diri negatif mengalami kecemasan berbicara di depan kelas.

10 Menurut Rakhmat (2011), individu yang memiliki konsep diri positif akan merasa mampu berbicara di depan umum dengan baik. Artinya, dengan konsep diri positif, mahasiswa yang menggambarkan dirinya sebagai pembicara yang baik akan merasa mampu untuk berbicara di depan kelas. Rasa mampu akan membawa pengaruh pada perilaku dan sikap mahasiswa saat berbicara, ia pun akan benar-benar tampil sebagai seorang pembicara yang baik seperti yang ia pikirkan. Hal ini membuat mahasiswa menilai dirinya secara positif dan merasa orang lain juga menghargai atau menilainya secara positif sehingga ia tidak merasa tak disukai dan tidak takut akan mendapatkan kritik. Seperti yang dinyatakan oleh Brooks & Emmert (Rakhmat, 2011) bahwa dengan konsep diri positif, individu tidak akan merasa dinilai buruk atau takut mendapatkan kritik. Dengan demikian, mahasiswa akan dapat berbicara di depan kelas dengan nyaman tanpa merasa cemas yang berlebihan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hamachek (Rakhmat, 2011) bahwa individu dengan konsep diri positif tidak dipenuhi oleh rasa cemas pada situasi yang telah, sedang, dan akan terjadi. Sebaliknya, mahasiswa dengan konsep diri negatif akan merasa tidak mampu berbicara di depan kelas dengan baik sekalipun telah mempersiapkan diri, sehingga ia pun berpikir dan bertindak seperti pembicara yang kurang baik dan akan benar-benar tampil jelek seperti yang ia pikirkan, sehingga membuat mahasiswa merasa dinilai negatif, tidak disenangi orang lain dan takut menerima

11 kritik sehingga mereka merasa cemas saat berbicara di depan kelas. Hal ini dikarenakan ia merasa terancam akan penilaian orang lain. Seperti yang dinyatakan oleh Beebe S. A. & Beebe, S. J., (2003) bahwa gambaran-gambaran negatif tentang diri dan ketakutan akan pandangan orang lain terhadap diri membuat individu menganggap penonton adalah musuh yang siap menjatuhkan kapan saja. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki konsep diri positif lebih mampu mengelola kecemasan berbicara di depan kelas karena menganggap dirinya sebagai individu yang pandai berbicara, sehingga merasa mampu dapat berbicara dengan baik, tidak takut kritik, dan tidak merasa orang lain berpandangan negatif terhadap dirinya. Hal ini membuat mahasiswa dapat berbicara dengan lebih nyaman sehingga cenderung tidak mengalami kecemasan yang berlebihan yang terlihat dari tetap berpikir rasional mengenai kompetensinya sebagai pembicara, tidak mengalami peningkatan debar jantung yang signifikan, dan tidak memunculkan respon gemetar sehingga ia dapat berbicara di depan kelas dengan baik. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki konsep diri negatif lebih merasa cemas saat berbicara di depan umum karena menganggap dirinya sebagai orang yang tidak pandai berbicara, sehingga ia merasa tidak mampu berbicara dengan baik, tidak disenangi orang lain, dan takut terhadap kritik. Hal ini membuat mahasiswa merasa kurang nyaman dan cenderung mengalami kecemasan berbicara di depan

12 kelas yang terlihat dari pikiran negatif mengenai kompetensinya, meningkatnya detak jantung, dan tangan gemetar. Berdasarkan fenomena dan uraian yang telah dipaparkan, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Konsep Diri dan Kecemasan Berbicara di Depan Kelas pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Jakarta yang Aktif di Semester Ganjil 2015/2016. B. Identifikasi Masalah Mahasiswa sebagai peserta didik di perguruan tinggi, akan mengembangkan kemampuan verbal dan salah satu tugas yang diberikan universitas untuk mengembangkan kemampuan verbal ini adalah tugas presentasi. Saat melakukan presentasi, mahasiswa diharapkan mampu menyampaikan gagasannya secara lisan di depan banyak orang dengan baik. Namun masih ada mahasiswa UEU Jakarta yang kesulitan melakukan tugas presentasi karena mengalami kecemasan berbicara di depan kelas. Kecemasan dalam kadar yang tepat sebenarnya dapat membuat mahasiswa mempersiapkan diri untuk tampil dengan baik. Jika mahasiswa tidak merasa cemas sama sekali, mereka cenderung tidak mempersiapkan apa pun untuk tugas presentasi. Akan menjadi masalah pula jika mahasiswa mengalami kecemasan yang berlebihan saat berbicara di depan kelas. Mereka akan menghindari situasi

13 berbicara di depan kelas sehingga tidak menyukai pelajaran yang menuntut tugas presentasi. Hal ini membuat mereka tidak tampil maksimal dalam pelajaran tersebut dan mendapatkan nilai yang lebih rendah. Kecemasan saat berbicara di depan kelas ditunjukkan dari meningkatnya detak jantung, tangan gemetar, dan pikiran negatif mengenai kompetensi dan situasi presentasi. Kecemasan ini akhirnya mempengaruhi mahasiswa dalam menyampaikan gagasannya di depan kelas. Mahasiswa yang memiliki konsep diri positif berpikir ia adalah pembicara yang baik dan merasa mampu untuk berbicara di depan kelas dengan baik sehingga ia juga menganggap orang lain berpikir demiikian dan tidak khawatir akan mendapatkan kritik. Hal ini membuat mahasiswa merasa nyaman saat berbicara di depan kelas dan cenderung tidak mengalami kecemasan yang berlebihan yang dapat dilihat dari pikiran positif mengenai kompetensinya sebagai pembicara, tidak mengalami kecemasan berbicara di depan kelas. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki konsep diri negatif cenderung berpikir dan bersikap bahwa ia pembicara yang buruk dan merasa tidak mampu dapat berbicara di depan kelas dengan baik. Akibatnya ia berpikir bahwa orang lain juga menilai dirinya demikian sehingga ia takut mendapatkan kritik. Penilaian negatif terhadap diri membuat individu merasa tidak layak berbicara di depan kelas sehingga ia merasa tidak nyaman dan cenderung mengalami kecemasan yang

14 terlihat dari pikiran negatif mengenai kompetensinya, meningkatnya detak jantung dan tangan gemetar. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Melihat hubungan antara konsep diri dengan kecemasan berbicara di depan kelas pada mahasiswa Universitas Esa Unggul Jakarta. 2. Mengetahui positif-negatifnya konsep diri pada mahasiswa Universitas Esa Unggul Jakarta. 3. Mengetahui tinggi-rendahnya kecemasan berbicara di depan kelas pada mahasiswa Universitas Esa Unggul Jakarta berdasarkan data pendukung. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai konsep diri dan kecemasan berbicara di depan kelas untuk bidang psikologi, khususnya untuk bidang psikologi pendidikan dan psikologi komunikasi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi untuk mengatasi kecemasan berbicara di depan kelas pada mahasiswa.

15 E. Kerangka Berpikir Mahasiswa sebagai peserta didik di perguruan tinggi akan mengembangkan kemampuan verbal yang salah satu caranya dengan melalui tugas presentasi. Akan tetapi, masih ada mahasiwa yang mengalami kecemasan saat berbicara di depan kelas. Kecemasan ini ditunjukkan dari meningkatnya detak jantung, tangan gemetar, serta adanya pikiran negatif atau tidak logis mengenai kemampuan diri atau situasi presentasi. Kecemasan berbicara di depan kelas ini diduga dipengaruhi oleh gambaran seseorang tentang dirinya atau disebut dengan konsep diri. Konsep diri akan turut memengaruhi rasa mampu yang dimiliki individu. Gambaran mahasiswa tentang dirinya akan memengaruhi sikap, kognisi, dan perilakunya dan akan memengaruhi bagaimana ia berbicara di depan kelas. Mahasiswa dengan konsep diri negatif akan menggambarkan dirinya secara negatif pula. Gambaran negatif mengenai diri ini membuat ia percaya bahwa dirinya memang seperti yang ia pikirkan. Mahasiswa yang memiliki konsep diri negatif akan merasa tidak mampu dan benar-benar merasa bahwa ia adalah pembicara yang akan tampil dengan buruk, sehingga ia menilai dirinya secara negatif dan beranggapan bahwa orang lain juga memandangnya secara negatif serta takut dikritik sebagai pembicara. Hal ini membuatnya merasa tidak nyaman sehingga cenderung mengalami kecemasan yang bisa dilihat dari kognisi irasional yaitu pikiran negatif tentang kompetensi. Pikiran ini selanjutnya disusul

16 perubahan secara fisiologis meningkatnya detak jantung dan respon tangan gemetar. Berbeda dengan mahasiswa dengan konsep diri positif yang menggambarkan dirinya secara positif pula. Mahasiswa cenderung merasa mampu berbicara di depan kelas dengan baik sehingga ia tidak berpikir bahwa orang lain memandang dirinya secara negatif, tidak merasa dinilai buruk oleh orang lain, dan tidak takut kritik.. Hal ini membuat ia dapat berbicara dengan lebih nyaman sehingga tidak merasa cemas yang berlebihan yang terlihat dari kognisi yang rasional tentang kompetensinya sebagai pembicara, selanjutnya tidak muncul respon fisiologis bertmabahnya detak jantung secara signfikan dan tangan gemetar yang dapat diamati penonton. Artinya, mahasiswa yang memiliki konsep diri positif cenderung mengalami kecemasan berbicara di depan kelas yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa dengan konsep diri negatif. Mahasiswa Konsep Diri Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Positif Negatif Rendah Tinggi Gambar 1. 1 Bagan Kerangka Berpikir

17 F. Hipotesis Hipotesis penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara konsep diri dengan kecemasan berbicara di depan kelas pada mahasiswa Universitas Esa Unggul Jakarta.