1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

dokumen-dokumen yang mirip
1. Pendahuluan PEMANFAATAN LM35 SEBAGAI SENSOR SUHU OTOMATIS PADA SISEM PENGONTROLAN SUHU RUANGAN PENGERING (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK) Santoso

Perpindahan Massa Pada Pengeringan Gabah Dengan Metode Penjemuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

PENENTUAN KONSTANTA PENGERINGAN PATHILO DENGAN MENGGUNAKAN SINAR MATAHARI

PERANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PENGERING TIPE RAK

PERPINDAHAN MASSA PADA PENGERINGAN JAHE MENGGUNAKAN EFEK RUMAH KACA *

UJI KINERJA PENJEMURAN GABAH PADA PARA-PARA MEKANIS DENGAN TIGA KONDISI LINGKUNGAN

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

Devi Yuni Susanti 1), Joko Nugroho Wahyu Karyadi 1), dan Setiawan Oky Hartanto 2) Mada Jl. Flora No 1. Bulaksumur, Yogyakarta 55281; ABSTRACT

PERANCANGAN BANGUNAN PENGERING KERUPUK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PINDAH PANAS. Jurusan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan 2

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

PERUBAHAN NILAI DESORPSI PRODUK KAKAO FERMENTASI PADA BERBAGAI SUHU DAN KELEMBABAN

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.3, No. 1, Maret 2015

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DESAIN SISTEM PENGERING KERUPUK KEMPLANG DENGAN UAP SUPER PANAS BERBAHAN BAKAR BIOMASA

Model Pengeringan Lapisan Tipis Cengkeh (Syzygium aromaticum) 1) ISHAK (G ) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan I.S. TULLIZA 3) ABSTRAK

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

PENGERINGAN KERUPUK SINGKONG MENGGUNAKAN PENGERING TIPE RAK. Joko Nugroho W.K., Destiani Supeno, dan Nursigit Bintoro ABSTRACT

Myristica Dryer, Mesin Pengering Biji Pala yang Efisien dengan Kontrol Suhu Otomatis.

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Analisis Sebaran Kadar Air Jagung Selama Proses Pengeringan dalam In-Store Dryer (ISD) Bogor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

PEMANFAATAN ALAT PENGERING DENGAN PENGONTROL SUHU UNTUK PAKAN IKAN PADA CV. FAJAR ABADI

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

Pengeringan Untuk Pengawetan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

KOMPARASI WAKTU PENGERINGAN AWAL GREEN BODY HASIL CETAK KERAMIK DENGAN SISTEM ALAMIAH dan SISTEM VENTILASI PADA PT X BALARAJA - BANTEN

PENGERINGAN BAHAN PANGAN (KER)

TUGAS AKHIR PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR PENGERING TERHADAP KUALITAS KAYU SUREN, SENGON, DAN MAHONI

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN

PENGERINGAN KACANG TANAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

PEMINAR PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT. Oleh: Ir. Harman, M.T.

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

JENIS-JENIS PENGERINGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

Dewi Maya Maharani, STP, MSc

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

PENGELOMPOKAN DAN PEMILIHAN MESIN PENGERING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Uji Kinerja Pengering Surya dengan Kincir Angin Savonius untuk Pengeringan Ubi Kayu (Manihot esculenta)

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

BAB II LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PROSES PENGERINGAN MEKANIS METODE DRYERATION DENGAN MENGGUNKAN SILO BERAERATOR

PENGENDALIAN KUALITAS FASHION S1 &D3 Pendidikan Teknik Busana. Dosen: Dr.Widihastuti, M.Pd.

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

PENGARUH TEBAL ISOLASI TERMAL BAHAN GLASS WOOL TERHADAP LAJU PENGERINGAN IKAN PADA ALAT PENGERING IKAN

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGERINGAN REMPAH-REMPAH MENGGUNAKAN ALAT ROTARY DRYER

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA)

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 99-104 PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK) 1 Ari Rahayuningtyas, 2 Seri Intan Kuala 1,2 Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI, JL. K.S Tubun No.5 Subang Jabar e-mail: 1 arirahayuningtyas@gmail.com, 2 seri.kuala.sk@gmail.com Abstrak. Salah satu cara untuk memperpanjang daya simpan hasil pertanian adalah dengan pengeringan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengeringan antara lain suhu, kelembaban udara, laju aliran udara, kadar air awal bahan dan kadar air akhir bahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pengeringan terhadap perubahan suhu serta kelembaban udara ya ng terjadi selama proses pengeringan. Metode pengambilan data menggunakan pengambilan data primer yaitu melakukan pengamatan langsung unjuk kerja pengering tipe rak. Suhu ruang pengering diatur antara 50ºC-60ºC dan 60ºC-70 C dengan kecepatan kipas 2,5 m/dt. Bahan yang dikeringkan berupa irisan singkong setebal 2 mm dengan berat total 12 kg. Pengamatan terhadap suhu dan kelembaban dilakukan setiap 30 menit selama 3 jam. Dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa suhu dan kelembaban sangat mempengaruhi lamanya pengeringan dimana saat kelembaban udara tinggi maka suhu ruangan menjadi rendah yang mengakibatkan waktu pengeringan semakin lama. Begitu pun sebaliknya saat kelembaban udara rendah maka suhu ruangan menjadi tinggi yang mengakibatkan waktu pengeringan menjadi lebih cepat. Kata kunci: suhu, kelembaban, waktu 1. Pendahuluan Pengeringan bahan pangan merupakan salah satu bentuk penanganan pascapanen yang sangat penting. Pengeringan merupakan tahapan operasi rumit yang meliputi perpindahan panas dan massa secara transien serta melalui beberapa laju proses, seperti transformasi fisik atau kimia, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan mutu hasil maupun mekanisme perpindahan panas dan massa. Proses pengeringan dilakukan sampai pada kadar air seimbang dengan keadaan udara atmosfir normal (Equilibrium Moisture Content) atau pada batas tertentu sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya (Widyotomo and Mulato, 2005). Proses pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari sebuah permukaan benda sehingga kandungan air pada permukaan benda berkurang (Mahadi, 2007). Sedangkan Brooker et al. (1992) menjelaskan bahwa pengeringan adalah proses perpindahan panas dan perpindahan massa secara bersamaan. Panas diperlukan untuk menguapkan kelembaban yang mengalir dari permukaan produk ke media pengeringan eksternal, biasanya berupa udara. Perpindahan panas dan perpindahan massa yang terjadi selama proses pengeringan merupakan proses yang sangat kompleks karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi proses tersebut (Sitkei, 1986). Selama proses pengeringan, tidak hanya perpindahan panas yang terjadi tetapi juga adanya penambahan uap air ke udara. Penambahan uap air dari bahan ke udara ini disebabkan oleh perbedaan tekanan uap dimana proses pengeringan terjadi dengan cara penguapan air. Cara ini dilakukan dengan menurunkan kelembaban nisbi udara melalui aliran udara panas atau udara bertekanan sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari tekanan 99

100 Ari Rahayuningtyas, et al uap air udara (Brooker et al., 1981). Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung pada suhu udara. Tingkat kejenuhan sangat dipengaruhi oleh temperatur. Hubungan ketiganya digambarkan dalam dalam Gambar 1. Gambar 1. Hubungan Tekanan Uap Jenuh terhadap Temperatur dan Kelembaban Spesifikasi Jenuh Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengeringan antara lain suhu, kelembaban udara, laju aliran udara, kadar air awal bahan dan kadar air akhir bahan. Pengeringan secara mekanis dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu : Continuous Drying yaitu suatu pengeringan bahan dimana pemasukan dan pengeluaran bahan dilakukan terus menerus. Dan Batch Drying adalah suatu pengeringan dimana bahan masuk ke alat pengering sampai pengeluaran hasil kering, kemudian baru dimasukkan bahan yang berikutnya. Menurut sistem proses pengeringan dibedakan menjadi 2 yaitu : Direct Drying, pada sistem ini bahan dikeringkan dengan cara mengalirkan udara pengering melewati bahan sehingga panas yang diserap diperoleh dari sentuhan langsung antara bahan dengan udara pengering, biasanya disebut pengeringan konveksi. Dan Indirect Drying pada sistem ini panas pengeringan didapat dari dinding pemanas yang bersentuhan dengan bahan yang dikeringkan secara konduksi. 2. Bahan dan Metode Penelitian ini dilakukan di Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI Subang, adapun bahan dan metode yang digunakan adalah sebagai berikut: ISSN 1693-699X EISSN 2502-065X

Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara... 101 2.1 Bahan Bahan pertanian yang digunakan dalam pengambilan data pada proses pengeringan ini adalah singkong yang diambil dari desa Wanareja Kabupaten Subang. Menggunakan sebuah ruang pengering tipe rak ukuran 2 x 2 x 2 m dengan burner gas berbahan bakar LPG, tersusun dari 36 rak, sebuah exhaust fan dan sebuah kipas angin ukuran 12 inchi. 2.2 Metode Metode pengambilan data adalah pengambilan data primer yaitu dilakukan pengamatan langsung pada uji kerja alat pengering. Langkah pertama dilakukan pengupasan kulit kemudian pengirisan singkong berbentuk chip berukuran 1,7 mm selanjutnya dilakukan pengaturan dan pengkondisian ruang pengering pada suhu 50-60ºC dan 60-70 C dengan kecepatan kipas 2,5 m/dt serta pengamatan perubahan kelembaban dan suhu ruang pengering mengunakan hygrometer dan termometer raksa. Pengeringan irisan singkong sebanyak 12 kg sekali proses. Pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan setiap 30 menit. 3. Hasil dan Pembahasan Gambar 2. Ruang Pengering Tipe Rak Dalam pengamatan kali ini suhu diatur antara 50-60ºC dan 60-70 C dengan kecepatan kipas 2,5 m/dt, produk yang dikeringkan adalah irisan singkong berbentuk chip berdiameter 1,7 mm menggunakan bahan bakar LPG. Nilai suhu ini ditentukan berdasarkan batasan suhu pengeringan bahan makanan yang baik antara 55-75 ºC. Vol 4, No.1, Januari 2016

102 Ari Rahayuningtyas, et al Pengambilan data dilakukan setiap 30 menit. Hal ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dalam proses pengeringan dan difokuskan pada suhu serta kelembaban udara dalam ruang pengering. Pengamatan pertama hubungan suhu dan kelembaban pada proses pengeringan saat suhu 50-60 ºC terhadap lama waktu pengeringan diperoleh data sebagai berikut: Gambar 3. Hubungan Suhu dan Kelembaban pada Proses Pengeringan T= 50-60ºC terhadap Lama Waktu Pengeringan Pada gambar 3 terlihat bahwa pada pengamatan waktu ke 0 menit, kelembaban awal adalah 74%, pada 30 menit pertama terjadi penurunan kelembaban hingga mencapai 47%, 30 menit kemudian sebesar 45%, 42%, 40%, 39%, 39%, 38% dan 37%. Hal ini tampak bahwa semakin lembab udara di dalam ruang pengering maka akan semakin lama waktu proses pengeringan berlangsung dengan rata-rata penurunan kelembaban setiap 30 menit kurang lebih sebesar 4%. Untuk suhu saat pengamatan waktu ke 0 menit, suhu awal adalah 35 C, pada 30 menit pertama terjadi kenaikan suhu menjadi 51 C, 30 menit kemudian sebesar 51 C, 53 C, 54 C, 54 C, 55 C, 55 C dan 56 C. Hal ini nampak bahwa seiring pertambahan waktu, suhu dalam ruang pengeringan menjadi lebih tinggi dengan rata-rata kenaikan suhu setiap 30 menit kurang lebih sebesar 2 C. ISSN 1693-699X EISSN 2502-065X

Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara... 103 Gambar 4. Hubungan Suhu dan Kelembaban pada Proses Pengeringan T= 60-70ºC terhadap Lama Waktu Pengeringan Pada gambar 4 terlihat bahwa pada pengamatan waktu ke 0 menit, kelembaban awal adalah 89%, pada 30 menit pertama terjadi penurunan kelambaban hingga mencapai kelembaban 45%, 30 menit kemudian sebesar 38%, 36%, 36%, 35% dan 35%. Hal ini tampak bahwa semakin lembab udara di dalam ruang pengering maka akan semakin lama waktu proses pengeringan berlangsung dengan rata-rata penurunan kelembaban setiap 30 menit sebesar kurang lebih 9%. Untuk suhu saat pengamatan waktu ke 0 menit, suhu awal adalah 27 C, pada 30 menit pertama terjadi kenaikan suhu menjadi 56 C, 30 menit kemudian sebesar 59 C, 593 C, 60 C, 63 C, dan 64 C. Hal ini nampak bahwa seiring pertambahan waktu suhu dalam ruang pengeringan menjadi lebih tinggi dengan rata-rata kenaikan suhu setiap 30 menit sebesar kurang lebih 6 C. 4. Kesimpulan Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengeringan antara lain adalah suhu, kelembaban dan waktu. Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan) maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Semakin lembab udara di dalam ruang pengering maka akan semakin lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga sebaliknya. 5. Ucapan Terimakasih Terimakasih kepada tim Bengkel Mekanik Logam, Mahasiswa magang dari Universitas Lampung, tim perancangan Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna dan segenap pihak yang terlibat dan telah membantu serta mendukung berjalannya penelitian ini. Vol 4, No.1, Januari 2016

104 Ari Rahayuningtyas, et al Daftar Pustaka Brooker, D. B., F. W. Bakker-arkema and C. W. Hall. 1981. Drying Cereal Grains. Avi Publishing Company Inc. West Port, Connecticut. Brooker, D. B., F. W. Bakker-arkema and C. W. Hall. 1992. Drying and Storage of Grains and Oilseeds. Avi Published by Van Nostrand Reinhold, New York, USA. Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. PT Rineka Cipta. Jakarta. Mahadi. 2007. Model Sistem dan Analisa Pengering Produk Makanan. USU Repository. Universitas Sumatera Utara. Sitkei, György. 1986. Mechanics of Agricultural Materials. Developments in Agricultural Engineering 8. Elsevier Science Publishers. Budapest, Hungary. Widyotomo, S. dan Sri Mulato. 2005. Penentuan Karakteristik Pengeringan Kopi Robusta Lapis Tebal. Study of Drying Characteristic Robusta Coffe with Thick Layer Drying Method. Buletin Ilmiah INSTIPER Vol. 12, No. 1, Page 15-37. ISSN 1693-699X EISSN 2502-065X