POLA KERJASAMA REGIONAL PENGEMBANGAN INDUSTRI DI DAERAH. DEDI MULYADI Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

dokumen-dokumen yang mirip
Mekanisme Kerjasama Pusat dan Daerah dalam Pengembangan Industri

dalam Pengembangan Industri

Mekanisme Kerjasama Pusat dan Daerah dalam Pengembangan Industri

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI DALAM KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET)

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BIRO PERENCANAAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB.I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

STRATEGI SANITASI KABUPATEN HALMAHERA BARAT

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. bottom-up learning.

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

DISAIN KEBIJAKAN EKONOMI DALAM ERA OTONOMI DAERAH:

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT MELALUI SISTEM PEMBINAAN DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

BAB V KESIMPULAN dan SARAN. dan Korelasi Pearson, Indikator Industri Unggulan SLQ-DLQ dan SSLQ-DSLQ

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

CMS CAREER MAPPING SYSTEM. Pendahuluan

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN

2. Sub Bidang Penataan Infrastruktur Wilayah. d. Bidang Perekonomian membawahkan : 1. Kepala Sub Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Investasi; 2. K

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

VISI: Menjadi fasilitator pembangunan daerah melalui perencanaan pembangunan yang berkualitas

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI DEDI MULYADI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Peluang / Opportunity Tantangan/Threat Kekuatan/Strong Kelemahan/Weakness

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

STANDAR ISI PENELITIAN

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

Perekonomian Indonesia

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Kebijakan Penanaman Modal PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAN PERENCANAAN TATA RUANG

REVITALISASI INSTITUSI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDUHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perekonomian Indonesia

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) BAPPEDA PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2013

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung

STRATEGI SUSTAINABLE MARKETING ENTERPRISE DALAM PENGEMBANGAN WIDYAISWARA MENDUKUNG CITRA LEMBAGA KEDIKLATAN YANG DIPERHITUNGKAN

Transkripsi:

POLA KERJASAMA REGIONAL UNTUK PENGEMBANGAN INDUSTRI DI DAERAH Disampaikan oleh DEDI MULYADI Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Pada RAKER Departemen Perindustrian Makassar, 25 28 Maret 2008

LATAR BELAKANG Pembangunan wilayah (regional) di Indonesia merupakan fungsi dari potensi berbagai sumber daya (al. SDA, SDM, Investasi, Infrastruktur, Investasi teknologi) Pendekatan regional, potensi sumber daya dilihat dari sudut pandang wilayah ekonomi tidak dihalangi oleh batas administratif kabupaten/kota Pendekatan sektoral top-down : kegiatan usaha yang dikelompokkan menurut jenisnya ke dalam sektor atau sub sektor dalam persepsi yang sama fokus pembangunan sektor-sektor daerah merupakan turunan dari fokus dan kebijakan pemerintah pusat Pendekatan pembangunan regional merupakan transisi dari beralihnya fokus pembangunan nasional dari pendekatan sektoral (lingkup nasional) pendekatan yang lebih sempit (pendekatan lokal) Pemerintah pusat memfasilitasi daerah agar fokus pengembangan industri di daerah didasarkan atas potensi

TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI REGIONAL Meningkatkan daya saing daerah dan memberikan dampak dalam meningkatkan : Penyerapan Tenaga Kerja Investasi Pendapatan Masyarakat Lokal

KONSEP PENGEMBANGAN INDUSTRI REGIONAL Kerjasama Regional (Regional Networking) Pendekatan : Budaya/Potensi Rantai R t i Nilaii Kedekatan Daerah Model Kerjasama dalam Pengembangan Ekonomi Daerah Kelembagaan Kerjasama Regional Forum/Kerjasama Kompetensi Inti Daerah Potensi Daerah Produk Unggulan Daerah Kompetensi Inti Daerah Arsitek Strategi Pengembangan Kompetensi Inti Daerah Implementasi Strategi Kelembagaan Kompetensi Inti Daerah Mekanisme & Prosedur Pengembangan SDM Marketing Regional Analisis Situasi : Tempat/Lokasi & Potensi Iklim Kompetisi Pasar Citra Kekuatan & Kelemahan Berkompetisi Profil Daerah di Pasar Visi & Orientasi Target & Sub Target Posisi Pasar Strategi Pemasaran Membangun Profil Kompetensi Inti Region yang Unik Memilih dan Memasuki Pasar Implementasi Iklim dan Daya Tarik Investasi

Sifat utama pembangunan yang berorientasi pada basis industri regional : menekankan pada kebijakan pemberdayaan masyarakat lokal yang memanfaatkan potensi SDM lokal, SD institusional lokal, SD fisik lokal, dan SDA yang dimiliki daerah

Konsep dasar pembangunan industri regional adalah melalui penciptaan kompetensi inti industri daerah yang ditunjang oleh : Kemampuan marketing regional Pembangunan jejaring j antar daerah

Definisi : KOMPETENSI INTI kumpulan yang terintegrasi dari serangkaian keahlian dan teknologi yang merupakan akumulasi dari pembelajaran, yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis Kriteria : - memberikan akses potensial pada beragam pasar -mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi pelanggan produk akhir - unik sehingga sulit ditiru oleh pesaing

PROSES PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI Merumuskan peran-peran stakeholder Menyusun dan menentukan Visi, i Misi i dan Tujuan Melakukan Analisis Lingkungan Melakukan Analisis Kondisi Sumberdaya Melakukan Analisis di level industri dan kompetisi Melakukan Analisis Pemasaran Melakukan Analisis Kebijakan Mengumpulkan pendapat terhadap strategi umum Menyusun Target, Strategi, g, Rencana Tindak, Kerangka Pengembangan dan Penentuan Lokasi Pengembangan

KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH (pemahaman dalam perspektif ekonomi regional) Kemampuan suatu daerah untuk menarik investasi dari luar daerahnya, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, untuk memfasilitasi aktivitas perekonomian yang menghasilkan nilai tambah.

Manfaat Kompetensi Inti Industri Daerah a. Pembinaan lebih fokus, efisien dan efektif sesuai dengan keunggulan daerah b. Meningkatkan daya saing di suatu daerah c. Meningkatkan nilai tambah ekonomi daerah

Tahapan Penentuan Kompetensi Inti Kondisi -Potensi -Permasalahan -Tantangan Sektor dan Subsektor Andalan Daerah Produk Unggulan Kompetensi Inti Rantai Nilai Produk Unggulan Prioritas Strategi Pengembangan Kompetensi Inti Rencana Tindak

LANGKAH-LANGKAH PEMDA UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH Menganalisis indikator kompetensi inti Merumuskan kompetensi inti Menyusun tahapan dan strategi t Pengembangan Membuat road map pengembangan Membentuk kelembagaan

MEKANISME KERJASAMA PUSAT DAN DAERAH DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI Top- Dapat dilakukan melalui Pendekatan Top down dan Bottom-up untuk membuka peluang terjadinya sinergi antara perencanaan pusat dan daerah. Mengakomodasikan berbagai dimensi perencanaan, menyediakan tahapan proses argumentasi antara pusat dan daerah untuk penyempurnaan, dan melakukan k evaluasi.

SIKLUS PERENCANAAN TOP-DOWN BOTTOM-UP RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) 2005-2025 KPIN (Kebijakan Pembangunan Industri Nasional) Kebijakan (Rencana Strategis/ Ren-cana Jangka Panjang) Pembangunan Industri Nasional 1a Pendekatan Top-Down : 32 jenis Industri Prioritas Pembangunan dengan pendekatan klaster 1c Kondisi/Pencapaian Aktual Pembangunan Industri Nasional pada Tahun tertentu 1b Kebijakan (Rencana) Pembangunan Industri Nasional Tahunan (untuk Tahun tertentu) 2 3 4 Kebijakan (Rencana) Pembangunan Industri Nasional Tahunan disampaikan ke Daerah-daerah Kebijakan (Rencana) Pembangunan Industri Nasional Tahunan dievalu-asi dan dikomentari Daerah-daerah sesuai kondisi /posisi pembangun-an Industri masing-masing Daerah 17 Kondisi/Pencapaian Aktual Pembangun-an Industri Daerah pada Tahun tertentu Strategi Pembangunan Industri Daerah yang arahnya berbeda dari KPIN Kalender Waktu Perencanaa n (1 tahun) 18 5 Kebijakan (Rencana) Pembangunan Industri Nasional Tahunan dievalua-si/direvisi oleh Pusat sesuai komen-tar Daerah-daerah 6 Revisi Kebijakan (Rencana) Pembangunan Industri Nasional Tahunan (untuk Tahun tertentu) B A C

B A C Revisi Kebijakan (Rencana) Pemba-ngunan Industri Nasional Tahunan (untuk Tahun tertentu) 7 disampaikan ke Daerah-daerah TIDAK Disetujui Daerah? YA Daerah membuat Usulan Perencana an Pembangunan Industri Tahunan Daerah 8 12 Kriteria Kesesuaian dengan:- -Pendekatan Top-Down -Pendekatan Bottom-Up (Kompetensi Inti Daerah) -Sinergi Pusat-Daerah -Sinergi Antar Wilayah/Daerah -Ketersediaan/prioritas Anggaran -Keterkaitan/kesinambung-an Logis dengan Program/ Proyek sebelumnya -Kriteria-kriteria Perencanaan -Performansi Daerah sebelumnya dalam pelaksanaan Program/Proyek -Dll Usulan Perencanaan Pembangunan Industri Tahunan Daerah diajukan ke Pusat 9 Kalender 18 Waktu Perenca naan (1 Evaluasi oleh Pusat untuk menetap-kan tahun) Program/Proyek yang bisa dise tujui -Negosiasi Pusat dan Daerah 10 Daftar Program/Proyek Daerah yang bisa disetujui Pelaksanaan Program/Proyek oleh Daerah 11 Masukan untuk Kebijak an Pembangunan Industri Daerah dan Nasional Tahun berikutnya Monitoring dan Evaluasi Pelaksana-an Program/Proyek (oleh Daerah) Monitoring i dan Evaluasi Pelaksana-an Program/Proyek (secara Nasional) 13 14 16 15

Kerjasama Antar Daerah Sebelum otonomi daerah, sistem pemerintah menggunakan n n pendekatan n : Top - down Pusat mengendalikan kerjasama antar daerah. Mekanisme perencanaan pembangunan secara formal (kebijakan dan regulasi) koordinasi pelaksanaan dilakukan direktif (struktural-hirarkis) oleh instansi atasnya koordinasi pelaksanaan dilakukan secara afirmatif oleh instansi i bawahnya

Landasan a Hukum u Kerjasama a a Antar Daerah UU No. 22 Tahun 1999 disempurnakan UU No. 32 Tahun 2004 tentang t Pemerintah Daerah, khususnya Bab IX, pasal 78 : Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain atas dasar prinsip i saling menguntungkan. Daerah yang bekerjasama dapat menuangkan Kesepakatan melalui l Surat Keputusan Bersama

TIGA PENDEKATAN DAERAH DALAM MEMBANGUN KERJASAMA 1.Kerjasama yang dijalin atas dasar kedekatan wilayah 2. Kerjasama yang diwujudkan melalui pendekatan budaya/potensi 3. Kerjasama yang diwujudkan melalui pendekatan rantai nilai

REGIONAL MARKETING Caranya : Membentuk KESATUAN, terdiri dari beberapa Kabupaten dan Kota pemda dapat meningkatkan prospek Kabupaten atau Kota pada pasar secara bersama-sama. sama. Tujuan : a. memperbaiki posisi daya saing industri pada sasaran yang spesifik b. meningkatkan daya saing suatu wilayah dan memperkuat identitas regional

Proses Terbentuknya Regional Marketing Kabupaten dan Kota Bekerjasama

Proses Terbentuknya Regional Marketing Kabupaten dan Kota Bekerjasama melaksanakan Manajemen Regional

Proses Terbentuknya Regional Marketing Kabupaten dan Kota Memasarkan Diri Mereka sebagai Satu Regional

Diagram Alir Regional Marketing

LANGKAH-LANGKAH MENGEMBANGKAN REGIONAL MARKETING Langkah 1 : Analisis Situasi Langkah 2 : Profil Daerah di Pasar Langkah 3 : Strategi Pemasaran Melalui pendekatan Quality Leader Strategy, Price Leader Strategy, Product Diversification Langkah 4 : Implementasi

Contoh : Kerjasama antar daerah dalam membangun Kompetensi Inti industri i daerah dan klaster Pendekatan Potensi/Kedekatan Wilayah KABUPATEN DONGGALA DONGGALA ROTAN ASALAN KELEMBAGAAN PETANI KABUPATEN PARIGI ROTAN ASALAN KELEMBAGAAN PETANI KABUPATEN POSO ROTAN ASALAN KELEMBAGAAN PETANI KABUPATEN KABUPATEN MOROWALI ROTAN ASALAN KELEMBAGAAN PETANI Pendekatan Rantai Nilai KompetensiInti : PENGOLAHAN MEUBEL ROTAN KOTA PALU KAB. CIREBON KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH PEMASARAN REGIONAL KompetensiInti : DESAIN MEUBEL Aliansi ROTAN Pendekatan Potensi Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan KOTA/KABUPATEN Kendari, Gorontalo, Kendari, Makassar, Katingan, Konawe, dll. - ROTAN ASALAN - ROTAN SETENGAH JADI PASAR EKSPOR KLASTER INDUSTRI Peta Panduan Pengambangan Industri Mebel Rotan Pengembangan Pusat Desain Mebel Rotan Pembentukan Working Group Pengembangan Membangun kerjasamapabrikproduk kerjasama antar kolaborasi dan anggora klaster

PENUTUP Kabupaten/Kota t masing-masing i bersaing dan harus melakukan Sinergi satu sama lain