PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA PONTIANAK

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pelayanan publik bidang

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA MALANG 2014

SALINAN NOMOR 20/E, 2009

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

Jenis pelayanan Administrasi Penerbitan Ijin dan Non Perijinan Secara Elektronik (SSW)

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH (IPPT) PADA

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA. : IZIN PENGAMBILAN AIR BAWAH TAHAN (SIPA)

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 14 Tahun : 2010 Seri : E

PELAKSANAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DI BIDANG NON PERIJINAN DI KANTOR KECAMATAN BONTANG UTARA KOTA BONTANG

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. diabaikan lagi, karena hal ini merupakan bagian tugas dan fungsi pemerintah.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA : IZIN OPERASIONAL ORGANISASI SOSIAL

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

INOVASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PELAYANAN TERPADU (SIMYANDU) SEBAGAI IMPELEMTASI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) DI KOTA TANGERANG SELATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BADAN PELAYANAN PERIZINAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi nasional Indonesia,

Nomor SOP Tanggal Pembuatan Tanggal Revisi Tanggal Pengesahan PEMERINTAH KOTA SAMARINDA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 03 Tahun : 2010 Seri : E

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Perizinan Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Pintu yang diselenggarakan oleh BPMPTSP Kabupaten Purwakarta belum

IZIN USAHA PERLUASAN PENANAMAN MODAL

2. Persyaratan pelayanan

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIJINAN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN BINTAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA

KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BLITAR

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mensejahterahkan masyarakat atau warga negara.pelayanan

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI KECAMATAN BULUKERTO

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) PADA

STUDI TENTANG PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN IMB PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (BPPTSP) KOTA SAMARINDA

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA : SURAT IZIN USAHA JASA KONTRUKSI (SIUJK)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN OPTIK PADA

STANDAR PELAYANAN PUBLIK

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BADAN PELAYANAN PERIZINAN

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN GANGGUAN (HO) PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) / IZIN PERLUASAN USAHA INDUSTRI (IPUI) PADA

Perilaku Individu dalam Pelayanan Izin mendirikan Bangunan Di Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Kepulauan Sangihe

NO. KOMPONEN URAIAN A.

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID PEMBANTU BKPMPT PROVINSI BANTEN TAHUN 2014

PENERAPAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DALAM RANGKA STANDARISASI MANAJEMEN PELAYANAN DI KECAMATAN TAMAN, KABUPATEN SIDOARJO

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN PENDIRIAN RUMAH BERSALIN (RB) / BALAI PENGOBATAN (BP) / BKIA / KLINIK PADA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI WONOGIRI PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN PERIZINAN DI KECAMATAN

T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME WALIKOTA SURABAYA,

IZIN USAHA PERUBAHAN PENANAMAN MODAL

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 BAB I PENDAHULUAN

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA : IZIN PENDIRIAN DEPOT LOKAL / TEMPAT PENIMBUNAN BAHAN BAKAR (NON NIAGA)

Pelayanan Pengurusan Surat Keterangan Pindah dan Datang 1. Sistem Mekanisme dan Prosedur Pelayanan Surat Keterangan Pindah dan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BADAN PELAYANAN PERIZINAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) PADA

Muhamad Irhan 1. Kata Kunci : Pelayanan Publik, Izin Mendirikan Bangunan, BP2TPM. Universitas Mulawarman.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BADAN PELAYANAN PERIZINAN

Konsepsi Review Permen 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 50 TAHUN 2018 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA DINAS CATATAN SIPIL KABUPATEN MINAHASA SELATAN Oleh CHRISTIAN POLI NIM

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STANDAR PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KABUPATEN CILACAP

LAMPIRAN NOMOR SOP SK KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA CILEGON NOMOR : 503/ /DPMPTSP/2017 TANGGAL DISAHKAN OLEH

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017 ISSN :

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG. Nomor 17 Tahun 2011 TENTANG

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA

KEPUTUSAN CAMAT TEGALDLIMO NOMOR 188/ 28 /KEP/ /2017 TENTANG

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA

NAMA UNIT PELAYANAN : BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA JENIS PELAYANAN : SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

Jenis pelayanan Administrasi Penerbitan Ijin Dengan Penilaian Teknis serta Pengesahan SKPD

: 530/ /SK-SP/A3/BPPTSP/

BUPATI LAMANDAU, PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota

NAMA UNIT PELAYANAN : BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA JENIS PELAYANAN : IZIN LOKASI / PENETAPAN LOKASI / PERUNTUKAN

: BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA SAMARINDA : SURAT IZIN USAHA PENYELENGGARAAN INFORMASI DAN PROMOSI (SIUPIP)

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID)

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. G. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN BANJAR

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pelayanan Pengurusan Akta Kematian 1. Sistem Mekanisme dan Prosedur Pelayanan Akta Kematian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : ( berada pada nilai interval 1,76-2,50 mutu pelayanan C ) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban pemerintah terhadap perbaikan pelayanan publik termasuk dalam

Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Perijinan Kabupaten Bantul Nomor : Tanggal :

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

KEPUTUSAN CAMAT SUMUR BANDUNG KOTA BANDUNG No. 10 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK KECAMATAN SUMUR BANDUNG KOTA BANDUNG CAMAT SUMUR BANDUNG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA PONTIANAK Oleh : SEPTI ORLANDINA NIM. E21108071 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak, tahun 2015 Email : septi21062011@yahoo.com Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. retribusi IMB dirasakan terlalu tinggi, b. jangka waktu penyelesaian tidak tepat waktu, c. birokrasi terlalu berbelit belit, d. tidak sesuai dengan SPO, e. banyak pungutan liar. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui proses pelayanan yang diberikan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak kepada masyarakat yang membuat per izinan IMB dan Ingin mengetahui hambatan pelayanan IMB di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak. Pendekatan teori yang di gunakan oleh KepMenPan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, mengacu kepada penyelenggaraan pelayanan publik satu pintu dalam pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik diantaranya: 1) prosedur pelyanan 2) waktu pelayanan 3) biaya pelayanan 4) produk pelayanan 5) sarana dan prasarana 6) kompetensi petugas pelayanan. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu jenis penelitian yang bermaksud menggambarkan kejadian atau temuan-temuan data dan gejala-gejala yang ada dan yang terjadi berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan. Hasil penelitian sesuai dengan wawancara yang dilakukan masih adanya prosedur yang berbelit-belit, biaya yang tidak transparan, waktu penyelesaian yang tidak jelas, masih adanya oknum-oknum yang bermain sehingga menimbulkan kekecewaan masyarakat yang sedang mengurus permohonan IMB. Adapun Saran dalam penelitian ini untuk Upaya untuk meningkatkan pelayanan IMB harus disertai dengan penambahan Sumber Daya Manusia di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak dan Hendaknya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2 T) Kota Pontianak melakukan sosialisasi kepada msyarakat Kota Pontianak akan pentingnya perizinan IMB sekaligus menjelaskan prosedur-prosedur mengenai Izin Mendirikan Bangunan Kota Pontianak. Kata-kata Kunci : Pelayanan, IMB 1

A. PENDAHULUAN Dengan dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999, Dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Dengan otonomi seluas-luasnya yang diberikan kepada daerah, diharapkan daerah mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan pronsip demokrasi, pemerataan keadilan serta potensi keanekaragaman daerah dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejalan dengan berlakunya otonomi daerah maka setiap pemerintah Kabupaten/Kota diserahi wewenang untuk melaksanakan urusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna, hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Pemberian wewenang (devolution of authority) kepada unit-unit satuan pemerintah yang lebih rendah dan lebih kecil merupakan suatu kebutuhan yang mutlak dan tidak dapat dihindari. Mengingat begitu tinggi tingkat fregmentasi social dalam sebuah Negara, maka ada hal-hal tertentu yang harus diselenggarakan secara local dimana pemerintah akan lebih baik menyelanggarakan ketimbang dilakukan secara nasional dan sentralistik. Disamping itu dengan diberikannya kewenangan kepada pemerintah daerah Kota Pontianak maka tugas-tugas pemerintah akan dijalankan dengan baik, karena pemerintah di daerah sudah sangat memahami konteks kehidupan social, ekonomi, politik yang ada diseitar lingkungannya. Dimana pemerintah daerah sangat memahami betul kebutuhan masyarakat serta bagaimana mobilisasi semua sumber daya dalam rangka mendukung fungsidan pelaksaan tugas pemerintah. Beberapa kecamatan yang ada di Kota Pontianak menjadi perhatian pemerintah daerah dalam pembangunan tata kota, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Pontianak Kota. Berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak dan Keputusan Walikota Pontianak Nomor 14 Tahun 2004 tentang Pelayanan Perizinan Terpadu di Lingkungan Pemerintah Kota Pontianak dan memperhatikan Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2002 Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pontianak serta perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak. Mempelajari dari keputusan 2

tersebut cukup beralasan, karena semakin banyak masyarakat membuat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) maka semakin meningkat pula pendapatan asli daerah dari sector perizinan. Adapun yang menjadi permasalahan, masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) masih rendah. Hal ini dikarenakan biaya yang terlalu tinggi dan tidak transparan, waktu yang terlalu lama, serta proses pembuatan yang berbelit-belit dan birokrasi yang panjang disatu sisi masyarakat menginginkan hal yang sebaliknya, dengan biaya yang serendahrendahnya dan transparan serta dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Dengan dibentuknya pelayanan terpadu oleh pemerintah daerah Kota Pontianak maka diharapkan akan menjawab semua permasalahan yang ada. Oleh karena itu penulis mencoba mengangkat judul skripsi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mendirikan Bangunan Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak. Permasalahan pelayanan publik sangat banyak dilapangan. Dalam hal ini Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak adalah suatu badan yang memberikan pelayanan umum pembuatan perizinan bangunan dalam perjalanannya banyak sekali terdapat kelemahan yang ada. Hal yang dapat dilihat mengenai kelemahan yang terjadi dalam pembuatan perizinan adalah proses pelayanan yang diberikan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) prosedur pelayanan yang berbelit belit, kurangnya evaluasi dari pegawai yang membidangi perizinan dalam pembuatan IMB sehingga banyak sekali masyarakat yang tidak memperhatikan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Serta masih banyak lagi beberapa hambatan dalam pengurusan pembuatan IMB seperti tidak tepatnya waktu dalam pengurusan sehingga masyarakat harus menunggu lama, dan biaya administrasi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat luasnya cakupan pelayanan pembuatan IMB maka ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini adalah Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mendirikan Bangunan di Badan Pelayanan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak. Dengan adanya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak dengan maksud untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, pelayanan terpadu di BP2T melayani bermacam izin salah satunya adalah pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Bertitik tolak dari uraian pada Identifikasi masalah diatas agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus maka ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada 3

pelayanan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan di BP2T Kota Pontianak. Dengan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan Bagaimanakah Pelayanan Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak? Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang ingin dicapai diantaranya mendeskripsikan dan menginterprestasikan aspek-aspek yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui proses pelayanan yang diberikan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak kepada masyarakat yang membuat perizinan IMB, 2) Ingin mengetahui hambatan pelayanan IMB di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variable yang satu dengan variable yang lain (dalam Sugiyono,2006:11). Sedangkan menurut Sudarwan (2002:17), penelitian deskriptif dapat pula diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian. Teknik pengumpulan data dilakukan secara Observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan analisis data menurut Miles dan Hiberman (dalam Sugiyono, 2007:18) bahwa terdapat aktivitas dalam analisis data, yang mana aktivitas ini saling berhubungan dalam menganalisa data yang didapat. Jadi pada penelitian ini dalam menganalisa data menggunakan reduksi data, penyaian dan serta verifikasi. Adapun subjek penelitian ini adalah orang-orang yang dianggap mampu memberikan keterangan informasi atau data yang berkaitan dengan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan, yang menjadi subjek penelitian adalah : 1. Petugas Pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak 2. Masyarakat sebagai pengguna IMB 4

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini merupakan pembahasan dari wawancara yang dilakuakan kemudian dianalisis untuk dijadikan rujukan. diantaranya adalah: Wawancara tersebut 1. Menurut pendapat Bapak, bagaimana prosedur pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak? Berikut tata cara prosedur dalam mengurus perizinan IMB di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu BP2T Kota Pontianak : 1. Pemohon mengisi formulir permohonan yang telah disediakan pada loket informasi dan kemudian melengkapi persyaratan perizinan. 2. Pemohon menyampaikan berkas permohonan kepada petugas loket pendaftaran, dan petugas loket memeriksa, dan meneliti kelengkapan berkas. 3. Berkas permohonan yang lengkap di teruskan pada BP2T diproses bersama tim teknis sebagai bahan pertimbangan untuk diputuskan. 4. Apabila tidak di izinkan berkas akan dikembalikan kepada pemohon 5. Apabila diizinkan berkas diteruskan pada bidang penetapan untuk diterbitkan surat ketetapan retribusi daerah (SKRD) dan disampaikan kepada pemohon. 6. Pemohon membayar retribusi pada petugas bendaharawan penerima BP2T. 7. Petugas pemroses mencetak surat izin / sertifikat izin 8. Penanda tanganan surat izin sertifikat izin oleh kepala BP2T 9. Penyerahan surat izin / sertifikat izin kepada pemohon oleh petugas loket BP2T 2. Menurut pendapat Bapak, bagaimana waktu penyelesaian dan biaya perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak? Berdasarkan hasil wawancara yang didapat peneliti bahwa waktu penyelesaian perizinan, serta biaya perizinan berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2011, Perwa Nomor 55 Tahun 2012 dan keputusan walikota Pontianak Nomor 300 Tahun 2012 dimana jangka waktu penyelesaian untuk rekomendasi / pendahuluan selama 5 hari kerja, Surat Keterangan Rencana Kota (SKRK) Advice Planning keluar selama 17 hari kerja serta Izib Mendirikan Bangunan (IMB) selama 25 hari kerja. Total waktu penyelesaian seharusnya dapat selesai dalam waktu 47 hari kerja. Untuk biaya pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat dirincikan sebagai berikut : 5

1. Biaya administrasi dan pendaftaran sebesar Rp. 15.000,- 2. Biaya survey lapangan sebesar 0.05% dari nilai bangunan 3. Biaya pengukuran dan pematokan sebesar 0.05% dari nilai bangunan 4. Biaya pemeriksaan gambar dan koreksi gambar yang meliputi konstruksi dan arsitektur sebesat 0.05% dari nilai bangunan 5. Biaya pengawasan sebesar 0.05% dari nilai bangunan 6. Biaya plat IMB sebesar Rp. 5.000,- Biaya diatas tersebut belum termasuk biaya retribusi yang nantinya akan kita setor langsung kepada Bank Daerah yang berkerja sama dalam hal perizinan tersebut. Biaya retribusi akan dibayarkan setelah surat IMB telah jadi dan selesai. 3. Menurut pendapat Bapak, bagaimana dengan produk pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak? Setelah melakukan tahapan-tahapan diatas produk pelayanan yang dihasilkan dari pengurusan IMB itu berupa SK IMB atau bisa disebut juga sertifikat IMB, sertifikat ini terdiri atas cover kertas ukuran A3, berwarna kuning, bercorak. Jadi pada cover tersebut ada tulisan IMB dan pada selembaran tersebut menjelaskan tentang informasi IMB pemilik / pemohon, sketsa bangunan, serta jumlah harga retribusi yang dibayarkan. 4. Menurut pendapat Bapak, bagaimana dengan sarana dan prasarana di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak? Untuk menunjang kelancaran tahapan pelaksanaan pelayanan IMB di BP2T Kota Pontianak, dalam hal ini tidak dapat terlepas dari sarana dan prasarana operasional yang digunakan pada setiap aktivitas di kantor BP2T. Sarana pelayanan yang dimiliki ada beberapa unit computer, meja, alat tulis kantor, printer, dan scanner. Sedangkan untuk prasarana yang terdapat di BP2T ini adalah gedung untuk pelayanan guna melayani masyarakat yang ingin mengurus perizinan, kemudian ruangan tunggu beserta kursi tunggu, dan juga terdapat toilet yang ada pada belakang gedung. Untuk kompetensi pelayanan di BP2T dirasa sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Namun tidak pada masyarakat yang merasakan rumitnya dalam hal pengurusan IMB, dari hasil wawancara peneliti kepada masyarakat ada beberapa yang belum puas dengan pelayanan pada BP2T Kota Pontianak. 6

5. Menurut pendapat Bapak/Ibu kendala apa saja yang Bapak/ Ibu rasakan dalam mengurus perizinan IMB di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak? Dari prosedur pelayanan yang berbelit belit yang dirasa masyarakat kurang mengerti dengan prosedur yang ada dalam pelayanan tersebut. Diakibatkan kurangnnya sosialisasi pelayanan dalam pengurusan perizinan IMB, dimana dalam hal penyelenggaran pelayanan public haruslah bersifat transparan yang meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Dari segi rincian biaya pelayanan dirasa masih ada oknum yang bermain contohnya sketsa draft gambar yang sudah pemohon masukkan untuk dilakukan perizinannya ternyata tidak sesuai dengan gambar yang ditentukan oleh pegawai di BP2T Kota Pontianak sehingga mereka harus merogoh kembali kocek mereka untuk membayar sketsa gambar yang baru yang sudah ditentukan pihak BP2T Kota Pontianak. Namun untuk pendaftaran sampai dengan penyetoran retribusi dirasa baik dan sudah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. 6. Apa saran Bapak/Ibu untuk Dinas di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Pontianak, agar pelayanannya semakin efektif? Dari segi waktu penyelesaian perizinan sudah sangat tepat, semoga tidak ada kendala dan molornya waktu penyelesaian perizinan IMB. Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan / sosialisasi kepada masyarakat baik secara langsung maupun di media massa tentang pelayanan perizinan IMB dirasa sangat perlu sehingga masyarakat dapat mengetahui informasi tentang prosedur pelayanan, produk pelayanan dan perizinan, biaya, serta waktu. Juga sebagai sarana aspirasi keluhan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat dilapangan. D. PENUTUP Dalam proses pelayanan perizinan IMB hal yang dapat dijadikan prosedur dalam pengurusan perizinan IMB adalah sebagai pedoman BP2T dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dalam menyelenggarakan proses perizinan serta untuk meningkatkan kualitas penyelenggaran perizinan kepada masyarakat yang efisien dan efektif. Berfungsi sebagai acuan untuk menjamin tercapainya kondisi rata-rata minimal yang harus dicapai sebagai penyedia pelayanan perizinan kepada masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut berdasarkan 7

pedoman prosedur kerja BP2T Kota Pontianak telah melaksanakan prosedur pelayanan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Walikota Pontianak Nomor 55 Tahun 2011 Tentang Standard an Prosedur Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pontianak. Walaupun dalam proses waktu penyelesaian ada factor pemghambat dalam pengurusan IMB di BP2T Kota Pontianak karena kurangnya kesadaran masyarakat dengan kelengkapan berkas yang harus dipenuhi. Sebagian besar masyarakat belum memahami tentang standar pelayanan yang harusnya diterima dan sesuai dengan prosedur pelayanan yang diberlakukan. Hal inilah yang menyebabkan sekalipunsudah sesuai dengan SOP namun masih ada ditemui lamanya proses pembuatan perizinan. Permintaan perizinan yang banyak tidak sebanding dengan jumlah pegawai yang memberikan pelayanan tersebut. Upaya untuk meningkatkan pelayanan IMB harus disertai dengan penambhan Sumber Daya Manusia di BP2T Kota Pontianak. Hendaknya BP2T Kota Pontianak melakukan sosialisasi kepada masyarakat Kota Pontianak akan pentingnya perizinan IMB sekaligus menjelaskan dan memberikan informasi mengenai pelayanan IMB. E. REFERENSI Widodo Joko, MS, 2006. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang: Bayu Media Publishing Wasistono Sadu, 2003. Kapita Selekta Manajemen Pemerintah Daerah. Jakarta: Fokus Media Yuwono Teguh, 2001. Manajemen Ototnomi Daerah: Membangun Daerah Berdassarkan Paradigma Baru. Semarang:Pusat Kajian Otonomi Daerah Dan Kebijakan Publik. Dokumen Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 6 Tahun 1999 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 4 Tahun 2002 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak (RT -RW) 2002-2012. Peraturan Walikota Pontianak Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Pemberian Keringanan Dalam Rangka Program Penertiban Izin Mendirikan Bangunan (PIMBA) di Kota Pontianak. 8