JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) C-22

dokumen-dokumen yang mirip
Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

Penentuan Rute Angkutan Umum Optimal Dengan Transport Network Simulator (TRANETSIM) di Kota Tuban

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

Pengaruh Keberadaan Apartemen Terhadap Kinerja Jalan Arief Rahman Hakim Surabaya

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

Besar Bobot Kejadian. Kapasitas jalan (smp/jam) Kendaraan (smp/jam)

No Tahun Kabupaten Gresik Jumlah PDRB per kapita

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

Arahan Peningkatan Pelayanan Kereta Komuter Surabaya-Lamongan Berdasarkan Preferensi Masyarakat

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

Arahan Intensitas Pemanfaatan Ruang Perdagangan Jasa Berdasarkan Peluang Telecommuting

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

Pengelompokkan Kategori Berdasarkan Karakteristik Ruas Jalan

Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

1.1 Latar Belakang Masalah

KINERJA RUAS JALAN KORIDOR JALAN TJILIK RIWUT AKIBAT TATA GUNA LAHAN DI SEKITAR KORIDOR BERDASARKAN KONTRIBUSI VOLUME LALU LINTAS

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

Oleh : Abdallah Sakali ( )

3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH

BAB II TINJAUAN TEORI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT AKSESIBILITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS TERKAIT PENERAPAN RAYONISASI SEKOLAH DI KOTA BANDUNG

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

Pengendalian Jenis Kegiatan pada Koridor Jalan Bukit Darmo Boulevard Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

Kajian Reaktivasi Trayek Angkutan Kota di Kabupaten Subang

4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASI SAAT INI

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

PENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP PENYEDIAAN JARINGAN JALAN DI KOTA KEPANJEN

Analisa Dampak Lalu Lintas Terhadap Kinerja Simpang dan Ruas Jalan Akibat Pembangunan Rumah Sakit Royal Di Kawasan Rungkut Industri Surabaya

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

Kajian Lalu Lintas Persimpangan Tak Sebidang di Bundaran Satelit Surabaya

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

KAJIAN PERMINTAAN BUS KORIDOR CIBIRU DAGO MENGGUNAKAN TEKNIK STATED PREFERENCE

Penentuan Lokasi lokasi Potensial Pembangunan Bangunan Tinggi di Surabaya Pusat

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa transportasi, bukanlah merupakan kebutuhan langsung ( tujuan akhir yang

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KENDARAAN PRIBADI DAN BUS KAMPUS Ronny Esha 1, Reza Aipassa 2, Rudy Setiawan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

ANALISIS KEBUTUHAN TRANSPORTASI DENGAN TDM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

ABSTRAK. Kata kunci : Distribusi perjalanan, trip assignment, software Visum versi 15

Studi Kelayakan Jalan Arteri Lingkar Luar Barat Surabaya

Manajemen Lalu Lintas Akibat Pembangunan Surabaya Organ Transplant Center (SOTC) RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

ANALISIS PREDIKSI SEBARAN PERJALANAN PENUMPANG KAPAL LAUT MELALUI PELABUHAN LAUT PENGUMPAN DI KEPULAUAN HALMAHERA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PRESENTASI TUGAS AKHIR DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN DE PAPILIO TAMANSARI SURABAYA

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya

Analisa Dampak Lalu Lintas Terhadap Kinerja Simpang dan Ruas Jalan Akibat Pembangunan Apartemen Guna Wangsa Di Kawasan Menur Surabaya

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

BAB III METODOLOGI MULAI. Permasalahan

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (215) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) C-22 Penentuan Rute Angkutan Umum berdasarkan Kebutuhan Perjalanan Penduduk di Kawasan Perkotaan Gresik Kifayah Jauhari dan Sardjito Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 6111 Indonesia e-mail: sardjito@urplan.its.ac.id Abstrak Ketimpangan tingkat aksesibilitas angkutan umum di kawasan perkotaan Gresik, rute angkutan umum yang kurang akomodatif terhadap tujuan pergerakan, dan jauhnya jangkauan ke pelayanan angkutan umum, mengindikasikan bahwa rute angkutan umum belum selaras dengan kebutuhan pergerakan penduduk kawasan perkotaan Gresik. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan alternatif rute untuk angkutan umum di wilayah kawasan perkotaan Gresik berdasarkan kebutuhan pergerakan penduduknya. Penentuan rute angkutan umum dilakukan dengan mengidentifikasi pola pergerakan penduduk yang diolah menjadi Matriks Asal Tujuan Perjalanan, menentukan prioritas kriteria rute pelayanan angkutan umum melalui Analysis Hierarchy Process (AHP), dan perumusan rute angkutan umum melalui aplikasi TRANETSIM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penentuan rute angkutan umum, pengguna angkutan umum lebih memprioritaskan kemampuan coverage rute dibandingkan dengan total jarak perjalanan. proses penelitian penentuan rute angkutan umum didapatkan 3 rute angkutan umum. Koridor pelayanan rute pertama adalah Terminal Bunder-Suci-Sidokumpul- Randuagung-Terminal Bunder (PP). Koridor pelayanan rute angkutan umum kedua adalah Terminal Bunder-Randuangung (GKB)-Karangpoh- Indro-Terminal Segoromadu (PP). Koridor pelayanan rute angkutan umum ketiga adalah Sub Terminal Segoromadu- Kedanyang-Karangpoh-Sub Terminal Segoromadu (PP). Kata Kunci rute angkutan umum. K I. PENDAHULUAN ota berperan sebagai pusat dari kegiatan atau aktivitas penduduknya yang beragam, sehingga transportasi menjadi komponen penting bagi keberlangsungan aktivitas dan produktivitas kota. Sistem transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sistem aktivitas sosial ekonomi manusia [1] dimana sistem transportasi dari waktu ke waktu akan berkembang sejalan dengan perkembangan dan perubahan sistem aktivitas sosial ekonomi manusia. Perubahan pada sistem transportasi (supply) tersebut harus tetap mampu mengimbangi kebutuhan (demand) transportasi. Dengan perannya sebagai pusat kegiatan Kabupaten Gresik, wilayah kawasan perkotaan Gresik terus mengalami pertumbuhan, ditandai dengan pertumbuhan penduduknya sebesar 2,64% pada tahun 211 [2]. Pertumbuhan penduduk ini menuntut adanya pemenuhan kebutuhan permukiman, yang turut meningkatkan luasan kawasan terbangun di kawasan perkotaan Gresik. Perkembangan kawasan perkotaan Gresik yang ditandai dengan munculnya permukiman-permukiman baru di tepi wilayah kawasan perkotaan Gresik menimbulkan pertambahan dan perubahan permintaan pergerakan yang harus dipenuhi, yang ditandai dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Gresik yang meningkat sekitar 26 % pada tahun 211 (±436.353 buah) dan didominasi oleh jenis sepeda motor yang mencapai 9% [3]. Untuk melayani kebutuhan pergerakan penduduk kawasan perkotaan Gresik terdapat layanan angkutan umum Mobil Penumpang Umum (MPU) yang terbagi menjadi dari 6 rute dalam kawasan perkotaan. Namun aksesibilitas tinggi dari angkutan umum ini masih terbatas pada kawasan kota lama Gresik. Ketimpangan pelayanan angkutan ini dirasakan oleh penduduk kawasan kantong permukiman yang umumnya harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk mencapai angkutan umum, dari jarak 4 meter yang merupakan standar maksimal jarak penyediaan angkutan umum dari zona asal pergerakan [4]. Dari sisi penumpang, waktu dan biaya yang perjalanan dengan angkutan umum relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi. Tingginya biaya dan waktu tersebut salah satunya disebabkan oleh perpindahan angkutan umum yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan perjalanan. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pola rute angkutan umum belum mampu menawarkan pelayanan yang optimal dalam melayani kebutuhan mobilitas pergerakan penduduk kawasan perkotaan Gresik. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan rute angkutan umum di kawasan perkotaan Gresik berdasarkan kebutuhan pergerakan penduduknya melalui sasaran penelitian yakni mengidentifikasi pola pergerakan penduduk kawasan perkotaan Gresik, menentukan prioritas kriteria penentuan rute pelayanan angkutan umum berdasarkan kebutuhan pergerakan penduduk di kawasan perkotaan Gresik, dan merumuskan rute angkutan umum di kawasan perkotaan Gresik. II. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Responden Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel yang dipergunakan adalah metode proportionate stratified random sampling dan metode purposive sampling. Metode proportionate stratified random sampling digunakan untuk memperoleh responden rumah tangga dalam identifikasi pola

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (215) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) C-23 pergerakan penduduk. Golongan captive/paksawan dan golongan choice/pilihwan dipilih sebagai populasi karena dinilai memiliki potensi tinggi sebagai pengguna angkutan umum. Golongan captive diasumsikan merupakan keluarga dengan tingkat kesejahteraan keluarga pra sejahtera dan sejahtera 1, dan golongan choice merupakan keluarga sejahtera 2 dan sejahtera 3 [5]. Berdasarkan hasil perhitungan sampel didapatkan jumlah sampel reponden rumah tangga sebesar 4 KK. Jumlah sampel tersebut kemudian dibagi menjadi sampel golongan captive dan choice. Pembagian sampel tersebut dimaksudkan agar informasi yang didapatkan dapat mewakili kebutuhan perjalanan seluruh tingkatan masyarakat. Kemudian sampel dibagi pada setiap zona analisa desa/kelurahan, melalui teknik proportionate stratified random sampling, berdasarkan jumlah KK golongan captive dan choice di masing-masing zona analisa. Kondisi rumah responden, yang merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan keluarga, menjadi parameter dalam pemilihan responden secara acak dilapangan. Metode Purposive Sampling digunakan dalam menentukan responden penentuan prioritas kriteria rute pelayanan angkutan umum. Pada sasaran ini sampel yang ingin didapatkan adalah penduduk kawasan perkotaan Gresik yang menggunakan angkutan umum sebagai moda perjalanannya. Responden purposive sampling diambil dari sejumlah sampel rumah tangga. Adapun kriteria yang diunakan untuk menentukan responden purposive sampling pengguna angkutan umum di kawasan perkotaan Gresik dengan frekuensi penggunaan minimal 1 kali seminggu. B. Metode Analisis Populasi Terjangkau Golongan Captive dan Choice 47.456 KK Total sampel yang ditentukan 4 KK Golongan Captive (5%) 2 KK Golongan Choice (5%) 2 KK Gambar. 1. Pembagian proporsi sampel pada golongan pengguna angkutan umum. (Sumber : Hasil identifikasil penulis, 214) Tujuan penelitian dicapai melalui 3 tahapan. Tahapan pertama ditujukan untuk mengetahui sebaran perjalanan penduduk dan jumlah perjalanan pada masing-masing sebaran perjalanan penduduk kawasan perkotaan Gresik. Sebaran perjalanan dan intensitasnya dinilai akan menunjukkan demand potensial yang merupakan salah satu pertimbangan yang menunjukkan jalur/rute potensial [6]. Matriks Asal- Tujuan (MAT) dan desire line digunakan untuk menggambarkan pola pergerakan tersebut. Untuk menggambarkan kecenderungan kebutuhan pergerakan, maka data perjalanan rutin rumah dikonversikan dalam periode 1 minggu, untuk menggambarkan intensitas perjalanan sesuai maksud dilakukannya perjalanan. Pada tahapan kedua, AHP (Analytical Hierarchy Process) digunakan untuk menentukan prioritas kriteria rute pelayanan angkutan umum berdasarkan kebutuhan pergerakan penduduk di kawasan perkotaan Gresik. Dalam proses ini, indikator penelitian yang diukur adalah kemampuan coverage rute angkutan umum dan jarak perjalanan. Dari indikator-indikator rute angkutan umum tersebut, disusunlah hirarki kriteria perumusan rute angkutan umum. Untuk menentukan rute untuk angkutan umum di kawasan perkotaan Gresik pada tahapan ketiga, digunakan alat analisis yaitu Route Analysis dengan menggunakan aplikasi TRANETSIM yang dapat merumuskan rute dengan nilai terendah. Nilai tersebut dapat berupa jarak, biaya, waktu ataupun nilai lain yang ditetapkan pengguna. Dalam tahap ini diadopsi pendekatan yang dilakukan oleh Sekhar, Yue dan Taylor [7], yakni melekatkan indikator jarak perjalanan dan kemampuan coverage rute angkutan umum sebagai atribut pada ruas jalan di wilayah studi dengan membentuk buffer pada tiap ruas jalan. Buffer yang terbentuk dari jarak berjalan kaki yang rasional menuju pemberhentian angkutan umum dinyatakan sebagai wilayah pelayanan angkutan umum [8]. Cakupan buffer pada masing-masing kriteria penentuan rute angkutan umum akan menentukan besar nilai dari suatu ruas jalan. Secara sistematis, proses penentuan rute angkutan umum dijabarkan sebagai berikut. Kriteria rute pelayanan angkutan umum Pembobotan kriteria penentuan lintasan rute angkutan umum Bobot tiap kriteria penentuan lintasan rute angkutan umum III. Standarisasi data kriteria penentuan lintasan rute angkutan umum Nilai data tiap kriteria penentuan lintasan rute angkutan umum Perhitungan nilai ruas jalan berdasarkan nilai data dan bobot dari masing-masing kriteria pemilihan koriodor rute angkutan umum (impedance length) TRANETSIM Route Analyst Optimized Route: Rute terpendek berdasarkan impedance length dari tiap ruas jalan HASIL DAN DISKUSI Sebaran perjalanan dan jumlah perjalanan tiap sebaran perjalanan penduduk Gambar. 2. Proses Perumusan Rute Angkutan Umum, diadaptasi dari Gebeyehu [9]. (Sumber : Hasil identifikasil penulis, 214) A. Menganalisa pola pergerakan penduduk kawasan perkotaan Gresik Berdasarkan hasil survei home interview pada sampel rumah tangga di 47 zona analisa mengenai perjalanan seharihari penduduk kawasan perkotaan Gresik dalam lingkup internal kawasan perkotaan Gresik, diketahui sebaran perjalanan penduduk tersebar secara varatif ke guna lahan tarikan perjalanan, baik dalam internal zona bangkitan perjalanan maupun ke zona analisa lain dalam lingkup wilayah penelitian. Dari data yang diolah dalam matriks asal-tujuan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (215) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) C-24 perjalanan tersebut tercatat beberapa zona yang memiliki tarikan perjalanan yang cukup besar, yakni zona X (Kelurahan Sidokumpul) sebesar 13,6%, zona V (Kelurahan Ngipik) sebesar 11,63%, zona AH (Kelurahan Karangpoh) sebesar 9,6%, zona AS (Desa Roomo) sebesar 7,4%, zona E (Desa Segoromadu) sebesar 6,3%, zona AL (Kelurahan Kemuteran) sebesar 6,2% dan zona H (Kelurahan Indro) sebesar 5,5%. Sebaran perjalanan penduduk kawasan perkotaan Gresik pada masing-masing zona analisa digambarkan melalui desire line untuk mengetahi permintaan perjalanan yang potensial bagi rute pelayanan angkutan umum. pada guna lahan penarik/pembangkit, yakni permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran dan pelayanan, industri dan ruang publik. Gambar. 4. Prioritas kriteria penentuan rute angkutan umum berdasarkan preferensi pengguna angkutan umum. (Sumber : Hasil analisa Expert Choice, 214) Melalui proses perbandingan antar kriteria dan sub kriterianya, maka didapat nilai bobot kriteria pemilihan koridor rute angkutan umum. Semakin tinggi nilai bobot suatu kriteria maka semakin tinggi pula tingkat kepentingan kriteria tersebut dalam penentun koridor rute angkutan umum. Bobot kriteria pemilihan koridor rute angkutan umum digambarkan dalam susunan hirarki kriteria pada gambar 5. Pemilihan Koridor Rute Angkutan Umum TUJUAN KRITERIA Coverage Rute (,621) Jarak Perjalanan (,397) Gambar. 3. Desire line perjalanan yang menunjukkan kebutuhan perjalanan penduduk kawasan perkotaan Gresik. (Sumber : Survey primer dan hasil analisa, 214) Desire line perjalanan penduduk kawasan perkotaan Gresik menunjukkan adanya beberapa arah perjalanan yang memiliki tingkat permintaan yang tinggi. Pada gambar 3, tingginya permintaan suatu arah perjalanan diketahui dari ketebalan garis yang menghubungkan titik asal dan tujuan perjalanan. Tingginya tingkat permintaan pada suatu sebaran perjalanan tersebut dinilai merupakan pola perjalanan potensial bagi pertimbangan menentukan rute angkutan umum. B. Menentukan prioritas kriteria penentuan rute pelayanan angkutan umum berdasarkan kebutuhan pergerakan penduduk di wilayah kawasan perkotaan Gresik Dari hasil analisia AHP (Analytical Hierarchy Process) mengenai prioritas kriteria pemilihan rute angkutan umum oleh pengguna angkutan umum, didapatkan bahwa kriteria kemampuan coverage rute angkutan umum (62,1%) memperoleh tingkat prioritas lebih besar dari pada kriteria jarak perjalanan (37,9%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengguna angkutan umum lebih mengutamakan lintasan rute angkutan umum yang mampu memberikan cakupan pelayanan optimal pada daerah pelayanan dibandingkan dengan keseluruhan jarak perjalanan suatu rute. Kemampuan coverage tersebut dinilai dari kemampuannya mencakup kawasan dengan permintaan angkutan umum yang dilihat dari kepadatan penduduk, kepadatan tenaga kerja, dan rata-rata penghasilan penduduk pada kawasan tersebut, dan cakupan Kawasan Demand Angkutan Umum (,371) Kepadatan Penduduk (,145) Kepadatan Tenaga Kerja (,124) Pendapatan Penduduk (,11) Penggunaan Lahan (,25) Permukiman (,71) Perdagangan dan Jasa (,54) Perkantoran dan Pelayanan (,48) Industri (,38) Ruang Publik (,39) Fungsi (,223) Arteri (,87) Kolektor (,63) Lokal (,73) Panjang (,156) SUB KRITERIA 1 SUB KRITERIA 2 Gambar. 5. Bobot Kriteria pemilihan rute angkutan umum berdasarkan preferensi pengguna angkutan umum. Besar nilai bobot dan prioritas yang diperoleh tiap kriteria dibentuk oleh sub kriteria dan atribut dari kriterianya. (Sumber : Hasil analisa Expert Choice 214) C. Merumuskan rute angkutan umum di kawasan perkotaan Gresik Pola pergerakan penduduk kawasan perkotaan Gresik dan prioritas atau nilai bobot dari kriteria penentuan rute angkutan umum menjadi input data dalam analisa ini. Pada analisa ini,

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (215) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) C-25 tahapan pertama yang dilakukan adalah melakukan penilaian pada tiap ruas jalan berdasarkan kondisi ruas jalan tersebut terhadap masing-masing kriteria penentuan rute angkutan umum. Dari buffer denan radius 4 meter [4] yang telah terbentuk pada setiap ruas jalan, kemudian diukur cakupannya terhadap kriteria kemampuan coverage rute angkutan umum, yakni pada tiap sub kriteria potensi kawasan demand maupun guna lahan bangkitan/tarikan. Proses perhitungan nilai tiap kriteria dilakukan dengan menggunakan aplikasi ArcGIS ESRI. Untuk menyesuaikan nilai kriteria dengan proses perumusan rute menggunakan aplikasi TRANETSIM, jaringan jalan dibagi dalam segmen jalan berdasarkan perpotongan jalan, dan didapatkan hasil sebanyak 141 segmen jalan. rute. Dengan tujuan membentuk rute angkutan umum yang dapat secara maksimal mencakup variabel penentuan rute tersebut, pada nilai kriteria kemampuan coverage rute angkutan umum, semakin besar nilai cakupan maka semakin besar juga nilai skor yang diperoleh. Pada indikator jarak perjalanan, semakin pendek suatu ruas jalan, maka semakin besar nilai skor panjang jalan dari ruas jalan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk rute yang mampu menghubungkan titik asal dan titik tujuan perjalanan dalam waktu dan jarak yang singkat. Dari parameter tersebut, maka dapat dirumuskan pendekatan skor sebagai berikut. 1 1 Nilai Skor Nilai Skor Kemampuan coverage rute (a) Jarak Perjalanan Gambar. 8. Pendekatan standarisasi nilai skor ruas jalan berdasarkan kriteria kemampuan coverage rute (a), dan jarak perjalanan (b). (Sumber : Hasil analisa, 214) (b) Gambar. 6. Pembagian segmen jalan dan buffer 4 meter [4] pada setiap segmen jalan. Segmen jalan dibentuk dari 2 titik percabangan jalan (contoh : segmen 9-59). (Sumber : Hasil analisa ArcGIS, 214) Penilaian ruas jalan berdasarkan kriteria penentuan rute angkutan umum dilanjutkan dengan mengalikan nilai dari tiap kriteria yang telah distandarkan dengan hasil pembobotan kriteria yang didapat melalui proses AHP. Pengalian ini dilakukan pada masing-masing kriteria yang diukur. Kemudian nilai tersebut dijumlahkan untuk mengetahui nilai akhir dari setiap ruas jalan. Semakin besar nilai akhir dari suatu ruas jalan, maka semakin besar kesesuaian ruas jalan tersebut terhadap kriteria penentuan rute angkutan umum. Aplikasi TRANETSIM memiliki cara kerja pengolahan rute dengan mencari kemungkinan rute dengan nilai terendah. Sehingga nilai akhir ruas jalan tersebut perlu disesuaikan dengan kebutuhan proses TRANETSIM melalui pendekatan penyesuaian nilai sebagai berikut. 1 Nilai TRANETSIM Nilai Impedance Lenght Gambar. 7. Potongan buffer segmen jalan sub kriteria guna lahan. Fokus penilaian pada kriteria kemampuan coverage rute adalah lahan terbangun, sehingga penilaian didasarkan pada luas terbangun pada masing-masing sub kriteria. (Sumber : Hasil analisa ArcGIS, 214). Setelah didapatkan nilai dari masing-masing kriteria penentuan rute angkutan umum pada masing-masing ruas jalan, dilakukan standarisasi nilai untuk menyamakan jangkauan nilai dari nilai masing-masing kriteria penentuan Gambar. 9. Pendekatan penyesuaian nilai skor ruas jalan berdasarkan kebutuhan aplikasi TRANETSIM. (Sumber : Hasil analisa, 214) Dengan mempertimbangkan keberagaman tujuan perjalanan penduduk kawasan perkotaan Gresik, yang dapat dilihat dari desire line perjalanan penduduknya, maka untuk memperbesar keterkaitan antar rute angkutan umum digunakan pola jaringan rute modifikasi radial dalam perumusan rute angkutan umum. Pola jaringan modifikasi radial merupakan antisipasi dari kelemahan jaringan berbentuk radial dengan menambah lintasan rute yang menghubungkan antar sub pusat kegiatan dan antara sub pusat kegiatan dengan CBD, sehingga orientasi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (215) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) C-26 lintasan rute tidak lagi terpusat ke CBD. Dalam jumlah yang cukup banyak, pola jaringan modifikasi radial mempunyai orientasi spasial melingkar ataupun yang langsung menghubungkan antara sub pusat kegiatan. Keuntungan utama dari pola jaringan modifikasi radial ini adalah lebih dimungkinkannya penumpang untuk dapat menggunakan angkutan umum di manapun dia berada untuk bepergian ke lebih banyak tujuan perjalanan. Adapun dari proses analisa rute tersebut didapatkan 3 rute angkutan umum optimal. Rute angkutan umum ketiga menghubungkan Desa Kedanyang-Kelurahan Karangpoh-Sub Terminal Segoromadu. Berdasarkan analisa pengolahan rute melalui aplikasi TRANETSIM didapatkan 314 kemungkinan rute. Rute angkutan umum tersebut melayani koridor Sub Terminal Segoromadu- Mayjen Sungkono- Raya Kedanyang- Sunan Prapen- Sunan Giri- DR Sutomo- Jaksa Agung S.- KH Agus Salim- Malik Ibrahim- Setia Budi- Aipda Karel Sats (Pelabuhan Gresik)- KH. Kholil- Samanhudi- Raden Santri- Pahlawan- Panglima Sudirman- Veteran-Sub Terminal Segoromadu. Gambar. 1. Rute angkutan umum berdasarkan kebutuhan perjalanan penduduk kawasan perkotaan Gresik. (Sumber : Hasil analisa, 214) Rute pertama menghubungkan Terminal Bunder-Desa Suci- Kelurahan Sidokumpul-Desa Randuagung-Terminal Bunder. Berdasarkan analisa pengolahan rute melalui aplikasi TRANETSIM didapatkan 317 kemungkinan rute. Rute angkutan umum hasil analisa aplikasi TRANETSIM tersebut memiliki koridor pelayanan melalui Terminal Bunder- K.H.Syafi i- Brotonegoro Barat- Marabahan VI- Beton Raya (SMAN Manyar)- Palem- Banjarbaru- Kalimantan- Jawa- Siti Fatimah binti Maimun- Tri Dharma- Jenderal A.Yani- Jaksa Agung Suprapto- Panglima Sudirman-SMAN 1 Gresik- Kartini- Dr.Wahidin SH-Terminal Bunder. Rute kedua menghubungkan Terminal Bunder-Desa Randuangung (GKB)-Kelurahan Karangpoh-Kelurahan Indro. Berdasarkan analisa pengolahan rute melalui aplikasi TRANETSIM didapatkan 546 kemungkinan rute. Rute angkutan tersebut koridor pelayanan melalui Terminal Bunder- DR Wahidin SH- Sumatra- Jawa- Brotonegoro Barat- Marabahan- Beton Raya (SMAN Manyar)- Palem- Banjarbaru- Kalimantan- Raya Roomo- Gub. Suryo- Usman Sadar- Jaksa Agung Suprapto- Panglima Sudirman- Kapten Dulasim- Kapten Dharmo Sugondo-Sub Terminal Segoromadu. IV. KESIMPULAN Berdasarkan proses penelitian penentuan rute angkutan umum didapatkan beberapa kesimpulan. Pertama, pola pergerakan penduduk wilayah kawasan perkotaan Gresik memiliki kecenderungan mengarah pada beberapa zona tarikan yakni zona X (Kelurahan Sidokumpul) sebesar 13,6%, zona V (Kelurahan Ngipik) sebesar 11,63%, zona AH (Kelurahan Karangpoh) sebesar 9,6%, zona AS (Desa Roomo) sebesar 7,4%, zona E (Desa Segoromadu) sebesar 6,3%, zona AL (Kelurahan Kemuteran) sebesar 6,2% dan zona H (Kelurahan Indro) sebesar 5,5%. Kedua, dalam penentuan rute angkutan umum, penduduk kawasan perkotaan Gresik lebih mengutamakan indikator kemampuan coverage dari rute angkutan umum dengan total bobot prioritas sebesar,621, daripada indikator jarak perjalanan dengan total bobot prioritas sebesar,397. Ketiga, dari pertimbangan indikator penentuan rute angkutan umum didapatkan 3 rute angkutan umum yang dinilai sesuai dengan kebutuhan perjalanan penduduk, yakni: Rute Rute 1 Rute 2 Rute 3 Koridor Pelayanan Rute Terminal Bunder Suci Sidokumpul Randuagung -Terminal Bunder (PP) Terminal Bunder - Randuangung (GKB) Karangpoh Indro - Terminal Segoromadu (PP) Sub Terminal Segoromadu Kedanyang Karangpoh - Sub Terminal Segoromadu (PP) UCAPAN TERIMA KASIH Penulis K.J. mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sardjito, M.T. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir; Ketut Dewi Martha Erly H, S.T., M.T., selaku dosen penguji internal 1; Ardy Maulidy Navastara, S.T., M.T., selaku dosen penguji 2; Dr. Ir. Nanang Setiawan, S.E., M.S., selaku dosen penguji eksternal; Nursakti Adhi P., ST., MSc, selaku pengembang aplikasi TRANETSIM. DAFTAR PUSTAKA [1]. F. Miro, Sistem transportasi kota Teori dan konsep dasar. Bandung: Tarsito (1997). [2]. Kabupaten Gresik dalam Angka Tahun 213, BPS Kabupaten Gresik [3]. Statistik Daerah Kabupaten Gresik Tahun 212, BPS Kabupaten Gresik

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (215) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) C-27 [4]. LPM-ITB. Modul Pelatihan: Perencanaan Sistem Angkutan Umum. Bandung: Lembaga Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (1997) [5]. R. Meakin, Regulasi dan Perencanaan Bus, Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang, Modul 3c. Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH (211), Available : www.sutp.org [6]. Standar tingkat kesejahteraan BKKBN [7]. O. Tamin, Public Transport Planning Method for Bandung (Indonesia). Journal of eastern asia society for transportation studies, Vol 1, No.2, (Auntum, 1995) [8]. S.V.C. Sekhar, Wen Long YUE dan M.A.P. Taylor, An Approach to Transit Path Design Using GIS. Journal of the Eastern Society for Transportation Studies, Vol.5 (October, 23) [9]. H. J. Miller, Shih-Lung Shaw, Geographic Information Systems for Transportation: Principles and Applications, Spatial Information Systems series. USA: Oxford University Press (21)