PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

JEMBER TAHUN PELAJARAN

Maulizar. Kata-kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Make A Match, Materi Tumbuhan Biji (Spermatophyta).

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

Imam Hanafi, Muh. Hasbi, dan Akina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

VIKA TRI HUDAYANI A Dibawah Bimbingan: 1. Dra. Hariyatmi, M.Si 2. Drs. H. Sofyan Anif, M. Si NASKAH PUBLIKASI

Eti Rahmawati. Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangatlah penting, sebab pendidikan dapat diartikan sebagai proses. budi pekerti yang luhur serta moral yang baik.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

BAB I PENDAHULUAN. guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB III METODE PENELITIAN. bahasa inggris dikenal dengan classroom Action Research. Karakteristik dari

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: halaman 60-65

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Action Research Literate ISSN : Vol. 1, No 1 Desember 2017

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG. Nanik Sudaryati 24

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Volume XIV September 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERMAIN JAWABAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 PUTAT TAHUN 2012/2013

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Evi Puji Rahayu, Nuraedah, dan Jamaludin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

Penerapan Metode Pembelajaran Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Inpres Pandaluk Pada Materi Gaya Gravitasi

PENERAPAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-H SMP NEGERI 7 MALANG

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. PSKGJ - Pendidikan Guru Sekolah Dasar

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

Oleh : Ni Nyoman Bende Sulastri / Banjarangkan, Klungkung FKIP BIOLOGI UNMAS DENPASAR 2013

ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIII A SMPN 2 MARAWOLA ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. belajar (pengajaran) maupun penilaian pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya. mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA (BIOLOGI) MATERI EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH: NAMA : APLONIA TAE UNA NPM : 09.8.03.51.30.2.5.0853 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA (BIOLOGI) MATERI EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Aplonia Tae Una FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstrak Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap siswa. Hal ini nampak rerata hasil belajar siswa yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Rendahnya hasil belajar karena pembelajaran yang menjadikan guru sebagai sumber belajar, sedangkan sswa hanya berperan sebagai penerima ilmu. Hasil observasi di SMPN 5 Denpasar, menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA (Biologi) belum optimal dan hasil belajar siswa masih tergolong rendah.untuk mengatasi hal tersebut perlu diterapkannya inovasi pembelajaran baru untuk meningkatkan hasil belajar siswa yakni dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yaitu model pembelajaran yang menekankan pada sistem permainan sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mampu menciptakan suasana yang menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pemebelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA (Biologi), materi ekosistem kelas VII A SMPN 5 Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa disetiap siklus. Analisis data hasil belajar siswa pada siklus I, diperoleh rata-rata hasil belajar siswa (M), daya serap (DS), dan ketuntasan belajar (KB) berturut-turut sebesar: 70,29, 70,29%, dan 50,01%. Kemudian pada skilus II berturut-turut sebesar: 83,23, 83,23%, dan 94,11%. Persentase peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 18,40 % dan 88,18% Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar Biologi, materi ekosistem siswa kelas VII A SMPN 5 Denpasar tahun pelajaran 2012/2013. Kata kunci: statistik deskriptif,aspek kognitif, siklus, pos tes.

1. PENDAHULUAN Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Hasil belajar ini tentunya merupakan hasil proses pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Selain itu, karena tidak menyentuh ranah dimensi siswa itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya (Trianto, 2007). Berdasarkan hasil observasi di SMPN 5 Denpasar, khususnya pada siswa kelas VII, menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA (Biologi) yang aktif belum berjalan secara optimal. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi guru di kelas, antara lain: (1) partisipasi siswa masih rendah, hal ini terlihat di saat kegiatan pembelajaran berlangsung tidak seluruh siswa sungguh-sungguh dan serius dalam mengikuti pelajaran; (2) proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru sebagi sumber utama pengetahuan, sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran; (3) keaktifan siswa belum optimal baik dalam mengajukan pertanyaan, menjawab, menanggapi pertanyaan, maupun mengutarakan ide atau gagasan. Siswa yang aktif hanya tertentu saja yaitu siswa yang duduk dimeja depan, sedangkan siswa yang duduk di belakang kebanyakan mengantuk dan melamun; dan (4) sebagian siswa beranggapan bahwa pelajaran IPA (Biologi) adalah pelajaran yang sulit dan membosankan, karena materinya banyak untuk dihafalkan. Hasil belajar dapat tercapai apabila guru dalam menyampaikan pelajaran tidak menjadikan siswa hanya sebagai obyek belajar, tetapi siswa dijadikan sebagai subyek, sehingga siswa bisa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru tidak hanya menggunakan model pembelajaran yang menonton tetapi, guru harus bisa mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan agar siswa senang dalam mengikuti pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. Kelemahankelemahan tersebut menjadikan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Hal ini terbukti nilai ulangan siswa banyak yang tidak tuntas, KKM (Kriteria Kelulusan Minimal) <70

%. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar tersebut peneliti mencoba memecahkan masalah-masalah tersebut dengan mengembangkan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match., selanjutnya disingkat dengan MAM. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe MAM dimulai dari siswa mencari pasangan kartu berupa pertanyaan/jawaban, (Curran, 1994) apabila siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberikan poin. Berdasarkan keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe MAM, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena lebih menekankan pada sistem permainan sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, disamping suasana pembelajaran yang menyenangkan (Amin, 2011). 2. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2009). Model PTK yang digunakan dalam peneliti ini adalah PTK model Kurt Lewin yang mengandung empat komponen pada setiap siklusnya. Keempat komponen tersebut diantaranya: 1) Rencana (Planning), rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan. 2) Tindakan (Actions), apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan dan peningkatan. 3) Observasi (Observing), mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa, serta mengamati bagaimana guru mengajar, dan (4) Refleksi (Reflecting), aktifitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat berbagai kekurngan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang. Adapun hubungan keempat komponen tersebut dapat digambarkan pada Gambar 3.1

Tindakan (Actions) Perencanaan (Planning) Pengamatan (Observing) Refleksi (Reflecting) Gambar 3.1 : Desain PTK Model Kurt Lewin Sumber : Arikunto, (2008:3) Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan April 2013 di SMPN 5 Denpasar. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMPN 5 Denpasar semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah siswa kelas VIIA adalah 34 siswa terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Sedangkan objek penelitiannya adalah hasil belajar Biologi materi ekosistem pada siswa kelas VIIA SMPN 5 Denpasar tahun pelajaran 2012/2013 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data diperoleh melalui: Dokumentasi nilai: Data yang dimiliki oleh guru biologi pada nilai ulangan biologi sebelumnya yang digunakan sebagai perbandingan dengan hasil tes akhir siklus. Tes: Tes digunakan untuk mengumpulkan data peningkatan hasil belajar. Jenis tes yang digunakan adalah pos tes yang diberikan pada akhir siklus. Instrumen yang dipakai dalam pengumpulan data ini menggunakan tes hasil belajar yang berupa tes objektif dan tes uraian (essay). Prosedur Penelitian Penelitian senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulangulang dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar. Di dalam penelitian ini peneliti melakukan kerja sama dengan guru bidang studi Biologi mulai dari : Refleksi Awal Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas VII SMPN 5, bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes sumatif siswa kelas

VII semester I Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran Biologi, dengan rata-rata nilai hasil belajar adalah60,88; ketuntasan belajar adalah 60,88%; dan daya serap siswa adalah 60,88%. Hasil ini masih di bawah standar yang digunakan oleh Depdikbud (1994), seharusnya rata-rata nilai hasil belajar siswa dikatakan baik, apabila 65; daya serap 65 ketuntasan belajar dikatakan baik apabila 85%. Siklus 1 Siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan rincian dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus. a) Perencanaan Dalam tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan, diantaranya: 1) sosialisasi dengan guru IPA (Biologi) kelas VII SMPN 5 Denpasar, mengenai implementasi model pembelajaran kooperatif tipe MAM; 2) menyusun Program Satuan Pembelajaran (PSP); 3) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didasarkan atas pembelajaran kooperatif tipe MAM; 4) menempatkan siswa dalam tiga kelompok belajar yang terdiri dari kelompok satu sebagai pemegang kartu pertanyaan, kelompok dua sebagai pemegang kartu jawaban dan kelompok tiga sebagai kelompok penilai; 5) menyiapkan kartu soal dan jawaban yang akan digunakan dalam diskusi kelompok; 6) menyiapkan buku catatan lapangan; dan 7) menyusun tes akhir siklus dalam bentuk pilihan ganda dan uraian. b) Tindakan Pembelajaran yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan ini dilakukan sesuai dengan PSP, RPP, Jadwal Pembelajaran, dan materi yang sudah ditentukan, serta menerapkan model pembelajaran tipe MAM dengan menggunakan kartu soal dan kartu jawaban yang akan disiapkan oleh guru. c) Observasi Tahap ini dilaksanakan untuk mengamati guru pada saat mengajar dan siswa selama mengikuti pelajaran. Observer mengamati keterlaksanaan pembelajaran dan kendala-kendala yang dihadapi guru dengan menggunakan catatan lapangan. Tingkat perkembangan hasil belajar menggunakan tes akhir siklus berupa tes uraian dan pilihan ganda.

d) Refleksi Tahap refleksi dilakukan pada akhir siklus I, yang didasarkan pada hasil observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran. Refleksi ini dilakukan peneliti dengan perhitungan untuk mengidentifikasi hasil tindakan pada siklus I, sejauh mana hasil yang dicapai, kelemahan, serta kendala yang dialami tindakan terbaik yang dapat dilaksanakan pada siklus II. Siklus II Seperti halnya siklus I, siklus II juga dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan rincian dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Analisis Data 1. Data Hasil Belajar Data hasil belajar siswa yang berupa nilai hasil tes dianalisis dengan menggunakan ststistik deskriptif yaitu dengan menggunakan nilai rata-rata (M), daya serap (DS) dan ketuntasan belajar (KB). Pedoman yang digunakan untuk: (1) rata-rata (M) dikatakan baik apabila (M) 65, (2) daya serap (DS) baik apabila DS 65%, serta (3) ketuntasan belajar (KB) baik apabila KB 85%. (Depdikbud, 1994) 2. persentase peningkatan hasil belajar Persentase peningkatan hasil belajar siswa meliputi peningkatan rata-rata kelas, peningkatan daya serap siswa, serta ketuntasan belajar dari refleksi awal, siklus I dan siklus II. Persentase peningkatan hasil belajar dapat dianalisis setelah diketahui rata-rata kelas, daya serap dan ketuntasan belajar siswa disetiap siklus. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Penelitian Tindan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam dua siklus dimana masing-masing siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, dua pertemuan untuk membahas materi dan satu pertemuan untuk tes hasil belajar akhir siklus. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 7 Februari 2013 sampai dengan tanggal 11 April 2013, dengan melibatkan 34 orang siswa kelas VII A SMPN 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2012/2013.

Hasil Penelitian Siklus I Pada pelaksanaan siklus I sebagian siswa tampak kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti yakni model pembelajaran kooperatif tipe MAM. Pembelajaran menggunakan model tipe MAM, siswa masih merasa bingung dalam penerapan permainan tipe MAM. Banyak siswa yang tidak menemukan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya. Pembelajaran belum berjalan kondusif karena masih belum ada variasi dalam pembentukkan kelompok. Hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang menuntut siswa untuk kerjasama. Dari hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata (M) 70,29 dan daya serap (DS) 70,29% serta ketuntsan belajar (KB) 52,94%. Meskipun hasil belajar siswa pada siklus I telah meningkat dari hasil refleksi awal dengan rata-rata (M) 60,88 dan daya serap (DS) 60,88% serta ketuntasan balajar (KB) 60,88%. Namun prestasi belajar siswa pada siklus I masih belum memenuhi standar KKM 70%. sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Hasil Penelitian Siklus II Pada pembelajaran siklus II, siswa sudah mulai menerapkan sintak pembelajaran kooperatif tipe MAM, yang mana banyak siswa yang bisa menemukan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya. Terlihat bahwa siswa sudah terbisa bekerjasama dengan teman yang lain dalam mencocokkan kartu serta sudah terjadi perubahan proses pembelajaran yang lebih baik. Hasil belajar siswa pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata (M) 83,23 dan daya serap (DS) 83,23% serta ketuntasan belajar (KB) 94,11%. Hasil ini menunjukan bahwa nilai rata-rata (M), daya serap (DS) dan ketuntasan balajar (KB) telah memenuhi kriteria suatu proses pembelajaran yang optimal sehingga penelitian ini dianggap berhasil.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa Hasil Belajar Pra siklus Siklus I II Pra siklus ke siklus I Peningkatan Siklus I ke siklus II M 60,88 70,29 83,23 15,45% 18,40% DS 60,88% 70,29% 83,23% 15,45% 18,40% KB 35,29% 52,94% 94,11% 50,01% 88,18% Keterangan : M = rata-rata hasil belajar DS = Daya Serap siswa KB = Ketuntasan Belajar PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe MAM pada akhir diskusi berupa permainan dapat meningkatkan hasil belajar IPA (Biologi) materi ekosistem, siswa kelas VII A SMPN 5 Denpasar tahun pelajaran 2012/2013. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe MAM, mampu menciptakan suasana kelas yang demokratis. Antara lain lingkungan yang saling menghormati, memberi kesempatan pada siswa untuk belajar sendiri, berpendapat sendiri, berdiskusi mencari jalan keluar bila menghadapi masalah, mengembangkan kemampuan berpikir siswa, cara memecahkan masalah, dan kepercayaan pada diri sendiri. Pembelajaran kooperatif tipe MAM, mendorong siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung, dengan adanya sistem kerjasama dan kompetisi untuk menemukan pasangan kartu yang cocok. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Nur (2010) yang mengatakan bahwa model pembelajaran koopertif tipe MAM merupakan pengembangan dari model pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatan hasil belajar siswa karena pembelajaran koopertif tipe MAM dapat menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dan melibatkan siswa untuk kerjasama dalam permainan mencari pasangan kartu soal maupun kartu jawaban yang di pegang oleh masing-masing siswa. Permainan yang dirancang dalam

pembelajaran koopertif tipe MAM membuat siswa dapat belajar secara rileks, disamping menumbuhkan tanggung jawab, semangat kerjasama, dan keterlibatan belajar. Dari hasil analisis dapat dilihat hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh rata-rata 70,29 dan daya serap 70,29% serta ketuntasan belajar 52,94%. Persentasi peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I, diperoleh nilai rata-rata dan daya serap 15,45 % seta ketuntasan belajar 50,01 %. Rendahnya nilai hasil belajar siswa pada siklus I, karena siswa terbiasa mengikuti proses pembelajaran secara konvensional dan menerima konsep jadi yang diberikan oleh guru. Sehingga pada saat mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe MAM banyak siswa terlihat masih bingung karena belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti. Banyak siswa yang belum bisa menemukan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya dan pembelajaranpun belum berjalan secara optimal karena belum ada variasi dalam pembentukkan kelompok yaitu waktu yang digunakan untuk mencocokkan kartu soal atau jawaban lebih dari waktu yang telah ditentukan dan ada pasangan yang sudah menemukan kartu soal atau jawaban yang dianggap benar namun pada saat membacakan di depan kelas ternyata salah. Pasifnya siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada waktu melakukan refleksi pada setiap akhir pertemuan, siswa masih belum dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah didapatkan serta belum dapat mengemukakan kekurangan dari proses pembelajaran yang telah berlangsung. Begitu pula pada saat diberikan tes pada akhir siklus I, siswa masih belum mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti secara optimal. Untuk menanggulangi keadaan pada siklus I, maka pada awal siklus II siswa diberikan penegasan kembali mengenai sintak pembelajaran kooperatif tipe MAM..hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk lebih aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada hasil analisis dapat dilihat, hasil belajar siswa pada siklus II dengan nilai rata-rata 83,23 dan daya serap 83,23% serta ketuntasan belajar 94,11%. Persentase peningkatan rata-rata kelas dan daya serap 18,40% serta ketuntasan belajar siswa 88,18%. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II dipengaruhi oleh siswa yang telah terbiasa mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe MAM. Pada saat diskusi siswa tampak sangat aktif dalam mencari kartu pasangan yang cocok dengan kartu yang dipegangnya. Dilihat dari setiap siklus dan pertemuan pada saat pambelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe MAM bahwa terjadi peningkatan pada hasil belajar

siswa. Siswa sudah terbiasa bekerjasama dengan teman yang lain serta sudah terjadi proses perubahan yang lebih baik. Dari hasil penelitian ini, dapat dikemukakan bahwa penerapan model pembelajaran koopertif tipe MAM dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe MAM, membuat siswa lebih aktif, interaktif dan menemukan pengetahuan melalui pengalaman siswa sendiri. Temuan dari hasil penelitian ini sama dengan pendapat Sugiarto (2011) yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe MAM dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena model pembelajaran kooperatif tipe MAM mempunyai arti penting dalam pembelajaran yaitu melatih ketelitian, kecermatan, ketepatan dan kecepatan. Semua siswa harus bisa menemukan pasangan kartu yang cocok dengan waktu yang telah ditentukan karena siswa bisa mendapatkan perolehan poin jika bisa menemukan dan mengumpulkan jawaban yang tepat sebelum batas waktu yang sudah ditentukan. Hal ini bisa memotivasi siswa agar mempunyai keinginan berprestasi dan selalu berusaha untuk menghasilkan manfaat positif dalam kegiatan belajarnya. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Faizah (2010) yang mangatakan bahwa model pembelajaran koopertif tipe MAM merupakan pengembangan dari model pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatan hasil belajar siswa. Pada dasarnya model pembelajaran tipe MAM melibatkan materi ajar yang memungkinkan peserta didik saling membantu dan mendukung, ketika belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Dalam hal ini guru berperan sebagai pemonitor dan fasilitator. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA (Biologi) materi ekosistem pada siswa kelas VII A SMPN 5 Denpasar tahun pelajaran 2012/2013. Meningkatnya hasil belajar siswa tiap siklus, dikarenakan model pembelajaran Make A Match mudah diterapakan, menyenangkan dalam permainan kartu dan tidak membosankan peserta didik sehingga dapat merespon materi pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Telah terjadi peningkatan dari pra siklus ke

siklus I, dan dari siklus I ke siklus II dengan persentase kenaikan berturut-turut, nilai ratarata (M) 15,45% daya serap (DS) 15,45% serta ketuntasan belajar (KB) 50,01% dan ratarata (M) 18,40% daya serap (DS) 18,40% serta ketuntasan belajar (KB) 88,18%. Saran Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut : 1) Kegiatan pembelajaran kooperatif tipe MAM sebaiknya dilaksanakan berkesinambungan di kelas, agar siswa lebih terbiasa secara aktif 2) Bagi para guru untuk mencoba menerapkan model pembelajaran koopertif tipe MAM dalam proses pembelajaran sebagai alternatif pembelajaran agar tidak jenuh dalam mengikuti kegiatan belajar 3) Bagi sekolah agar memberikan informasi dan motivasi tenaga pendidik untuk lebih menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif melalui model pembelajaran kooperatif tipe MAM. 4) Bagi peneliti, pada penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, maka perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai model pembelajaran kooperatif tipe MAM dan hasil belajar dalam ruang lingkup yang lebih luas. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1. Dra. Dewa Ayu Sri Ratnani, MP selaku Dosen Pembimbing I 2. Dra. Dewa Ayu Puspawati MSi selaku Dosen Pembimbing II 3. Guru dan siswa-siswi SMPN 5 Denpasar serta rekan-rekan Program Studi Biologi yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Amin, S. (2011). Metode Make A Match: Tujuan, Persiapan, dan implementasinya dalam pembelajaran. Diakses dari http:// s4iful4min.blogspot.com/2011/02/ metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html.pada tanggal 7 januari 2012. Arikunto, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Depdikbud. (1994). Pedoman Kurikulum SMP. Jakarta: Depdikbud Faizah. (2010). Peningkatan hasil belajar ips melalui model pembelajaran koopertif make a match di kelas VI SDN ranggeh kecamatan gongdawetan kabupaten pasuruan. Di unduh pada tanggal 16 februari 2013 dari http://library.um.ac.id/peningkatanhasil-belajar-ips-melalui-model-pembelajaran-kooprtaif-make-a-match-di-kelasvi-sdn-ranggeh-kecamatan-gongdawetan-kabupaten-pasuruan-feronanda-djangorhtml.. Lorna Curran. (1994). Language Art and Cooperatve Lear ning Lesson for Litle Ones. Published 1994 by Kagan Coooperative Learning in San Juan Capistrano, CA. Lewin, Kurt. (1990). Action Research and Minority Problems. Victoria: Deakin University Nurkancana, W dan Sunartana (1992). Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional Sugiarto. (2011). Penerapan model pembelajaran koopertif make a match untuk meningkatkan hasil belajar pkn di kelas vi sdn madyopuro ii kecamatan kedungkandang kota malang. Di unduh pada tanggal 5 maret 2013 dari http://library.um.ac.id/penerapan-model-pembelajaran-kooprtaif-make-a-matchuntuk-meningkatkan-hasil-belajar-pkn-di-kelas-vi-sdn-madyopuro-ii-kecamatannkedungkandang-kota-malang.html. Trianto, 2007.Model Pembelajaran IPA Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Surabaya. Prestasi Pustaka.