Implementasi Program Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Candisari Kota Semarang. Veronica Nimas, Kismartini, Maesaroh.

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Penataan RTH Publik, Komunikasi, Sumberdaya

Implementasi Program Rehabilitasi Ekosistem Mangrove di Kecamatan Tugu Kota Semarang. Oleh : Debby Rinata Abadi, Ari Subowo, Aufarul Marom*)

Key words : Implementation, regulation, green area. aspek kepentingan masyarakat. Kelestarian lingkungan merupakan salah satu

Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TAMAN SEBAGAI PELESTARIAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA JAMBI OLEH DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA JAMBI

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. implementasi kebijakan pengelolaan air limbah domestik di Kota Yogyakarta,

EVALUASI DAMPAK PERA NOMOR 7 TAHUN 2010 KOTA TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SEMARANG

IMPLEMENTASI PERDA NO. 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (Penyediaan Ruang Terbuka Hijau) DI KOTA TEGAL

IMPLEMENTASI PROGRAM WIRAUSAHA BARU OLEH DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM MENDUKUNG GERDU KEMPLING KOTA SEMARANG TAHUN 2014

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Oleh : Rista Dewi Putriana, Hartuti Purnaweni

MANAJEMEN RUANG TERBUKA HIJAU di KOTA SEMARANG Ferdinand Harianja, Hesti Lestari

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Oleh : Nurul Fauziah, Kismartini

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MARGASARI KECAMATAN MARGASARI KABUPATEN TEGAL

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR

Otniel Handityasa P 1), Hartuti Purnaweni 1,2) Universitas Diponegoro

ANALISIS KINERJA KECAMATAN KEJAKSAN KOTA CIREBON. Oleh : Diah Ayu Purbasari, Sri Suwitri, Ida Hayu D. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN BERBASIS LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) OLEH DINAS SOSIAL, PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SEMARANG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DESA SUNGAI PADUAN KECAMATAN TELUK BATANG KABUPATEN KAYONG UTARA.

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

Implementasi Kebijakan Penanganan Anak Jalanan di Kota Yogyakarta. Oleh : Ayu Isrovani Pratiwi, Sundarso, Zainal Hidayat

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

ImplementasiPolitik Kebijakan Ruang Terbuka Hijau DKI Jakarta Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2030

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV-AIDS DI KABUPATEN KEBUMEN (Telaah Pasal 7)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MANADO JANWAR BINGKU PATAR RUMAPEA MARTHA OGOTAN

ANALISIS IMPLEMENTASI PERUBAHAN ATAS PERDA TENTANG ALOKASI DANA DESA

Implementasi Program Pemberdayaan Usaha Mikro Batik Dalam Lingkup Klaster Batik Kota Semarang

Implementasi Peraturan Bupati Pelalawan Nomor 45 Tahun 2012 Tentang Perubahan Pedoman Penilaian PNS Berprestasi

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGATURAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA SEMARANG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REVITALISASI DAN KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH KAWASAN KOTA LAMA DI KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

ANALISIS PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF GREEN ECONOMIC DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

PELAKSANAAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini merupakan penelitian dengan tipe deskriptif

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum berjalan secara optimal, karena pemenuhan hak-hak anak seperti

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian pada Bab I sampai dengan Bab VI, disusun

PENGELOLAAN ASET TETAP BERBASIS KOMPETENSI PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA. Kepala KPPN. Standard dan arah kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB III METODE PENELITIAN. karena penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena implementasi

Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 tahun 2009 tentang Perizinan Mendirikan Bangunan di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

ANALISIS POTENSI SUBJEK PAJAK DAN KONTRIBUSI PAJAK ATAS PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH DI KOTA BATU

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN Vol. 4, No. 1 (2015)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KONSEP GREEN CITY

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

Implementasi Program Gerdu Kempling di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

EVALUASI PERKEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MADIUN

PENTINGNYA FAKTOR KOMUNIKASI DALAM PROGRAM KARTU JAKARTA PINTAR (KJP) PADA SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DI KOTA ADMINISTRASI JAKARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

PERAN PENGEMBANG PERUMAHAN DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI PERUMAHAN KEMANG PRATAMA KOTA BEKASI TESIS

Aria Alantoni D2B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai. 1. Implementasi Program PWK Bidang Ekonomi

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR TEPI JALAN

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN TANDANG, KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

Arsitektura, Vol.13, No.2, Oktober 2015

IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SMP NEGERI 2 SEMARANG. Oleh: Ines Delaney Natasha, Aufarul Marom, Dewi Rostyaningsih

IMPLEMENTASI PROGRAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN MELALUI KEGIATAN HUTAN RAKYAT DI DESA KALISIDI KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

PERBANDINGAN PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SEMARANG DAN KOTA SURABAYA TAHUN Penyusun : HERATI SEKAR PURI NIM :

Implementasi Program Sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Cirebon

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN (Studi di Kecamatan Ciamis) LILIS ISTORIYAH ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

DAFTAR PUSTAKA. Anderson, James, L Public Policy Making, Holt, Rinehart and Winston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Kepensiunan di Indonesia (Studi Kasus:Tinjauan Implementasi

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi:

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN TLOGOSARI SEMARANG

ANALISIS PELAKSANAAN LAYANAN RAKYAT UNTUK SERTIFIKAT TANAH (LARASITA) DI KANTOR PERTANAHAN KOTA SAMARINDA

ABSTRAK KINERJA PENGAWAS MADRASAH KEMENTERIAN AGAMA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN Isti Diana Sari 1, Zulkarnain 2, Rosana 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

Transkripsi:

Implementasi Program Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Candisari Kota Semarang Veronica Nimas, Kismartini, Maesaroh Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro Jl. Prof H. Soedarto, SH, Telp (024) 7465407 Tembalang Semarang Abstract The purpose of this research is to analyse the implementation of program of green public areas arrangement in Cnadisari Sub District of Semarang and to know the factors that affect this implementation. To solve the the problems and to gain the aims of this research, the researcher used green open space utilization community, compatibility with the planning of program and the control of the implementation program itself. The researcher focused on the subject of the program on how the program is implemented. The researcher also pay attention to some factors that influence this research. The factors are communication, bureaucratic structure, resource and predisposition. This research used qualitative research and descriptive method. The result of this study shows that the implementation program of green open space in Candisari sub district, Semarang have not done well. The minimum percentage of green open space have not achieved yet. Some of causes are the advantages of green open space itself are not used maximally by the public, the lack of public participation to support this program, the lack of human resources who take in charge in this program, the funds which is not provided sufficiently and the lack of control from government. Key Words: Implementation, Green Open Space, Minimum Percentage of Green Open Space A. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ruang terbuka hijau atau yang sering disingkat RTH memiliki banyak pengertian. Di dalam pengaturannya RTH juga dapat disebut dengan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP). Fungsi hijau dalam ruang terbuka hijau (RTH) kota sebagai paru-paru kota, merupakan salah satu aspek berlangsungnya fungsi daur ulang, antara gas karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2), hasil fotosintesis khususnya pada dedaunan. Sistem tata hijau ini berfungsi sebagai semacam ventilasi udara dalam rumah (bangunan). Lebih dari itu, masih banyak fungsi RTH termasuk fungsi estetika yang bermanfaat sebagai sumber rekreasi publik, secara aktif maupun pasif, yang diwujudkan dalam sistem koridor hijau sebagai alat pengendali tata ruang atau lahan dalam suatu sistem RTH kota. (Hudan, 2009) Kawasan Perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang serupa,yaitu tingginya tingkat pertumbuhan 1

penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota yang makin berat. Demikian juga halnya dengan Kota Semarang yang memiliki jumlah penduduk cukup banyak dan pertambahan penduduk dari waktu ke waktu akan memberikan dampak pada tingginya terhadap tekanan pada pemanfaatan ruang kota. Pembangunan gedung-gedung serta berbagai infrastruktur lainnya menjadikan sebagian besar wilayah kota-kota di Indonesia hanya berisi bangunan-bangunan saja dan tidak dengan kawasan ruang terbuka, khusunya ruang terbuka hijau. Berdasarkan beberapa masalah di atas, beberapa kota besar di Indonesia membuat regulasi ataupun kebijakan mengenai penataan ruang terbuka hijau, salah satunya di Kota Semarang. Pemerintah kota Semarang mengeluarkan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Semarang. Peraturan daerah ini tentunya tetap mengacu kepada Undang-Undang No 26 tahun 2007 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008. Pada Peraturan Daerah No 7 Tahun 2010,ditetapkan luas RTH sebesar ± 17.763,343 (ha) (47,533%) dari luas Wilayah Daerah ( bab IV Pasal 10 ayat (2) ). Selain itu juga, sama halnya seperti undangundang tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan umum tentang Pedoman Penataan Ruang Terbuka Hijau, Peraturan Daerah Kota Semarang tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau pun membagi adanya RTH Publik dan RTH Privat. Luas yang ditetapkan adalah untuk RTH Publik sebesar ± 15.395,746 (ha) (34,204%) dari luas Wilayah Daerah dan Luas RTH Private sebesar ± 2.367,597 (ha) (13,329%) dari luas Wilayah Daerah. Sama halnya dengan kota-kota besar di Indonesia yang belum bisa mengimplementasikan Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang khususnya Ruang Terbuka Hijau, Kota Semarang pun nampak belum bisa optimal dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2010 tentang Pengaturan Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Semarang. Dalam praktek di lapangan, ruang terbuka hijau (RTH) yang terdapat di Kota Semarang terus berkurang. Hal ini mengindikasikan adanya alih fungsi lahan yang tidak berwawasan lingkungan sehingga berpotensi menimbulkan bencana alam. Seperti yang bisa kita lihat, bahwa Kota Semarang masih mengalami bencana rob apabila musim penghujan tiba. Hal tersebut tentunya sangat mengganggu keseimbangan lingkungan.kemudian selain itu, Kota Semarang yang udaranya memang cukup panas menjadi semakin panas karena berkurangnya Ruang Terbuka Hijau tadi. Berdasarkan data yang ada, Kecamatan Candisari memiliki RTH Publik yang masih minim atau masih belum memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan kawasan Kecamatan Candisari yang berada di wilayah kota, sehingga di lihat dari lingkungannya, kurang mendukung tersedianya RTH Publik. Banyaknya pemukiman dan perumahan yang ada di Kecamatan Candiasri menyebabkan RTH Publik tidak mempunyai tempat. Penyebab yang lain adalah mengenai pengelolaan RTH Publik itu sendiri. Sebenarnya ada beberapa tempat yang bisa digunakan untuk lahan RTH Publik, tetapi tempat itu tidak mendapat perhatian sama sekali dari pihak masyarakat maupun kecamatan, sehingga 2

dibiarkan menjadi tempat kosong dan kering. Sejauh ini, pihak Kecamatan Candisari tidak terlibat di dalam pengelolaan RTH Publik.Hal ini juga menjadi masalah dalam implementasi Program RTH Publik di Kecamatan Candisari ini.pihak kecamatan menyerahkan semua pengelolaan RTH Publik kepada Dinas Kebersihan Pertamanan Kota Semarang. Jadi, pihak Kecamatan Candisari belum melakukan sesuatu untuk memperbaiki atau mengatasi permasalahan mengenai RTH Publik di sana. Standard yang ditentukan adalah berdasarkan Perda Kota Semarang No 7 Tahun 2010 adalah 34,204%. Dapat dilihat adanya koordinasi yang kurang antara Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang dengan Kecamatan Candisari.Selain itu, keterlibatan masyarakat juga diperlukan. Keterlibatan masyarakat diwujudkan melalui ajakan atau sosialisasi dari pihak Kecamatan Candisari, jadi sudah seharusnya bahwa pihak Kecamatan Candisari ikut aktif dalam memberdayakan masyarakatnya, sehingga nantinya implementasi Program Penataan RTH Publik di Kecamatan Candisari bisa optimal. B. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk menganalisis implementasi Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Candisari, Kota Semarang. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Candisari, Kota Semarang C. TINJAUAN TEORITIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk undang- undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutih, atau dekrit presiden) (Wahab, 2005: 64). implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku badanbadan yang memiliki kewenangan, yang memiliki tanggung jawab untuk menimbulkan ketaatan pada kelompok sasaran, melainkan menyangkut kekuatankekuatan politik, ekonomi dan sosial yang secara langsung maupun tidak dapat mempengaruhi perilaku semua pihak yang terlibat, baik dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Pemerintah harus memperhitungan berbagai faktor saat melaksanakan implementasi kebijakan karena keberhasilan kebijakan publik sangat penting memperhatikan proses implementasinya. Khusus implementasi kebijakan menggunakan teori beberapa pengertian para ahli tentang implementasi kebijakan dan mengacu dari Perda No 7 Tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau, bahwa proses penataan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Candisari dapat dilihat dari beberapa indikasi penelitian yaitu Pemanfaatan RTH Publik di Kecamatan Candisari, Kesesuaian pelaksanaan program dengan perencanaan program dan pengendalian dalam proses penataan RTH Publik tersebut. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program ini penulis menggunakan implementasi top down dari George Edwards III yang terdiri dari beberapa faktor, yaitu sumber daya, 3

komunikasi, kecenderungan-kecenderungan, dan struktur birokrasi. D. DESAIN PENELITIAN Pada penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif dan akan menyelidiki prosedur masalah dengan menggambarkan keadaan subjek maupun objek penelitian (orang, lembaga, masyarakat) pada saaat sekarang berdasarkan fakta yang nampak maupun keadaan yang sebenarnya. Penggunaan metode ini diharapkan dapat menjawab dan memecahkan masalah yang ada setelah melakukan pemahaman dan pendalaman secara menyeluruh dan utuh dari objek yang diteliti dan hasil olah pikir dengan pengukuran dan menarik kesimpulan dengan kondisi dan waktunya. Lokus penelitian berada di Kecamatan Candisari Kota Semarang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Teknik Purposif (sampel bertujuan). Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2008:218-219), Teknik Purposif yaitu informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini karena mereka (informan) dalam kesehariannya senantiasa berurusan dengan permasalahan yang sedang diteliti. (Fuad dan Nugroho, 2014 : 58). Kemudian peneliti juga menggunakan teknik snowball yaitu melalui Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang nantinya akan mengarahkan penulis untuk mencari informan lain yang berkaitan dengan penelitian, tujuannya adalah untuk melengkapi informasi yang dicari oleh peneliti yang belum terjawab oleh informan kunci. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen. Sumber data berupa data primer yang diperoleh secara langsung dari informan melalui wawancara dan data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian melalui dokumen. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti melalui observasi, wawancara mendalam dengan informan, studi pustaka dan dokumentasi. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam proses pengolahan data yaitu bergerak diantara perolehan data, reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Artinya data-data yang terdiri dari deskripsi dan uraiannya adalah data yang dikumpulkan, kemudian disusun pengertian dengan pemahaman arti yang disebut reduksi data, kemudian diikuti penyusunan sajian datayang berupa cerita sistematis, selanjutnya dilakukan usaha untuk menarik kesimpulan dengan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sebagai alat penguji kualitas data. Peneliti memilih teknik triangulasi karena akhir dari teknik ini setelah mendapatkan data yang diperoleh dari lapangan kemudian dikomparasikan dengan perspektif teoritis yang relevan. E. HASIL PENELITIAN a. Implementasi Program Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Candisari Kota Semarang 4

Implementasi Program Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik merupakan upaya untuk mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan Program Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Candisari dalam mengatasi permasalahan kurangnya persentase Ruang Terbuka Hijau Publik dan belum maksimalnya pengelolaan taman di sana serta mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi saat pelaksanaan Program Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Candisari Kota Semarang. Proses implementasi akan melihat pelaksanaan kebijakan dan efektivitas kebijakan tersebut dalam mengatasi permasalahan dan kebutuhan publik serta dalam mencapai tujuan dari kebijakan yang diharapakan dari Program Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik tersebut. Proses penataan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Candisari ini dapat dilihat melalui pemanfaatan RTH Publik di Kecamatan Candisari, kesesuaian pelaksanaan dengan perencanaan dan pengendalian. Pemanfaatan RTH Publik di Kecamatan Candisari dirasa masih kurang. Maksudnya kurang di sini adalah manfaat dari RTH Publik tersebut belum maksimal dirasakan manfaatnya oleh masyarakatnya. Hal itu memang disebabkan karena belum terpenuhinya RTH Publik di Kecamatan Candisari kemudian juga masih kurangnya kepedulian dari masyarakat sehingga beberapa informan mengatakan kepedulian masyarakat sangat penting untuk merasakan manfaat adanya RTH Publik di Kecamatan Candisari tersebut. Kondisi RTH Publik yang ada memang sudah terawat, tetapi pihak kecamatan mengharapkan dibangunnya taman aktif di Kecamatan Candisari. Kemudian dalam hal kesesuaian pelaksanaan program dengan perencanaan program. Hal ini sepertinya memang yang paling utama dalam proses pelaksanaan penataan RTH Publik di Kecamatan Candisari karena memang di dalamnya terdapat target atau sasaran utama dari program ini. Namun hampir semua informan mengatakan bahwa implementasi penataan RTH ini belum sesuai dengan target. Pihak kecamatan pun juga menyadari. Tim dari BLH juga sudah pernah datang dan menyatakan kalau memang belum memenuhi target. Terdapat kendala-kendala yang dirasa menyebabkan target belum terpenuhi. Ada informan yang mengatakan masalah dana, sumber daya manusia, kepedulian masyarakat, da nada juga yang mengatakan mengenai rendahnya kualitas RTH itu sendiri. Namun sehubungan dengan hal tersebut, implementor akan terus berusaha untuk tetap membangun dan mengembangkan RTH baik dalam segi kualitas ataupun kuantitas. Kemudian para informan mengatakan bahwa pengendalian untuk pelaksanaan program ini dirasa sangat perlu. Tujuan dari pengendalian atau pengawasan ini adalah untuk mencegah kerusakan taman ataupun pengalihfungsian taman tersebut. Adapun cara mereka dalam melakukan pengendalian atau pengawasan adalah dengan mengamati langsung ke lapangan dan mencari taman atau RTH mana yang sudah mengalami kerusakan. Kendala dalam melakukan pengawasan adalah sumber daya manusia yang terbatas. Para informan mengatakan bahwa sampai saat ini taman yang dikelola ada 224 taman. Mereka merasa mengalami masalah dalam jumlah sumber daya manusianya. 5

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Program Penataan RTH Publik di Kecamatan Candisari Kota Semarang a) Struktur Birokrasi Dalam penelitian ini pelaksana atau implementor dari program ini adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang. Aspek-aspek yang terkait dengan struktur birokrasi antara lain tugas pokok dan fungsi, SOP, koordinasi dan kerjasama serta pendelegasian. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang memiliki tugas dan fungsi melakukan pengelolaan dan penataan Ruang Terbuka Hijau Publik, di mana tugas tersebut dilakukan oleh para staff di bidang pertamanan di bagian penataan taman. Mereka juga bekerja sama dengan dinas-dinas terkait seperti dinsospora dan dinas social untuk membantu dalam pengembangan lahan RTH Publik. Kecamatan juga harus turut berperan dalam program ini, tetapi berdasarkan wawancara, pihak kecamatan belum begitu berperan dalam implementasi program ini. Masyarakat berperan sebagai pemelihara dan pengawas taman atau RTH Publlik tersebut. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang belum memiliki SOP dalam program pengelolaan RTH Publik. SOP hanya berdasarkan pada Perda Kota Semarang No 7 Tahun 2010 tentang Penataan RTH. Koordinasi dan kerjasama dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang dalam menjalankan program ini. Koordinasi dan kerjasama dilakukan dengan Bappeda, dinas-dinas terkait, pihak swasta, kecamatan serta masyarakat setempat. Pendelegasian dalam implementasi program ini dilakukan secara tidak resmi. Mereka lebih menyebut sebagai kerjasama antar instansi atau implementor. b) Komunikasi Di dalam komunikasi implementasi program ini meliputi kemampuan implementor dalam berkomunikasi, penyaluran komunikasi, kejelasan informasi dan ketepatan informasi. Kemampuan implementor dalam menyapaikan informasi tidak hanya melakukan secara lisan, namun juga melakukan praktik ke lapangan. Penyaluran informasi dilakukan secara langsung kepada kelompok sasaran yaitu Kecamatan Candisari dan masyarakat setempat. Implementor tidak menggunakan media komunikasi. Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Candisari sudah mengerti dengan informasi yang disampaikan. Informasi yang disampaikan menurut implementor sudah tepat dalam penyalurannya. Informasi tersebut juga sudah tepat sasaran. Hal ini ditunjukkan bahwa pihak Kecamatan Candisari mengerti tenatng adanya program ini dan mendukung dalam pelaksanaannya. c) Sumber Daya Sumber daya mencakup kemampuan, kapasitas dan 6

kompetensi implementor, SDM, sarana dan prasarana, informasi mengenai tata cara pelaksanaan dari instansi vertikal atasnya, wewenang, dan sumberdaya keuangan. Kemampuan, kapasitas dan kompetensi yang harus dimiliki implementor harus sesuai dengan latar belakang ilmu lingkungan dan penataan ruang, menguasai ilmu, materi, kelembagaan masyarakat dan problem solving. Jumlah personil yang ada di Dinas Kebersihan dan Pertamanan maupun di kecataman belum memadahi dan terbatas dalam menjalankan program ini. Belum ada informasi menganai tata cara pelaksanaan secara resmi. Mereka hanya mengacu pada master plan yang dibuat oleh Bappeda. Wewenang yang dimiliki petugas didapat dari tupoksi serta wewenang dalam melaksanakan yang sesuai tupoksi dan menolak kegiatan yang tidak sesuai tupoksi. Fasilitas yang digunakan kualitasnya sudah baik. Fasilitas yang diperlukan antara lain: tanaman hias, obat-obatan pertanian, pupuk, polybag, sekam, tanah merah, dll. Secara kuantitas sudah mencukupi tapi pemberiannya secara bertahap karena terbatasnya dana. Para informan mengatakan bahwa dana yang dianggarkan masih sangat kurang. Dana berasal dari APBD. Bahkan pihak Kecamatan mengakui mereka belum ada dana untuk mengelola Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Candisari, sehingga mereka belum sepenuhnya ikut berperan serta dalam proses penataan RTH Publik tersebut. d) Kecenderungan-kecenderungan Kecenderungankecenderungan merupakan sikap atau tingkat penerimaan implementor terhadap suatu program yang harus dilaksnakan. Aspek-aspek yang yang terkait dalam kecenderungankecenderungan adalah komitmen implementor, tingkat penerimaan implementor, intensitas dan loyalitas implementor, kepuasan kerja dan keterlibatan implementor. Para informan mengatakan bahwa komitmen dalam menjalankan program sudah diberikan semaksimal mungkin. Mereka menjalankan program sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Tingkat penerimaaan implementor dam masyarakat dalam program ini mendapat respon positif terbukti dari harapan mereka akan keberlanjutan program ini. Untuk intensitas impelementor dalam pelaksanaan program ini dikatakan sesuai dengan kebutuhan. Kepuasan kerja dikatakan oleh para informan belum berada di titik maksimal karena belum terpenuhinya target dari RTH Publik di Kecamatan Candisari. Tingkat keterlibatan implementor sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Tugas dan fungsi itulah yang mempengaruhi keterlibatannya. 7

G. PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dan wawancara dengan para informan, kesimpulan yang bisa diambil adalah: 1) Implementasi Program Penataan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kecamatan Candisari Kota Semarang belum optimal karena masih belum memenuhi target RTH minimal untuk suatu wilayah. 2) Partisipasi dari masyarakat yang masih sangat kurang dalam pelaksanaan program penataan RTH. Pembangunan, pemeliharaan serta pengamanan RTH masih dilakukan sepenuhnya oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang. 3) Sumber daya manusia yang masih terbatas sehingga menghambat proses pengelolaan dan pengendalian dari RTH di Kecamatan Candisari 4) Pihak Kecamatan Candisari belum ikut serta dalam pelaksanaan program penataan RTH. Pendekatan dengan masyarakat masih sangat kurang sehingga tidak ada kerja sama dengan masyarakat untuk membantu Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang dalam pengelolaan RTH. 5) Dana yang masih kurang untuk program ini sehingga menghambat pengadaan sarana dan prasarana serta menyebabkan pihak Kecamatan Candisari tidak bisa ikut serta dalam pengelolaan RTH 6) Belum adanya Standard Operating Procedures. SOP memungkinkan para pelaksana untuk melaksanakan kegiatan setiap hari sesuai standar. Hingga saat ini belum ada SOP yang mengatur secara resmi. SARAN Dari hasil penelitian yang telah ditulis maka penulis memberikan rekomendasi antara lain: 1) Pendekatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat akan pentingnya RTH Publik di Kecamatan Candisari. 2) Sosialisasi secara resmi kepada pejabat dan masyarakat Kecamatan Candisari. 3) Pembuatan SOP secara resmi untuk memperjelas tupoksi. 4) Meningkatkan dana untuk program ini sehingga fasilitas bisa terpenuhi tepat waktu dan pihak kecamatan bisa ikut serta dalam program ini. 5) Lebih mengikutsertakan pegawaipegawai kelurahan untuk menutup kekurangan SDM di Dinas Kebersihan dan Pertamanan DAFTAR PUSTAKA Buku: Agustino, Leo. 2012. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta Budihardjo, Eko, Djoko Sujarto. 2009. Kota Berkelanjutan (Sustainable City). Bandung: PT. Alumni Irwan, Zoer ainidjamal. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: BumiAksara 8

Islamy, Irfan. 2007. Prinsip- Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: BumiAksara Joga, Nirwono, Iwan Ismaun. 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta: PT Gramedia Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model dan Aktordalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gava Media Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah (Realita dan Tantangan). Jakarta: BumiAksara Implemenrasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: BumiAksara Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo Perundang-undangan: Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 tahun 2010 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Subarsono. 2010. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogayakarta: Pustaka Pelajar Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suwitri, Sri. 2011. Konsep Dasar Kebijakan Publik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Tachjan, H. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Penerbit AIPI Bandung Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke 9