JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2014, VOL. 1, NO. 4, 17-21

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

EVALUASI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH PERANAKAN FRIES HOLLAND (PFH) PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

EVALUASI REPRODUKSI SAPI PERAH PFH PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD TANI MAKMUR KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

POTENSI KERUGIAN FINANSIAL AKIBAT ABNORMALITAS SELANG BERANAK PADA USAHA TERNAK SAPI PERAH

PERFORMA REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA DI PETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI OKTARIA DWI PRIHATIN

TAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERAH PADA BERBAGAI PARITAS DI DESA KEMIRI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

Produksi Susu Dan Performa Reproduksi Sapi Perah Pada Berbagai Paritas

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

Hubungan Masa Kosong dengan Produktivitas pada Sapi Perah Friesian Holstein di Baturraden, Indonesia

INDEK FERTILITAS SAPI PO DAN PERSILANGANNYA DENGAN LIMOUSIN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Evaluasi Penampilan Reproduksi Sapi Perah (Studi Kasus Di Perusahaan Peternakan Sapi Perah KUD Sinarjaya)

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

TAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERAH PADA BERBAGAI PARITAS DI WILAYAH KUD BATU

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

TAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERAH PADA BERBAGAI PARITAS DI DESA KEMIRI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

Keberhasilan inseminasi buatan menggunakan semen beku dan semen cair pada sapi Peranakan Ongole

PENGARUH FASE KELAHIRAN TERHADAP DAYS OPEN DAN CALVING INTERVAL PADA TERNAK SAPI PERAH

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE DENGAN

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

TAMPILAN REPRODUKSI SAPI Friesian Holstein PADA BERBAGAI PARITAS DI KOPERASI AGRONIAGA DESA GADING KEMBAR KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERAH EKS-IMPOR DAN LOKAL PADA TIGA PERIODE KELAHIRAN DI SP 2 T, KUTT SUKA MAKMUR GRATI, PASURUAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

PENDAHULUAN. (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak 3.420

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi

PERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

DAMPAK PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN (IB) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DAERAH JAWA BARAT

RELATIONSHIP OF DAYS OPEN AND SERVICE PER CONCEPTION WITH MILK PRODUCTION AND MILK QUALITY FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBRED (PFH) COWS AT JABUNG

COMPARISON REPRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Faktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

REPRODUCTION PERFORMANCE OF LIMOUSIN CROSSBREED IN TANGGUNGGUNUNG DISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY

ABSTRAK PENELITIAN BERBASIS HIBAH UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (U.P.T) TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen. Pembibitan sapi perah dimaksudkan untuk meningkatkan populasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO. Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin... Afghan Arif Arandi

SKRIPSI. PERFORMAN REPRODUKSI INDUK SAPI BALI PASCA SINKRONISASI ESTRUS MENGGUNAKAN PROSTAGLANDIN (PGF 2α ) DAN HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN (hcg)

Salmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho

Cahyo Andi Yulyanto, Trinil Susilawati dan M. Nur Ihsan. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang Jawa Timur

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG

Endang Sulistyowati, Emran Kuswadi, Lobis Sutarno dan Gilbert Tampubolon

EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO. Oleh : Donny Wahyu, SPt*

MANAJEMEN REPRODUKSI PADA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN ENREKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN

Efisiensi reproduksi sapi perah PFH pada berbagai umur di CV. Milkindo Berka Abadi Desa Tegalsari Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH MELALUI KAWIN TEPAT WAKTU

Kinerja Reproduksi Induk Sapi Silangan Simmental Peranakan Ongole dan Sapi Peranakan Ongole Periode Postpartum

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN (FH) PADA BERBAGAI PARITAS DAN BULAN LAKTASI DI KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA

Adrial dan B. Haryanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jalan G. Obos Km.5 Palangka Raya

PERFORMANS REPRODUKSI INDUK SAPI LOKAL PERANAKAN ONGOLE YANG DIKAWINKAN DENGAN TEKNIK INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Kinerja Reproduksi Induk Sapi Potong pada Usaha Peternakan Rakyat di Kecamatan Mojogedang

ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

CALVING INTERVAL SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TENAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

DAFTAR PUSTAKA. Ball, P. J. dan A. R. Peters, Reproduction in Cattle. Ed ke-3. Oxford United Kingdom: Blackwell Publishing.

The Influence of Body Condition Score in Late Pregnancy on Protein Colostrum Total and Content of Friesian Holstein Cows

BAB III MATERI DAN METODE. Ongole (PO) dan sapi Simmental-PO (SIMPO) dilaksanakan pada tanggal 25 Maret

PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

SURAT PERNYATAAN. Y a n h e n d r i NIM. B

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO DENGAN SKOR KONDISI TUBUH YANG BERBEDA PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN MALANG

PENAMPILAN PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BALAI PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK SAPI PERAH CIKOLE, LEMBANG

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIANNYA

PUBERTAS DAN ESTRUS 32 Pubertas 32 Estrus 32 Waktu kawin 33

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI SILANGAN SIMPO dan LIMPO YANG DIPELIHARA DI KONDISI LAHAN KERING

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE TERHADAP SERVICE PER CONCEPTION DAN CALVING INTERVAL SAPI POTONG PERANAKAN ONGOLE DI KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

PERFORMANS SAPI BALI INDUK SEBAGAI PENYEDIA BIBIT/BAKALAN DI WILAYAH BREEDING STOCK BPTU SAPI BALI

CONCEPTION RATE PADA SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

PROFIL REPRODUKSI SAP1 FRIES HOLLAND DI PT TAURUS DAIRY FARM

PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Saat ini, produksi susu di Indonesia masih sangat rendah baru

Transkripsi:

Hubungan antara Tingkat Reproduksi Sapi Perah terhadap Tingkat Kerugian Peternak (The Relationship between Dairy Cattle s Reproductive Performance and Farmers s Economic Losses) Rangga Setiawan 1, Nurcholidah Solihati 1, Rini Widyastuti 1 Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan, Departemen Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1 Email: rangga.setiawan@unpad.ac.id Abstrak Performa reproduksi merupakan faktor utama dalam mendukung keberhasilan usaha ternak sapi perah. Performa reproduksi yang rendah dapat menyebabkan berbagai kerugian seperti produksi susu rendah, produksi pedet yang terlambat, pelayanan IB yang tinggi, yang terakumulasi pada kerugian secara ekonomi. Salah satu performa reproduksi yang menjadi perhatian khusus adalah masa kosong yang merupakan waktu antara periode melahirakan sampai sapi tersebut bunting kembali. Semakin lama waktu tersebut menggambarkan rendahnya reproduktivitas sapi perah tersebut yang lebih lanjut akan menurunkan pendapatan peternak karena akan bertambahnya biaya produksi seperti biaya pakan, tenaga kerja, biaya inseminasi, dan sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan kemudian mengevaluasi performa reproduksi (masa kosong, service per conception, dan calving interval) terkait pendapatan yang diperoleh peternak. Sebanyak 19 ekor sapi perah laktasi kedua yang terdapat di kelompok ternak desa Cipageran, Cimahi dijadikan objek penelitian melalui metode survey ke pemilik ternak. Hasil yang diperoleh bahwa masa kosong, calving interval dan service per conception sapi perah di lokasi penelitian berturut-turut sebesar 110 hari, 386 hari dan 2,5. Adapun kerugian peternak untuk setiap penambahan satu hari masa kosong sebesar Rp. 10.775,45 per ekor. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa status reproduksi sapi perah di kelompok sapi perah Cipageran termasuk cukup baik, namun kerugian akan didapat perternak seiring bertambahnya masa kosong. Kata kunci: masa kosong, service per conception, calving interval, pendapatan peternak Abstract Reproductive performance is a major factor in supporting the successfull of the dairy cattle farming. Low reproductive performance can cause various disadvantages such as low milk production, calf production is late, IB high service, which accumulates in economic losses. One of the reproductive performance of particular concern is the fallow period which is the time between the childbirth until the cows were pregnant. The longer the time that illustrates the low reproducibility dairy cow that will further reduce the income of farmers as it will increase production costs such as the cost of feed, labor, a cost of insemination, and so forth. The purpose of this study was to determine and evaluate the reproductive performance open, service per conception and calving interval) related to the income of farmers. A total of 19 lactating dairy cows both contained in the herd Cipageran village, Cimahi as research object through the survey method to livestock owners. The results that days open, calving interval and service per conception of dairy cows in this study respectively for 110 days, 386 days and 2.5. loss of farmers for each additional day of Days open was Rp. 10775.45 per cow. The conclusion from this study that the reproductive status of dairy cows in a dairy Cipageran group was quite good, but the losses of farmer will come with increasing length of days open. Keywords: days open, service per conception, calving interval, farmer incomes 6

Rangga Setiawan, dkk. Hubungan antara Tingkat Reproduksi Pendahuluan Dalam rangka menunjang produktivitas sapi perah terkait produksi susu maupun produksi pedet yang dihasilkan tidak terlepas dari performa reproduksi dari sapi tersebut. Beberapa studi menyatakan bahwa performa reproduksi merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang produksi ternak. Lima puluh tahun yang lalu, kematian embrio dini yang menyebabkan kegagalan kebuntingan merupakan faktor kegagalan terbesar dalam menghasilkan pedet (Wiltbank et al., 2007). Penelitian dari (Bahonar et al., 2009) menjelaskan bahwa gangguan reproduksi berpengaruh terhadap fertilitas, kesehatan, dan produksi ternak. Sedangkan (Weersink et al., 2002) menyatakan bahwa rendahya produksi susu sangat berasosiasi dengan kegagalan kebuntingan akita keguguran. Salah satu performa reproduksi yang menjadi indikator dalam keberhasilan usaha sapi perah adalah masa kosong (days open). Masa kosong sering digunakan untuk menilai performa reproduksi dan untuk menentukan kebijakan ekonomi pada usaha sapi perah. Masa kosong didefinisikan sebagai periode dari mulai beranak sampai kebuntingan, serta menentukan calving interval dan mempengaruhi produksi susu pada laktasi selanjutnya. Masa kosong yang panjang berasosiasi dengan penurunan tingkat keuntungan yang diperoleh peternak. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan biaya inseminasi, resiko culling, dan penurunan produksi susu (De Vries, 2006). Secara umum, usaha peternakan sapi perah di masyarakat Kota Cimahi masih bersifat tradisional dan masih menghadapi banyak kendala yang mengakibatkan produktivitas ternak tidak optimum. Salah satu kendala tersebut adalah masih banyaknya sapi-sapi yang memiliki masa kosong yang panjang sehingga menurunkan performa reproduksi secara keseluruhan. Implikasi lain yang disebabkan oleh masa kosong yang panjang adalah tingkat pendapatan yang diperoleh peternak semakin kecil karena harus menambah biaya pemeliharaan. Mengetahui hubungan antara masa kosong dan performa reproduksi yang lain terkait pendapatan peternak merupakan langkah penting untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha peternakan sapi perah. Evaluasi serta seleksi individu yang akan dijadikan indukan ataupun yang akan diculling dapat didasarkan atas pertimbangan hubungan tersebut. Seperti yang telah dijelaskan oleh (Sadek and Freeman, 1992) bahwa program seleksi individu sapi perah dapat didasarkan pada pertimbangan nilai masa kosong. Oleh karena itu, studi ini ditujukan untuk menggali informasi mengenai performa reproduksi sapi perah terutama masa kosong, service per conception, dan calving interval yang dikaitkan dengan pendapatan yang diterima oleh peternak. Materi dan Metode Ternak Penelitian Tiga puluh sapi perah yang memiliki laktasi kedua akan dijadikan sebagai sampel penelitian. Materi penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari kelompok ternak sapi perah di desa Cipageran Kota Cimahi Jawa Barat. Data sekunder yang dikoleksi meliputi data masa kosong, produksi susu, tanggal beranak, tanggal inseminasi yang menghasilkan kebuntingan, informasi harga pakan, informasi pelayanan inseminasi, informasi harga pelayanan kesehatan, dan informasi biaya tenaga kerja. Peubah yang diamati Peubah yang diamati meliputi masa kosong, service per conception (kawin yang menghasilkan kebuntingan), dan tanggal beranak. Untuk menganalisa kerugian ekonomi akibat masa kosong, beberapa biaya produksi selama masa kosong akan diperhitungkan seperti biaya pakan, biaya pelayanan koperasi (inseminasi dan pelayanan kesehatan), dan biaya tenaga kerja, sedangkan biaya produksi selama masa laktasi tidak dimasukan dalam perhitungan karena biaya tersebut diasumsikan tetap. Lokasi dan Waktu Kegiatan Penelitian ini akan dilaksanakan di kelompok sapi perah desa Cipageran, Koa Cimahi, Jawa Barat pada bulan Juli s.d. November 2015. 7

Tabel 1. Deskripsi data masa kosong, calving interval, dan service per conception sapi perah di kelompok peternak Cipageran, Cimahi. N Masa Kosong (Hari) CI (Bulan) SC Max 214 489 6 Min 82 357 1 Rataan 110,95 385,95 2,53 Stdev 19 41,65 41,65 1,90 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil observasi pada 19 ekor induk sapi perah yang telah dilakukan, deskripsi data masa kosong, calving interval (CI) dan service per conception tersaji pada Tabel 1. Rata-rata masa kosong berkisar selama 111 hari dengan masa terlama 214 hari dan maktu terpendek 82 hari. Adapun calving interval berkisar 386 hari dengan interval terlama 489 hari dan terpendek 357 hari, sedangkan service per conception berkisar pada nilai 2,5. Masa kosong sapi perah di kelompok peternak desa Cipageran termasuk ke dalam kategori cukup baik. Masa kosong yang ideal berkisar antara 100-120 hari, dan memerlukan perbaikan manajemen apabila masa kosong lebih dari 120 hari (Murray, 2009). Masa kosong dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kesehatan reproduksi, nutrisi dan tata laksana pemeliharaan. Penyakit reproduksi yang dapat memperpanjang masa kosong diantaranya dystocia, retained placenta, infeksi uterus, dan cyctic ovarian (Bahonar et al., 2009). Pada penelitian lain, (Izquierdo et al., 2008) melaporkan bahwa masa kosong juga dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin pedet yang dihasilkan, yang mana sapi yang melahirkan pedet jantan mempunyai masa kosong yang lebih pendek dibanding sapi yang melahirkan pedet betina yaitu 132,56 hari berbanding 143,69 hari. Terdapat alasan yang menarik pada peternak yang sapinya memiliki masa kosong yang terlalu lama pada penelitian ini, selain disebabkan oleh faktor kesehatan reproduksi lamanya masa kosong juga dipengaruhi oleh masa tunggu inseminasi yang berbeda-beda. Beberapa peternak berpendapat bahwa menginseminasi pada masa pada bulan kedua atau ketiga pasca melahirkan yang mana merupakan waktu ideal bagi sapi induk untuk kembali diinseminasi akan menurunkan produksi susu. pada bulan kedua atau ketiga pasca melahirkan merupakan waktu yang mana sapi induk menghasilkan produksi susu yang tinggi, sehingga peternak lebih memilih menunda jadwal inseminasi. Efek dari penundaan tersebut memperpanjang masa kosong. Karena keterbatasan peneliti, penjelasan fisiologis mengenai keterkaitan estrus dan produksi susu masih kurang. Namun penelitian (Lopez et al., 2004) mengungkapkan bahwa produksi susu akan menurun pada waktu estrus akibat sirkulasi konsentrasi serum estradiol yang mempunyai korelasi terhadap tingkat stress dan penurunan nafsu makan. Berdasarkan analisis hubungan antara masa kosong dan produksi susu terdapat nilai -0,3 yang berarti setiap peningkatan kosong akan menurunkan produksi susu. Kerugian ekonomi akibat masa kosong Masa kosong merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha ternak sapi perah terkait pendapatan peternak. Masa kosong yang panjang akan menurunkan penadapatan peternak akibat dari biaya extra yang harus dikeluarkan selama sapi tersebut tidak bunting. Berdasarkan hasil yang diperoleh, biaya produksi dan pendapatan peternak tersaji pada Tabel 2. Perhitungan keuntungan atau kerugian secara ekonomi yang ditanggung peternak akibat masa kosong distandarkan pada satu periode laktasi (305 hari) yang mana pada periode tersebut peternak menghasilkan pendapatan secara rutin dari susu yang dihasilkan. Secara total, peternak mengeluarkan biaya produksi per ekor dan per periode laktasi sebesar Rp. 25.090.000,- sedangkan pendapatan yang diperoleh sebesar 26.077.750,- sehingga terdapat selisih sebesar Rp. 987.750,- dalam periode 305 hari atau Rp. 98.775 per bulan. 8

Rangga Setiawan, dkk. Hubungan antara Tingkat Reproduksi Tabel 2. Biaya produksi dan pendapatan peternak sapi perah Item Pendapatan Biaya Produksi Penjualan susu (Rp./ekor/305 hari) 1 19,077,750.00 Harga Penjualan Pedet (Rp./ekor) 2 7,000,000.00 Konsentrat(Rp./ekor/305 hari) 3 3,660,000.00 Rumput (Rp./ekor/305 hari) 4 6,100,000.00 IB per kebuntingan (Rp./ekor) 30,000.00 Pertolongan kelahiran (Rp./ekor) 50,000.00 Tenaga kerja/hari (Rp./ekor/305 hari) 5 15,250,000.00 Total 6,077,750.00 25,090,000.00 1. Harga susu: Rp. 4500/liter; Rataan produksi susu 13,9 liter/ekor/hari 2. Penjualan pedet pada hari 305 hari Rp. 7.000.000,- 3. Kebutuhan konsentrat per ekor: 4 kg/hari; harga konsentrat Rp. 3000/kg 4. Kebutuhan rumput per ekor: 40 kg/hari; harga rumput: Rp. 500/kg 5. Tenaga kerja Rp.50.000/hari. Namun, pendapatan tersebut akan berkurang seiring bertambahnya masa kosong. Biaya yang dikeluarkan per satu hari masa kosong dapat dihitung dengan cara membagi pendapatan per tahun dengan rata-rata masa kosong (De Vries, 2006). Berdasarkan perhitungan tersebut pendapatan per tahun/ekor (Rp. 1.185.300) dibagi dengan rata-rata masa kosong (110 hari), sehingga biaya extra yang harus dikeluarkan pada masa kosong per hari sebesar Rp. 10.775,45,-. Lebih lanjut dalam penelitian (De Vries, 2006) menyatakan bahwa penjualan pedet dan induk sapi afkir dapat mengubah biaya extra pada masa kosong, sehingga biaya extra pada masa kosong per individu sapi akan sangat berbeda dengan biaya extra masa kosong untuk suatu populasi. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Masa kosong, calving interval, serta service per conceptioan sapi perah di kelompok peternak sapi perah Cipageran berturut-turut sebesar 110 hari, 386 hari dan 2,5. Status reproduksi ini masih tergolong dalam keadaan cukup baik. 2. Semakin panjang masa kosong serta calving interval dapat menurunkan pendapatan peternak sapi perah. 3. Kerugian peternak untuk setiap penambahan satu hari masa kosong sebesar Rp. 10.775,45 per ekor. Saran Selain perbaikan tata laksana pemeliharaan, teknis inseminasi di lapangan seperti arus informasi sapi estrus, pencatatan dan administrasinya harus mendapatkan perhatian secara komprehensif. Daftar Pustaka Atabany, A., B.P. Purwanto, T. Toharmat, and A. Anggraeni. 2011. Hubungan masa kosong dan produktivitas pada sapi perah Friesian Holstein di Baturraden, Indonesia. Media Peternakan:77-82. Bahonar, A.R., M. Azizzadeh, M.A. Stevenson, M. Vojgani, and M. M. 2009. Factors affecting days open in Holstein dairy cattle in Khorasan Razavi Province, Iran; A Cox Proportional Hazard Model. J. Ani. and Vet. Adv. 8:747-754. Ball, P.J.H., and A.R. Peters. 2004. Reproduction in Cattle.. 3rd ed. Blackwell Publishing. De Vries, A. 2006. Determinants of the cost of days open in dairy cattle. Proceedings of the 11th International Symposium on Veterinary Epidemiology and Economics. Izquierdo, C.A., V.M.X. Campos, C.G.R. Lang, J.A.S. Oaxaca, S.C. Suares, 9

C.A.C. Jimenez, M.S.C. Jimenez, S.D.P. Betancurt, and J.E.G. Liera. 2008. Effect of the offsprings sex on open days in dairy cattle. J. Anim. Vet. Adv. 7:1329-1331. Lopez, H., L.D. Satter, and M.C. Wiltbank. 2004. Relationship between level of milk production and estrous behavior of lactating dairy cows. Anim Reprod Sci 81:209-23. Murray, B.B. 2009. Maximazing conception rate in dairy cows: heat detection. Queens Printer for Ontario. O Connor, M.L. 2005. Systematic breeding program for dairy cows Department of Dairy Animal and Science. The Pennsylvania State University 324 Henning Building University Park, PA 16802. Philips, C.J.C. 2001. Principles of cattle Production.. CABI Publishing, Wallingford, UK. Sadek, M.H., and A.E. Freeman. 1992. Adjustment factors for previous and present days open considering all lactations. J. Dairy Sci 75:279. Van Raden, P.M., A.H. Sanders, M.E. Tooker, and R.H. Miller. 2004. Development of a national genetic for cow fertility. J. Dairy Sci. 87:2285-2292. Weersink, A., J.A. VanLeeuwen, J. Chi, and G.P. Keefe. 2002. Direct production losses and treatment costs due to four dairy cattle diseases. Proc. Western Canadian Dairy Seminar, Red Deer, Alberta, Canada. Adv. Dairy Technol 14:55 75. Wiltbank, M.C., K.A. Weigel, and C. D.Z. 2007. Recent studies on nutritional factors affecting reproductive efficiency in U.S. dairy herds. Western Dairy Management Conference:7-9. 10