BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah yang dalam masa perkembangannya berada di dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

B A B I PENDAHULUAN. Republika tabloid (7 November 2013) membahas pada sebuah media cetak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Kenakalan yang paling banyak terjadi yaitu sifatnya pelanggaran terhadap norma

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengenai kekerasan seksual pada anak (KSA). Kekerasan seksual yang dialami oleh anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah yang dalam masa perkembangannya berada di dalam masa remaja. Sering kali dengan gampang orang mendefenisikan remaja sebagai periode transisi antara masa anak anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Tetapi, mendefenisikan remaja ternyata tidak semudah itu (Sarlito, 2010 : 2). Adapun menurut wirawan dalam Jiwaningrat (2008 : 15) Masa remaja terdiri dari 3 tahapan : 1. Masa persiapan fisik (umur 11 15 tahun) : yang mencolok adalah perubahan dari segi fisik. 2. Masa persiapan diri (umur 15 18 tahun) : persiapan fisik sudah selesai dijalani, kedewasaan tumbuh dan kematangan sosial sudah tercapai, akan tetapi kedewasaan dan rasa tanggung jawab belum sepenuhnya diperoleh. 3. Masa persiapan dewasa (umur 18 21) : pada masa ini kebanyakan kaum muda masih belum dapat kepastian tentang masa depannya. Diharapkan sudah tercapai status kedewasaannya. (http://library.binus.ac.id/ecolls/ethesis/bab2/2009-2-00316-jp%bab%202.pdf, diakses pada 16 Mei 2013) Menurut Rumini (2004 : 13) masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Menurut Yusuf ( 2009 : 184) fase remaja adalah 1

2 merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan matangnya organ organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Herie (1996 : 9) mengatakan bahwa remaja adalah anak yang berumur 12 tahun sampai dengan 18 tahun. Dalam dunia pendidikan berarti masa sekolah tingkat SLTP dan SLTA. Pada masa ini dikenal sebagai masa pubertas. Pengertian ini dikecualikan apabila yang bersangkutan sudah menikah, maka dia bukan lagi seorang remaja. Sedangkan masa pubertas atau masa transisi adalah sebagai pengistilahan posisi kejiwaan remaja. Dimana pada saat itu, ia dikatakan sebagai anak anak, namun juga belum mampu bertindak sebagai orang dewasa. (http://library.binus.ac.id/ecolls/ethesis/bab2/2009-2-00316-jp%bab%202.pdf, diakses pada 16 Mei 2013) Pendidikan anak remaja (usia sekolah) memang sangat membutuhkan pengawasan yang cukup tinggi. Apalagi dalam kondisi saat ini, di era yang serba canggih didukung oleh kemajuan dan persaingan teknologi yang terus mengalami peningkatan dan tidak sedikit yang memberi dampak negatif terhadap pertumbuhan remaja.masalah seksual telah menjadi masalah remaja paling krusial pada era sekarang ini. Libido seks pada usia remaja begitu bergejolak. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan fisik dan faktor maraknya pornografi dan pornoaksi ini dalam masyarakat. Suguhan pornografi dan pornoaksi ini dapat disaksikan para remaja, dimana pun dan kapanpun. Sehingga para remaja tergelincir dan terjerumus ke dalam perilaku seks bebas. Tidak jarang melalui media internet, para siswa sekolah menjadi korban karena adanya tayangan yang tidak mendidik. Dan dengan sangat alami mereka ingin tahu bagaimana rasanya mempraktekkan

3 apa yang mereka lihat, dan dari awalnya yang hanya ingin mencoba coba malah menjadi penyimpangan perilaku seperti perilaku pelecehan seksual. Pembahasan mengenai pelecehan seksual dikalangan pelajar sangat penting dilakukan, dalam tujuan psikologi terutama yang berkaitan dengan kriminologi patologi sosial. Salah satu yang dihadapi remaja dan menjadi masalah dilingkungan sosial adalah aktifitas seksual yang akhir akhir ini menjurus ke hal negatif. Bahkan pelaku dan korbannya adalah kalangan siswa sendiri. Pelecehan seksual merupakan segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran hingga menimbulkan reaksi negatif : rasa malu, marah, tersinggung dan sebagainya pada diri orang yang menjadi korban pelecehan. Pelecehan seksual terjadi ketika pelaku memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dari pada korban, dalam kasus disekolah ini dapat dimisalkan : teman yang lebih tinggi status ekonominya, pacar, senioritas, jenis kelamin dan sebagainya (http://peperonity.com/go/sites/mview/mylord17/28392151/28392305, diakses 20 januari 2013). Seringnya korban pelecehan seksual ini tidak berani mengutarakan apa yang terjadi pada orang tua maupun guru di sekolah. Dan terkadang karena yang melakukan adalah orang yang lebih berkuasa dari sikorban, kebiasaan ini di anggap biasa dan angin lalu bagi sebagian orang. Pada hakikatnya pelecehan seksual ini bukanlah hal yang dapat dimaklumi dan sudah menjurus pada

4 kriminalitas, dan apabila di biarkan, akan semakin banyak korban, terlebih lagi bagi anak dalam usia sekolah. Hampir semua korban pelecehan seksual adalah perempuan. Kaum perempuan menghadapi pelecehan seksual dalam berbagai bentuk mulai dari ucapan yang menyinggung dan kontak fisik yang terbuka (menepuk, bersentuhan dengan tubuh) sampai permintaan yang disampaikan secara terang terangan dan serangan seksual (Paludi, 1992) dalam Santrock (2002:429). Sebenarnya jutaan perempuan mengalami pelecehan seksual setiap tahunnya dalam lingkungan pendidikan dan pekerjaan. Pada sebuah penelitian, ditemukan bahwa 85% siswa kelas 2 SMP sampai 2 SMU mengatakan bahwa mereka sering dilecehkan secara seksual (American Association of University women, 1993) secara mengejutkan ditemukan persentase yang besar (75%) pada remaja laki laki yang juga mengatakan bahwa mereka sering mengalami pelecehan seksual. Komentar komentar seksual, lelucon, sikap tubuh, dan pandangan adalah bentuk pelecehan yang paling umum. Para siswa juga menyebutkan tingkah laku lain, mulai dari menjadi subyek desas desus seksual sampai dipaksa untuk melakukan suatu aktivitas seksual (Santrock: 2002:429). Dan setelah dilakukan observasi ke sekolah, sumber meyebutkan adanya perilaku pelecehan seksual di sekolah yang akan diteliti, serangan video porno yang dapat diakses bebas melalui teknologi, seperti hp, internet dan lain lain. Masa remaja sangat potensial dan dapat berkembang ke arah positif maupun negatif maka intervensi edukatif dalam bentuk pendidikan, bimbingan, maupun pendampingan sangat diperlukan untuk mengarahkan perkembangan

5 remaja tersebut agar berkembang ke arah positif dan produktif. Oleh karena itu diperlukan adanya hubungan suatu usaha nyata untuk menanggulangi perilaku pelecehan tersebut. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling memberikan peranan yang cukup penting. Pendidikan merupakan salah satu bentuk lingkungan yang bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses perkembangan remaja (siswa). Bimbingan dan konseling, merupakan bantuan di dalam mengarahkan siswa dalam tingkat perkembangannya. Hal ini dipertegas oleh Peraturan Pemerintah No.29 tahun 1990 (tentang Pendidikan Menengah), Bab X bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (Prayitno 2004:30). Berkaitan dengan memberi bantuan kepada siswa dalam rangka mereduksi perilaku pelecehan seksual, salah satu layanan yang dapat diberikan adalah konseling kelompok. konseling kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasiinformasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu menyadari perilaku yang dilakukannya adalah salah. Layanan konseling kelompok memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa, dalam arti konseling kelompok memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa untuk membuat perubahan-

6 perubahan atau berupaya memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga mencapai perkembangan yang optimal. Jika dilihat dari tujuan layanan koseling kelompok sangatlah tepat bila dilaksanakan dalam mereduksi perilaku pelecehan seksual dikalangan remaja. Dimana dari judul yang dipilih ditemukan kata mereduksi yang jika dilihat dalam KBBI artinya adalah mengurangi. Layanan konseling kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku komunikasi antar pribadi yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul : Mereduksi Perilaku Pelecehan Seksual siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Delitua Melalui Layanan Konseling Kelompok. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti memberikan suatuidentifikasi masalah yang akan diteliti, yaitu : 1. Adanya perilaku pelecehan seksual pada siswa SMP Negeri 2 Delitua. 2. Pengaruh serangan video porno yang bisa diakses dengan mudah oleh siswa dari handphone menjadi pemicu pelecehan seksual siswa SMP Negeri 2 Delitua.

7 3. Siswa kurang mampu memanfaatkan IPTEK dengan baik sehingga mengarah pada perilaku pelecehan seksual di SMP Negeri 2 Delitua. 4. Banyak siswa SMP Negeri 2 Delitua yang tidak menganggap serius persoalan pelecehan seksual, dan hanya menganggap angin lalu. 5. Belum diketahui pengaruh Konseling kelompok terhadap pereduksian perilaku pelecehan seksual siswa SMP Negeri 2 Delitua 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan idetifikasi masalah yang ada, maka peulis perlu melakukan batasan masalah agar penelitian ini lebih terarah. Pembatasan masalah dalam penelitian dititik beratkan pada Mereduksi Perilaku Pelecehan Seksual Siswa di SMP Negeri 2 Delitua melalui layanan konseling kelompok. Siswa yang dijadikan subjek penelitian dibatasi hanya pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Delitua Tahun Ajaran 2013/2014. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dipaparkan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan layanan Konseling kelompok dapat mereduksi perilaku pelecehan seksual siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Delitua?

8 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan layanan konseling kelompok dalam mereduksi perilaku pelecehan seksual siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Delitua 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh melalui hasil penelitian ini meliputi : 1. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada siswa mengenai perilaku pelecehan seksual. Sehingga siswa dapat menjaga dirinya, memiliki gambaran bagaimana seharusnya mengurangi perilaku pelecehan seksual terhadap orang lain, sehingga dapat menyelesaikan permasalahannya dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. 2. Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai salah satu solusi atau jalan keluar dalam mereduksi perilaku pelecehan seksual disekolah. 3. Bagi konselor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada konselor tentang masalah perilaku pelecehan seksual yang dialami siswa SMP Negeri 1 Delitua. Selain itu penelitian ini diharapkan menjadi salah

9 satu strategi bagi konselor SMP Negeri 2 Delitua dalam memberikan layanan konseling kelompok dalam mereduksi perilaku pelecehan seksual. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini sebagai bekal pengetahuan apabila ditemukan masalah pelecehan seksual yang seperti ini di lapangan. 5. Bagi pembaca Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai referensi mengenai kontribusi layanan konseling kelompok dalam mereduksi perilaku pelecehan seksual.