MATEMATIKA PERSANDIAN. Hendra Gunawan,, Ph.D. CBSED - ITB

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Benfano Soewito Faculty member Graduate Program Universitas Bina Nusantara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Adi Shamir, one of the authors of RSA: Rivest, Shamir and Adleman

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti

RSA (Rivest, Shamir, Adleman) Encryption

BAB III KUNCI PUBLIK

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transformasi Linier dalam Metode Enkripsi Hill- Cipher

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan, yaitu : kerahasiaan, integritas data, autentikasi dan non repudiasi.

Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi

Penerapan algoritma RSA dan Rabin dalam Digital Signature

BAB I PENDAHULUAN. luas. Mengirim pesan terenkripsi sering akan menarik perhatian pihak ketiga,

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

Contoh Masukan: Contoh Keluaran: Perhatikan dalam setiap baris satu bilangan dengan bilangan lain hanya dipisahkan 1 (satu) spasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN METODE VIGENERE DAN AFFINE UNTUK PESAN RAHASIA

APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA BERBASIS WEB

PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman)

BAB I PENDAHULUAN , 1.1. Latar Belakang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasa sandi (ciphertext) disebut sebagai enkripsi (encryption). Sedangkan

BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA

Analisis Penggunaan Algoritma RSA untuk Enkripsi Gambar dalam Aplikasi Social Messaging

BAB III ANALISIS. Pada tahap analisis, dilakukan penguraian terhadap topik penelitian untuk

Aplikasi Matriks Dalam Mengirim dan Membaca Suatu Pesan Kriptografi

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT

Pelabelan matriks menggunakan huruf kapital. kolom ke-n. kolom ke-3

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai makna. Dalam kriptografi dikenal dua penyandian, yakni enkripsi

Penerapan Matriks dalam Kriptografi

KEAMANAN E-COMMERCE MENGGUNKAN SECURE TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Aplikasi Perkalian dan Invers Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

Perbandingan Sistem Kriptografi Kunci Publik RSA dan ECC

Penggunaan Transformasi Matriks dalam Enkripsi dan Dekripsi

Enkripsi Dan Deskripsi Menggunakan Algoritma RSA

Perhitungan dan Implementasi Algoritma RSA pada PHP

Properti Algoritma RSA

TUGAS KRIPTOGRAFI Membuat Algortima Sendiri Algoritma Ter-Puter Oleh : Aris Pamungkas STMIK AMIKOM Yogyakarta emali:

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROTEKSI WEB DENGAN WATERMARK MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA

PENERAPAN KRIPTOGRAFI DAN GRAF DALAM APLIKASI KONFIRMASI JARKOM

BAB II LANDASAN TEORI

Algoritma RSA dan ElGamal

Tanda Tangan Digital Majemuk dengan Kunci Publik Tunggal dengan Algoritma RSA dan El Gamal

Kriptografi, Enkripsi dan Dekripsi. Ana Kurniawati Kemal Ade Sekarwati

I. PENDAHULUAN. Key Words Tanda Tangan Digital, , Steganografi, SHA1, RSA

Kriptografi Simetris Dengan Kombinasi Hill cipher Dan Affine Cipher Di Dalam Matriks Cipher Transposisi Dengan Menerapkan Pola Alur Bajak Sawah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MAKALAH KRIPTOGRAFI KLASIK

Kriptografi Kunci Rahasia & Kunci Publik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kriptografi Klasik. Presented by Dr. R. Rizal Isnanto, S.T., M.M., M.T.

TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan

MATRIKS. Notasi yang digunakan NOTASI MATRIKS

BAB 2 LANDASAN TEORI

DIKTAT MATEMATIKA II

Modifikasi Affine Cipher Dan Vigènere Cipher Dengan Menggunakan N Bit

Aplikasi Aljabar Lanjar untuk Penyelesaian Persoalan Kriptografi dengan Hill Cipher

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari. Pada awalnya, keindahan sifat bilangan atau sistem bilangan merupakan

BAB III : SISTEM PERSAMAAN LINIER

Pengaman Pengiriman Pesan Via SMS dengan Algoritma RSA Berbasis Android

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

FAST EXPONENTIATION. 1. Konsep Modulo 2. Perpangkatan Cepat

Metode Enkripsi RSA. Swastyayana Wisesa ) 1) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung,

Analisis Kriptografi Klasik Jepang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Alen Dwi Priyanto

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

Implementasi Keamanan SMS Dengan Algoritma RSA Pada Smartphone Android

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN APLIKASI MEMO MENGGUNAKAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI CAESAR CIPHER DAN RSA BERBASIS ANDROID

KOMBINASI ALGORITMA CAESAR CIPHER DAN ALGORITMA RSA UNTUK PENGAMANAN FILE DOKUMEN DAN PESAN TEKS

ALGORITMA DAN BILANGAN BULAT

PENGGUNAAN DIGITAL SIGNATURE PADA SMS MENGGUNAKAN ELLIPTIC CURVE DIGITAL SIGNATURE ALGORITHM. Oleh: Yohanes Khosiawan ( )

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

KEAMANAN DATA DENGAN METODE KRIPTOGRAFI KUNCI PUBLIK

BAB III PENYANDIAN ONE TIME PAD MENGGUNAKAN SANDI VIGENERE

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini teknologi pengiriman pesan teks semakin berkembang,

Penerapan Digital Signature pada Dunia Internet

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Penggunaan Digital Signature Standard (DSS) dalam Pengamanan Informasi

Security Sistem Informasi.

MODEL KEAMANAN INFORMASI BERBASIS DIGITAL SIGNATURE DENGAN ALGORITMA RSA

APLIKASI TEORI BILANGAN DALAM SANDI VIGENERE DAN CAESAR

Studi dan Analisis Mengenai Aplikasi Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

Transkripsi:

MATEMATIKA PERSANDIAN Hendra Gunawan,, Ph.D. CBSED - ITB

Saya menerima pesan dari seorang teman berupa rangkaian bilangan sebagai berikut: 64, 43, 82, 55, 133, 95, 140, 97, 3, 2, 46, 31, 95, 65, 46, 31, 123, 85, 40, 27 Adakah yang bisa membantu saya mengartikan pesan tersebut?

Teman saya telah melakukan pe- nyandian atau pengkodean ter ter- hadap pesan yang ingin disampai- kannya kepada saya, dari rangkai- an huruf ke rangkaian bilangan seperti di atas, supaya pesan ter- sebut tidak dapat (dengan mudah) dimengerti oleh orang lain.

Penyandian atau pengkodean me- rupakan suatu bentuk penyimpan- an dan/atau pengiriman data/ informasi secara rahasia. Julius Caesar telah melakukan pengkodean untuk keperluan surat menyurat pada jamannya (lebih daripada 2000 tahun yang lalu).

Yang ia lakukan adalah menggeser setiap huruf dalam surat yang akan dikirimnya, misalnya 5 langkah ke depan: A menjadi F, B menjadi G,..., dan Z menjadi E.

Untuk mengirim pesan yang berkata SAYA AKAN PULANG LUSA Julius Caesar akan menulis XFDF FPFS UZQFSL QZXF. Untuk memahaminya, geser kembali setiap huruf 5 langkah ke belakang.

Untuk dapat memecahkan suatu pesan yang telah disandikan kita harus mengetahui sistem persandi- an yang dipakai. Jika sistemnya adalah mengggeser setiap huruf 5 langkah ke depan, maka untuk memahami pesan yang telah di- sandikan kita harus menggeser se- tiap huruf 5 langkah ke belakang.

Kembali ke pesan yang saya terima, saya dan teman saya telah menye- pakati sebelumnya bahwa kami akan menggunakan sebuah matriks untuk penyandian. Matriks yang kami pakai adalah M = 3 2 7 5

Bagaimana teman saya melakukan penyandian dengan matriks ini? Pertama ia ubah pesan yang ingin disampaikannya menjadi rangkaian bilangan dengan aturan: spasi=0, A=1, B=2, C=3,..., Z=26.

Setelah itu ia menyusun rangkaian bilangan yang diperolehnya menjadi sebuah matriks dengan dua baris, dua bilangan pertama disimpan di kolom pertama, dan seterusnya. Sebutlah matriks yang diperolehnya X. Lalu, ia hitung hasil kali MX. Bilangan-bilangan dalam matriks MX ini diuraikan kembali menjadi rang- kaian bilangan yang ia kirimkan.

Intermezo: Perkalian dua Matriks 3 2 7 1. 5 2 3 4 5 6 = 17 12 37 26 57 40 Hasil perkalian baris ke-1 pada matriks pertama dan kolom ke-1 pada matriks kedua sama dengan elemen pada baris ke-1 kolom ke-1 pada matriks di ruas kanan: 3(1) + 7(2) = 17.

Berbeda dengan perkalian dua bilangan, perkalian dua matriks tidak bersifat komutatif. Secara umum, M.N N.M. Untuk meyakinkan diri, cobalah ambil dua matriks 2 x 2, sebut M dan N, lalu hitung M.N dan N.M.

Matriks bujursangkar, seperti M = 3 7 2 5 mempunyai invers M -1 = yang ber 5-7 -2 3 bersifat: : M.M -1 = I = M -1.M, di mana I adalah matriks identitas 1 0 0 1

Lalu bagaimana saya dapat me- mecahkan pesan tadi? Mudah saja. Saya tinggal melakukan kebalikan dari apa yang telah teman saya lakukan, dari langkah terakhir sampai langkah pertama. Pertama, saya susun rangkaian bilangan di atas menjadi sebuah matriks (yang tdd 2 baris), sebutlah

Y= 64 82 133 140 3 46 95 46 123 40 43 55 95 97 2 31 65 31 85 27 Kemudian saya kalikan Y dengan M -1 dari kiri (jangan dari kanan karena perkalian matriks tidak komutatif): 5-7 64 82 133 140 3 46 95 46 123 40-22 3 43 55 95 97 2 31 65 31 85 27

19 25 0 21 1 13 20 13 20 11 1 1 19 11 0 1 5 1 9 1 Lalu saya susun bilangan-bilangan dalam matriks di atas menjadi rangkaian bilangan di bawah ini 19, 1, 25, 1, 0, 19, 21, 11, 1, 0, 13, 1, 20, 5, 13, 1, 20, 9, 11, 1.

Dengan mudah saya dapat membaca rangkaian bilangan ini sebagai SAYA SUKA MATEMATIKA. Mungkin ada yang bertanya, bagai- mana kalau kita menerima sebuah pesan yang telah disandikan tetapi kita tidak tahu sistem persandian yang digunakan oleh si pengirim?

Mungkin kita dapat mengutak-atik atik dan memecahkan sandi tersebut. Seandainya kita tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh Julius Caesar sebelum ia mengirim pesan tadi, tidak terlalu sulit bagi kita (yang hidup di era komputer) untuk me- mecahkan maksud pesan tersebut.

Sistem persandian yang kita pakai tentunya harus sedemikian rupa sehingga jika informasi yang kita simpan atau kirim jatuh ke tangan orang lain, maka sulit bagi orang tersebut untuk memahaminya. Untuk sistem persandian mengguna- kan matriks, semakin besar ukuran matriks yang digunakan, semakin sulit sandi untuk dipecahkan.

Selain menggunakan matriks, masih banyak perangkat lain yang dapat digunakan untuk persandian. Persandian yang cukup canggih dan banyak dipakai di kalangan agen rahasia sekarang ini biasanya me- manfaatkan bilangan-bilangan prima yang besar sekali.

Gagasannya sederhana: Jika kita punya dua buah bilangan prima, maka mudah bagi kita untuk meng- hitung hasil kalinya. Tetapi sebalik- nya, jika kita punya sebuah bilangan komposit (yang merupakan hasil kali dari sejumlah bilangan prima), maka sulit bagi kita untuk memfaktorkan- nya, apalagi jika bilangan tersebut besar sekali.

Sebagai contoh, dengan mudah kita dapat menghitung 257 x 65.537 = 16.843.009. Tetapi coba faktorkan bilangan di bawah ini: 4.294.967.297. Jawab: : 4.294.967.297 = 641 x 6.700.417.

Jadi, dengan menggunakan fakta ttg bilangan prima tsb, mudah bagi kita untuk membuat sandi, namun sulit bagi orang untuk memecahkan sandi kita, kecuali bila mereka tahu sistem persandian yang kita pakai. Gagasan ini dicetuskan oleh Ron Rivest,, Adi Shamir,, dan Len Adleman.. Sistem persandian mereka dikenal sebagai teknik RSA.

Teknik RSA menggunakan sebuah bilangan komposit N (besar( besar) dan bilangan kunci kunci penyandi r. r. Pasangan bilangan N dan r dikenal sebagai public key. Selain kedua bilangan tersebut, ter- dapat bilangan kunci pemecah s untuk memecahkan sandi. Bilangan ini tergantung pada r.

Sebagai ilustrasi, kita gunakan N = 33 (= 3 x 11) dan r = 7. [Bilangan[ r dipilih di antara 1,,, 20. Di sini 20 = (3 1) x (11 1).] Untuk menyandikan huruf B (= 2), kita hitung 2 7 mod(33) = 29. Jadi sandi untuk huruf B adalah bilangan 29.

Bila kita menerima sandi 29, maka pesan aslinya adalah 2 (= B). Tetapi bagaimana kita bisa mendapatkan bilangan 2 dari 29, dengan meng- gunakan bilangan N = 33 dan r = 7? (N dan r diketahui sbg sbg public key.) Dalam hal ini, kita harus mengetahui bilangan kunci pemecah s.

Bilangan kunci pemecah s di sini adalah bilangan yang memenuhi rs = 1 mod (20). Untuk r = 7, kita dapatkan s = 3. Sandi 29 kita terjemahkan sebagai 29 3 mod(33) = 2.

Dengan menggunakan N = 33 dan r = 7 (dan( dan, tentu saja,, s = 3), coba pecahkan sandi berikut: 7, 1, 26, 2, 0, 15, 13, 0, 30, 21, 20. Rangkaian bilangan ini harus diter- jemahkan sbg rangkaian bilangan di {0, 1,, 32}. Di sini 0 = spasi,, 1 = A, dst (27 s/d 32 tidak terpakai).

Sekadar informasi, cabang ilmu matematika yang mempelajari persandian adalah kriptografi (to encript = membuat membuat sandi). Di negara kita, terdapat Lembaga Sandi Negara yang menangani persandian untuk keperluan negara. Lembaga ini bernaung di bawah Departemen Pertahanan.

28, 1, 19, 4, 1, 3, 0, 11, 26, 14, 26, 19, 21, 0, 12, 1, 13, 3, 0, 14, 1, 17, 21, 5, 0, 31, 26, 4, 1, 5.