ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit di Indonesia, dikategorikan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality

BAB I PENDAHULIAN. Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

Transkripsi:

ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Liza Salawati, Nasyaruddin Herry Taufik dan Andi Putra Abstrak. Infeksi nosokomial bisa terjadi di ruang Intensive Care unit (ICU) yang berdampak pada pasien dan rumah sakit. Pasien yang dirawat di ICU berpeluang untuk terkena infeksi nosokomial 5-8 kali lebih tinggi dari pada yang dirawat di ruang rawat inap. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan pelatihan dengan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial di ICU RSUDZA Banda Aceh. Jenis penelitian adalah analitik dengan rancangan cross-sectional. Sampel penelitian adalah seluruh perawat di ICU RSUDZA Banda Aceh, teknik pengambilan sampel secara total populasi. Hasil uji Chi-Square (CI 95%, α 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan pelatihan dengan tindakan K3 perawat (P = 0,027; RP = 3,46); (P = 0,032; RP = 3,00) dan (P= 0,003; RP = 0,25). Kesimpulan, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan pelatihan dengan tindakan K3 perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial di ICU RSUDZA Banda Aceh. (JKS 2014;3: 128-134) Kata kunci: Infeksi nosokomial, tindakan K3, ICU RSUDZA Abstract. Nosocomial infections can occur in the Intensive Care unit (ICU) of the impact on patients and hospitals. Patients who treated in the ICU of a chance for nosocomial infections 5-8 times higher than those treated in the patient care room. This study aims to determine the asociations between knowledge, attitudes and training with occupational safety and health measures nurses in the control of nosocomial infections in the ICU RSUDZA Banda Aceh. The research design was an analytic review with cross-sectional design. The sample in this study were all nurses who provide health care to patients in the ICU RSUDZA Banda Aceh, sample was determined based on total population. The results Chi-Square Test (CI 95%,α 0,05) showed that there was a significant association between knowledge, attitudes, and training with the occupational safety and health (P = 0.027; RP = 3.46) (P = 0.032; RP = 3.00) and (P = 0.003; RP = 0.25). The conclusions in this research that there is a significant relationship between knowledge, attitudes, and occupational safety and health in the control of nosocomial infections in ICU of RSUDZA Banda Aceh. (JKS 2014;3: 128-134) Key words: Nosocomial infection, occupational safety and health, ICU RSUDZA Pendahuluan 1 Rumah sakit merupakan salah satu tempat pasien berobat/dirawat, di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan sampai sembuh. Rumah sakit juga merupakan depot dari berbagai macam penyakit yang berasal dari pasien, perawat, dokter, pengunjung yang berstatus karier. 1 Liza Salawati dan Nasyaruddin Herry Taufik adalah Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Andi Putra adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyakit akibat kerja di sarana kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 prevalensi infeksi nosokomial di Eropa 7,7%, Timur Tengah 9,0%, Asia Tenggara 10% dan pasifik barat 11,8%. 2 Surveilans yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) pada tahun 1997 di 10 RSU Pendidikan, bahwa kejadian infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8%. Surveilans yang dilakukan di RSCM Jakarta pada tahun 1991 ditemukan insiden infeksi nosokomial sebesar 3,22% dan tahun 1996 128

sebesar 4,6%. Hasil survei dari 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin (2003) dan rumah sakit infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta didapatkan angka infeksi nosokomial untuk infeksi luka operasi sebesar 18,9%, infeksi saluran kemih sebesar 15,1%, infeksi aliran darah primer sebesar 26,4%, pneumonia sebesar 24,5% dan infeksi saluran nafas lain sebesar 15,1%, serta infeksi lain sebesar 32,1%. 2 Penelitian yang pernah dilakukan di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh menunjukkan pola kuman yang berpotensi sebagai infeksi nosokomial adalah Staphylococcus aureus (72,72%), Pseudomonas aeruginosa (18,18%), dan Acinetobacter baumannii (9,09%). 3 Upaya yang harus dilakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah pencegahan dan pengendalian infeksi, yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta monitoring dan evaluasi. Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit sangat penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir akhir ini muncul berbagai penyakit infeksi baru (new emerging, emerging disease dan re-emerging disease). 2 Dalam UU No. 1/1970 tentang keselamatan kerja dan UU No. 36/2009 tentang kesehatan yang secara eksplisit mengatur kesehatan kerja, ditegaskan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut memiliki risiko bahaya kesehatan yaitu mudah terjangkitnya penyakit. Rumah sakit sebagai industri jasa termasuk dalam katagori tersebut sehingga wajib menyelenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit. Program ini bertujuan untuk melindungi pasien, tenaga medis dan para medis, karyawan serta masyarakat dari kemungkinan terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Terjadinya infeksi nosokomial paling besar oleh karena faktor manusia karena kurangnya pengetahuan, keterampilan dan kurangnya kesadaran dari direksi untuk melaksanakan peraturan perundangan K3 serta masih banyak pihak direksi menganggap upaya K3RS sebagai pengeluaran yang mubazir, demikian juga dikalangan medis dan para medis banyak yang menganggap remeh atau acuh tak acuh dalam memenuhi Standard Oprational Prosedure (SOP) kerja. Penyebab lain adalah dari peralatan dan hygiene dan sanitasi lingkungan. 4 Metodelogi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan desain cross sectional dimana variabel indepeden dan dependen dikumpulkan dalam waktu bersamaan. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di ICU Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Waktu penelitian ini berlangsung dari Januari sampai dengan Juni 2012. 3. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat ICU Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012, yaitu 22 orang. Teknik pengambilan sampel secara total populasi. 4. Analisis Data Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dengan menghitung distribusi frekuensi tiap variabel yang diteliti dan analisis bivariat untuk melihat hubungan kedua variabel dengan menggunakan Chi- Square test dan Fhisher s Exact Test pada CI 95% dan α 0,05. 129

Hasil dan Pembahasan 1. Karakteristik Responden Laki-laki Perempuan < 4 tahun 5-9 tahun S- 1 Akademi 80 68,2 77,3 63,6 60 40 31,8 22,7 36,4 20 0 Jenis Kelamin Masa Kerja Pendidikan Gambar 1. Karakteristik Banda Aceh Berdasarkan gambar 1 perawat yang bekerja di ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 68,2% berjenis kelamin perempuan, 77,3% masa kerjanya antara 5-9 tahun dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah Akademi sebesar 63,6%. 80 60 40 54,5 45,5 59,1 40,9 50 50 27,3 20 0 Perilaku Pengetahuan Sikap Pelatihan Baik Kurang Baik Gambar 2. Distribusi Frekuensi Tindakan K3, Pengetahuan, Sikap dan Pelatihan Perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Berdasarkan gambar 2 didapatkan bahwa tindakan K3 yang dilakukan oleh perawat saat melakukan penanganan atau perawatan pada pasien di ICU RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh hanya 54,5% dalam katagori baik. Pada penelitian ini, perawat ICU bekerja tidak sesuai dengan SOP seperti masker yang telah digunakan digantung di leher (100%), tidak mencuci tangan sebelum menggunakan sarung tangan (90,9%), tidak mencuci tangan sebelum kontak langsung dengan pasien (86,4%) dan tidak mencuci tangan dengan antiseptik sebelum menangani pasien yang rentan terhadap infeksi (45,5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang yang menunjukkan hanya 55,4% kinerja klinis perawat dalam katagori baik. 5 Kewaspadaan standar pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dalam tindakan operasional mencakup: mencuci tangan, menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, masker, pelindung wajah, kacamata dan apron), praktik keselamatan kerja, perawatan pasien, penggunaan antiseptik, penanganan peralatan dalam perawatan pasien dan kebersihan lingkungan. 2 Mencuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa 130

dan mengadakan kontak langsung dengan pasien, saat memakai melepas sarung tangan bedah steril atau yang telah di disinfeksi tingkat tinggi pada operasi serta pada pemeriksaan untuk prosedur rutin, saat menyiapkan, mengkonsumsi dan setelah makan juga pada situasi yang membuat tangan terkontaminasi (misal: memegang instrumen kotor, menyentuh membran mukosa, cairan darah, cairan tubuh lain, melakukan kontak yang intensif dalam waktu yamg lama dengan pasien, mengambil sampel darah, saat memeriksa tekanan darah, tanda vital lainnya juga saat keluar masuk unit isolasi). 2 Masker dipakai untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan, juga menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan berbicara, bersin dan batuk. Masker dilepas setelah pemakaian selama 20 menit secara terus-menerus atau masker sudah tampak kotor atau lembab. 2 Kewaspadaan standar diterapkan pada semua klien dan pasien atau orang yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. 6 Prinsip dasar yang harus diterapkan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial adalah memperlakukan baik pasien maupun petugas kesehatan sebagai individu yang potensial menularkan dan rentan terhadap infeksi. 2 Tindakan K3 Perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial harus menjadi perhatian khusus bagi manajemen RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh dalam rangka mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Monitoring dan evaluasi pada perawat ICU RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh hendaknya dapat dilakukan secara berkesinambungan agar kinerja perawat dapat ditingkatkan dan berkualitas tinggi sesuai dengan standar yang diharapkan. Tingkat pengetahuan perawat ICU RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh dalam pengendalian infeksi nosokomial 59,1% pada katagori baik. Sebesar 59,1% belum mengetahui bahwa gaun pelindung digunakan hanya saat merawat atau kontak dengan pasien yang menderita penyakit menular. Sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial adalah dengan memberikan pelatihan kewaspadaan universal pencegahan infeksi. Banda Aceh dalam pengendalian infeksi nosokomial 50% bersikap setuju dan 50% tidak setuju. Masih ada perawat yang menyatakan bahwa perawatan yang diberikan kepada pasien berisiko menularkan penyakit sama dengan pasien yang tidak berisikon(59,1%), memakai sarung tangan tanpa mencucitangan terlebih dahulu sudah efektif dalam mencegah risiko penularan infeksi (45,5%) dan tidak setuju dengan mencuci tangan menggunakan antiseptik sebelum kontak dengan pasien yang mudah terkena infeksi (40,9%). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang yang menunjukkan bahwa perawat yang memiliki sikap yang setuju sebesar 43,2%. 5 Banda Aceh 72,7% pernah mengikuti pelatihan mengenai pengendalian infeksi nosokomial seperti urinary trac infection surgical sidk infection, ventilator associated pneumonia dan infection control. Pelatihan merupakan komponen penting dalam upaya mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pelatihan mengenai K3 harus diberikan secara berkala dan berkesinambungan bagi perawat di ICU RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh untuk meningkatkan kinerja, pengetahuan dan sikap perawat dalam pencegahan terjadinya infeksi nosokomial. 131

2. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Pelatihan dengan Perilaku Tabel 1. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Pelatihan dengan Tindakan K3 Perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial Tindakan K3 Total Pengetahuan Baik Kurang P-Value RP CI 95% n % n % n % Baik 10 76,9 3 23,1 13 100 Kurang 2 22,2 7 77,8 9 100 0,027 3,46 0,99-12,1 Sikap Setuju 9 81,8 2 18,2 11 100 Tidak 3 27,3 8 72,7 11 100 0,032 3,00 1,09-8,19 Pelatihan Ada Tidak 12 0 75,0 0,0 4 6 25,0 100,0 16 6 100 100 0,003 0,25 0,10-0,58 Berdasarkan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang berpengetahuan kurang cenderung tindakan K3 kurang baik dalam pengendalian infeksi nosokomial (77,8%) sedangkan yang memiliki pengetahuan baik cenderung memiliki tindakan K3 yang baik pula (76,9%). Ratio Prevalence (RP) sebesar 3,46 artinya perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang memiliki pengetahuan kurang baik berpeluang 3,46 tindakan K3 kurang baik dalam pengendalian infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan Fisher s Exact Test diperoleh P-value 0,027<0,05 sehingga H0 ditolak. Ini berarti pada CI 95% terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan K3 perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dalam pengendalian infeksi nosokomial. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Hasmoko, (P-value = 0,004). 5 Sebelum seseorang mengadopsi prilaku maka ia harus mengerti apa arti dan manfaat prilaku tersebut bagi dirinya dan orang lain. Apabila perawat telah mengetahui pentingnya pengendalian infeksi nosokomial maka kepatuhan terhadap SOP dan peraturan yang ada akan tercipta. Perawat dengan pengetahuan yang baik akan memiliki tindakan K3 yang baik pula karena dengan tingkat pengetahuan yang baik mengetahui dan memahami dampak negatif dari infeksi nosokomial sehingga perawat akan meningkatkan kinerjanya dalam pengendalian infeksi nosokomial. Banda Aceh yang memiliki sikap setuju cenderung tindakan K3 baik dalam pengendalian infeksi nosokomial (81,8%) sedangkan yang memiliki sikap tidak setuju cenderung tindakan K3 kurang baik pula (72,7%). RP sebesar 3,00 artinya perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang memiliki sikap tidak setuju berpeluang 3,00 kali tindakan K3 kurang baik dalam pengendalian infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan Chis-Square diperoleh P-value 0,032<0,05 sehingga H0 ditolak. Ini berarti bahwa pada CI 95% terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan tindakan K3 perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dalam pengendalian infeksi nosokomial. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hasmoko bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dan kinerja perawat (p-value = 0,000). 5 Penelitian Setiyawati 132

juga menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kinerja perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi luka operasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan p-value = 0,034. 7 Perawat yang memiliki sikap baik akan memiliki perilaku yang baik pula karena sikap merupakan itikat dalam diri seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan sebagai bagian dari aktivitas yang menyenangkan sehingga sanggup berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang didapat. 5,7 Banda Aceh yang tidak pernah mengikuti pelatihan, seluruhnya tindakan K3 kurang baik dalam pengendalian infeksi nosokomial (100%) sedangkan yang pernah mengikuti pelatihan cenderung tindakan K3 baik pula (75,0%). RP sebesar 0,25 artinya perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang tidak pernah mengikuti pelatihan berpeluang 0,25 kali tindakan K3 kurang baik dalam pengendalian infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan Fisher s Exact Test diperoleh P-value 0,003<0,05 sehingga H0 ditolak. Ini berarti bahwa pada CI 95% terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dan tindakan K3 perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dalam pengendalian infeksi nosokomial. Pelatihan merupakan proses mengajarkan pengetahuan, keahlian tertentu dan sikap agar perawat semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan standar. Apa bila seluruh perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh diberikan pelatihan mengenai K3 dalam pengendalian infeksi nosokomial besar kemungkinan kinerja perawat menjadi sangat baik. Hal tersebut akan meningkatkan citra pelayanan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh karena salah satu indikator standar mutu pelayanan adalah tinggi rendahnya angka kejadian infeksi nosokomial. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan K3 perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial di ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perawat dalam tindakan K3 pengendalian infeksi nosokomial di ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan tindakan K3perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial di ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Saran 1. Diharapkan kepada manajemen RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dapat meningkatkaan monitoring dan evaluasi kinerja seluruh perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial. 2. Hendaknya seluruh perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh mendapat pelatihan mengenai K3 secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat dalam upaya keselamatan dan kesehatan diri dan pasien. 3. Hendaknya seluruh perawat ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh mengetahui, memahami, mematuhi dan menerapkan SOP saat bekerja. Daftar Pustaka 1. Guntur, AH. The Role of Cefepime: Empirical Treatment In Critical Illnes. Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi; 2007; Vol 20; 59-62. 2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan 133

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Depkes RI; 2007. 3. Syahputra A. Pola Kuman dan Sensitivitas Bakteri yang Berpotensi Sebagai Penyebab Infeksi Nosokomial di Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2011. 4. Kepala Pusat Kesehatan Kerja. Kesehatan Kerja di Sarana Kesehatan. Jakarta: Pentaloka Fasilitator K3 Pusdiklat; 2003. 5. Hasmoko, EV. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Klinis Perawat Berdasarkan Penerapan Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum. Semarang: Universitas Diponegoro; 2008. 6. CDC. Infections Controlled Guidelines. Australia: National Nosocomial Infections Surveillance System Report; 2004. 7. Setiyawati, W. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Luka Operasi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697; 2008; Vol 1; 87-92. 134