BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dapat berinteraksi di berbagai bidang kehidupan, manusia menggunakan bahasa.

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

BAB I PENDAHULUAN. simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. pikiran, maupun ide kepada lawan bicara.

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

Bab 1. Pendahuluan. antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang (2012) Sumber: Japan Foundation (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan atau apa yang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB 1. Pendahuluan. Ilmu tidaklah luput dari suatu bahasa, salah satunya bahasa Jepang. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB II DEFINISI MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, KATA DAN SEMANTIK. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon ( 形態論 ).

Bab 1. Pendahuluan. dari bahasa. Dirgandini (2004:1), mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur atau kaidah-kaidah yang berbeda.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan berkomunikasi. Mengenai komunikasi ini, Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. subdisiplin diantaranya: sosiolinguistik, psikolinguistik, dialektologi dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji secara internal maupun eksternal. Secara internal artinya pengkajian bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Meishi merupakan kata yang menunjuk kepada orang, benda, keadaan, tempat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi yang

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar.

Bab 2. Landasan Teori. dengan sendirinya dapat menjadi predikat, contoh : suatu kalimat. Keiyoushi memiliki beberapa perubahan bentuk.

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

Bab 2. Landasan Teori. dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga

Bab 1. Pendahuluan. Menurut Kridalaksana dalam Kushartanti ( 2005,hal.3),bahasa mempunyai enam

Bab 2. Landasan Teori. dapat diartikan begitu saja. Inoue (1989 : 70) menyatakan bahwa:

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam. kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam makna. Bagi linguistik- ilmu yang khusus mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sesuai

GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI. OLEH : Chandra Maulanna NIM

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan

BAB 1. Pendahuluan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Melalui bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan

PERBANDINGAN KANYOUKU 目 ME DALAM BAHASA JEPANG DENGAN IDIOM MATA DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat pengungkapan pikiran maupun perasaan (Sutedi, 2003 :

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah perilaku mengekspresikan, menyampaikan, dan

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Morfologi merupakan salah satu kajian ilmu dalam lingustik selain fonologi,

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa たび tabi beberapa

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi sehari hari, seringkali muncul pengutaraan kalimat

IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI MAKNA IDIOM DARI KANJI TANGAN 手

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

ANALISIS KONTRASTIF MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG DENGAN BAHASA INDONESIA YANG TERBENTUK DARI KATA ME (MATA) SKRIPSI OLEH DYAH RETNO WIGATI NIM

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu. Selain untuk menyampaikan pesan, bahasa juga merupakan salah satu

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Menurut Kridalaksana (2001:21), bahasa adalah sistem lambang

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat luas dan dapat juga membantu seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Penulis akan membagi teori yang dipakai dalam penelitian ini menjadi 5 bagian, yaitu: 2.1 Teori Pragmatik

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan jembatan komunikasi antarmanusia sehingga terjalin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada orang lain. Setiap orang menyadari betapa pentingnya peranan bahasa sebagai alat komunikasi. Melalui bahasa budaya suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dapat dikembangkan, serta dapat pula diturunkan kepada generasi-generasi berikutnya, karena bahasa juga merupakan salah satu dari unsur kebudayaan. Bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk dan menyampaikan fikiran, perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan; alat yang dipakai manusia untuk mempengaruhi dan dipengaruhi (Samsuri, 1994:4). Menurut Chaer (1994:32) bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (berubah-ubah) yang digunakan oleh para kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Ilmu yang mempelajari bahasa disebut dengan linguistik. Dalam linguistik hal yang dikaji bisa berupa kalimat, bunyi ujaran (fonem), kosa kata (morfem), bahkan sampai pada masyarakat pengguna bahasa. Dengan adanya hal-hal tersebut, maka melahirkan berbagai cabang linguistik sebagai suatu ilmu yang biasa dipelajari seperti : fonetik (onseigaku), fonologi (on-in-ron), morfologi (keitairon), sintaksis (tougoron), semantik (imiron), pragmatik (goyouron), sosiolinguistik (shakaigengogaku), dan yang lainnya (Dedi Sutedi, 2003:6).

Bahasa sebagai alat interaksi dalam peristiwa tutur, terbentuk dari susunan kata. Kata adalah satu kesatuan penuh dan komplet dalam ujaran sebuah bahasa, kecuali partikel. Sebuah kata dalam kalimat dapat dipisahkan dari yang lain (Parera, 1994:4). Pernyataan diatas didukung pula oleh Verhaar (2001:97), bahwa kata adalah satuan atau bentuk bebas dalam tuturan. Bentuk bebas secara morfemis adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya dan dapat dipisahkan dari bentuk-bentuk bebas lainnya di depan dan dibelakangnya, dalam tuturan. Dari kedua pendapat diatas, bahwa kata adalah satu kesatuan dalam tuturan yang dapat berdiri sendiri dan dapat membentuk kalimat. Kata memiliki kelas atau jenis kata. Dalam bahasa Jepang disebut dengan hinshi ( 品詞 ). Dalam Hashimoto Bunpou terdapat 9 macam kelas kata; doushi, keiyoushi, meishi (meishi, daimehsi, suushi), fukushi, fukutaishi (rentaishi), setsuzokushi, kandoushi, jodoushi dan joushi. (Sudjianto, 1996:26). Kelas kata nomina atau dalam bahasa Jepang disebut dengan meishi, merupakan kelas kata yang sering digunakan dalam peristiwa tutur. Pada kelas kata nomina atau meishi( 名詞 ) terdapat nomina majemuk atau dalam bahasa Jepang disebut dengan fukugoumeishi( 複合名詞 ) Fukugoumeishi yaitu nomina yang terbentuk dari gabungan beberapa kata, lalu gabungan kata itu secara keseluruhan dianggap sebagai satu kata (Sudjianto, Dahidi, 2004:161). Sebagaimana Iwabuchi Tadasu dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:162) menyebutkan bahwa meishi yang terbentuk dari hasil gabungan beberapa kata seperti kata-kata aozora langit biru, kokugo jiten kamus Bahasa Jepang, disebut fukugoumeishi.

Fukugoumeishi merupakan kata yang berasal dari gabungan beberapa kata yang membentuk satu kata yang baru, dimana kata tersebut memiliki makna yang baru pula. Makna kata tersebut dapat dilihat dari salah satu atau seluruh komponen komponennya (endosentris), bahkan sama sekali bukan dari konponenkomponen pembentuknya (eksosentris). Makna merupakan kajian ilmu semantik. Semantik (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku) yang mengkaji tentang makna, Sutedi (2003:103). Menurut Chaer (1994:2) semantik adalah istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antar tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Penelitian terhadap fukugoumeishi ini dilakukan dari segi semantik untuk mengetahui makna fukugoumeishi yang terbentuk. 1.2. Perumusan Masalah Nomina majemuk atau dalam bahasa Jepang disebut dengan fukogoumeishi merupakan penggabungan dari dua buah kata atau lebih yang akan membentuk makna nomina yang baru. Pada kenyataannya kata majemuk itu sering menimbulkan keragu-raguan apakah hasil pemajemukkan mempunyai makna yang sama dengan salah satu atau semua unsur pembentukannya (endosentris), atau tidak ada kesamaan sama sekali (eksosentris). Dalam proses belajar mengajar bahasa Jepang hubungan makna yang terdapat antara unsur unsur pembentukan fukugoumeishi itu sendiri tidak dijelaskan, hanya diberikan arti tiap fukugoumeishi

Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya kesalahan pemakaian dalam peristiwa tutur baik itu secara lisan maupun tulisan. Adapun permasalahan yang akan dibahas pada fukugoumeishi bahasa Jepang adalah : 1. Bagaimana struktur makna fukugoumeishi yang terbentuk. 2. Bagaimana hubungan makna fukugoumeishi dengan komponen komponen pembentuknya. 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai makna yang terbentuk dari penggabungan kata bahasa Jepang dianalisis dari segi semantik dan hubungan makna fukugoumeishi yang telah terbentuk dengan komponen pembentuknya. 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Cabang dari ilmu linguistik yang mengkaji tentang arti atau makna disebut dengan semantik. Menurut Djajasudarma (1999:14) semantik berasal dari bahasa Yunani semainein yang bermakna ; bermakna ; berarti, seperti telah diungkapkan terdahulu. Semantik adalah ilmu makna, membicarakan makna bagaimana mula adanya makna sesuatu (sejarah kata, dalam arti bagaimana kata itu muncul), bagaimana perkembangannya, dan mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa. Linguistik terbagi atas beberapa bagian, dan bagian dari linguistik yang mengkaji tentang makna disebut dengan semantik. Dalam semantik, makna dikaji

secara luas yaitu dari mana makna sebuah kata itu muncul, apakah makna kata itu dapat diperluas atau dipersempit, apakah sebuah kata memiliki kata yang bermakna ambigu atau ganda. Chaer (1994:2) mengemukakan bahwa semantik adalah istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antar tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Makna selalu berhubungan dengan sebuah kata. Apakah makna itu berasal dari kata yang tunggal ataupun berasal dari kata yang terbentuk dari hubungan antar kata dengan kata atau gabungan kata. Semantik yang dalam bahasa Jepang disebut dengan imiron. Objek kajian semantik antara lain adalah makna kata (go no imi), relasi makna (go ni imi kankei) antara satu kata degan kata yang lainnya, makna frase dalam suatu idiom (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi) (Sutedi, 2003:103). Dalam semantik bukan hanya mengkaji mengenai makna kata tetapi juga mengkaji mengenai makna kalimat, makna frase dan makna idiom. Semantik juga mengkaji tentang relasi makna yang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antar satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain (Chaer, 1994:297). Satuan bahasa disini bisa berupa kata, frase, maupun kalimat; dan relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna.

Semua masalah mengenai makna dibahas dalam kajian semantik. Dalam bahasa dikenal adanya kata, frase dan kalimat. Dalam kata, frase dan kalimat pasti memiliki keterkaitan dengan makna. Menurut Verhaar (2001:23) makna atau arti hadir dalam tata bahasa (morfologi dan sintaksis) maupun leksikon. Jadi semantik dapat dibagi atas semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik leksikal menyangkut makna leksikal, semantik gramatikal menyangkut makna gramatikal (Verhaar, 2001:388). Makna leksikal berhubungan dengan makna kata sebenarnya yang dapat dilihat di kamus, sedangkan makna gramatikal merupakan makna yang terjadi akibat proses gramatikal. Menurut Sutedi (2003:106) makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya kata /hon/ yang memiliki makna leksikal buku, dan kata /sakana/ yang memiliki makna leksikal ikan. Makna leksikal dapat dilihat dari tiap unsur katanya, sedangkan makna gramatikal tidak dapat dilihat dari masing-masing unsur pembentuknya, melainkan dari gabungan seluruh unsurnya. Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi (Chaer, 1994:290). Dengan demikian, proses gramatikal bahasa dapat merubah makna kata yang di bentuknya.

Makna kata majemuk merupakan makna gramatikal, karena makna itu hadir setelah terjadinya proses gramatikal yaitu komposisi (pemajemukan). Makna kata majemuk berkaitan dengan hubungan makna antara unsur yang membentuk perpaduan itu, yakni ada atau tidak adanya makna yang muncul dari hubungan makna antar unsur pertama dan unsur kedua dari perpaduan tersebut (Didi Yulistio. Dkk. 2002:4). Makna kata majemuk dapat dilihat dari unsur-unsur pembentuknya, apakah makna itu muncul dari unsur pertama pembentuknya, unsur keduanya, atau dari kedua-duanya, bahkan tidak sama sekali. Kata majemuk mengandung satu makna yang tidak dapat diramalkan berdasarkan arti dari tiap komponen pembentuknya. 2. Kerangka Teori Penelitian ini merupakan suatu analisis struktur bahasa yang menggunakan teori linguistik deskriptif atau linguistik struktural. Maksudnya bahwa semua analisis dan penemuan selalu berdasarkan kepada data yang terkumpul. Untuk menganalis makna nomina majemuk dalam bahasa Jepang, pokok pikiran utama yang digunakan adalah ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam beberapa tulisan para ahli yang berbicara tentang kata majemuk. Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan arti. Pada umumnya kata majemuk mempunyai struktur yang sama dengan kata biasa, yaitu tidak dapat dipecah lagi atas bagian bagian yang lebih kecil, tidak dapat disisipi oleh kata lain, dan tidak dapat ditukar bentuknya. Jika dipaksa menyisipi kata lain diantara unsur pembentukannya, hancurlah hakekat kata majemuk tersebut (Keraf, 1984:124).

Lain halnya dengan apa yang dikatakan oleh Natawijaya (1979:29), kata majemuk mengandung satu makna baru, unsur-unsurnya merupakan satu kesatuan sehingga setiap unsur kehilangan arti leksikalnya : jika unsur-unsurnya dipisahkan maka bentuk majemuknya hilang dan tiap unsurnya mempunyai arti leksikal kembali. Teori yang digunakan untuk mendeskripsikan makna pemajemukan atau hubungan semantik antara komponen kata majemuk, seperti yang telah dikemukakan oleh Natawijaya diatas yang kemudian didukung oleh teori Sulaiman (1978:83), yang mengatakan bahwa ciri semantik ini sering dikenakan karena berkaitan dengan arti suatu gabungan unsur. Arti leksikal tiap unsurnya sudah larut atau sama-sama mengintegrasikan diri, bahkan kadang-kadang lebur menjadi suatu arti leksikal yang baru timbul akibat penggabungan itu. Menurut Didi Yulistio dkk (2002:6-7), kata majemuk (perpaduan leksem) output dari proses perpaduan dua leksem (kata) atau lebih yang menimbulkan makna atau pengertian baru. Makna baru dalam kata majemuk secara tegas tidak lagi diambil dari makna dua leksem atau kata pembentuknya, tetapi muncul dari proses perpaduan kedua leksem itu. Menurut Masako dalam Wahyudi (2005:8) yang memberikan penjelasan tentang kata majemuk bahasa Jepang : 国語学大辞典第一版の複合語解説によれば 単語がその構成より見て 二つ以上の語彙的意味持つ部分形態素に分析し得ると認めるとき これを合成語と言う この説明において単独の用法を持ち得る語とは 名詞 動詞 形容詞 形容動詞 副詞である

Penjelasan tentang kata majemuk yang tertulis dalam kamus besar bahasa edisi pertama menyatakan kta majemuk merupakan satu analisa tentang penggabungan dua atau lebih bagian (morfem) yang masing-masing mempunyai makna. Dari pernyataan ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa cakupan dari pembentukan kata majemuk bahasa Jepang meliputi kata nomina, verba, adjektiva (i), adjektiva (na) dan keterangan. Yus Rusyana dkk. (1985:7) menyatakan bahwa pemajemukan menghasilkan suatu arti semantik yang baru yang tidak dapat diramalkan dari arti kata komponennya. Arti baru itu ditinjau dari hubungannya dengan arti komponenkomponennya mungkin menunjukkan hal-hal sebagai berikut : 1. Makna baru itu tidak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya 2. Makna baru itu dapat diketahui hubungan dengan satu komponennya 3. Makna baru itu dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponennya Selain dari hubungan komponen komponennya, makna kata majemuk dapat dilihat dari kontruksinya. Yang dimaksud dengan kontruksi adalah hubungan antar unsur unsur suatu kata majemuk atau proses dan hasil pengelompokkan satuan satuan bahasa menjadi kesatuan bermakna, yaitu kata majemuk (Kridalaksana, 1993:11). Berdasarkan kontruksinya dikelompokkan ke dalam (1) kontruksi endosentris, dan (2) kontruksi eksosentris. Kata majemuk dimana makna yang dihasilkan berasal dari makna konstituennya atau unsur pembentuknya dikatakan sebagai kata majemuk kontruksi endosentris (Kridalaksana, 1993:51). Sedangkan kata majemuk eksosentris adalah kata majemuk yang maknanya tidak sama dengan makna konstituen atau unsur pembentuknya (Kridalaksana, 1993:50).

Kata majemuk merupakan perpaduan dua leksem atau lebih yang membentuk makna baru. Perpaduan leksem itu mengandung makna tertentu yang ada hubungannya dengan komponennya ataupun tidak ada hubungannya dengan komponen pembentuknya. Oleh karena itu kata majemuk dapat menjelaskan berbagi hubungan makna antar komponennya (Didi Yulistio, dkk, 2002:9). 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nomina majemuk bahasa Jepang yang menyangkut : a. Struktur makna fukugoumeishi yang terbentuk. b. Hubungan makna fukugoumeishi dengan komponen-komponen pembentuknya. 2. Manfaat Penelitian Hasil yang diharapkan dari penelitin ini adalah suatu skripsi yang memberikan informasi faktual tentang proses semantik terhadap nomina majemuk bahasa Jepang atau fukugoumeishi. Informasi ini yang diharapkan dapat menambah pengetahuan terhadap penguasaan bahasa Jepang terutama oleh pembelajar bahasa Jepang. 1.6. Metode Penelitian Untuk mencapai hasil penulisan yang maksimal, maka diperlukan suatu metode yang dapat mendukung. Haris menyatakan dalam (Abd Rachman dkk, 1985:9), dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuannya, penelitian bahasa

menggunakan sejumlah perangkat teori, prinsip pendekatan dan prosedur pemecahan masalah yang relevan, yaitu linguistik struktural atau linguistik deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang lebih menekankan pada data yang terkumpul. Keperluan data-data diperoleh dari buku buku pelajaran Bahasa Jepang, beserta kamus yang berhubungan dengan objek penelitian. Hal ini berarti bahwa penelitian ini dilakukan guna memberikan gambaran objektif tentang fukugoumeishi bahasa Jepang secara faktual.