BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR / HESI PRAMUWIDITA/917

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersedia (Pemerintah Republik Indonesia, 2007).

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana

Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kesesuaian Lahan dan Geographic Information System (GIS)

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kecamatan Cibitung sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB III METODE PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii

Analisis Zonasi Sembilan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

BAB I PENDAHULUAN. atau merevisi peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

ANALISA KETERSEDIAAN LAHAN BAGI PERTUMBUHAN PENDUDUK PERKOTAAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

BAB I. PENDAHULUAN A.

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEROLEHAN HAK ATAS TANAH YANG BERASAL DARI REKLAMASI PANTAI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN LEGISLASI LAHAN DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

Research Development Roadmap Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1 RTRW Kota Cilegon Djoko Sujarto, Perencanaan perkembangan kota baru,penerbit ITB, 2012, hlm 16

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyimpan, mengolah dan menampilkan informasi bereferensi geografis,

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. urbanisasi ini tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penarik untuk mengadu nasib

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. UMUM. Sejalan...

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis pemetaan titik api (hotspot) pemicu

Kata kunci: Alluvial, Amblesan, Genangan, PLAXIS, GIS ISBN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

Research Development Roadmap Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah Identifikasi Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman maka setiap daerah pun mengalami perkembangan diberbagai aspek pula. Semakin berkembangnya suatu daerah dapat dipengaruhi dari beberapa faktor diantaranya yaitu dengan bertambahnya jumlah penduduk.jumlah penduduk yang semakin meningkat mempengaruhikebutuhan akan tempat tinggal dan fasilitas umum. Sehingga terjadi perkembangan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat. Perkembangan pembangunan dapat terjadi semakin cepat pada daerah yang berdekatan dengan pusat kota dengan aksesibilitasnya yang mudah. Perkembangan pembangunan yang terjadi pun harus mengacu dengan penataan ruang yang telah dibuat untuk daerah tersebut. Tataruang/tataguna tanah yang merupakan pedoman pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan gambaran kebijakan pembangunan. Secara umum tara ruang yang dijalankan haruslah memiliki tiga fungsi yaitu fungsi perencanaan,pengendalian, dan pengaturan (PP 16 Tahun 2004). Salah satu cara untuk melakukan peninjauan dan review terhadap kebijakan penataan lahan adalah dengan pembuatan neraca penggunaanlahan. Neraca penggunaanlahan berfungsi untuk menghitung dan melihat seberapa efektifkah pembangunan yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan tata ruang yang dibuat.neraca penggunaanlahan digunakan untuk mengetahui perubahan luasan pembangunan yang terjadi. Dalam penyusunan tataruang neraca dapat menjadi input pertimbangan dalam menentukan prioritas dan rencana tataruang mendatang, karena tentunya seiring dengan perubahanperubahan dan trend pertumbuhan yang terjadi perlu masukan maupun revisi terhadap tataruang yang terdahulu. Neraca penggunaan lahan adalah perimbangan antara ketersediaan tanah dan kebutuhan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah menurut 1

fungsi kawasan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Neraca penggunaan lahanmeliputi neraca perubahan penggunaan lahan, neraca kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW, neraca prioritas ketersediaan tanah, dan neraca persediaan tanah untuk komoditas tertentu. Daerah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi Kabupaten Bantul. Neraca penggunaanlahan yang digunakan yaitu data pada tahun 2011 dan tahun 2013. Daerah ini digunakan sebagai penelitian karena faktor geografis yang terletak di pinggir Kota Yogyakarta, serta topografi yang datar dengan ketersediaan air yang cukup dan kondisi tanah yang stabil. Sehingga terjadi perkembangan pembangunan yang cepat yang mempengaruhi perubahan penggunaanlahan. Penelitian ini menggunakan software yaitu Quantum GIS. Quantum GIS (QGIS) adalah perangkat lunak SIG berbasis open source dan free (gratis) untuk keperluan pengolahan data geospasial.quantum GIS ini dapat digunakan untuk input data SIG dan pengolahan data geospasial sebagai pilihan alternatif dari software SIG komersial sepertiarcview, ArcGIS atau MapInfo Professional. 1.2 Perumusan Masalah Tataruang/Tataguna tanah yang merupakan pedoman pelaksanaan pembangunandaerah yang merupakangambaranimplementasi kebijakan pembangunan. Kebijakan pembangunan daerah dapat dilihat menggunakan neraca penggunaanlahan. Neraca penggunaanlahan mampu melihat perubahan pembangunan yang ada. Perubahan penggunaanlahan tersebut dapat dikontrol dengan tata ruang yang telah dibuat. Fakta yang ada, untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat, banyak sekali jenis penggunaan dan pemanfaatan lahan yang harus diakomodir di atas lahan. Karena itu, rencana penggunaan dan pemanfaatan lahan yang diletakkan dalam rencana tata ruang hanya mencerminkan rencana penggunaan dan pemanfaatan yang benar-benar menjadi prioritas. 2

Karena lahan bersifat terbatas, maka penggunaan dan pemanfaatan lahan tersebut haruslah efisien, tertib dan teratur. Untuk itu, para pengguna lahan, dalam menggunakan dan memanfaatkan lahannya, harus mengacu pada persyaratan (land use codes) yang disyaratkan dalam rencana tata ruang, untuk memastikan penggunaan dan pemanfaatan tanahnya lestari, optimal, serasi, dan seimbang di kawasan pedesaan dan, aman, tertib, lancar, asri, dan sehat di kawasan perkotaan. Agar masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan lahan dengan optimal, tertib dan teratur, harus ada keserasian diantara kelembagaan yang terkait dengan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan sehingga memungkinkan digunakan dan dimanfaatkan secara efisien, tanpa mengabaikan keadilan sosial, dan tidak merusak fungsinya. Keserasian inilah yang melandasi perlunya penatagunaan lahan. Penatagunaan lahan merupakan pola pengelolaan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Pelaksanaan konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan di atas harus mengacu kepada kebijakan penatagunaan tanah yang telah digariskan dalam PP No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah. Secara ringkas, kebijakan ini meliputi: penggunaan dan pemanfaatan tanah harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; penggunaan dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai rencana tata ruang wilayah tidak dapat diperluas, dikembangkan, atau ditingkatkan; pelayanan administrasi pertanahan dilaksanakan apabila pemegang hak memenuhi syarat-syarat menggunakan tanah sesuai rencana tata ruang, tidak saling mengganggu, tidak saling bertentangan, 3

memelihara tanah, tidak merobah bentang alam, memberikan nilai tambah penggunaan tanah dan lingkungan; pemanfaatan tanah dapat ditingkatkan apabila tidak mengubah penggunaan tanahnya dengan memperhatikan hak atas tanah serta kepentingan masyarakat sekitar; terhadap tanah dalam kawasan lindung yang belum ada hak atas tanahnya dapat diberikan hak atas tanah, kecuali pada kawasan hutan; tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah perairan pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh negara; penggunaan dan pemanfaatan tanah terhadap pulau-pulau kecil harus memperhatikan kepentingan umum, tidak menutup akses umum ke pantai/laut; apabila pemilik tanah tidak mentaati syarat-syarat menggunakan dan memanfaatkan tanah, dikenakan sanksi; penetapan rencana tata ruang wilayah tidak mempengaruhi status hubungan hukum atas tanah. Kabupaten Bantul secara geografis merupakan kabupaten yang berdekatan dengan Kota Yogyakarta. Kabupaten Bantul memiliki intensitas pemanfaatan lahan yang tinggi dan kompleks. Serta pesatnya pertumbuhan penduduk dengan berbagai aktivitas perekonomiannya menuntut kondisi sosial-ekonomi yang lebih baik, sehingga kebutuhan lahan juga meningkat dari waktu ke waktu, Sementara, potensi dan luas lahan yang tersedia sangat terbatas. Pertumbuhan penduduk yang pesat di kabupaten ini mendorong desentralisasi permukiman, serta menggeser lahan pertanian ke wilayah pinggiran. Adanya beberapa faktor diatas makadiadakan penelitian mengenai evaluasi rencana tata ruang wilayah dengan analisis neraca penggunaan lahan yang diharapkan dapat menjadi input penyusunan tataruang mendatang, 4

maupun menjadi tinjauan ulangbagi kebijakan yang sudah berjalan. Penelitian ini menggunakan data penggunaanlahan tahun 2011-2013. Dari uraian diatas permasalahan yang dapat dibahas meliputi: 1. Apakah sudah sesuai penggunaanlahan yang ada saat ini dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bantul yang telah di buat pada tahun 2011? 2. Apakah terjadi perubahan penggunaan lahan setelah dibuatnya neraca penggunaanlahan tahun 2011 tahun 2013 di Kabupaten Bantul? 3. Bagaimana kemampuan software open source (QGIS) dalam mengolah data spasialserta apa kekurangan dalam memproses data SIG? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui neraca penggunaan lahan tahun 2011-2014 di Kabupaten Bantul. 2. Mengetahui kesesuaian penggunaan lahan tahun 2014 terhadap rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bantul yang sudah ditetapkan. 3. Mengetahui potensi penggunaan lahan yang sesuai melalui analisis neraca penggunaan lahan dengan RTRW di Kabupaten Bantul. 4. Mengetahui kemampuan software open source (QGIS) untuk mengolah dan menyajikan data SIG. 5. Membuat prosedur atau langkah langkah penggunaan Quantum GIS untuk pembuatan peta neraca penggunaanlahan. 5