KAJIAN VARIETAS DAN BAGIAN DAGING UMBI UBI UNGU DALAM RANGKA PENYEDIAAN TEPUNG UBI UNGU SEHAT TERMODIFIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas Var. Ayamurasaki) TERHADAP KARAKTERISTIK SUMPING S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

EKSTRAKSI KOMPONEN BIOAKTIF LIMBAH BUAH LOKAL BERWANA SEBAGAI EKSTRAK PEWARNA ALAMI SEHAT

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KARAKTERISTIK TAPE UBI JALAR UNGU. (Ipomoea batatas Var. Ayamurasaki) SKRIPSI

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan THP

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BERAS DENGAN UBI JALAR UNGU TERHADAP KARAKTERISTIK KLEPON YANG DIHASILKAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

PENGARUH PERBANDINGAN BERAS DAN PASTA UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas var Ayamurasaki) TERHADAP KARAKTERISTIK NASI SEHAT

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PERBANDINGAN BERAS DAN PASTA UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas var Ayamurasaki) TERHADAP KARAKTERISTIK NASI SEHAT SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

OLEH: CHRISTIAN LIGUORI

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. BAHAN DAN METODE. laboratorium Biomassa, laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi

UJI KADAR PROTEIN, PATI DAN ANTOSIANIN TEPUNG UBI JALAR UNGU YANG DIMODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN SARI BUAH NANAS DAN LAMA FERMENTASI NASKAH PUBLIKASI

KAJIAN PERAN BAHAN PEMUTIH NATRIUM PIROPOSPHATE (Na 2 H 2 P 2 O 7 ) TERHADAP PROSES PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR. Tjatoer Welasih 1) dan Nur Hapsari1 )

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT ANGGUR LOKAL DALAM PEMBUATAN JELLY DRINK S K R I P S I

KARAKTERISTIK EGG REPLACER DARI ISOLAT PROTEIN KEDELAI, ISOLAT PROTEIN SUSU, PATI JAGUNG, PATI KENTANG, GUAR GUM, DAN XANTHAN GUM SKRIPSI

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

SKRIPSI OLEH : HONDY HARTANTO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

Dosen Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. ABSTRACT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN DAN FERMENTASI TERHADAP KARAKTERISTIK TAPE UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas var. Ayamurasaki)

PENGGUNAAN TEPUNG SAGU SEBAGAI PENGENTAL PADA SAOS TOMAT KENTAL SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

PENGARUH JENIS BAHAN PERENDAM TERHADAP KARAKTERISTIK KERIPIK KETELA UNGU (Ipomoea batatas)

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

PENGARUH RASIO LABU KUNING (Cucurbita moschata) DENGAN TEPUNG BERAS TERHADAP KARAKTERISTIK KUE OMBUS-OMBUS SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung.

PENGARUH PENGUPASAN UMBI TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR ORANYE (Ipomoea batatas (L.) Lam) VARIETAS BETA 1

BAB III BAHAN DAN METODE

POTENSI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.), TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG UDANG REBON DALAM PEMBUATAN KUKIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

KARAKTERISTIK MUTU PATI UBI TALAS (Colocasia esculenta) PADA PERBANDINGAN AIR DENGAN HANCURAN UBI TALAS DAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat B. Bahan dan Alat C. Tahapan Penelitian 1. Persiapan bahan

PENGGUNAAN TEPUNG SAGU SEBAGAI PENGENTAL (THICKENER) PADA THICK TOMATO KETCHUP PROPOSAL SKRIPSI OLEH : SHERLY

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci : ampas padat brem, hidrolisis, H 2 SO 4, gula cair

PENGARUH SUHU PENYIMPANAN DAN PERBEDAAN PROPORSI TEH HIJAU-STEVIA TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MINUMAN TEH HIJAU- STEVIA DALAM KEMASAN BOTOL KACA

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

UJI KADAR PROTEIN, PATI DAN ANTOSIANIN TEPUNG UBI JALAR UNGU YANG DIMODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN SARI BUAH NANAS DAN LAMA FERMENTASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRODUKSI DEKSTRIN DARI UBI JALAR ASAL PONTIANAK SECARA ENZIMATIS

PENGARUH RASIO TEPUNG KETAN DENGAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata) TERHADAP KARAKTERISTIK DODOL S K R I P S I

PENGARUH PENGURANGAN KUNING TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK TEKSTUR CAKE BERAS RENDAH LEMAK SKRIPSI OLEH: ATHALIA LYSANDRA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERBANDINGAN KONSENTRASI SORBITOL DENGAN SARI UBI JALAR UNGU DAN KONSENTRASI KARAGENAN TERHADAP MUTU PERMEN JELLY

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Teknologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

PENGARUH RASIO DAGING DAN KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP KARAKTERISTIK SELAI

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

PENGARUH KONSENTRASI TAPIOKA PADA BERAS VARIETAS MENTIK (Oryza sativa var. Mentik) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA RICE PAPER

PENGARUH PERBANDINGAN TERIGU DAN TEPUNG BEKATUL BERAS MERAH TERHADAP KARAKTERISTIK BISKUIT SKRIPSI

MUTU SENSORI MI INSTAN YANG DIBUAT DARI SUBSTITUSI PATI SAGU DENGAN TEPUNG UBI JALAR UNGU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan

S K R I P S I. Oleh : NI LUH DESI RASTIYATI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TUGAS AKHIR

OLEH: SEPTIAN HERMAWAN

Transkripsi:

KAJIAN VARIETAS DAN BAGIAN DAGING UMBI UBI UNGU DALAM RANGKA PENYEDIAAN TEPUNG UBI UNGU SEHAT TERMODIFIKASI GA Ekawati 1), IMI Hapsari A 1), PA Wipranyawati 1) 1) Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Bali Email : anangadd@yahoo.com ABSTRACT The research aimed to determine effect variety and part of purple sweet potato on characteristic of purple sweet potato flour that used modification flour. The method used randomized block design with two factor. First factor : variety of purple sweet potato (Ayamurasaki; yamagawa murasaki). Second factor) part of purple sweet potato (skin, pulp and whole). Parameter of research were starch content, amillosa content, anthocyanin content, phenol content and antioxidant capacity. The result of research showed variety and part of purple sweet potato effected on characteristic purple sweet potato flour. The best of ayamurasaki and whole purple sweet potato that had starch content, amillosa content, anthocyanin content, phenol total and antioxidant capacity such as : 42.47%; 22.60%; 55.933 mg/100 g; 183.844 mg GAE/100 g bahan, 68.37% respectively. Keyword : variety, part of purple sweet potato, characteristic purple sweet potato flour, flour haelty PENDAHULUAN Bahan pangan sumber karbohidrat selain beras yang dewasa ini mulai dikembangkan adalah ubi ungu (Ipomoea batatas), seperti namanya ubi ungu memiliki kulit dan daging umbi berwarna ungu. Ubi ungu merupakan bahan pangan lokal yang dihasilkan juga di Bali. Jenis ubi ungu berdasarkan warna ungu dibedakan atas dua yaitu warna ungu gelap dan warna ungu terang. Warna ungu dari ubi ungu disebabkan adanya antosianin. Antosianin diketahui memiliki keuntungan bagi kesehatan. Dewasa ini ubi ungu telah dimanfaatkan sebagai tepung. Tepung ini dapat digunakan dalam pembuatan kue, cake dan roti. Penggunaan tepung ubi ungu masih terbatas dan memiliki kekurangan struktur fungsionalnya dan berkurangnya warna ungu tepung ubi ungu dibandingkan warna bahan segarnya. Salah satu teknik untuk memperbaiki dengan teknik modifikasi. Sebelum melakukan penelitian modifikasi tepung ubi ungu terlebih dahulu perlu diteliti efek varietas dan bagian umbi ubi ungu. Hal ini disebabkan varietas ubi ungu yang ada cukup beragam dan setiap bagian umbi akan memiliki kandungan yang berbeda terutama kandungan pati dan komponen bioaktifnya. Varietas yang dibedakan disini berdasarkan warna ungunya jenis ayamurasaki memiliki warna ungu yang lebih gelap dibandingkan warna ungu yamagawa murasaki. Hal ini dilakukan karena selama pengolahan warna ungu pada bahan tersebut mudah mengalami kerusakan. Warna ungu pada ubi ungu diidentikan dengan komponen bioaktif yang memberikan keuntungan kesehatan. Pada bagian kulit dari ubi ungu diketahui memiliki kandungan komponen bioaktif yang lebih tinggi dibandingkan bagian daging umbi tetapi memiliki kandungan pati yang lebih rendah. Komponen bioaktif merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder. Pada ubi ungu umumnya komponen bioaktif terdapat pada bagian kulit, efidermis dan daging umbi (Nuraini, 2004). Komponen ini dapat sebagai indikator dalam usaha pembuatan tepung ubi ungu modifikasi yang memiliki keuntungan kesehatan atau sebagai tepung modifikasi fungsional. Gambaran ubi ungu dan bagian umbi ubi ungu dapat dilihat pada Gambar 1. 511

Gambar 1. Bagian umbi ubi ungu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Analisis Pangan, Laboratorium Biokimia dan Nutrisi, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Waktu penelitian dari bulan Juni 2013 sampai Nopember 2013. Bahan dan Alat Penelitian Bahan baku yang digunakan adalah ubi jalar ungu yang sudah matang optimal. Ubi jalar ungu ini berasal dari Bangli (varietas Ayamurasaki dan Yamagawa murasaki), Bahan kimia Natrium bikarbonat (Na 2 CO 3 ), Folin ciocealteu, 1.1-diphenyl-2-picryl hydrazyl (DPPH), methanol, etanol, air, aquades, asam galat,,air aquabides, air destilat steril, bahan kimia, kadar pati dan kadar amilosa. Alat yang digunakan adalah waskom, pisau talenan,parutan, loyang, blender,ayakan, timbangan analitik, mixer, spektofometer, tabung reaksi, pipet volum, erlenmeyer, beaker. Metode Penelitian Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor, faktor 1) varietas ubi ungu yang terdiri dari 2 varietas (Ayamurasaki; Yamagawa-murasaki), faktor 2) bagian dari ubi ungu yang terdiri dari 3 bagian (kulit; daging umbi dan gabungan kulit dan umbi). Perlakuan diulang 2 kali sehingga didapat 12 unit percobaan. Parameter yang diamati adalah kadar pati (AOAC. 1999), kadar amilosa (AOAC. 1999), total antosianin (Giusti dan Worlstad, 2001), total fenol (Sakanaka et al. 2003) dan kapasitas antioksidan (Blois 1958 dalam Hanani et al. 2005), dan). Data dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA) dan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) jika terjadi hasil sidik ragam berpengaruh nyata. Data hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel dengan nilai rata-rata. Prosedur penelitian Dua jenis ubi jalar ungu (sesuai perlakuan) yang sudah matang optimal disortasi dari yang busuk atau rusak, kemudian dicuci bersih dengan air mengalir. Kemudian daging umbi dan kulitnya dipisahkan. Ditimbang bagian ubi sesuai perlakuan selanjutnya dilakukan pengecilan ukuran (diparut). Setelah itu dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 55 oc sampai kering (kurang lebih 8 jam) dengan ketebalan sedang. Setelah kering dilakukan penghacuran dengan blender (dish mill) dan diayak dengan ayakan 80 mesh sehingga didapatkan dalam bentuk tepung. Tepung tersebut siap dianalisis. Diagram alir penelitia dapat dilihat pada Gambar 2. 512

Ubi ungu dari dua varietas (Var A dan Var Y Dicuci bersih dengan air mengalir Dipisahkan bagian umbi Kulit Daging umbi Dikecilkan ukuran Gabungan umbi dan kulit (umbi utuh) Dikeringkan dalam oven suhu 55 o C selama 8 jam (sampai kering) Dihaluskan dan diayak Tepung ubi Dianalisis Gambar 2. Diagram alir penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Pati Tepung Ubi Ungu Hasil sidik ragam perlakuan varietas dan bagian umbi serta interaksinya berpengaruh nyata (P<0.05), terhadap kadar pati tepung ubi ungu. Nilai rata-rata kadar pati tepung ubi ungu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai rata-rata kadar pati tepung ubi ungu (%) Perlakuan Kadar pati ( %) P1 (bagian daging umbi) 47.965 ± 0.0 a 45.227 ± 0.1 b P2 ( bagian kulit umbi) 35.692 ± - d 34.356 ± 0.1 e P3 (gabungan umbi dan kulit umbi) 42.468 ± 0.0 c 42.372 ± 0.5 c Keterangan : huruf yang sama dibelakang kolom dan baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak signifikan (P>0.05) Tabel 1 menggambarkan kadar pati tertinggi pada varietas A dan bagian daging umbi sebesar 47.965% dan terendah pada varietas Y dengan bagian kulit umbi sebesar 34.356 %. Hal ini disebabkan warna bahan mentah tepung ubi dari varietas ayamurasaki memiliki warna merah yang lebih gelap/ungu dibandingkan dengan varietas yamagawa murasaki, sehingga setelah mengalami proses penepungan warna tepung dari varietas ayamurasaki lebih ungu dibandingkan dengan varietas yamagawa murasaki, sedangkan pada bagian daging umbi akibat bagain daging umbi penyusun karbohidrat adalah pati sedangkan bagian diluar daging umbi memiliki komponen karbohidrat non pati lebih banyak, seperti serat dan komponen bioaktif.. Kadar Amilosa Hasil sidik ragam perlakuan varietas dan bagian umbi berpengaruh nyata (P<0.05), sedangkan interaksinya berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar amilosa tepung ubi ungu. Nilai rata-rata kadar amilosa tepung ubi ungu dapat dilihat pada Tabel 2. 513

Tabel 2. Nilai rata-rata kadar amilosa tepung ubi ungu (%) Perlakuan Kadar amilosa (%) Rata-rata (%) P1 (bagian daging umbi) 28.732 ± 0.2 28.625 ± 0.2 28.6782 a 2 ( bagian kulit umbi) 13.298 ± 0.1 12.817 ± - 13.0574 c P3 (gabungan umbi dan kulit umbi) 25.794 ± 0.1 25.474 ± 0.2 25.6342 b Rata-rata 22.608 ± a 22.305 ± b Keterangan : huruf yang sama dibelakang kolom dan baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak signifikan (P>0.05) Tabel 2 menggambarkan kadar amilosa tertinggi pada var A dan bagian daging umbi sebesar 28.732 % dan terendah pada var B, bagian kulit sebesar 12.817 %. Hal ini seiring dengan kadar pati. Amilosa adalah penyusun pati, sehingga semakin tinggi pati maka kemungkinan kadar amilosa akan lebih tinggi dibandingkankan kadar pati yang rendah. Kandungan Komponen Bioaktif Ubi Ungu Kadar Antosianin Hasil sidik ragam perlakuan varietas dan bagian umbi dan interaksi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar antosianin tepung ubi ungu. Nilai rata-rata kadar antosianin tepung ubi ungu dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai rata-rata kadar antosianing tepung ubi ungu (mg/100 g) Perlakuan Kadar Antosianin (mg/100g) P1 (bagian daging umbi) 16.277 ± 0.426 e 12.513 ± 0.131 f P2 ( bagian kulit umbi) 36.659 ± 0.855 c 31.471 ± 0.089 d P3 (gabungan umbi dan kulit umbi) 55.933 ± 0.776 a 46.035 ± 2.639 b Keterangan : huruf yang sama dibelakang kolom dan baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak signifikan (P>0.05) Tabel 3 menunjukkan kadar antosianin tertinggi pada var A, bagian gabungan kulit dan daging sebesar 55.933 mg/100 g danterendah pada var B, bagian daging umbi. Hal ini disebabkan, kandungan antosianin lebih banyak tersebar pada bagian kulit dibandingkan bagian lain, tetapi bagian daging juga mengandung antosianin sehingga gabungan kult dan daging memberikan kadar antosianin yang lebih tinggi. Total Fenol Hasil sidik ragam perlakuan varietas dan bagian umbi berpengaruh nyata (P<0.05), sedangkan interaksinya tidak berpengaruh nyata (>0.05) terhadap kadar total fenol tepung ubi ungu. Nilai rata-rata total fenol tepung ubi ungu dapat dilihat pada Tabel 4. 514

Tabel 4. Nilai rata-rata total fenol tepung ubi ungu (g GE/100 g) Perlakuan Total Fenol (mg/100 g GE) P1 (bagian daging umbi) 161.462 ± 17.0 147.784 ± 8.0 P2 ( bagian kulit umbi) 178.019 ± 22.3 167.291 ± 10.4 P3 (gabungan umbi dan kulit umbi) 212.052 ± 5.4 174.179 ± 0.7 Rata-rata 183.844 ± 51.59a 163.085 ± 27.4b Keterangan : huruf yang sama dibelakang baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak signifikan (P>0.05) Tabel 4 menggambarkan total fenol tertinggi pada var A dan bagian gabungan daging dan kulit sebesar 212.052 GE/100 g dan terendah pada var B bagian daging sebesar 147.784 mg GE/100 g. Hal ini disebabkan dengan total fenol merupakan salah satu komponen fenolik yang banyak tersebar pada ubi ungu dan terbanyak pada bagian kulit sehingga gabungan daging dan kulit memberikan hasil yang lebih besar. Dan hal ini seiring dengan kadar antosianinnya Kapasitas Antioksidan Hasil sidik ragam perlakuan bagian umbi berpengaruh nyata (P<0.05), sedangkan perlakuan varietas dan interaksinya tidak berpengaruh nyata (>0.05) terhadap kapasitas antioksidan tepung ubi ungu. Nilai rata-rata kapasitas antioksidan tepung ubi ungu dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai rata-rata kapasitas tepung ubi ungu (% IC) Perlakuan Kapasitas Antioksidan (IC %) Rata-rata P1 (bagian daging umbi) 42.308 ± 8.3 37.931 ± 3.9 40.119 ± 6.2 c P2 ( bagian kulit umbi) 50.862 ± 0.5 48.674 ± 2.6 49.768 ± 3.1 b P3 (gabungan umbi dan kulit umbi) 73.607 ± 7.1 63.130 ± 17.8 68.369 ± 15 a Keterangan : huruf yang sama dibelakang baris yang sama menunjukan pengaruh yang tidak signifikan (P>0.05) Tabel 5 menggambarkan kapasitas antioksidan tepung ubi tertinggi pada var A dan bagian gabungan daging dan umbi sebesar 73.607% dan terendah pada var Y dan bagian daging umbi. Perbedaan kapasitas antioksidan hanya dipengaruhi oleh bagian umbi, sedangkan varietasnya dan interaksinya tidak mempengaruhi. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1. Varietas ubi ungu dan bagian umbi berpengaruh terhadap karakteristik tepung ubi ungu sehat 2. Tepung ubi ungu sehat terbaik pada var A, bagian gabungan daging dan kulit dengan karakteristik kadar pati, kadar amilosa, kadar antosianin, total fenol dan aktifitas antioksidan berturut-turut 42.47%; 22.60%; 55.933 mg/100 g; 183.844 mg GAE/100 g bahan; dan 68.37%. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih kepada Dikti melalui LPPM Unud atas bantuan dana penelitian yang diberikan dan semua team peneliti atas kerjasamanya 515

DAFTAR PUSTAKA AOAC. (1985). Official Methods of Analysis of AOAC International. USA AOAC, International, Virginia. Giusti, M.M. dan R.E.. Worlstad. (2001). Characterization and Measurement of Anthocyanins by UV-Visible Spectroscopy. Oregon State University. Available at http://does.org/masterli/facsample.htm-37k. (diakses 2 April 2004). Kumalaningsih, S. (2006). Antioksidan Alami. Surabaya: Trubus Agrisarana. Nuraini. (2004). Pengolahan Tepung Ubi Jalar dan Produk-produknya untuk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Di dalam: http://tumoutou.net/pps702_9145/nuraini.pdf [23 Agustus 2007]. Sudarmadji, S. B. Haryono dan Suhardi. (1997). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Jakarta: Liberty. 516