1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah

BAB I PENDAHULUAN. Industri Hilir Migas merupakan penyediaan jasa/kegiatan usaha yang

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan adalah yang mampu menggelola segala sumberdaya (resources)

BAB I PENDAHULUAN. saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina (Persero) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948

5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

Bab I PENDAHULUAN. investor untuk menempatkan investasinya. Migas merupakan komoditas energi utama

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

Disampaikan dalam rangka : National Conference IIA Agustus 2015 Jogyakarta

FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini seluruh perusahaan beroperasi dalam lingkungan usaha yang terus

BAB 1 BAB 1 - PENDAHULUAN. Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sistem dan teknologi di Indonesia sudah mengalami. kemajuan yang pesat. Di era informasi dan globalisasi menyebabkan

KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-X/2012 Tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Oleh Negara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan swasta lainnya. Pergantian undang-undang tersebut telah mengubah

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan terus melonjaknya kebutuhan minyak bumi di dalam negeri

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kekayan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usa

PT. CENTRIS MULTIPERSADA PRATAMA, Tbk

Mengingat ; 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Keterbatasan sumber daya dalam negeri menjadi alasan bagi Pertamina untuk

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.

BAB V PENUTUP. Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dari analisis berbagai data dan fakta yang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL. Agus Nurhudoyo

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari aspek keuangannya.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA OPERASI

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal dan Jam 01 Mar :10:03

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998. BUMN merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersamasama dengan pelaku ekonomi lain yaitu swasta (besar-kecil, domestik-asing) dan koperasi menjalankan roda perekonomian Indonesia secara bertahap dan berkelanjutan. Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan BUMN memiliki peran yang tidak kecil guna ikut mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Pertamina senantiasa berusaha untuk memberikan kontribusi yang terbaik dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Pertamina bergerak maju untuk mewujudkan visi perusahaan, tuntutan dari visi tersebut adalah meningkatnya pendapatan dan laba bersih setiap tahun, dengan pertumbuhan minimal 14% per tahun. Selanjutnya Misi dari perusahaan adalah menjalankan usaha minyak, gas serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat. Untuk mewujudkan misi tersebut, perusahaan dapat melaksanakan usaha utama, sebagai berikut : 1. Melaksanakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi 2. Melaksanakan kegiatan di bidang energi listrik. 3. Melaksanakan kegiatan pengolahan yang menghasilkan bahan bakar minyak, petrokimia, bahan bakar gas dan produk lainnya. 1

4. Melaksanakan kegiatan penyediaan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga terkait minyak, gas, termasuk energi listrik. 5. Melaksanakan kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi, dan niaga energi baru dan terbarukan. Untuk mendukung visi dan misi tersebut, Pertamina menetapkan strategi jangka panjang perusahaan, yaitu: aggressive upstream, profitable downstream, dimana perusahaan berupaya untuk melakukan ekspansi bisnis hulu dan menjadikan bisnis sektor hilir migas lebih efisien dan menguntungkan. Penerapan strategi jangka panjang akan diturunkan menjadi tataran pelaksanaan untuk mencapai visi dan misi perusahaan dimana salah satunya adalah dengan meningkatkan pendapatan usaha dan peningkatan laba bersih perusahaan. Peningkatan yang dimaksud tersebut dapat direalisasikan dengan adanya tambahan investasi yang secara langsung memberikan peningkatan nilai perusahaan. Kebijakan yang diambil perusahaan secara korporasi menekankan pada investasi yang memberikan tingkat pengembalian setara atau diatas tingkat pertumbuhan yang diinginkan. Pertamina sebagai perusahaan energi memiliki bisnis yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, hal ini menyebabkan adanya prioritasprioritas dari pilihan investasi yang diambil. Prioritas yang diambil adalah mengutamakan tingkat pengembalian yang tinggi, jika memperhatikan faktor ini maka sektor hulu mendapatkan porsi yang besar. Berdasarkan data yang ada maka kontribusi laba usaha dari sektor hulu dan hilir dibandingkan dengan laba usaha konsolidasi berdasarkan laporan keuangan segmentasi untuk tahun 2011-2014 dapat dilihat sebagai berikut : 2

Tabel 1-1. Kontribusi laba Usaha Per Segmen Usaha Segmentasi % terhadap % terhadap % terhadap % terhadap Laba Usaha Laba Usaha Laba Usaha Laba Usaha Konsolidasian tahun 2014 Konsolidasian tahun 2013 Konsolidasian tahun 2012 Konsolidasian tahun 2011 Hulu 93,01% 89,85% 93,60% 86,68% Hilir 3,93% 2,15% 1,38% 15,38% Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Konsolidasian PT.Pertamina(Persero) 2014,2013, 2012 dan 2011 Memperhatikan kontribusi laba usaha sektor hulu menunjukkan bahwa tingkat pengembalian dan pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan sektor hilir dan lainnya. Hal ini jelas memberikan dasar kepada manajemen perusahaan untuk memberikan porsi yang lebih besar kepada sektor hulu untuk dikembangkan. Memperhatikan sektor hilir yang terdapat usaha bisnis pengolahan dan pemasaran, dan dikaitkan dengan strategi jangka panjang perusahaan dan usaha utama perusahaan membuat kebijakan perusahaan akan portofolio investasi terhadap seluruh sektor usaha bisnis yang ada haruslah tepat. Penentuan arah dari pengembangan perusahaan sektor usaha bisnis yang saat ini terjadi adalah besarnya porsi investasi untuk sektor hulu. Perusahaan bergerak di bidang energi dan terintegrasi dari hulu hingga hilir dimana sektor hilir terdiri dari unit bisnis pengolahan serta pemasaran dan niaga dimana bisnis pengolahan berada di bawah kendali Direktorat Pengolahan. Sektor usaha pengolahan masih mengalami kendala kekurangan kapasitas antara jumlah produksi dibandingkan dengan kebutuhan nasional. Total kebutuhan Bahan Bakar Minyak(BBM) nasional sekitar 1,3 juta barel per hari sedangkan total kapasitas terpasang kilang pengolahan milik PT Pertamina (Persero) dan milik swasta (minor) 3

sekitar lebih kurang 1,1 Juta barel per hari. Kebutuhan BBM pada tahun mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga 3% per tahun (berdasarkan sumber Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral) sehingga apabila tidak ada peningkatan kapasitas kilang maka terjadi selisih yang semakin lebar antara kebutuhan dan produksi. Tingkat pengembalian investasi untuk sektor hilir ini khususnya di unit bisnis pengolahan cukup rendah. Pertamina sebagai BUMN yang berbentuk Perseroan terbatas selain harus memperhatikan pertumbuhan perusahaan juga mengemban tugas memenuhi kebutuhan akan minyak dan gas sesuai tugas yang diberikan oleh Pemerintah. Tugas itu adalah memenuhi kebutuhan nasional akan bahan bakar minyak yang disebut sebagai Public Service Obligation (PSO). Adanya selisih antara produksi yang dihasilkan oleh kilang pengolahan dan kebutuhan akan bahan bakar minyak menyebabkan perusahaan harus melakukan pengembangan pada sektor pengolahan untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang. Pertimbangan perusahaan dalam melakukan investasi selain tingkat pertumbuhan dan pengembalian investasi juga adanya kewajiban memberikan dividen kepada pemerintah, sehingga investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang tinggi untuk perusahaan akan menjadi prioritas. Tingkat pengembalian tersebut juga harus memperhitungkan arus kas bersih yang dihasilkan oleh investasi tersebut, karena aliran kas bersih yang diterima oleh perusahaan akan membuat investasi tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar untuk ketersediaan dana perusahaan. Oleh karena itu pertimbangan lainnya adalah perihal 4

ketersediaan anggaran atau dana menjadi salah satu faktor penentu apakah investasi tersebut terpilih untuk dijalankan atau tidak. Proses pengusulan pengembangan bisnis yang diajukan kepada manajemen berasal dari usulan-usulan masing-masing direktorat, keputusan proyek investasi mana yang disetujui harus melalui proses pengujian dan verifikasi yang dikaitkan dengan strategi dan kebijakan perusahaan serta dana yang teralokasi untuk investasi tersebut. Ahmad (2010), ada 3 elemen yang membuat suatu organisasi mampu dan menaruh harapan pada penerapan visinya yaitu: kompetensi inti, pembelajaran organisasi dan kekuatan administrasi, ketiga aspek ini akan memberikan kemampuan perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan dalam lingkungan bisnis. Pertimbangan lain adalah bagaimana perusahaan melakukan perubahan manajemen portofolio seperti karakteristik kompetisi dan perubahan sektor pelanggan sehingga menjadi efisien dan efektif. Kendala lain adalah kebutuhan anggaran yang dikaitkan dengan ketersediaan dana. Korporat harus mempersiapkan dan mewujudkan strategi yang memberikan nilai tambah pada unit bisnis dengan cara menetapkan visi bisnis yang lebih spesifik agar sinergi antara tujuan korporat dan unit bisnisnya, dan menciptakan roadmap pengembangan untuk menciptakan keuntungan kompetitif dam meningkatkan posisi pasar, pendapatan dan penciptaan nilai-nilai potensial (Doz and Prahalad, 1984). 5

1.2 Rumusan Masalah Perusahaan agar dapat bertahan dan berkembang pada industri pengolahan minyak mentah dan gas bumi, harus memperhatikan strategi yang dilaksanakan. Kebijakan korporat terhadap investasi perusahaan apakah telah sesuai dengan teori, pedoman, visi, misi dan strategi perusahaan sehingga portofolio perusahaan terhadap pengembangan dan tingkat investasi yang dilakukan akan dapat memenuhi kebutuhan korporat dan sesuai dengan unit bisnis khususnya pada direktorat pengolahan. Pertamina yang merupakan perusahaan energi nasional terintegrasi dari sektor upstream hingga downstream membutuhkan suatu strategi yang sejalan dengan strategi direktorat sehingga apa yang dilakukan oleh perusahaan akan menjadi sinergi dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan saat ini. Kebijakan strategi yang dilakukan oleh perusahaan mempertimbangkan faktorfaktor seperti penugasan yang diberikan Pemerintah, tujuan perusahaan sebagai badan usaha yang ingin terus maju dan berkembang dengan keterbatasan sumber daya yang dimilik. Keterbatasan yang ada seperti pendanaan, ketersedian jenis crude yang bisa diolah di kilang, keterbatasan teknologi kilang saat ini, permintaan produk kilang yang tinggi diatas dari kemampuan produksinya. Dengan memperhatikan hal ini maka perlu dikaji apakah strategi yang diterapkan perushaan terhadap direktorat pengolahan dengan tingkat pengembalian lebih rendah dibanding sektor bisnis lainnya tepat dan menjadikan direktorat pengolahan dapat bertahan dengan strategi yang diterapkannya dengan memperhatikan segala keterbatasan yang ada. 6

1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang muncul dalam kajian ini berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas adalah : 1. Apakah strategi penentuan pengembangan bisnis direktorat pengolahan sudah tepat dikaitkan dengan visi, misi dan strategi perusahaan? 2. Apakah strategi pengembangan bisnis di direktorat pengolahan telah berjalan sesuai dengan situasi dan kondisi perusahaan? 1.4 Tujuan Penelitian Penulisan ini bertujuan untuk memberikan analisis dan evaluasi terhadap : 1. Strategi kebijakan penentuan pengembangan bisnis direktorat pengolahan dibandingkan dengan visi, misi dan strategi bisnis perusahaan 2. Pengembangan bisnis perusahan khususnya di direktorat pengolahan dikaitkan dengan situasi dan kondisi perusahaan. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dijelaskan bahwa manfaat penelitian bagi perusahaan akan memiliki referensi ilmiah untuk memutuskan apakah proses penentuan pengembangan bisnis secara korporat dan di direktorat pengolahan telah sesuai dengan visi dan misi serta strategi perusahaan dan kondisi perusahaan dikaitkan dengan kerangka konseptual. 7

1.6 Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian Batasan penelitian yang akan dilakukan adalah strategi yang saat ini digunakan dan dipersiapkan oleh Perusahaan dalam melakukan strategi pengembangan bisnis pada direktorat pengolahan telah sesuai dengan visi dan misi perusahaan dengan memperhatikan situasi dan kondisi perusahaan. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut : 1.7.1 Bab I Pendahuluan Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian serta sistematika penulisan tesis. 1.7.2 Bab II Landasan Teori Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian. 1.7.3 Bab III Metode Penelitian Bab ini memberikan penjelasan mengenai metode penelitian dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Pada bab ini juga akan dibahas profil perusahaan yang akan dianalisis. 1.7.4 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menjelaskan proses penelitian yang dilakukan dan pembahasan atas hasil penelitian. 8